ASUH A N
ED E R A K E PA L A
KRI TIS C KELOMP
OK 3
Firda Annisa (18.1441.S) Nikmatul Azizah (18.1482.S)
Laelatul Maghfiroh D.R (18.1467.S) Riesma Damayanti F (18.1494.S)
TEORI CIDERA KEPALA
E
PO W E RPOIN T T I T L
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGERTIAN
Cedera kepala merupakan trauma yang
MEKANISME CEDERA KEPALA :
mengenai otak yang dapat mengakibatkan
• Cedera Akselerasi
perubahan fisik, intelektual, emosional dan
• Cedera Deselerasi
sosial.
• Cedera Akselerasi - Deselerasi
ETIOLOGI
• Cedera Coup-Countre Coup
1. Kecelakaan lalu lintas
• Cedera Rotasional
2. Jatuh
3. Kekerasan
F IK
S I di 3 :
L A enjaI
K gi mAS
i ba
D
1. PEMBEDAHAN
Kraniotomi di indikasikan: 2. Cedera kepala sedang-berat
a. Mengatasi subdural atau a. Oedema pulmonal
epidural hematoma. PENATALAKS TOPIC MANIFESTA b. Kejang infeksi
b. Mengatasi peningkatan ANAAN SI KLINIS c. Tanda herniasi otak
tekanan cranial yang tidak d. Hemiparase
terkontrol. e. Gangguan akibat saraf kranial.
c. Mengobati hidrosefalus.
3. APRAKSIA
Apraksia adalah ketidakmampuan unntuk melakukan tugas memerlukan ingatan atau
seraingkaian gerakan.
4. AGNOSIS
Agnosis merupakan suatu kelainan dimana penderita dapat melihat dan merasakan sebuah
benda tetapi tidak dapat menghubungkannya dengan peran atau fungsi normal dari benda
tersebut.
5. AMNESIA
Amnesia adalah hilangnya sebagian atau seluruh kemampuan untuk mengingat peristiwa yang
baru saja terjadi atauu peristiwa yang sudah lama berlalu penyebabnya masih belum dapat
sepenuhnya dimengerti. Pada cedera otak yang hebat, amnesia bisa bersifat menetap.
KOMPLIKA
SI
5. FISTEL KAROTIS-KAVERNOSUS
Ditandai dengan trias gejala : eksoftalmus, kemosis, dan briit orbita, dapat timbul
segera atau beberapa hari setelah cedera.
6. DIABETES INSIPIDUS
Disebabkan karena kerusakan traumatic pada tangkai hipofisis, menyebabkan
penghentian sekresi hormone antidiuretik. Pasien mengekskresikan sejumlah
besar volume urin encer, menimbulkan hipernatremia, dan deplesi volume
2. KELUHAN UTAMA
Keluhan yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan tergantunng dari seberapa jauh
dampak trauma kepala disertai penurunan tingkat kesadaran. Biasanya klien akan mengalami penurunan kesadaran
dan adanya benturan serta pendarahan pada bagian kepala klien yang disebabkan oleh kecelakaan ataupun tindakan
kejahatan.
5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tingkat Kesadaran
1) Kuantitas dengan GCS (Glassglow Coma Scale)
ASUHA
Next ..
KEPERAW
N1) Kuantitas dengan GCS (Glassglow Coma Scale)
ATAN
2) Kualitatif
o Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaann sekelilingnya, nilai GCS: 15 – 14.
o Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh,
nilai GCS: 13 – 12
o Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi,
kadang berkhayal, nilai GCS: 11 – 10
o Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomoto yang lambat, mudah tertidur,
namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberikan jawaban verbal,
nilai GCS: 9 – 7
o Stupor (soporo coma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri, nilai GCs: 6 - 4
ASUHA KEPERAW
o Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada responterhadap rangsangan apapun (tidak ada
N ATAN
respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya), nilai GCD ≤ 3.
b. Fungsi Motorik
Setiap ekstermitas diperiksa dan dinilai dengan skala berikut ini yang digunakan setiap internasional untuk
menilai kekuatan otot.
6. SISTEM NEUROLOGIS
a. Kaji GCS
b. Disorientasi tempat / waktu
c. Refleks patologis dan fisiologis
d. Perubahan status mental
e. Nervus Cranial XII (sensasi, pola bicara abnormal)
f. Perubahan pupil / penglihatan kabur, diplopia, fotophobia, kehilangan sebagian lapang pandang
g. Perubahan tanda-tanda vital
h. Gangguan pengecapan dan penciuman, serta pendengaran
i. Tanda-tanda TIK meningkat seperti, penururnan kesadaran, gelisah letargi, sakit kepala, muntah proyekstil, pupil
edemma, pelambatan nadi, pelebarab tekanan nadi, peningkatan darah systole.
ASUHA KEPERAW
N ATAN
7. ASPEK RESPIRATORY
a. Kelancaran airway, meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang disebabkan benda asing,
fraktur tulang wajah, ftaktur mandibula atau maksila, fraktur laring atau trachea.
b. Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi), nafas berbunyi stridor, tersedak.
c. Irama, frekuensi, kedalaman, bunyi nafas.
d. Ronkhi, mengi positif.
8. ASPEK KARDIOVASKULER
a. Perubahan tekanan darah (menurun / meningkat)
b. Denyut nadi (bradikardi, tachi kardi, irama tidak teratur)
c. TD naik. Tik naik.
9. SISTEM GASTROINTESTINAL
a. Nutrisi : mual, muntah, gangguan pencernaan atau menelan makanan, kaji bising usus
b. Istirahat : kelemahan, mon=bilisasi, kelelahan, tidur kurang
S A
NO AT
A G AW
DI PER
E AN
K
Kriteria hasil :
• Tingkat kesadaran meningkat, TD dalam rentang normal.
• Tekanan intrakranial membaik.
• Tidak ada nyeri kepala dan muntah.
Intervensi :
a. Monitor tekanan darah serta intrakranial pasien dan respon neurologi
terhadap aktivitas
b. Posisikan pasien pada posisi semi fowler
c. Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain mengenai pemberian obat yang
tepat.
Intervensi
Keperawatan
2. Ketidakefektifan pola nafas b/d kerusakan neurovaskuler, obstruksi trakeobronkial, kerusakan medula
oblongata.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas pasien stabil.
Kriteria hasil :
• Frekuensi nafas dalam rentang normal
• Irama nafas stabil
Intervensi :
a. Pantau TTV terutama respirasi dan O2
b. Posisikan pasien semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi
c. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
d. Kolaborasi dengan tenaga medis lain mengenai pemberian terapi yang tepat.
Intervensi
Keperawatan
3. Nyeri akut b/d cedera fisik, peningkatan tekanan intrakranial, dan alat traksi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan rasa nyeri padapasien dapat berkurang hingga
hilang.
Kriteria hasil :
• Pasien tampak nyaman dan tenang.
• Nyeri berkurang secara bertahap samapi hilang.
• Pasien mampu mengontrol dan mengenali nyeri secara mandiri.
Intervensi :
a. Pantau keadaan umum dan skala nyeri klien menggunakan PQRST
b. Berikan latihan relaksasi nafas dalam.
c. Kontrol lingkungan yang dapat empengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan.
d. Kolaborasi dengan tenaga medis lain tentang pemberian analgestik
TH
E SEE YOU
AGAIN
THANK
Y OSU
FINI
H
EN