Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KASUS

KOLIK ABDOMEN

DI SUSUN OLEH :

NAMA : ANDI REZA FEBRIANTI


NIM : 105111100719

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020/2021
BAB I

KONSEP TEORI

A. Pengertian

1. Collic abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba- tiba dan kadang
hilang dan merupakan variasi kondisi dariyang sangat ringan sampai yang bersifat
fatal (Ilmu Penyait Dalam, 2001 : 92).
2. Colic Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal (Nettina, 2001).
3. Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi
usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).

B. Etiologi

1. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis, diverti kulitis,


pankreanitis, kolesistitis.
2. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease, kulitis infeksi,
esofagitis.
3. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu.

4. Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis.

5. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.

6. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional.

7. Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard dan paru dan
lainnya.

C. Manifestasi Klinis

Klien akan merasakan nyeri perut yang hebat / nyeri tekan, muntah, bisa juga
kenaikan suhu bisa juga disertai dengan gejala yang sesuai penyakitnya.
Skala nyeri
D. Patofisiologi

Patofisiologi : rasa sakit perut, baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu
bersumber :
1. Visera perut

2. Organ lain di luar perut

3. Lesi pada susunan saraf spinal

4. Gangguan metabolic

5. Psikosomatik

Rasa sakit perut somatik berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar
keseluruh peritonium dan melibatkan visera mensentrium yang berisi banyak ujung
saraf somatik , yang lebih dapat meneruskan rasa sakit nya dan lebih dapat
melokalisasi rasa sakit daripada saraf otonom. Telah diketahui pula bahwa gangguan
pada visera pada mulanya akan menyebabkan rasa sakit visera, tetapi kemudian akan
diikuti oleh rasa sakit somatik pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa sakit somatik
yang dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang merupakan gejala
khas peritonitis. Refleks rasa sakit perut dapat pula timbul karena adanya rangsangan
pada nervus frenikus, misalnya pada pneumonia. Rasa sakit yang berasal dari usus
halus akan timbul didaerah perut bagian atas dan epigastrium, sedangkan rasa sakit
dari usus besar akan timbul dibagian bawah perut.Reseptor rasa sakit di dalam
traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistim
saraf otonom pada mukosa usus. Jaras saraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang
dapat meneruskan rasa sakit lebih menyebar dan lebih lama dari rasa sakit yang
dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A.
Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa, lapisan muskularis dan
serosa dari organ di abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis
menuju ke ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls
aferen akan melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju
ke talamus, kemudian ke konteks serebri.
Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat
penurunan ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat
tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi.
Impuls nyeri dari visera abdomen atas (lambung, duodenum, pankreas, hati,
dan sistem empedu) mencapai medula spinalis pada segmen thorakalis 6,7,8 serta
dirasakan didaerah epigastrium.Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang
meluas dari ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen Th 9 dan
10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan
traktusgenitalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen Th 11 dan 12 serta
segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah supra publik dan kadang-
kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke peritorium
maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks spinals
segmentalis.Nyeri yang disebabkan oleh kelainan metabolik seperti pada keracunan
timah dan porfirin belum jelas patofisiologi dan patogenesisnya.
Patofisiologi sakit perut berulang yang fungsional (tidak berhubungan
dengan kelainan organik) masih sulit dimengerti. Diperkirakan ada hubungan antara
sakit perut berulang fungsional dengan penurunan ambang rangsang nyeri. Berbagai
faktor psikologik dan fisiologik dapat berperan sebagai mediator dari sakit perut
berulang fungsional.

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang kadang perlu untuk mempermudah mengambil


keputusan, misalnya pemeriksaan darah, urin, feses. Kadang perlu juga dilakukan
pemeriksaan radiologi dan endoskopi.
Beberapa uji laboratorium tertentu dilakukan antara lain nilai hemoglobin
dan hematokrit, untuk melihat kemungkinan adanya perdarahan atau dehidrasi.
Hitung leukosit dapat menunjukkan adanya proses peradangan. Hitung trombosit dan
faktor koagulasi, disamping diperlukan untuk persiapan bedah, juga dapat membantu
menegakkan diagnosis yang lainnya.

F. Penatalaksanaan

1. Obat prokinetik, untuk mempercepat peristaltik saluran gastrointestinal.

Ex. Betanekol, metoklopramid, domperiden dan cisaride

2. Obat anti sekretorik, untuk menurunkan keasaman dan menurunkan jumlah


sekresi lambung. Pada umumnya tergolong antagonis reseptor H2 (ARH2).

Ex. Simetidine, rantidine dan famatidin

3. Antasida Obat pelindung mukosa Ex. Sukralfat.


BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas klien

1) Nama

2) Umur

3) Jenis kelamin

4) Suku bangsa

5) Pekerjaan

6) Pendidikan

7) Alamat

8) Tanggal MRS

9) Diagnosis

b. Keluhan utama

Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya klien
mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah dan lain-lain.
c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Sejak kapan serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan faktor yang
mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah
Sakit.

2) Riwayat kesehatan dahulu

Pasien mempunyai riwayat penyakit tertentu seperti implamasi


peritonium, appendisitis, diverkulitis, pankreasitis, colesititis, dan lain-
lain.
3) Riwayat kesehatan keluarga

Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adanya penyakit keturunan


atau menular.
d. Pola- pola fungsi kesehatan

1) Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat

Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat


menimbulkan perawatan diri.
2) Pola nutrisi dan metabolisme

Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan nyeri sehingga tidak


toleran terhadap makanan dan klien selalu ingin muntah.
3) Pola eliminasi

Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan


sehingga terjadi konstipasi.
4) Pola aktivitas dan latihan

Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.

5) Pola persepsi dan konsep diri

Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien.

6) Pola sensori dan kognitif

Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic abdomen yang


berulang.
7) Pola reproduksi dan seksual

Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi dan seksual.

8) Pola hubungan peran

Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama klien sakit


sehubungan dengan proses penyakitnya.
9) Pola penanggulangan stress

Meliputi : Penyebab stress, koping terhadap stress dan pemecahan


masalah
10)Pola tata nilai dan kepercayaan

Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan.

e. Pemeriksaan fisik

1) Status kesehatan umum

Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses penyakitnya.

2) Sistem respirasi

Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan kemungkinan


tidak terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya hebat / meninggi akan
terjadi sesak.
3) Sistem kardiovaskuler

Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau penyakit jantung


lainnya.
4) Sistem persyarafan

Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.

5) Sistem gastrointestinal.

Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran terhadap


makanan / nafsu makan berkurang, muntah.
a) Inspeksi : Bentuk simetris

b) Palpasi terdapat nyeri tekan superfisial pembuluh darah masa


hepar dan lian tidak teraba.
c) Perfusi : terdengar redup atau suara tympani cairan atau masa
berkurang
d) Auskultasi : bising usus (dengan menggunakan difragma
stetoskop) peristaltik usus meningkat
6) Sistem genitourinaria/eliminasi

Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap makanan.


f. Analisa Data

1) Data 1

Ds : Nyeri pada perut

Do : Ekspresi wajah penderita, postur tubuh, berhati-hati dengan


abdomen, respon autonomik misalnya perubahan tanda vital

Masalah : Gangguan rasa nyaman (nyeri akut / kronik).

Etiologi : Proses penyakitnya.


2) Data 2

Ds : Klien terlihat gelisah

Do : Perubahan tanda vital, perilaku menyerang, panik, kurang


kontak mata, ekspresi wajah.
Masalah : Ansietas / cemas

Etiologi : Perubahan status kesehatan (ancaman kematian)

3) Data 3

Ds : Nyeri perut

Do : Muntah, intoleran terhadap makanan, mual.

Masalah : Resiko gangguan pemenuhan nutrisi

Etiologi : Anoreksia (proses penyakitnya)


2. Diagnosa keperawatan

a. Data 1

Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan dengan proses


penyakitnya ditandai dengan nyeri perut, ekspresi wajah penderita, postur
tubuh, berhati-hati dengan abdomen, respon autonomik.
b. Data 2

Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan (ancaman


kematian) ditandai dengan klien terlihat gelisah, perubahan tanda vital,
prilaku menyerang, panik, kurang kontak mata, ekspresi wajah penderita.
c. Data 3

Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia


(proses penyakitnya) ditandai dengan muntah, mual, nyeri perut, intoleran
terhadap makanan
3. Perencanaan

a. Diagnosa 1

Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan dengan proses


penyakitnya ditandai dengan nyeri perut, ekspresi wajah penderita, postur
tubuh, berhati-hati dengan abdomen, respon autonomik.
Tujuan : Nyeri berkurang Kriteria hasil :
1) Klien menyatakan nyeri mulai berkurang

2) Ekspresi wajah klien tidak menyeringai

a. Rencana tindakan

1) Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi lamanya.

2) Observasi TTV klien.

3) Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.

4) Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien.


5) Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan
ketidaknyamanan.
6) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi.

b. Rasional :

1) Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan
gejala nyeri pasien sebelumnya dimana dapat membantu siagnosa.
2) Untuk mengetahui perkembangan klien.

3) Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.

4) Makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan


kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran
gastrin.
5) Makanan khusus yang menyebabkan distress bermacam- macam
antara individu.
Penelitian menunjukkan merica dan kopi berbahaya dapat
menimbulkan dispepsia.
6) Untuk mempercepat proses penyembuhan.
Data 2

Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan (ancaman


kematian) ditandai dengan klien terlihat gelisah, perubahan tanda vital,
prilaku menyerang, panik, kurang kontak mata, ekspresi wajah penderita.
Tujuan : Cemas berkurang Kriteria hasil :
3) Menunjukkan rileks

4) Klien tidak terlihat gelisah

5) Menunjukkan pemecahan masalah

a. Rencana tindakan

1) Awasi respon fisiologis seperti takipnea, palpitasi.

2) Catat petunjuk prilaku seperti gelisah, mudah terangsang, kurang


kontak mata.
3) Dorong pernyataan takut dan ansietas : berikan umpan balik.

4) Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien.

5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi

b. Rasional

a. Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien tetapi


dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik.
b. Indikator derajat takut yang dialami pasien,misal : pasien akan
merasa tak terkontrol terhaap situasi atau mencapai status panik.
c. Membantu pasien menerima perasaan dan memberikan kesempatan
untuk memperjelas kesalahan konsep.
d. Membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan
menjadi seorang diri.
e. Untuk mempercepat proses penyembuhan dan memberikan rasa
tenang pada klien.
4. Implementasi

Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara optimal.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana tentang


kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan dengan
cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain.
PENYIMPANGAN KDM

Inflamasi peritonium perietal

Perforasi peritontis Apendisitis Divertikulitis Pankreasitis Kolesitisis

Kelainan mukosa
Colic abdomen Gangguan rasaGangguan perfusi jaringan
viseral
nyaman (nyeri)

Sepsis Hipertermi Intoleransi nutrisi Mual

Resiko syok neurogenik muntah


Obstruksi viseral Bising usus meningkat
Anoreksia
Gangguan pola nutrisi
Pegangan kapsula
organ

Gangguan veskuler
Gangguan motilitas
Ekstra abdominal
DAFTAR PUSTAKA

H. Slamet Suyono. Prof. Dr. SpPD. KE., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, FKUI
Jakarta, 2001.
H. Syaifuddin Drs. B.Ac, Anatomi Fisiologi, EGC Jakarta, 2007.
Marllyn E. Doenges dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, 2000.
Mudjiastuti, Diktat Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Masalah Pencernaan
Makanan, Surabaya, Tidak dipublikasikan.
Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed.
1. Jakarta : EGC; 2001
R. Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 2007.

Anda mungkin juga menyukai