Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA

MEDIS DYSPEPSIA DI RUANG POLI INTERNA


RS HAJI MAKASSAR

NORMA JULIARTI.M
NS0619107

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2020
LAPORAN PENDAHULUAN
“DYSPEPSIA”

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada
(heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia
(Mansjoer, 2010).
Dispepsia mengacu pada rasa kenyang yg tak mengenyangkan sesudah
makan, yg berhubungan dgn mual, sendawa, nyeri ulu hati & mungkin kram
& begah perut. Kerap kali kali diperberat karena makanan yg berbumbu,
berlemak / makanan berserat cukup tinggi, & karena asupan kafein yg
berlebihan, dyspepsia tiada kelainan lain menunjukkan adanya gangguan
fungsi pencernaan (Williams & Wilkins, 2011).
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada
(heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia
(Mansjoer A edisi III, 2010 hal : 488).
Batasan dyspepsia :
a. Dyspepsia organic, kalau/jika sudah diketahui adanya kelainan organic
sebagai
penyebabnya. Sindroma dyspepsia organik terdapat keluhan yg nyata
terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari,
pembengkakan/radang pancreas, pembengkakan/radang empedu, & lain –
lain.
b. Dyspepsia non-organik / dyspepsia fungsional, / dyspepsia non-ulkus
(DNU), kalau/jika tak jelas penyebabnya. Dyspepsia fungsional tiada
diikuti kelainan / gangguan struktur organ berlandaskan pemeriksaan
klinis, laboratorium, radiologi, endoskopi ( teropong saluran pencernaan).
2. Etiologi
Seringnya, dispepsia dikarenakan karena ulkus lambung / penyakit acid
reflux.. Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa perubahan yg terjadi
pada saluran cerna atas dampak proses penuaan, terutama pada ketahanan
mukosa lambung (Wibawa, 2010). Kadar lambung lansia biasanya
mengalami menurunnya hingga 85%. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-
inflammatory, bisa menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia
belum bisa diketemukan.
Penyebab dispepsia secara rinci ialah:
a. Menelan udara (aerofagi)
b. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
c. Iritasi lambung (gastritis)
d. Ulkus gastrikum / ulkus duodenalis
e. Kanker lambung
f. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
g. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu & produknya)
h. Kelainan gerakan usus
i. Stress psikologis, kecemasan, / depresi
j. Infeksi Helicobacter pylory
k. Perubahan pola makan
l. Pengaruh obat-obatan yg dimakan secara berlebihan & dlm waktu yg
lama
m. Alkohol & nikotin rokok
n. Stres
o. Tumor / kanker saluran pencernaan
3. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-
zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres,
pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,
kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat
gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya
kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata
membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan
maupun cairan.
4. Manifestasi klinik
a. nyeri perut (abdominal discomfort)
b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Perut kembung
g. Rasa panas di dada dan perut
h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

5. Pemeriksaan penunjang
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti
halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan
kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan
penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium,
radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
a. Laboratorium : Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak
ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti:
pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional
biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
b. Radiologis : Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu
penyakit di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan
radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan
kontras ganda.
c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi) : Sesuai dengan definisi
bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya normal atau sangat
tidak spesifik.
d. USG (ultrasonografi) : Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-
akhir ini makin banyak dimanfaatkan untuk membantu menentukan
diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek
samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun
dapat dimanfaatkan
e. Waktu Pengosongan Lambung : Dapat dilakukan dengan scintigafi atau
dengan pellet radioopak. Pada dispepsia fungsional terdapat pengosongan
lambung pada 30 – 40 % kasus.
6. Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya
komplikasi yang tidak ringan. Adapun komplikasi dari dispepsia antara lain:
a. Perdarahan
b. Kangker lambung
c. Muntah darah
d. Ulkus peptikum
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan non farmakologis
1) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-
obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
3) Atur pola makan
b. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama
dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross
patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 %
kasus DF reponsif terhadap placebo.
Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung)
golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan
prokinetik (mencegah terjadinya muntah).
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan
a. Identitas
1) Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku/ bangsa,
agama, pekerjaan, pendidikan, alamat
2) Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin,
agama, pekerjaan, hubungan dgn pasien, alamat
b. Pengkajian
1) Alasan utama datang ke rumah sakit
2) Keluhan utama (saat pengkajian)
3) Riwayat kesehatan sekarang
4) Riwayat kesehatan dahulu
5) Riwayat kesehatan keluarga
6) Riwayat pengobatan & alergi
c. Pengkajian Fisik
1) Keadann umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal
hygiene & lain-
lain.
2) Data sistemik
 Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan,
pengecap/penghidu, peraba, & lain-lain.
 Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang,
kesimetrisan mata, alis, kelopak mata, konjungtiva, sklera,
kornea, reflek, pupil, respon cahaya, & lain-lain.
 Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas,
sumbatan jalan napas, & lain-lain.
 Sistem kardiovaskular: tekanan darah, denyut nadi, bunyi
jantung, kekuatan, pengisian kapiler, edema, & lain-lain.
 Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi
waktu, orientasi tempat, orientasi manusia, & lain-lain.
 Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan,
keluhan, bibir, mual & tenggorokan, kemampuan mengunyah,
kemampuan menelan, perut, kolon & rektum, rectal toucher, &
lain-lain.
 Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan &
cara jalan, kemampuan mencukupi aktifitas sehari-hari,
genggaman tangan, otot kaki, akral, patah tulang, & lain-lain.
 Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka, memar,
kemerahan, & lain-lain.
 Sistem reproduksi: infertil, kasus menstruasi, skrotum,
testis, prostat, payudara, & lain-lain.
 Sistem perkemihan: urin (warna, jumlah, & pancaran),
BAK, vesika urinaria.
d. Data penunjang
e. Terapi yg diberikan
f. Pengkajian kasus psiko-sosial-budaya-& spiritual
1) Psikologi
 Perasaan klien sesudah mengalami kasus ini
 Cara menangani perasaan tersebut
 Rencana klien sesudah masalahnya terselesaikan
 Jika rencana ini tak terselesaikan
 Pengetahuan klien tentang kasus/penyakit yg ada
2) Sosial
 Aktivitas / peran klien di masyarakat
 Kebiasaan lingkungan yg tak disukai
 Cara mengatasinya
 Pandangan klien tentang aktivitas sosial di lingkungannya
3) Budaya
 Budaya yg diikuti karena klien
 Aktivitas budaya tersebut
 Keberatannya dlm mengikuti budaya tersebut
 Cara menangani keberatan tersebut
4) Spiritual
 Aktivitas ibadah yg biasa dikerjakan sehari-hari
 Kegiatan keagamaan yg biasa dikerjakan
 Aktivitas ibadah yg sekarang tak bisa dikerjakan
 Perasaaan klien dampak tak bisa melaksanakan hal tersebut
 Upaya klien menangani perasaan tersebut
 Apa keyakinan klien tentang peristiwa/kasus kesehatan yg
sekarang sedang dialami
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri ulu hati berhubungan dengan iritasi dan inflamasi pada lapisan
mukosa, submukosa, dan lapisan otot lambung
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia,
esofagitis dan anorexia.
c. Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan gastroenteritis
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri.
Kriteria hasil: klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya
rasa nyeri.
INTERVENSI :
1) Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 – 10)
2) Berikan istirahat dengan posisi semifowler
3) Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat
meningkatkan kerja asam lambung.
4) Anjurkan klien untuk tetap mengatur waktu makannya.
5) Observasi TTV
6) Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi
7) Kolaborasi dengan pemberian obat analgesic
RASIONAL :
1) Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan
penyembuhan
2) Dengan posisi semi-fowler dapat menghilangkan tegangan
abdomen yang bertambah dengan posisi telentang
3) dapat menghilangkan nyeri akut/hebat dan menurunkan aktivitas
peristaltik
4) mencegah terjadinya perih pada ulu hati/epigastrium
5) sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi berikutnya
6) Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol
7) Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama dengan
intervensi terapi lain
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak
setelah makan, esofagitis dan anoreksia.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang
yang
diharapkan individu
Kriteria hasil: klien menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
INTERVENSI :
1) Pantau dan dokumentasikan dan haluaran tiap jam secara adekuat
2) Timbang BB klien
3) Berikan makanan sedikit tapi sering
4) Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan,
integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus,
riwayat mual/rnuntah atau diare.
5) Kaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai.
6) Monitor intake dan output secara periodik.
7) Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada
hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi
Buang Air Besar (BAB).
RASIONAL :
1) Untuk mengidentifikasi indikasi/ perkembangan dari hasil yang
diharapkan
2) Membantu menentukan keseimbangan cairan yang tepat
3) Meminimalkan anoreksia, dan mengurangi iritasi gaster
4) Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi
yang tepat Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan
penyembuhan.
5) Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan
intake diet klien.
6) Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
7) Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan
masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.
c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
adanya mual, muntah dan diare
Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang
perlu untuk memperbaiki defisit cairan.
Kriteria hasil: klien mempertahankan/menunjukkan perubahan
keseimbangan
cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.

INTERVENSI :
1) Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler, status membran
mukosa, turgor kulit.
2) Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan
akurat.
3) Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan
laksatif/diuretik.
4) Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan
keseimbangan cairan optimal misalnya : jadwal masukan cairan.
5) Berikan/awasi hiperalimentasi IV
RASIONAL :
1) Indikator keadekuatan volume sirkulasi perifer dan hidrasi seluler.
2) Klien tidak mengkomsumsi cairan sama sekali mengakibatkan
dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang
berdampak pada keseimbangan elektrolit.
3) Membantu klien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan atau
penggunaan laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan lanjut.
4) Melibatkan klien dalam rencana untuk memperbaiki keseimbangan
untuk berhasil.
5) Tindakan daruat untuk memperbaiki ketidak seimbangan cairan
elektrolit.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan: menunjukkan kemampuan beraktivitas
Kriteria hasil: klien menyatakan mampu menggerakkan tubuh
INTERVENSI :
1) kaji kemampuan klien untuk melakukan aktivitas dan catat laporan
kelelahan.
2) awasi vital sign: TD, nadi, pernapasan sebelum dan sesudah
aktivitas.
3) beri bantuan dalam melakukan aktivitas
RASIONAL :
1) Untuk melakukan intervensi selanjutnya
2) Untuk mengetahui kondisi klien
3) Menjaga keamanan klien, dan menghemat energi klien
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2010. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2: Jakarta.
EGC.

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2010, Rencana Asuhan Keperawatan,


(Edisi III), EGC, Jakarta.

Inayah Iin. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan, Edisi Pertama: Jakarta. Salemba Medika.

Manjoer, A, et al. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3: Jakarta. Medika


aeusculapeus.

Suryono Slamet, et al. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, Edisi :
Jakarta. FKUI.

Price & Wilson. 2011. Patofisiologi, Edisi 4: Jakarta. EGC.

Warpadji Sarwono, et al. 2010. Ilmu Penyakit Dalam: Jakarta. FKUI.

Anda mungkin juga menyukai