Anda di halaman 1dari 17

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)

Oleh :
Kelompok IV B

1. Voice Angels Sahanaya


2. Sulfah Sirrul Hayati
3. Sri Wahyuni
4. Norma Juliarti M.
5. Risma Desy PurnamaSari
6. Putri Handini
7. Jusmang

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh


Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nyalah tugas tentang “Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Defisit Perawatan
Diri” ini dapat terselesaikan.
Tidak dapat dipungkiri lagi, hambatan demi hambatan selalu kami temui dalam halnya
penyusunan setiap makalah. Tapi dengan kerja keras serta tekad yang kuat maka akhirnya
kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kekurangan demi kekurangan selalu ada, karena kami hanyalah manusia biasa. Oleh
sebab itu, kritik serta saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi perbaikan
dimasa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Makassar, Desember 2019

Kelompok IV B

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ........................................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Landasan Teori ....................................................................................................... 3
B. Klien ....................................................................................................................... 7
C. Uraian Struktur Kelompok ..................................................................................... 7
D. Metode ................................................................................................................... 8
E. Antisipasi Masalah ................................................................................................. 8
F. Proses Evaluasi ...................................................................................................... 8
G. Bentuk Formasi Kelompok .................................................................................... 8
H. Proses Pelaksanaan ................................................................................................ 9
ROLE PLAY (TAK) DEFISIT PERAWATAN DIRI ................................................. 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................................ 13
B. Saran ....................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 14

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari kesehatan, sehat jiwa tidak
hanya terbatas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh
semua orang. Menurut Yosep (2007), kesehatan jiwa adalah sikap yang positif
terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan,
kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi
dengan lingkungan.
Umumnya manusia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
baik, namun ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk melakukan
penyesuaian dengan persoalan yang dihadapi. Mereka bahkan gagal melakukan
koping yang sesuai tekanan yang dialami, atau mereka menggunakan koping yang
negatif, koping yang tidak menyelesaikan persoalan dan tekanan tapi lebih pada
menghindari atau mengingkari persoalan yang ada.
Permasalahan pada suatu individu dalam mengalami gangguan jiwa sangatlah
kompleks antara satu dengan lainnya saling berkaitan. Mekanisme koping yang tidak
efektif merupakan salah satu faktor seseorang dapat mengalami gangguan jiwa.
Seseorang dapat dikatakan sehat jiwanya apabila seseorang tersebut memenuhi
kriteria sebagai berikut : sikap positif terhadap diri sendiri, tumbuh kembang dan
aktualisasi diri, integrasi (keseimbangan 2 atau keutuhan), otonomi, persepsi realitas,
environmental mastery (kecakapan dalam adaptasi dengan lingkungan).
Sejalan dengan itu fungsi serta tanggung jawab perawat psikiatri dalam
memberikan asuhan keperawatan dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang
dapat membantu proses penyembuhan dengan menggunakan hubungan terapeutik
melalui usaha pendidikan kesehatan dan tindakan keperawatan yang dapat membantu
proses penyembuhan dengan menggunakan hubungan terapeutik melalui usaha
pendidikan kesehatan dan tindakan keperawatan secara komprehensif yang diajukan
secara berkesinambungan karena penderita isolasi sosial dapat menjadi berat dan lebih
sukar dalam penyembuhan bila tidak mendapatkan perawatan secara intensif.
Menurut data dari WHO (World Health Organization) tahun 2011, yang di
kutip dari Ikrar (2012), penderita gangguan jiwa berat telah menempati tingkat yang
luar biasa. Lebih 24 juta mengalami gangguan jiwa berat. Jumlah penderita gangguan

1
jiwa di dunia, seperti fenomena gunung es di lautan, yang kelihatannya hanya
puncaknya, tetapi dasarnya lebih banyak lagi yang belum terlacak. Bahkan menurut
laporan pusat psikiater Amerika, dibutuhkan dana sekitar US$ 160 bilyun pertahun.
Berarti gangguan jiwa berdampak dalam semua segi kehidupan, ekonomi, politik,
sosial, budaya, keamanan, dan seterusnya.
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit
perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan
diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004). Defisit perawatan diri
adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam
melakukan atau melengkapi aktifitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi
(hygene), berpakaian/berhias,makan,dan BAB/BAK (toileting). Personal hygiene
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis, ( Poter. Perry , 2005). Kurang perawatan diri adalah
kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk
dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok klien mampu memahami tentang
cara melakukan perawatan personal hygiene yang benar.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti terapi aktifitas kelompok, klien mampu menjawab pertanyaan
tentang :
a. Manfaat membersihkan diri
b. Alat-alat membersihkan diri (kebersihan kulit, mulut dan rambut)
c. Mempraktekan cara membersihkan kulit, mulut, dan rambut.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Teori
1. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktifitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi (hygene), berpakaian/berhias,makan,dan BAB/BAK
(toileting).
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, ( Poter. Perry , 2005).
Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).
2. Jenis-Jenis Perawatan Diri
a. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
b. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri : Makan.
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004,79).

3
3. Etiologi Defisit Perawatan Diri
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000), Penyebab kurang perawatan diri
adalah sebagai berikut :
a. Kelelahan fisik
b. Penurunan kesadaran
Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
a. Faktor prediposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan Realitas Turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor Presipitasi
Yang merupakan factor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59), Faktor – faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

4
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes
mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan Seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g. Kondisi Fisik atau Psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.
4. Dampak Masalah Personal Hygiene
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene, antara lain:
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata
dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
5. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri
a. Mandi/hygene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh
atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar
kamar mandi.

5
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien
juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih
pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan
pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat
yang memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, memprsiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah pakaian, menggunakan alat
tambahan, mendapatkan makanan, membuka kontainer, memanipulasi makanan
dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu dimasukannya di mulut,
melengkapi makan, mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat,
mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. BAB/BAK (Toileting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban
atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk
toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram
toilet atau kamar kecil.
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
a. Fisik
Badan bau, pakaian kotor. Rambut dan kulit kotor. Kuku panjang dan kotor Gigi
kotor disertai mulut bau serta penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif. Menarik diri, isolasi diri. Merasa tak berdaya, rendah
diri dan merasa hina.
c. Sosial
Interaksi kurang. Kegiatan kurang, Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri.

6
B. Klien
1. Karakteristik klien
a. Klien yang tidak mengalami gangguan fisik
b. Klien yang bisa membaca
c. Klien yang mudah mendengarkan dan mempraktekannya.
d. Klien dengan riwayat devisit perawatan diri.
e. Klien yang mudah diajak berinteraksi.
2. Proses Seleksi
a. Mengobservasi klien dengan riwayat devisit perawatan diri.
b. Mengidentifikasi klien berdasarkan karakteristik devisit perawatan diri.
c. Mengumpulkan klien yang termasuk dari karakteristik masalah devisit
perawatan diri untuk mengikuti TAK.
C. Uraian Struktur Kelompok
1. Tempat : Ruang TAK
2. Hari /tanggal : Sabtu, 21 Desember 2019
3. Waktu : 12.00 - 12.30 WITA
4. Lamanya : ± 30 menit
5. Jumlah anggota : 7 orang.
6. Pengorganisasian
a. Leader : Voice Angels Sahanaya
Tugas :
1) Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
2) Memperkenalkan anggota tim
3) Menetapkan dan menjelaskan aturan permainan
4) Memotivasi peserta TAK untuk menjawab pertanyaan dan memperaktek
kan cara perawatan kebersihan diri (kulit, mulut, dan rambut)
b. Coleader : Jusmang
Tugas :
1) Membuka acara kegiatan
2) Menyimpulkan kegiatan dan menutup kegiatan
c. Fasilitator : Putri Handini
Tugas:
1) Memotivasi peserta yang kurang aktif.
2) Menjadi contoh anggota kelompok selama kegiatan.

7
d. Observer : Sulfah Sirrul Hayati
Tugas :
1) Mengamati proses kegiatan
2) Menilai jalannya TAK.
e. Nama Pasien
1) Pasien 1 : Risma Desy Purnamasari
2) Pasien 2 : Sri Wahyuni
3) Pasien 3 : Norma Juliarti
D. Metode
1. Ceramah , Praktek dan Tanya jawab.
2. Media yang digunakan : kertas putih, spidol, pulpen, bola, hand phone dan
speaker.
E. Antisipasi Masalah
1. Penanganan klien yang tidak efektif saat TAK, fasilitator memastikan agar klien
berperan aktif dalam TAK.
2. Penanganan untuk klien yang meninggalkan permainan tanpa pamit :
a. Ingatkan klien akan aturan permainan bahwa barang siapa yang akan
meninggalkan ruang TAK harus pamit terlebih dahulu pada perawat.
b. Jika klien tetap saja pergi jangan paksakan klien untuk mengikuti TAK tapi
setelah TAK selesai temui klien dan tanyakan mengapa tadi ia meninggalkan
TAK.
F. Proses Evaluasi
1. Waktu
2. Kehadiran
3. Topik diskusi
4. Isu, ide dan pendapat anggota
5. Strategi leader
6. Rencana strategi berikutnya
7. Prediksi respon anggota pertemuan berikutnya.
G. Bentuk Formasi Kelompok
Formasi Kelompok : Membentuk lingkaran.

8
H. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
1) Mengucapkan salam dan membuka kegiatan dilakukan oleh coleader.
2) Perkenalan di mulai oleh leader dilanjutkan oleh fasilitator, dan observer.
3) Perkenalan oleh masing-masing klien dengan menyebutkan nama, asal
ruangan perawatan
b. Penjelasan Tujuan dan Aturan Main.
1) Penjelasan aturan main dan tujuan terapi oleh leader
Sebelum memulai permainannya, saya menjelaskan tujuan dari permainan
ini yaitu supaya kita menjaga kebersihan diri kita dengan
mandi,menggosok gigi, dan mencuci rambut. Aturan mainnya yaitu
teman-teman disini diharapkan mengikuti kegiatan TAK dari awal sampai
akhir, jika ada teman-teman yang ingin meninggalkan permainan TAK ini
atau kekamar mandi, teman-teman harus minta izin dengan Leader.
2) Cara permainannya, pertama saat musik dihidupkan bruder /suster akan
memberikan bola, dan berputar searah jarum jam, lalu musik berhenti dan
bola pun berhenti pada salah satu teman-teman. lalu teman yang
memegang bola berdiri dan memberikan salam, menyebutkan nama
3) Bagi anggota kelompok yang telah memperkenalkan diri maka di berikan
identitas berupa papan nama.
2. Fase Kerja
Langkah-langkah kegiatan.
a. Membagikan kertas dan pulpen untuk klien,
b. Klien di suruh menulis di kertas yang disediakan tentang : Manfaat
membersihkan diri yang di bantu oleh fasilitator.
c. Bola dioper ke semua anggota TAK dan bila music berhenti, maka yang
memegang bola wajib untuk membaca hasil tulisannya.untuk pertama kali
diawali oleh leader.
d. Leader memberikan pujian “ bagus bapak/ibu telah dapat menyebutkan
manfaat membersihakan diri.
e. Leader meminta anggota TAK untuk membalik kertas dan kembali menulis
alat-alat yang digunakan untuk mandi di bantu oleh fasilitator

9
f. Bola kembali dioper dan bila music berhenti, maka yang memegang bola
wajib untuk menyebutkan terlebih dahulu, yang dimulai oleh leader.
g. Leader memberikan pujian “bagus bapak/ibu sudah dapat menyebutkan alat-
alat yang digunakan untuk mandi ”
h. Leader meminta anggota TAK menyebutkan langkah-langkah membersihkan
diri (mandi, menggosok gigi dan mencuci rambut), bagi yang memegang bola
saat music berhenti, maka wajib untuk menyebutkan, yang dimulai oleh leader
dan dilanjutkan oleh anggota TAK.
i. Leader memberikan pujian “ bagus bapak/ibu telah menyebutkan langkah
mandi, menggosok gigi, dan mencuci rambut secara benar.
j. Leader memasukkan jadwal rutin setiap hari untuk peserta TAK.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon subjektif klien
b. Bagaimana perasaan bapak-bapak dan ibu-ibu setelah kita bermain TAK
selama 30 menit?
c. Coba bapak/ibu sebutkan langkah-langkah mandi, menggosok gigi dan
mencuci rambut.

ROLE PLAY (TAK) DEFISIT PERAWATAN DIRI

Pada suatu hari di ruang Melati beberapa pasien dengan diagnosa defisit perawatan
diri mandi dikumpulkan untuk melakukan TAK.
Co Leader : Assalamualaikum wr. Wb. Puji syukur kita panjatkan kepada tuhan yang
maha esa karna telah memberi kita semua kesehatan sehingga bisa berkumpul
di tempat ini. Terima kasih karna bapak dan ibu sudah mau berkumpul
ditempat ini untuk melaksanakan kegiatan TAK. Kemudian saya
memperkenalkan rekan-rekan saya yang pertama saya sendiri sebagai Co
Leader, kemudian rekan saya ....... sebagai leader, ..... sebagai fasilitator, ......
dan observer. Baiklah saya persilahkan leader kita untuk menjelaskan apa itu
TAK defisit perawatan diri mandi.
Leader : Baik terima kasih disini saya sebagai leader akan menjelaksna apa itu TAK
adalah upaya untuk mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realita).
Adapun TAK yang akan dilakukan pada pagi hari ini yaitu mengkaji

10
kemampuan pasien untuk menuliskan manfaat membersihkan diri pada kertas
yang dibagikan, lalu sebentar ada bola yang dioper ke semua anggota TAK
dan bila music berhenti, maka yang memegang bola wajib untuk membaca
hasil tulisannya. Supaya bapak dan ibu tau mari kita lakukan permainannya 1
kali putaran dulu.
(CO Leader, Leader, Observer, dan Pasien mencontohkan TAK yang akan dilakukan)
Fasilitator : “membagikan kertas kepada pasien”
Leader : ya ibu dan bapak silahkan tuliskan apa saja yang bapak dan ibu ketahui
tentang manfaat mebersihkan diri. Bagaimana sudah selesai?
Pasien 1,2,3 : Sudah
Leader : mari kita mulai
Fasilitator : mulai memutar musik
(lalu musik mulai diputar dan leader membagikan bola, tiba-tiba pasien 3 tidak
membagikan bola tersebut)
Fasilitator : Maaf bu/pak bolanya dibagikan ke teman ibu/bapak yang disebelahnya yah,
kalau musik dimatikan baru ibu berhenti membagikan bolanya.
Pasien 3 : ohh iya maaf sus
Leader : ok mari kita lanjutkan lagi
Fasilitator : Mematikan Musik
(bola berhenti di pasien 1)
Leader : coba bapak/ibu jelaskan apa yang ibu/bapak tulis dikertas yang telah
dibagikan tentang manfaat membersihkan diri
Pasien 1 : supaya harum, cantik dan tidak kotor
Leader : bagus bapak/ibu telah dapat menyebutkan manfaat mebersihkan diri.
Kemudian bapak/ibu balik kertasnya lalu bapak dan ibu tuliskan langkah-
langkah mebersihkan diri.
Pasien 1,2,3 : Menulis langkah-langkah membersihkan diri, sudah sus !
Leader : ok mari kita mulai lagi TAK nya seperti yang tadi yah
Pasien 1,2,3 : baik sus
Fasilitator : Menyalakan Musik
(kemudian pasien membagikan bola)
Fasilitator : mematikan Musik
(bola berhenti di pasien 2)
Leader : Baiklah ibu coba sebutkan langkah-langkah membersihkan diri

11
Pasien 2 : Mandi, menggosok gigi, dan mencuci rambut
Leader : Bagus, ibu sudah benar, mari beri tepuk tangan buat pasien 2
(Kemudian bola mulai berputar)
Fasilitator : Mematikan musik
(bola berhenti pada pasien 3)
Leader : ok coba pasien 3 sebutkan langkah-langkah membersihkan diri
Pasien 3 : Mandi, menggosok gigi, dan mencuci rambut
Leader : Bagus, ibu sudah benar, mari beri tepuk tangan buat pasien 3. Bagaimana
perasaan ibu dan bapak setelah dilakukan TAK ini ?
Pasien 1 : senang karna kita jadi tau cara membersihkan diri sus
Leader : Bagus, baiklah mungkin itu saja, saya kembalikan pada observer bagaimana
pengamatannya mengenai TAK yang telah dilakukan.
Observer : Menurut saya TAK yang telah dilaksanakan pada pagi hari ini berjalan
dengan lancar dan pasien menurut saya sudah mengerti tentang apa itu manfaat
membersihkan diri dan langkah-langkah membersihkan diri. Saya kembalikan
kepada leader.
Leader : baik terima kasih, mungkin ada yang mau bertanya tentang TAK yang sudah
dikerjakan hari ini ?
Pasien 1,2,3 : sudah tidak ada sus
Co Leader : baiklah terima kasih. Pertemuan kita hari ini sudah selesai, kita akan bertemu
kembali minggu depan dengan jam yang sama dan tempat yang sama, sekian
dan terima kasih, silahkan bapak dan ibu kembali ke ruangannya,
assalamualaikum wr. wb

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya. Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan
untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat
memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit
dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien.

B. Saran
Semoga proposal ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan
saran sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik

13
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.

Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.

Yogyakarta : Momedia

http://diaryofeffatazebaoth.blogspot.com/2011/02/proposal-tak-defisit-perawatan-

diri.html

14

Anda mungkin juga menyukai