Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. DEFINISI
Infeksi saluran kemih adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air
kemih tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi
saluran kemih dapat terjadi baik di pria maupun wanita dari semua umur,
dan dari kedua jenis kelamin ternyata wnita lebih sering menderita
infeksi daripada pria.(sudoyo A. Dkk 2009 nanda NIC-NOC 2015 jilid 2)
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah kondisi ketika organ yang
termasuk dalam sistem kemih, yaitu ginjal, ureter, kandung kemih, dan
uretra, mengalami infeksi. Umumnya, ISK terjadi pada kandung kemih
dan uretra.(Basuki B. 2000 dalam nanada NIC-NOC 2015).

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi di bagian


manapun dari saluran kemih yang terdiri dari ginjal, ureter, kandung
kemih dan uretra. Kejadian tersering adalah infeksi yang melibatkan
saluran kemih bagian bawah; kandung kemih dan uretra. (price &
wilson,2006 dalam nanda NIC-NOC 2015).

2. ETIOLOGI
ISK terjadi tergantung banyak faktor seperti : usia, gender, prevalensi
bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur
saluran kemih termasuk ginjal.
Berawal dari ginjal, zat sisa di dalam darah disaring dan dikeluarkan
dalam bentuk urine. Kemudian, urine dialirkan dari ginjal melalui ureter,
menuju kandung kemih. Setelah ditampung di kandung kemih, urine
kemudian dibuang dari tubuh melalui saluran pelepasan yang disebut
uretra, hingga bermuara ke lubang kencing.

Berdasarkan bagian yang terinfeksi, ISK terbagi menjadi ISK atas dan
ISK bawah. ISK atas merupakan infeksi yang terjadi di bagian atas
kandung kemih, yaitu di ginjal dan ureter. Sedangkan ISK bawah adalah
infeksi pada kandung kemih bagian bawah, yaitu kandung kemih dan
uretra.

Berikut menurut jenis makroorganisme dan usia :

a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :

 Escherichia coll : 90% penyebab isk uncomplicated (simple).


 Pseudomonas, proteus, klebsiella : penyebab isk complicated.
 Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain

b. Prevavalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :

 Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat akibat


pengosongan kandung kemih yang kurang efektif
 Mobilitas menurun
 Nutrisi yang sering kurang baik
 Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
 Adanya hambatan pada aliran urine
 Hilangnya efek bakteri dari sekresi prostat.

Klasifikasi menurut letaknya

a. ISK bawah

- Perempuan (sistitis: presentasi klinis infeksi kandung kemih


disertai bakteriuria bermakna.
- Sindrom uretra akut (SUA) : presentasi klinis sistitis ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis.
- Laki-laki 9sistitis, prostatis, epidididmis, dan uretritis)
b. ISK atas

- pieolnefritis akut (PNA) : proses infeksi parenkim ginjal yang


disebabkan infeksi bakteri
- Pielonefritis kronis (PNK) : kemungkinan akibat lanjut dari
infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.

Infelsi saluran kemih ( ISK ) pada usia lanjut, dibedakan menjadi :

a. ISK uncomplicated (simple) merupakan ISK sederhana yang


terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomi
maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama
mengenai mukosa superficial kandung kemih.
b. ISK complikated, sering menimbulkan banyak masalah karena
sering kali kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab
sering resistensi terhadap ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan
sebagai berikut :

- Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, refleks


vesiko uretra obsturksi. Atoni kandung kemih, paraplegia,
kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
- Kelainan faal ginjal : GGA maupun GGK.
- Gangguan daya tahan tubuh
- Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti
prosteus spp yang memproduksi urease.
3. PATOFISIOLOGI
Pada individu normal laki-laki maupun perempuan urine selalu
steril karena dipertahankan jumlah dan dan frekuensi kencing. Uretrp
distal merupakan tempat kolonisasi mikroorganisme non patogheic
fastidous gram positive dan gram negatif. Hampir semua ISK
disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra kedalam
saluran kemih yang lebih distal, misalnya kandung kemih. Pada
beberapa pasien tertentu invasi mikrorganisme dapat mencapai ginjal.
Proses ini dipermudah refluks vasikoureter. Proses invasi
mikroorganisme hematogen sangat jarang ditemukan diklinik,
mungkin akibat lanjut dari bakterimia, ginjal diduga merupakan lokasi
infeksi sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat S
aureus.

4. TANDA DAN GEJALA/ MANIFESTASI KLINIS


a. Anyan-anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah
dicoba untuk berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar
b. Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa
berwarna putih, cokelat, atau kemerahan dan baunya sangat
menyengat.
c. Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila
ada darah
d. Nyeri pada pinggang
e. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah
mencapai ginjal (diiringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk,
mual atau muntah )
f. Peradangan kronis dapat menjadi pemicu terjadinya kanker
kandung kemih.
5. KOMPLIKASI
a. Gangguan pada ginjal
Komplikasi infeksi saluran kemih yang terjadi adalah gangguan
pada ginjal. Disaat seseorang mengalami infeksi dikandung kemih
maka bakteri, bisa naik dan kemudian masuk kedalam ginjal.
b. Infeksi darah
Komplikasi infeksi saluran kemih yang terjadi saat ini adalah
disaat bakteri yang ada didalam saluran kemih memasuki kedalam
aliran darah dan pada akhirnya akan menyerang organ tubuh yang
lain.
c. Prostatitis
Komplikasi infeksi saluran kemih ini biasanya hanya dialami oleh
pria, terjadi disaat kelenjar prostat mengalami peradangan. Dan
gejala yang biasanya muncul adalah rasa sakit pada bagian
selangkangan disaat sedang buang air kecil dan juga saat sedang
ejakulasi.

6. PENETALAKSANAAN
a. Non farmakologi
 Istirahat
 Diet ; perbanyak vitamin A dan C untuk mempertahankan
epitel saluran kemih
b. Farmakologi
 Antibiotik sesuai kultur, bila hasil kultur belum ada dapat
diberikan antibiotik antara lain cefotaxime, ceftriaxone,
kontrimoxsazol, trimetroprim, fluoroquinolon, amoksisiklin,
doksisiklin, aminoglikosid.
 Bila ada tanda-tanda urosepsi dapat diberikan imipenem atau
kombinasi penisilin dengan aminoglikosida.
 Untuk ibu hamil dapat diberikan amoksilin, nitrofurantoin atau
sefalosporin.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Analisa urine rutin, mikroskop urine segar tanpa putar, kultur
urine, serta jumlah kuman/ml urine
b. Infestigasu lanjutan harus berdasarkan indikasi klinis :
 Ultrasenigrapi (USG)
 Radiografi : foto polos perut, pieolografi IV, micturatin
cystogram
 Isotop scanning
Indikasi investigasi lanjutan setelah ISK
 ISK kambuh (relapsing infection )
 Gejala urologic :kolik ginjal , pluria, hematuria
 Hematuria persistem
 Mikroorganisme (MO) jarang : pseudomonas spp dan
protecus spp
 Isk berulang dengan inteval < 6 minggu.

8. DISCHARGE PLANNING
a. Perbanyak minum air putih (8/10 gelas/hari
b. Mengkomsumsi vit C secara teratur karena dapat mengurangi
jumlah bakteri dalam urine.
c. Hindari komsumsi minuman beralkohol, makanan yang berempah,
dan kopi, karena semua makanan ini dapat meniritasi kandung
kemih.
d. Berikan kompres hangat dengan bantal elektrik khusus atau botol
berisi air panas pada bagian abdomen untuk mengurangi rasa
tegang pada kandung kemih.
e. Segera buang air kecil jika keinginan itu timbul
f. Cucilah alat kelamin sebelum dan sesudah hubungan kelamin
g. Jalani hidup bersih dengan mencuci bagian anus dan genetalia
sekurang-kurangnya sekali sehari
h. Jika memakai kateter lakukan pergantian atau cek kedokter dengan
teratur.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan metode proses
keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 4 tahap yaitu :
Pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (H. Lismidar, 1990, IX)
1. Pengkajian
Pengkajian adalah komponen kunci dan pondasi proses keperawatan,
pengkajian terbagi dalam tiga tahap yaitu, pengumpulan data, analisa data dan
diagnosa keperawatan. (H. Lismidar, 1990. Hal 1)
a. Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data ada urutan – urutan kegiatan yang
dilakukan yaitu :
1). Identitas klien
Nama, umur, jenis penyebab abses hepar, jenis kelamin, tempat
tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah
kebawah dan status kesehatan kesehatan. (dr. Hendrawan Nodesul,
1996. Hal 1)
2). Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan
penyakit yang di rasakan saat ini. Dengan nyeri pada bgaian perut
sebelah kanan bawah, keringat malam, nafsu makan menurun dan
suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari
pengonbatan.
3). Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh
penderita yang mungkin sehubungan dengan pencernaan antara lain
maag dan lain-lain.
4). Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga yang menderita penyakit
ISK (infeksi saluran kemih).
5). Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah
dan sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya
penduduk dr. Hendrawan Nodesul, 1996).
6). Pola fungsi kesehatan
a). Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan mempunyai pemikiran menjaga
kesehatan.
b). Pola nutrisi dan metabolik
Pada klien dengan infeksi saluran kencing (ISK) biasanya
mengeluh anyang-anyang rasa ingin kencing tetapi kencing keluar
hanya sedikit, nafsu makan menurun. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
c). Pola eliminasi
Klien ISK sering mengalami perubahan atau kesulitan
dalam miksi maupun defekasi
d). Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya nyeri pada bagian perut, akan menganggu
aktivitas. (Marilyn. E. Doegoes, 1999)
e). Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya nyeri pada bagian perut sering ingin
mengeluarkan kencing mengakibatkan terganggunya kenyamanan
tidur dan istirahat.
f). Pola hubungan dan peran
Klien dengan Infeksi saluran kemih (ISK) akan mengalami
ketidaknyamanan untuk melakukan sesuatu. (Marilyn. E. Doenges,
1999)
g). Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan,
dan pendengaran) tidak ada gangguan.
h). Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa
kawatir klien tentang penyakitnya. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
i). Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita abses hepar pola reproduksi dan seksual
akan berubah karena kelemahan dan nyeri pada bagian perut.
j). Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan
penolakan terhadap pengobatan. (dr. Hendrawan Nodesul, 1996.
Hal 23)
k). Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena nyeri menyebabkan terganggunya aktifitas ibadah
klien.
7). Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem – sistem tubuh
a). Sistem integumen
Pada kulit terjadi, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
b). Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik
dijumpai
inspeksi :adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma,
pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah.
(Purnawan Junadi DKK, th 1982, hal 213)
Palpasi : Fremitus suara meningkat. (Hood Alsogaff, 1995. Hal
80)
Perkusi : Suara ketok redup. (Soeparman, DR. Dr. 1998. Hal
718)
Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah,
kasar dan yang nyaring. (Purnawan. J. Dkk, 1982, DR.
Dr. Soeparman, 1998. Hal 718)
c). Sistem pengindraan
Pada klien ISK untuk pengindraan tidak ada kelainan
d). Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 yang
mengeras. (DR.Dr. Soeparman, 1998. Hal 718)
e). Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan
turun. (DR.Dr. Soeparman, 1998. Hal 718)
f). Sistem muskuloskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang
tidur dan keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan. (Hood
Al Sagaff, 1995. Hal 87)
g). Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposmentis dengan GCS : 456
h). Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
hanya saja nyeri pada saat setelah kencing
8). Pemeriksaan penunjang
a). Pemeriksaan Radiologi
Keluhan awal: demam/menggigil, nyeri abdomen,
anokresia/malaise, mual/muntah, penurunan berat badan, keringan
malam, diare, demam (T > 38°), hepatomegali, nyeri tekan kuadran
kanan atas, ikterus, asites, serta sepsis yang menyebabkan kematian
Pemeriksaan laboratorium.
(1). Darah
Adanya kurang darah, ada sel – sel darah putting yang
meningkatkan serta laju endap darah meningkat terjadi pada
proses aktif. (Head Al Sagaff. 1995. Hal 91)
b. Analisa data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk
menentukan masalah klien. Masalah klien yang timbul yaitu, sesak napas,
batuk, nyeri dada, nafsu makan menurun, aktivitas, lemas, potensial,
penularan, gangguan tidur, gangguan harga diri.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut
b. Kekurangan volume cairan
c. Retensi urine
d. Gangguan eliminasi urine
e. Hipertermi
f. Defisiensi pengetahuan.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Nyeri

Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang


muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan
dalam hal kerusakan sedemikian rupa

Batasan karakteristik:

 Perubahan selera makan


 Perubahan frekuensi jantung
 Perubahan frekuensi pernafasan
NOC

 Pain level
 Pain control
 Comfort level

Kriteria hasil

 Mampu mengontrol nyeri


 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan menajemen nyeri
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

NIC

Pain management

 Lakukan pengkajian secara komprehensif


 Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien.
 Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi
 Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhenti.
b. Kekurangan volume cairan

Defenisi : penurunan cairan intravaskular, ini mengacu pada dehidrasi


kehilangan cairan saat tanpa perubahan pada natrium

Batasan karakteristik:

 Penurunan tekanan darah


 Penurunan turgor kulit
 Penurunan haluaran urine
NOC

 Fluid balance
 Hydration
 Nutritional status : food and fluid intake

Kriteria hasil

 Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB,BJ urine normal, HT
normal
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kuit baik.

NIC

Fluid management

 Pertahankan catatan intake dan output yang akurat


 Monitor vital sign
 Kolaborasi pemberian cairan IV
 Monitor status nutrisi

c. Retensi urine

Defenisi : pengosongan kandung kemih tidak konflik

Batasan karakteristik :

 Tidak ada haluaran urine


 Distensi kandung kemih
 Sering berkemih
 Inkontenensia aliran berkemih
 Sensasi kandung kemih penuh

NOC

 Urinary elimination
 Urinary continience

Kriteria hasil
 Kandung kemih kosong secara penuh
 Tidak ada residu urine >100-200cc
 Bebas dari ISK
 Tidak ada spasme bledder
 Balance cairan seimbang

NIC

Urinary retention care

 Monitor intake atau otuput


 Monitor penggunaan obat antikolonioergik
 Monitor derajat distensi bladder
 Katerisasi jika perlu
 Monitor tanda dan gejala ISK(panas, hematuria, perubahan bau dan konsistensi
urine
d. Gangguan eliminasi urin

Definisi :disfungsi pada eliminasi urine

Batasan karakteristik

 Disuria
 Sering berkemih
 Anyang-anyangan
 Inkontenensia
 Retensi

NOC

 urinary elimination
 urinary continuency

kriteria hasil

 kandung kemih kosong secara penuh


 tidak ada residu urine
 tidak ada spasme bladder
 bebas dari ISK

NIC

Urinary

 Anjurkan klien atau keluarga untuk merekam output urine, sesuai


 Masukkan kateter kemih, sesuai
 Memantau asupan dan keluaran
 Memantau denga toilet dengan secara berkala sesuai.
e. Hipertermi

Definisi : peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.

Batasan karakteristik

 Konvulsi
 Kulit kemerahan
 Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
 Kejang
 Takikardi
 Takipnea
 Kulit terasa hangat

NOC

Thermoregulation

Kriteria hasil :

 Suhu tubuh dalam rentang normal


 Nadi dan RR dalam rentang normal
 Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

NIC

Faver treatment

 Monitor suhu sesering mungkin


 Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
 Kolaborasi pemberian cairan intravena
 Tingkatkan sirkulasi darah
 Berikan antipiretik

f. defisiensi pengetahuan

Definisi : ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik
tertentu.

Batasan karakteristik :

 Perilaku hiperbola
 Ketidakakuratan mengikuti perintah
 Ketidakakuratan melakukan tes
 Perilaku tidak tepat (mis., histeri, bermusuhan,agitasi, apatis)
 Pengungkapan masalah

NOC

Knowledge : disease process


Knowledge : health behavior

Kriteria hasil :
 Pasien dan keluarga menyatakan pemahan tentang penyakit, kondisi, prgnosis dan
program pengobatan, pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/
tim kesehatan

NIC

Teaching : disease process

 Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit


yang spesifik
 Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
 Gambarkan tanda dan gejala yang bisa muncul pada penyakit, dengan cara yang
tepat
 Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
 Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
 Hindaro jaminan yang kosong.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang meliputi tindakan yang direncanakan oleh perawat yang
diberikan pada klien. Pelaksanaan tindakan pada klien dengan sistem perkemihan
diperlukan untuk meminimalkan terjadinya komplikasi perluasan area yang
terjadi.
5. EVALUASI
Evaluasi adalah proses keperawatan yang menyangkut pengumpulan data subektif
dan objektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelaksanaan keperawatan
sudah tercapai atau belum, masalah apa yang perlu dikaji, direncanakan atau
dimulai kembali evaluasi bertujuan memberikan umpan balik terhadap rencana
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Academia.education. diakses melalui www.abcd-academia.edu.com. Pada hari selasa

tanggal 05 februai 2019, 20.00

Basuki B. purnomo, dasar-dasar urologi, malang, fakultas kedokteran

Brawijaya 2000

Price,sylvia anderson, wilson, lorraine Mc Carty, 2006. Patofisiologi konsep

Klinis proses-proses penyakit,Ed.6, volume 1&2, EGC, Jakarta

Sudoyo Aru, dkk 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 1,2,3, edisi keempat.

Internal publishing, jakarta

Anda mungkin juga menyukai