Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

Disusun oleh :

Chindy Kusumadira Tampilangq

711490120005

POLTEKKES KEMENKES MANADO

JURUSAN KEPERAWATAN

NERS LANJUTAN

2020
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP DASAR
A. Definisi
Infeksi Saluran Kencing (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat terjadi
pada pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita
lebih sering menderita infeksi ini daripada pria. (Nurharis Huda ; 2009). Jenis infeksi saluran
kemih, antara lain :
1. Kandung kemih (sistisis)
2. Urethra ( Uretritis)
3. Prostat (Prostatitis)
4. Ginjal ( Pielonefritis)
Selain itu, ISK pada mereka yang usia lanjut dibedakan menjadi :
1. ISK Uncomplicated (Simple)
ISK yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik anatomik maupun
fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan
infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. ISK Complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena seringkali kuman penyebab sulit untuk
diberantas. Kuman penyebab seringkali resisten terhadap beberapa jenis antibiotik,
sering menyebabkan bakterimia, sepsis, hingga shok. Infeksi saluran kencing ini terjadi
bila terdapat keadaan sebagai berikut :
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, refreks vesiko urethral
obstruksi, atoni kandung kemih,paraplegia, kateter kandung kemih menetap dan
prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK
c. Gangguan imunitas
d. Infeksi yang disebabkan oleh organisme virulen seperti prosteus yang
memproduksi urease.

B. Etiologi
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan Infeksi Saluran Kencing :
a. E. coli 90% menyebabkan ISK Uncomplicated
b. Pseudomnas, prosteus, Klebsiella : penyebab ISK Complicated
c. Enterobacter, staphylococus epidemis, enterococus ,dan lain –lain .
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut antara lain :
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengososngan kandung
kemih yang kurang efektif.
b. Mobilisasi yang menurun
c. Nutrisi yang kurang baik
d. Sistem imunitas yang menurun, baik selular maupun humoral
e. Adanyahambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
3. Secara khusus, etiologi ISK berdasarkan jenisnya
a. Sistis
1) Disebabkan oleh bakteri dari vagina yang berpindah dari uretra ke kandung
kemih.
2) Wanita yang menderita isk setelah melakukan hubungan intim, dikarenakan
uretra yang cidera.
3) Vistula vesikovaginal (hubungan abnormal antara kandung kemih dan
vagina )
4) Akibat pemasangan kateter atau alat yang digunakan selama penbedahan
b. Urethritis
1) Penyebab bisa berupa bakteri, jamur atau virus yang berasal dari usus besar
sampai ke vagina melalui anus.
2) Nesseria gonorrhoea penyebab gonore, bakteri yang masuk ke vagina atau
penis pada saat melakukan hubungan seksual.
3) Paling sering disebabkan oleh gonococus
c. Prostattitis
Disebabkan oleh pertumbuhan bakteri di akibatkan oleh urin yang tertahan pada
kandung kemih sehingga menjalar dan terjadilah radang pada prostat

C. Manifestasi Klinis
1. Anyang-anyangatan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba untuk
berkemih, namun tidak ada air kencing yang keluar
2. Sering kencing, atau sering kesakitan ketika kencing, air kencing bisa berwarna putih,
coklat atau kemerahan, dan baunya sangat menyengat
3. Warna air kencing kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah
4. Nyeri pada pinggang
5. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan bahwa infeksi sudah mencapai ginjal
(diiringi rasa nyeri disis bawah belakang rusuk, mual dan muntah)
6. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh, dapat
memicu terjadinya kanker pada kandung kemih.
7. Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan sukar naik atau anoreksia
D. Patofisiologi
Menurut Nurharis Huda Amin, yang dikutip dari Masjoer Arif, (2003) Infeksi Saluran
kencing (ISK) terjadi akibat infeksi pada traktus urinarus yang disebabkan oleh masuknya
mikroorganisme patogenik dengan atau tanpa disertainya tanda dan juga gejala.
Mikroorganisme ini dapat masuk bisa dikarenakan penggunaan steroid jangka panjang,
makanan yang terkontaminasi bakteri, proses perkembangan usia lanjut, anomali saluran
kemih, higine yang tidak bersih, dan hubungan seksual yang tidak sehat, serta akibat dari
cidera uretra. Infeksi saluran kencing ini dapat mengenai kandung kemih, prostat, uretra, dan
juga ginjal
Pada pasien dengan Infeksi saluran kencing, umunya retensi urin teradi akibat dari
obstruksi dan menyebabkan peningkatan tekanan di vesika urinaria serta penebalan diding
vesika, ketika hal ini terjadi maka menyebabkan penurunan kontraksi vesika sehingga
menimbullkan tahanan pada kandung kemih, urin yang tertahan pada kandung kamih dalam
jangka waktu yang lama (lebih dari 12 jam ) merupakan media yang baik untuk
perkembangan mikroorganisme patogen seperti E. coli, Klabsiella, prosteus, psudomonas,
dan enterobacter.
Ketika bakteri telah berhasil berkembang, maka tubuh akan melakukan respon
pertahanan dengan merangsang hipotalamus untuk menstimulus sistem pertahanan tubuh
untuk memfagosit antigen tersebut sehingga akan menyebabkan peningkatan metabolisme
dan muncul gejala demam,ketika antigen tidak mampu di fagosit oleh sistem imun kita
maka akan menyebabkan munculnya bakteremia skunder yang menjalar ke ureter sehingga
menyebabkan iritasi dan peradangan pada ureter, umumnya ketika hal ini terjadi maka akan
menyebabkan pasien mengalami oliguria. Selain itu ketika proses peradangan terjadi akan
meningkatkan frekuensi dorongan kontraksi uretra dan memunculkan persepsi nyeri akibat
proses depresi syaraf perifer.
Selain itu, respon pertahanan tubuh kita juga akan merangsang hipotalamus sehingga
muncul lah gejala seperti demam serta nyeri dibagian yang terinfeksi.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Urinalisa untuk melihat adanya infeksi hematuria
b. Ureum, kreatinin, elektrolit untuk melihat fungsi ginjal .
2. Pengukuran berat derajat obstruksi
a. Menentukan jumlah sisa urin setelah penderita miksi spontan (normal,sisa urin
kosong dan batas intervensi sisa urin lebih dari 100 cc)
b. Pancaran urin (oroflowmetri)
syarat : jumlah urin dalam vesika 125 sampai dengan 150 ml. Angka normal rata-
rata 10-12 ml/ detik, obstruksi ringan
3. Pemeriksaan lain
a. BNO ( Blass Nier Overzicht) /IVP (Intravenous Pyleogram) : adalah studi sinar x
terhadap ginjal, rahim dan saluran kemih, dilakukan untuk menentukan adanya
divertikel, penebalan bladder.
b. Trans abdominal USG : Dilakukan untuk mendeteksi bagian prostat yang meonjol
ke buli-buli, yang dipakai untuk meramalkan derajat berat obstruksi apabila ada
batu di dalam vesika.
c. Sitoscopy , yaitu untuk melihat apakan ada penebalan pada bladder.
F. Penatalaksanaan
1. Pemberian agens antibakterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus
urinarius dengan efek minima terhadap flora fekal dan vagina dengan demikian
memperkecil infeksi ragi vagina.
2. Variasi program pengobatan telah mengobat infeksi saluran kemih ini, misalnya dosis
tunggal program medikasi short cause (3-4 hari) atau long course (7-10 hari).
3. Penggunaan medikasi mencakup sulfisoxasol, sulfamethoxazole.
4. Pemakaian antimikrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi
5. jika kekambuhan terjadi setelah agens mikrobial selesai diberikan, maka program short
medikasi (3-4 hari) dari terapi antimikrobial dosis penuh diberikan
6. jika kekambuhan tidak terjadi, maka medikasi diberikan setiap malam berikutnya selama
6-7 bulan.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Lengkap.
1. Data Biografi.
a. Identitas pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin, agama, suku atau bangsa, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian,catatan kedatangan.
b. Keluarga terdekat yang dapaat dihubungi yaitu nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, dan sumber informasi, beserta nomor telpon.
2. Riwayat kesehatan atau perawatan.
a. Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit. Biasanya klien mengeluhkan nyeri
pada saat miksi, pasien juga mengeluh sering buang air kecil berulang ulang
(anyang-anyangan) terbangun untuk miksi pada malam hari, perasaan ingin miksi
yang sangat mendesak.
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. pasien mengeluh sakit pada saat miksi dan harus menunggu lama, dan harus
mengedan.
d. Pasien mengeluh sering bak berulang.
e. Pasien mengeluh sering miksi di malam hari
f. Riwayat kesehatan terdahulu. Apakah pasien pernah menderita infeksi saluran
kencing sebelumnya, dan apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya dengan keluhan yang sama.
g. Riwayat kesehatan keluarga. Mungkin diantara keluarga pasien sebelumnya ada
yang pernah menderita penyakit yang sama dengan penyakit pasien sekarang.
3. Pola fungsi kesehatan.
Meliputi pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi dan metabolisme,
pola eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola istirahat dan tidur, pola kongnitif dan
persepsi, persepsi diri dan konsep diri, pola peran hubungan, pola seksual dan reproduksi,
pola koping dan toleransi stress, keyakinan dan kepercayaan.
4. Pemeriksaan Fisik
Pada waktu mlakukan inspeksi keadaan umum pasien mengalami tanda-tanda
penurunan mental seperti neuropati perifer, Pada waktu palpasi adanya nyeri tekan pada
bagian kandung kemih.
a. data dasar pengkajian pasien
1) Sirkulasi: Tanda : Peningkatan tekanan darah (efek pembesaran ginjal )
2) Eliminasi
3) gejala :
a) penurunan kekuatan/dorongan aliran urin tetsan
b) keraguan pada berkemih awal
c) ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan lengkap ,
dorongan dan frekuensi berkemih
d) nokturia , disuria, dan hematuria
e) duduk untuk berkemih
f) infeksi saluran kencing berulang, dan riwayat batu
g) konstipasi (prostrusi prostat kedalam rectum)
1) Makanan/cairan
gejala :
a) Anoreksia, mual dan muntah
b) Penurunan berat badan
2) Nyeri/kenyamanan
gejala :
a) Nyeri suprapubik, panggul atau punggung, tajam, kuat (pada prostales akut)
b) Nyeri punggung bawah
3) Seksualitas
gejala :
a) Masalah tentang efek kondisi/ penyakit kemampuan seksual
b) Takut inkontinensia/ menetes selama hubungan intim
c) penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi
4) Aktivitas istirahat
a) Riwayat pekerjaan
b) lamanya istirahatAktivitas sehari-hari
c) Pengaruh penyakit terhadap aktivitas
d) Pengaruh penyakit terhadap istirahat
5) Higine
a) Penampilan umum
b) ADL (Activity Daily Live)
c) Kebersiahn mandi
d) Frekuensi Mandi
6) Integritas ego
a) Pengaruh penyakit terhadap stress
b) gaya hidup
c) Masalah financial
7) Neurosensori
a) Apakah ada sakit kepala
b) Status mental
c) Ketajaman pengellihatan
8) Pernapasan
a) Apakah ada sesak napas
b) Riwayat merokok
c) Frekuensi pernapasan
d) Bentuk dada
e) Auskultasi suara napas
9) Interaksi sosial
a) Status perkawinan
b) Hubungan dalam masyarakat
c) Pola interaksi keluarga
d) Komunikasi verbal dan non verbal
B. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul.
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap
suatu masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon
klien individu, keluarga dan komunitas terhadap yang berkaitan dengan kesehatan. Proses
penegakan diagnosa(diagnostic process) merupakan suatu proses yang sistemasis yang
terdiri atas tiga tahap yaitu analisa data, identifikasimasalah dan perumusan diagnosa.
Diagnosis keperawatan memiliki dua komponen utama yaitu masalah (problem) yang
merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan inti dari respons klien
terhadap kondisi kesehatan, dan indikator diagnostik. Indikator diagnostik terdiri atas
penyebab, tanda/gejala dan faktor risiko. Pada diagnosis aktual, indikator diagnostik hanya
terdiri atas penyebab dan tanda/gejala.

C. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa dilanjutkan dengan perencanaan dan aktivitas
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan serta mencegah masalah keperawatan
klien. Intervensi keperawatan merupakan segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang di harapkan (Tim Pokja SIKI PPNI, 2018).
Luaran (Outcome) Keperawatan merupakan aspek-aspek yang dapat diobservasi
dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau persepsi pasien, keluarga atau komunitas
sebagai respon terhadap intervensi keperawatan. Luaran keperawatan menunjukkan status
diagnosis keperawatan setelah dilakukan intervensi keperawatan. Hasil akhir intervensi
keperawatan yang terdiri dari indikator-indikator atau kriteria-kriteria hasil pemulihan
masalah. Terdapat dua jenis luaran keperawatan yaitu luaran positif (perlu ditingkatkan)
dan luaran negatif (perlu diturunkan)(Tim Pokja SLKI PPNI, 2018).
Adapun komponen luaran keperawatan diantaranya label (nama luaran
keperawatan berupa kata-kata kunci informasi luaran), ekspetasi (penilaian terhadap hasil
yang diharapkan, meningkat, menurun, atau membaik), kriteria hasil (karakteristik pasien
yang dapat diamati atau diukur, dijadikan sebagai dasar untuk menilai pencapaian hasil
intervensi, menggunakan skor 1-3 pada pendokumentasian computer-based). Ekspetasi
luaran keperawatan terdiri dari ekspetasi meningkat yang artinya bertambah baik dalam
ukuran, jumlah, maupun derajat atau tingkatan, menurun artinya berkurang baik dalam
ukuran, jumlah maupun derajat atau tingkatan, membaik artinya menimbulkan efek yang
lebih baik, adekuat, atau efektif. Pemilihan luaran keperawatan tetap harus
didasarkanpada penilaian klinis dengan mempertimbangkan kondisi pasien, keluarga,
kelompok, atau komunitas (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat melaksanakan
rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Berdasarkan terminologi
SIKI, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan
tindakan khusus yang digunakan untuk melaksanakan intervensi (Tim Pokja SIKI PPNI,
2018).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tindakan akhir dalam proses keperawatan (Tarwoto &
Wartonah, 2015). Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil. Evaluasi terdiri
dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balikselama program berlangsung.
Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi
efektivitas pengambilan keputusan (Deswani, 2011). Evaluasi asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
FORMAT PENGKAJIAN

A. Identitas Pasien
Nama : Ny C
Umur : 31 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Malalayang
Suku Bangsa : Indonesia
Diagnosa Medis : Infeksi Saluran Kemih
Nomor RM :
Masuk RS :

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
a. Nyeri : Ya
P : Saat merasakan dan sementara miksi/BAK
Q : Seperti ditusuk-tusuk dengan
R : Abdomen bagian bawah, sampai ke punggung
S : Skala nyeri 6
T : 2-3 menit
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada bagian bawah perut
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengataan tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya.
4. Riwayat Keluarga
Hipertensi : (+)
5. Riwayat Alergi :
Klien tidak mempunyai riwayat alergi.
6. Genogram

C. Pengkajian Pola Fungsional


1. Pola Nutrisi
a. Intake makanan
Sebelum sakit: klien makan 1 porsi piring habis, 3x/ hari
Saat sakit : klien makan 3x/hari, 1 porsi piring habis
Jenis makanan : nasi, ikan, sayur, daging.

b. Intake minuman
Sebelum sakit:
5-6 kali / hari
Jenis minuman : Air mineral, jus, kopi, teh
Selama sakit :
3-4 kali/ hari
Jenis minuman : air mineral,jus
Lainnya :
Infus
Jenis Cairan infus : NaCl 0,9% 20 tetes / menit

2. Pola eliminasi
- Sebelum sakit
Sebelum sakit klien memiliki pola eliminasi yang normal tanpa ada gangguan.
- Setelah sakit
- Output : Urin 200 cc/hari
- Keluhan saat eliminasi
Klien mengalami nyeri
3. Pola Istirahat Tidur
Sebelum sakit : tidur 8 jam perhari
Saat sakit : tidur 8-9 jam / hari

4. Pola Aktivitas
Sebelum sakit : klien mengatakan aktivitas dilakukan mandiri
Setelah sakit : aktivitas kloen ddibantu kelusrga

5. Pola Reproduksi Seksual


Kien sudah menikah, hubungan seksual (+)

D. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)


1. Keadaan Umum
a. Kesadaran : Composmentis
GCS :
E: 4 M: 6 V: 5
b. Kulit dan selaput lender
- Kulit : Lembab
- Turgor : Baik
c. Tanda-tanda vital
RR : 24 x / menit
Nadi : 92 x / menit
Suhu : 37,5 oC
TD : 110/80 mm/Hg
2. Head to toe
a. Mata
Fungsi penglihatan : baik
Konjungtiva : anemis
b. Telinga
Kedua telinga bersih
c. Hidung
Simeteris, lesi (-)
d. Mulut dan Tenggorokan
Mulut bersih, tidak ada gigi palsu, gigi rapat berwarna putih kekuningan, mukosa
bibir lembab, tidak berbau mulut
e. Leher
Tidak ada benjolan ( tidak terdapat pembesaran vena jugularis)
f. Thoraks
Inspeksi : Simetris, tidak ada pertumbuhan rambut, warna kulit merata,
ekspansi dada simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
Perkusi : suara sonor
Auskultasi : vesikuler
g. Abdomen
Inspeksi : Terjadi oliguria (sedikit saat berkemih <400cc/hari) dan terjadi
disuria( nyeri saat berkemih)
Palpasi : ada nyeri tekan dibagian abdomen bawah
Perkusi: terdapat nyeri tekan di bagian abdomen bawah dan nyeri saat berkemih
Auskultasi : bising usus normal.
h. Ekstremitas
Atas : tidak ada oedema, terpasang infuse NS 20 tpm
Bawah : tidak ada oedema.

5. Program Terapi

Terapi

Kotrimoxazole
Infuse Ns 500cc/24 jam
Inj Cefftriaksone 2x1 mg
Inj Asam Tranexsamat 3x50 mg
N DATA ETIOLOGI MASALAH
O
1 DS : Proses inflamasi Nyeri Akut
- Pasien mengatakan
nyeri pada bagian
bawah perut
-
DO :
- pasien tampak meringis
menahan sakit
- Skala nyeri 6

2 DS : Iritasi Kandung Kemih Gangguan Eliminasi


- Klien mengatakan Urin
susah untuk buang air
kecil, BAK sedikit.
- Klien mengatakan nyeri
pada bagian bawah
perut

DO :
- Saat sakit output urine
klien hanya 200cc/hari
- Klien tampak meringis
kesakitan
- Skala nyeri 6
NO DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA (SIKI)
(SLDKI) HASIL (SLKI)
1 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Observasi
inflamasi tindakan intervensi - Identifikasi lokasi,
(D.0077) selama 2x24 jam maka : karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
Tingkat Nyeri intensitas nyeri
(L.08066) - Identifikasi skala nyeri
Luaran Utama : - Identifikasi respons nyeri
Tingkat Nyeri menurun non verbal
- Identifikasi pengetahuan
Dengan Kriteria Hasil : dan keyakinan tentang nyeri
Sensasi berkemih normal Terapeutik
(tidak nyeri) - Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
Hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, terapi
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Kontol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2 Gangguan Eliminasi Setelah dilakukan Menejemen Eleminasi Urin :
Urin b.d Iritasi tindakan intervensi (I.04152)
Kandung Kemih selama 2x24 jam maka : Observasi
(D.0040) - Identifikasi kebiasaan
Eliminasi Urine BAK/BAB sesuai usia
(L.04034) Terapeutik
Luaran Utama - Buka pakaian yang
Eliminasi Urine normal diperlukan untuk
memudahkan eliminasi
Dengan Kriteria Hasil - Dukung penggunaan
Berkemih tuntas eliminasi
- Jaga privasi selama
eliminasi
- Ganti pakaian pasien setelah
eliminasi, jika perlu
- Bersihkan alat bantu
BAK/BAB setelah
digunakan
- Sediakan alat bantu (mis.
Kateter eksternal, urinal),
jika perlu
Edukasi
- Anjurkan BAK/BAB secara
rutin
- Anjurkan ke kamar
mandi/toilet, jika perlu
N DIAGNOSA Hari/Tggl IMPLEMENTASI EVALUASI
O Jam
1 Nyeri Akut Rabu/
b.d inflamasi 23/09/20 Observasi S:
(D.0077) 10.00 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, - Klien mengatakan
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri merasa nyaman dengan
Hasil: tindakan teknik relaksasi
P : Saat merasakan dan sementara miksi/BAK yang diberikan
Q : Seperti ditusuk-tusuk dengan - Klien meyakinkan jika
R : Perut bagian bawah nyeri muncul karena
S : skala 6 penyakitnya
T : 2-3 menit - Setelah pemberian
Kotrimoxazole 1 x
10.10 - Identifikasi skala nyeri 960mg (Tablet), klien
Hasil : mengatakan nyeri
 Skala nyeri 6 berkurang
10.15 - Mengidentifikasi respons nyeri nonverbal -
Hasil : O:
 Klien tampak meringis kesakitan P : Saat merasakan dan
- Mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan sementara miksi/BAK
10.20 tentang nyeri Q : Seperti ditusuk-tusuk

 Klien meyakinkan jika nyeri muncul karena dengan skala 5

penyakitnya R : Perut bagian bawah


Terapeutik S : Sampai perut bagian
- Memberikan teknik nonfarmakologis untuk atas
10.30 mengurangi rasa nyeri teknik relaksasi napas T : 2-3 menit
dalam. - Klien tampak meringis
Hasil : kesakitan
 Klien dapat mengikuti arahan dengan baik - Setelah pemberian
- Melakukan kontol lingkungan yang teknik relaksasi klien
10.45 memperberat rasa nyeri dengan mengatur suhu tampak mengikuti
ruangan dan mengurangi kebisingan arahan dengan baik
Hasil :
 Klien tampak lebih rileks A : Masalah belum teratasi
Edukasi
- Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu P : Intervensi dilanjutkan
10.55 nyeri, strategi meredakan nyeri, Anjurkan - Melanjutkan terapi
memonitor nyeri secara mandiri, Anjurkan teknik relaksasi
menggunakan analgetik secara tepat - Melanjutkan pemberian
Hasil : analgetik

 Klien mengerti dengan edukasi yang - Pertahankan lingkungan

diberikan yang nyaman

Kolaborasi
- Melakukan kolaborasi pemberian analgetik,
11.00 jika perlu
Hasil :
 Setelah pemberian Kotrimoxazole 1 x
960mg (Tablet), klien mengatakan nyeri
berkurang
2 Gangguan Rabu/
Eliminasi 23/09/20 - Menjaga privasi selama eliminasi
Urin b.d 11.30 - Hasil : S:
Iritasi Privasi klien terjaga saat melakukan - Klien mengatakan
Kandung eliminasi BAK mengerti dengan edukasi
Kemih - Memberikan alat bantu BAK/BAB setelah yang diberikan
(D.0040) digunakan - klien mengatakan
- Hasil : nyaman dengan tindakan
Klien lebih mudah dalam melakukan proses pemasangan kateter
BAK yang diberikan
- Sediakan alat bantu (mis. Kateter eksternal, O:
urinal), jika perlu - Kateter terpasang
- Hasil : dengan baik
Dilakukan pemasangan kateter pada klien,
13.50 untuk membantu dalam pengeluaran BAK. A:
Klien mengatakan nyaman dengan tindakan - Masalah teratasi
pemasangan kateter yang diberikan P:
- Intervensi dihentikan
Memberi edukasi pada klien tentang cara perawatan
NO DIAGNOSA Hari/Tggl IMPLEMENTASI EVALUASI
kateter
Jam
- Menganjurkan ke kamar mandi/toilet, jika perlu
1 Nyeri Akut b.d kamis/
- Hasil :
inflamasi 24/09/20
Klien mengatakan paham dengan edukasi
(D.0077) 10.00 - Melanjutkan pemberikan teknik S:
tersebut
nonfarmakologis untuk mengurangi - Klien mengatakan tidak
rasa nyeri teknik relaksasi napas lagi merasa nyeri
dalam. O:
Hasil : - Klien sudah lancar dalam
 Klien sudah lancar dalam mengikuti arahan, klien
mengikuti arahan, klien mengatakan nyerinya
mengatakan nyerinya sudah sudah berkurang
berkurang - Klien lebih rileks dengan
10.15 - Mempertahankan lingkungan yang lingkungan yang tenang
nyaman dengan mengatur suhu A : Masalah teratasi
ruangan dan mengurangi kebisingan
Hasil : P : Intervensi dihentikan
 Klien tampak lebih rileks
11.00 - Melakukan kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Hasil :
 Setelah pemberian
Kotrimoxazole 1 x 960mg
(Tablet), klien mengatakan
tidak lagi merasa nyeri
Daftar Pustaka

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan

Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria

Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Nanda, Nic, Noc (2016), Cetakan I. Asuhan Keperawatan Praktis. Jogjakarta: MediAction

Anda mungkin juga menyukai