Anda di halaman 1dari 20

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Teoritis

Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Remaja

Oleh:
Kelompok 1
Arjuna Gagola
Alfany N. Torar
Anggun Supriadi Kadir
Christiana A. Bojoh
Chindy K. Tampilang
Clara M. Sahede
Chanly Adrian

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


JURUSAN KEPERAWATAN
POFESI NERS LANJUTAN

2021
Laporan Pendahuluan
Kesiapan Peningkatan Perkembangan Anak Usia Sekolah

a. Pengertian

Secara kodrati manusia selalu ingin mendidik keturunanya yang dilakukan


pada setiap tahapan umur. Baik tahapan janin, bayi, balita, kanak-kanak, remaja,
dewasa maupun usia lanjut. Anak-anak memasuki tahapan dimana mereka sudah
cukup mengerti dan memahami sesuatu serta mampu memahami mana yang baik
dan mana yang buruk.

Pada tahapan ini, seorang individu sedang menggali potensi dirinya yang
digunakan dalam rangka mencapai kematangan ketika individu tersebut beranjak
dewasa. Namun, emosi anak-anak kadang kala labil sehingga harus diarahkan dan
diolah sedemikian rupa agar tidak terjerumus pada sesuatu yang dapat merugikan
dirinya maupun orang lain di sekitarnya.
Pada masa inilah, setiap individu akan mengalami masa-masa sekolah dimana
mereka akan berinteraksi ke dalam lingkup yang lebih luas dengan berbagai
karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, harus dipelajari dan dipahami
setiap karakter anak usia sekolah agar dapat memberikan tugas dengan tepat yang
dapat mengoptimalkan potensi mereka yang sesuai dengan umur mereka.

b. Pertumbuhan dan Perkembangan Individu

1. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses


pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang
sehat, dalam perjalanan waktu tertentu
Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi
fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk
proses aktif secara berkesinambungan. Hereditas merupakan totalitas
karakteristik individu yang diwariskan orangtua kepada anak, atau segala potensi
(baik fisik maupun psikis) yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai
pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen.

Pertumbuhan juga diberi makna dan digunakan untuk menyatakan perubahan-


perubahan ukuran fisik yang bersifat kuantitatif, seperti ukuran berat dan tinggi
badan, ukuran dimensi sel tubuh, dan umur tulang. Pertumbuhan (growth) adalah
peningkatan jumlah dan besar sel di seluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut
membelah diri menyintesis protein-protein secara berangsur-angsur dan
bertambah sempurnanya fungsi alat-alat tubuh.

2. Perkembangan

Menurut Nagel dalam Sunarto dan Agung Hartono (2008,38), perkembangan


merupakan pengertian dimana terdapat struktur yang terorganisasikan dan
mempunyai fungsi-fungsi tertentu, oleh karna itu bilamana terjadi perubahan
struktur baik dalam organisasi maupun dalam bentuk, akan mengakibatkan
perubahan fungsi.

c. Aspek-aspek Perkembangan

a. Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak usia sekolah (7-12 tahun)

1. Parameter umum
Rata-rata tinggi badan anak usia 7-12 tahun 113 cm dan rata-rata BB anak usia 6-12 tahun
mencapai 21 kg.

2. Nutrisi

Kebutuhan kalori harian anak usia 7-12 tahun menurun sehubungan dengan
ukuran tubuh, dan rata-rata membutuhkan 2400 kalori perhari. Banyaknya
anak yang tidak menyukai sayuran, biasanya hanya satu jenis makanan,yang
disukai orang tua memiliki peranan penting dalam mempengaruhi pilihan
anak terhadap makanan.
3. Pola tidur

Kebutuhan tidur setiap anak bervariasi, biasanya 8 sampai 9,5 jam setiap
malam.
4. Kesehatan gigi

Mulai sekitar usia 6 tahun gigi permanen tumbuh dan anak secara bertahap
kehilangan gigi desi dua.

5. Eliminasi

Pada usia 6 tahun, 85% anak memiliki kendala penuh terhadap kandung
kemih dan defekasi, enurisis nocturnal (mengompol) terjadi pada 15% anak
berusia 6 tahun
b. Perkembangan motorik

1. Motorik kasar

Biasanya anak bermain sepatu roda, berenang, kemampuan berlari dan


melompat meningkat secara progresif.

2. Motorik halus

Anak mampu menulis tanpa merangkai huruf. Misalnya, hanya menulis salah
satu huruf saja.
Pada usia ini anak masih sukar terhadap kecelakaan, terutama karena
peningkatan kemampuan motorik, orang tua harus terus memberikan
bimbingan pada anak dalam situasi yang baru dan mengancam keamanan.

Anak usia 6 tahun

koordinasi mata dan tangan


ketangkasan meningkat
melompat tali
bermain sepeda

mengetahui kanan dan kiri

mungkin bertindak menentang dan tidak sopan


mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
Anak usia 8-9 tahun

kecepatan dan kehalusan aktifitas motorik meningkat


mampu menggunakan peralatan rumah tangga
keterampilan lebih individual
ingin terlibat dalam sesuatu
menyukai kelompok dan mode
mencari teman secara aktif
Anak usia 10-12 tahun

perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh yang


berhubungan dengan pubertas mulai nampak
mampu melakukan aktifitas rumah tangga, seperti mencuci dan lain-lain
adanya keinginan untuk menyenangkan dan membantu orang lain
mulai tertarik dengan lawan jenis
c. Gangguan Keterampilan Motorik

Disebut juga gangguan komunikasi perkembangan dimana seorang anak


mengalami hendaya parah dalam perkembangan koordinasi motorik yang
tidak disebabkan oleh retardasi mental atau gangguan fisik lain yang telah
dikenal sebagai serebral palsi. Anak mengalami kesulitan menalikan sepatu
dan mengancingkan baju, dan bila berusia lebih besar kesulitan membuat
suatu bangun, bermain bola, dan menggambar atau menulis. Diagnosis
hanya ditegakkan bila hendaya tersebut sangat menghambat prestasi
akademik atau aktivitas sehari-hari.

D. Perkembangan psikososial
Tinjauan (Erikson)

a. Erikson menyatakan krisis psikososial yang dihadapi sebagai “Industri


Versus Inferioritas”. “Industri” yang dimaksud adalah kemampuan seorang
anak dalam menguasai tugas perkembangannya (kepandaian), sedangkan
“Inferioritas” merupakan perasaan dimana seorang anak merasa rendah
diri dan kepercayaan dirinya turun akibat suatu kegagalan dalam memenuhi
standar yang ditetapkan orang lain untuk anak.
1. Hubungan dengan orang terdekat anak meluas hingga mencakup teman
sekolah dan guru.
2. Anak usia sekolah secara normal telah menguasai tiga tugas perkembangan
pertama (kepercayaan, otonomi, dan inisiatif) dan saat ini berfokus pada
penguasaan kepandaian (Industri).
3. Perasaan industri berkembang dari suatu keinginan untuk pencapaian.

4. Perasaan inferioritas dapat tumbuh dari harapan yang tidak realistis atau
perasaan gagal dalam memenuhi standar yang ditetapkan orang lain untuk
anak. Ketika anak merasa adekuat, rasa percaya dirinya akan menurun.
b. Anak usia sekolah terikat dengan tugas dan sktivitas yang dapat ia
selesaikan.
c. Anak usia sekolah mempelajari peraturan, kompetensi, dan kerja sama
untuk mencapai tujuan.
d. Hubungan sosial menjadi sumber pendukung yang penting semakin meningkat.
1. Rasa takut dan stressor

a. Sebagian perasaan takut yang terjadi sejak masa kanak-kanak awal dapat
terselesaikan atau berkurang. Namun, anak dapat menyembunyikan rasa
takutnya untuk menghindari dikatakan sebagai “pengecut” atau “bayi”.
b. Rasa takut yang sering terjadi:

1. Gagal di sekolah

2. Gertakan

3. Guru yang mengintimidasi

4. Sesuatu yang buruk terjadi pada orang tua

c. Stressor yang sering terjadi

1. Stressor untuk anak usia sekolah yang lebih kecil, yaitu dipermalukan,
membuat keputusan, membutuhkan izin/persetujuan, kesepian,
kemandirian dan lawan jenis.

2. Stressor untuk anak usia sekolah yang lebih besar yaitu kematangan
seksual, rasa malu, kesehatan, kompetensi, tekanan dari teman sebaya, dan
keinginan untuk menggunakan obat-obatan.
d. Orang tua dan pemberi asuhan lainnya dapat membantu mengurangi rasa
takut anak dengan berkomunikasi secara empati dan perhatian tanpa
menjadi overprotective.
e. Anak perlu mengetahui bahwa orang-orang akan mendengarkan mereka
dan memahami perkataannya.
3. Sosialisasi

a. Masa usia sekolah merupakan periode perubahan dinamis dan kematangan


seiring dengan peningkatan keterlibatan anak dan aktivitas yang lebih
kompleks, membuat keputusan, dan kegiatan yang memiliki tujuan.
b. Ketika anak usia sekolah belajar lebih banyak mengenai tubuhnya,
perkembangan sosial berpusat pada tubuh dan kemampuannya.

c. Hubungan dengan teman sebaya memegang peranan penting yang baru

d. Aktivitas kelompok, termasuk tim olahraga, biasanya menghabiskan banyak


waktu dan energi.
4. Bermain dan mainan

a. Bermain menjadi lebih kompetetif dan kompleks selama periode usia


sekolah.
b. Karakteristik kegiatan meliputi tim olahraga, klub rahasia, aktivitas “geng”,
pramuka atau organisasi lain. Puzzle yang rumit, koleksi, permainan papan,
membaca dan mengagumi pahlawan tertentu.
c. Peraturan dan ritual merupakan aspek penting dalam bermain dan
permainan.
b. Mainan, permainan, dan aktivitas yang meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan meliputi:
1. Permainan kartu dan papan bertingkat yang rumit
2. Buku dan kerajinan tangan
3. Musik dan seni
4. Kegiatan olahraga (mis:berenang)
5. Kegiatan tim
6. Video game (tingkatkan pemantauan orang tua terhadap isi permainan
untuk menghindari pajanan terhadap perilaku kekerasan dan seksual yang
tidak dikehendaki).

5. Disiplin

a. Anak usia sekolah mulai menginternalisasikan pengendalian diri dan


membutuhkan sedikit pengarahan dari luar. Mereka melakukannya,
walaupun membutuhkan orang tua atau orang dewasa lain yang dipercaya
untuk menjawab pertanyaan dan memberikan bimbingan untuk membuat
keputusan.
b. Tanggungjawab pekerjaan rumah tangga membantu anak usia sekolah merasa
bahwa mereka merupakan bagian penting keluarga dan meningkatkan rasa
pencapaian terhadap prestasi mereka
c. Izin mingguan, diatur sesuai dengan kebutuhan dan tugas anak, membantu
dalam mengajarkan keterampilan, nilai, dan rasa tanggungjawab.
d. Ketika mendisiplinkan anak usia sekolah, maka orang tua dan pemberi asuhan
lain harus menyusun batasan yang konkret dan beralasan (memberikan
penjelasan yang meyakinkan) serta mempertahankan peraturan sampai batas
minimal.
a. Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana kemampuan berpikir


anak berkembang dan berfungsi. Kemampuan kognitif dapat dipahami
sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan
melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Kemampuan berpikir anak
berkembang dari tingkat yang sederhana dan konkret ke tingkat yang lebih
rumit dan abstrak.
Menurut Piaget, masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi
konkret dalam berpikir (usia 7-12 tahun). Piaget menemukan beberapa
konsep dan prinsip tentang sifat-sifat perkembangan kognitif anak,
diantaranya:
1) Anak adalah pembelajar yang aktif.

Anak tidak hanya mengobservasi dan mengingat apa-apa yang mereka lihat
dan dengar secara pasif, tetapi mereka secara natural memiliki rasa ingin
tahu tentang dunia mereka dan secara aktif berusaha mencari informasi
untuk membantu pemahaman dan kesadarannya tentang realitas tentang
dunia yang mereka hadapi.
2) Anak mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari pengalamannya.
Anak-anak tidak hanya mengumpulkan apa-apa yang mereka pelajari dari fakta- fakta yang
terpisah menjadi suatu kesatuan. Sebaliknya, anak secara gradual membangun suatu pandangan
menyeluruh tentang bagaimana dunia bergerak.

3) Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan


akomodasi. Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam
pengetahuan yang sudah ada, yakni anak mengasimilasikan lingkungan ke dalam suatu skema.
Akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi baru, yakni anak
menyesuaikan skema mereka dengan lingkungannya.

4) Proses equilibrasi menunjukkan adanya peningkatan ke arah bentuk-bentuk


pemikiran yang lebih komplek.
Melalui proses asimilasi dan akomodasinya, sistem kognisi seseorang
berkembang dari satu tahap ke tahap selanjutnya, sehingga kadang-kadang
mencapai keadaan equilibrium, yakni keadaan seimbang antara struktur
kognisinya dan pengalamannya di lingkungan.
d. Perkembangan bahasa

Anak memiliki kemampuan yang lebih dalam memahami da


menginterpretasikan komunikasi lisan dan tulisan. Pada masa ini
perkembangan bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan kata dan tata
bahasa. Anak-anak semakin banyak menggunakan kata kerja yang tepat
untuk menjelaskan satu tindakan seperti memukul, melempar, menendang,
atau menampar. Mereka belajar tidak hanya untuk menggunakan banyak
kata lagi, tetapi juga memilih kata yang tepat untuk penggunaan tertentu.
Area utama dalam pertumbuahan bahasa adalah pragmatis, yaitu
penggunaan praktis dari bahasa untuk komunikasi.
e. Perkembangan moral

Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami


aturan, norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Perilaku moral banyak
dipengaruhi oleh pola asuh orang tua serta perilaku moral dari orang-orang
di sekitarnya. Perkembangan moral ini juga tidak terlepas dari
perkembangan kognitif dan emosi anak. Perkembangan moral tidak terlepas
dari perkembangan kognitif dan emosi anak.
Menurut Piaget, anatar usia 5-12 tahun konsep anak mengenaia keadilan sudah
berubah. Piaget menyatakan bahwa relativisme moral menggantikan moral yang kaku.
Misalnya: bagi anak usia 5 tahun, berbohong adalah hal yang buruk, tetapi bagi anak yang
lebih besar sadar bahwa dalam beberapa situasi, berbohong adalah dibenarkan dan oleh
karenanya berbohong tidak terlalu buruk. Piaget berpendapat bahwa anak yang lebih muda
ditandai dengan moral yang heteronomous sedangkan anak pada usia 10 tahun mereka sudah
bergerak ke tingkat yang lebih tinggi yang disebut moralitas autonomous.

Kohlberg menyatakan adanya 6 tahap perkembangan moral. Ke-enam tahap


tersebut terjadi pada tiga tingkatan, yakni tingkatan:
1) Pra-konvensional, anak peka terhadap peraturan-peraturan yang belatar
belakang budaya dan terhadap penilaian baik-buruk, benar-salah tetapi
anak mengartikannya dari sudut akibat fisik suatu tindakan.
2) Konvensional, memenuhi harapan-harapan keluarga, kelompok atau agama
dianggap sebagai sesuatu yang berharga pada dirinya sendiri, anak tidak
perduli apapun akan akibat-akibat langsung yang terjadi. Sikap yang nampak
pada tahap ini terlihat dari sikap ingin loyal, ingin menjaga, menjunjung dan
member justifikasi pada ketertiban.
3) Pasca-konvensional, ditandai dengan adanya usaha yang jelas untuk
mengartikan nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip yang sohih serta dapat
dilaksanakan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang memegang
prinsip-prinsip tersebut terlepas apakah individu yang bersangkutan
termasuk kelompok itu atau tidak.
f. Perkembangan Emosi
Emosi memainkan peran yang penting bagi perkembangan. Akibat dari emosi ini juga dirasakan
oleh fisik anak terutama bila emosi itu kuat dan berulang- ulang. Hurlock menyatakan bahwa
ungkapan emosi yang muncul pada masa ini masih sama dengan masa sebelumnya, seperti:
marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, dan kasih sayang Kebrutalan atau
kebringasan anak nampak pada perilakunya, mereka menunjukkan suatu perbuatan yang sering
kali memerlukan bantuan orang lain. Misalnya, berkelahi, berbohong, mencuri, dan merusak.
Bentuk – bentuk tindakan tersebut merupakan ekspresi yang keluar dari emosional yang
terganggu. Sekalipun demikian pada umumnya anak – anak berusaha merubahnya dan menutupi
perilaku mereka dengan mengemukakan alasan untuk dapat dipercaya oleh orang lain. Missal
menutupi kebohongannya dengan maksud menghindari hukuman karena perbuatannya. Akan
tetapi ketika anak telah berusia lebih dari 6 atau 7 tahun sekalipun mereka tetap membuat cerita
yang bohong, mereka merasa sadar dan tidak aman perasaannya. Oleh karena itu dia membuat
cerita yang muluk – muluk agar orang lain percaya kepadanya, dapat pila mereka lakukan berbuat
bohong tersebut karena untuk menyenangkan orang tuanya.

Ciri-ciri emosi emosi masa kanak-kanak akhir:

a. Emosi anak berlangsung relative lebih singkat (sebentar), hanya beberapa


menit dan sifatnya tiba-tiba.
b. Emosi anak kuat atau hebat. Hal ini terlihat bila anak: takut, marah atau
sedang bersendau gurau.
c. Emosi anak mudah berubah.

d. Emosi anak nampak berulang-ulang.

e. Respon emosi anak berbeda-beda.

f. Emosi anak dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya.

g. Emosi anak mengalami perubahan dalam kekuatannya.


Perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosional

Perkembangan sosial

Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam


hubungan atau interaksi sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar
untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral
agama. Perkembangan social anak dipengaruhi oleh keluarga, teman sebaya
dan guru.
1) Kegiatan bermain

Bermain sangat penting bagi perkembangan fisik, psikis dan social anak. Dengan
bermain anak berinteraksi dengan teman main yang banyak memberikan
berbagai pengalaman berharga. Bermain secara kelompok memberikan
peluang dan pelajaran kepada anak untuk berinteraksi, bertenggang rasa
dengan sesame teman.

2) Teman sebaya

Teman sebaya memberikan pengaruh pada perkembangan social baik yang


bersifat positif maupun yang negatif. Pengaruh positif terlihat pada
pengembangan konsep diri dan pembentukan harga diri. Pengaruh negatif
membawa dampak seperti merokok, mencuri, membolos, menipu serta
perbuatan antisosial lainnya.

i. Perkembangan Spiritual

Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaan ditandai dengan ciri-


cirisebagai berikut:
a. Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai pengertian.

b. Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan


kaiadah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta
sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.
c. Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan
ritual diterimanya sebagai keharusan moral.
j. Perkembangan seksualitas

Perkembangan seksualitas bukan hanya perilaku pemuasan seks semata, tapi


juga mencakup pembentukan nilai, sikap, perasaan, interaksi dan perilaku.
Ketika anak menjalani perkembangan seksualnya, mereka bukan berarti
berpikir tentang seks seperti orang dewasa. Perkembangan seksualita
menyentuh aspek emosi, sosial, budaya dan fisik. Apa yang anak pelajari,
pikir dan rasakan mengenai seks akan membentuk sikap dan perilaku seksnya
kelak. Maka, dalam perkembangan seksual anak, orang tua perlu memahami
dan membantu agar proses perkembangan seksual berjalan secara sehat.

s juga.
Anak biasanya mengetahui bahwa memperhatikan tubuh orang lain dan
masturbasi merupakan kegiatan yang dilakukan orang dewasa secara pribadi.
Di umur ini anak masih bermain peran yang melibatkan perbedaan jenis
kelamin karena rasa keingintahuannya. Anak mulai mendengar dan
memperhatikan kata-kata yang “berbau” seks, kadang mereka menggunakan
istilah-istilah tertentu yang mereka dapatkan dari teman-temannya. Mereka
masih merasa tertarik pada proses kehamilan dan persalinan. Anak mulai
memlih teman sejenis sebagai teman dekatnya. Anak sudah malu jika tidak
berpakaian dengan baik di depan orang lain dan juga di depan orang tuanya.
Mereka mulai mengangkat topik seks dalam obrolan atau gurauan dengan
teman-temannya. Permainan “seksual” yang sering diperankan adalah
permainan bermain saling memperolok atau berpura-pura mengenai
perkawinan atau bermain peran “dokter-pasien/perawat”.

k. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang pada Anak Sekolah

Penyimpangan perkembangan kematangan sekolah

a. Anak dengan gangguan membaca (disleksia) mengalami kesulitan besar


untuk mengenali kata, memahami bacaan, serta umumnya juga menulis
ejaan. Masalah ini terus dialami hingga dewasa. Gangguan ini terjadi 5-10
persen anak usia sekolah, tidak menghambat penderitanya untuk
berprestasi.
b. Gangguan menulis ekspresif menggambarkan hendaya dalam kemampuan
untuk menyusun kata tertulis (termasuk kesalahan ejaan, kesalahan tata
bahasa atau tanda baca, atau tulisan tangan yang buruk) yang cukup parah
sehingga dapat sangat menghambat prestasi akademik atau aktivitas sehari-
hari.

c. Anak-anak dengan gangguan berhitung dapat mengalami kesulitan dalam


mengingat fakta-fakta secara cepat dan akurat, menghitung objek dengan
benar dan cepat, atau mengurutkan angka-angka dalam kolom-kolom.
Gangguan Aspek belajar

 Lambat dalam menulis

 Sering mengubah posisi duduk selama menulis disebabkan karena kesulitan


dalam memegang pensil
 Tulisan tangan yang sangat jelek dan kotor
 Gagal untuk memotong, melipat dan menempel objek dalam pelajaran
ketrampilan tangan
 Sering tidak bisa menyelesaikan tugas di
sekolah Aspek perawatan diri
 Anak mengalami kesukaran dalam memasang kancing baju, dasi dan tali
sepatu. Sering Nampak berpakaian kotor
 Mudah menjatuhkan benda atau menumpahkan
minuman Penyimpangan perkembangan bahasa usia sekolah
segi bahasa Beberapa kategori gangguan berkomunikasi,
antara lain :
a. Gangguan berbahasa ekspresif, dimana anak mengalami kesulitan
mengekspreksikan dirinya dalam berbicara. Anak tampak sangat ingin
berkomunikasi tetapi sangat sulit untuk menemukan kata-kata yang tepat.
Misalnya tidak mampu mengucapkan kata mobil saat menunjuk sebuah
mobil yang melintas. Kata-kata yang sudah terkuasai terlupakan oleh kata-
kata yang baru dikuasai, dan penggunaan struktur bahasa sangat di bawah
tingkat usianya.
b. Gangguan fonetik, dimana anak menguasai dan mampu mempegunakan
perbendaharaan kata dalam jumlah besar tetapi tidak dapat
mengucapkannya dengan jelas, contohnya biru diucapkan biu. Mereka tidak
menguasai artikulasi suara dari huruf-huruf yang dikuasai terkemudian,
seperti r, s, t, f, z, l, dan c.
c. Gagap, yaitu gangguan kefasihan verbal yang ditandai dengan satu atau
lebih pola bicara berikut ini : seringnya pengulangan atau pemanjangan

d. pengucapan konsonan atau vokal, jeda yang lama antara pengucapan satu
kata dengan kata berikutnya, mengganti kata-kata yang sulit dengan kata-kata
yang mudah diucapkan, dan mengulang kata. Jumlah laki-laki yang
mengalami masalah ini sekitar 3 kali lebih banyak dari perempuan, biasanya
muncul sekitar usia 5 tahun dan hampir selalu sebelum usia 10 tahun. DSM
memperkirakan bahwa 80% indivisu yang gagap dapatb sembuh tanpa
intervensi profesional sebelum penderita menmcapai usia 16 tahun.

B. Masa Perkembangan Usia Sekolah


Sejalan dengan apa yang telah diuraikan di atas perkembangan manusia
mengikuti pola umum, meskipun terdapat perbedaan yang menyangkut irama
dan tempo perkembangan. Secara umum tahapan perkembangan manusia
akan melalui beberapa tahap, salah satunya pada usia sekolah.
1. Ciri-ciri khas peserta didik usia
sekolah Ciri-ciri khas anak usia
sekolah dasar
1. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi
sekolah
2. Suka memuji diri sendiri

3. Kalau tidak dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan, tugas atau


pekerjaan itu dianggap tidak penting
4. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu
menguntungkan dirinya
5. Suka meremehkan orang lain

6. Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari

7. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis

8. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus

9. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai


prestasi belajarnya di sekolah
10. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup
untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam
kelompoknya.
2. Kematangan sekolah

Kematangan merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir,


timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pola
perkembangan tingkah laku individu. Akan tetapi, kematangan tidak
dapat dikategorikan sebagai faktor keturunan atau pembawaan karena
kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri yang umum dimiliki
oleh setiap individu dalam bentuk dan masa tertentu. Kematangan
merupakan suatu hasil dari perubahan-perubahan tertentu dan
penyesuaian struktur pada diri individu seperti adanya kematangan
jaringan-jaringan tubuh, saraf dan kelenjar-kelenjar yang disebut
kematangan biologis. Kematangan pada aspek meliputi keadaan berfikir,
rasa, kemauan, dan lain-lain.
Kematangan sekolah merupakan kesiapan anak dalam memasuki masa-
masa sekolah. Usia anak yang matang sekolah yaitu sekitar umur 7 tahun.
Kriteria / kategori kematangan sekolah adalah :
1. Anak sudah dapat menangkap masalah-masalah yang bersifat
abstrak seperti matematika dan angka-angka.
2. Anak sudah dapat menggambar dengan lebih rapi.

3. Anak sudah dapat mandi sendiri, berpakaian sendiri, menyisir


rambut sendiri, mengikat tali sepatu serta menyisir rambut dengan
benar.
4. Anak sudah lebih mampu mengendalikan tubuhnya untuk duduk
dan mendengarkan pelajaran daripada masa sebelumnya, walaupun
mereka lebih senang melakukan kegiatan fisik
Asuhan keperawatan anak usia sekolah
a. Pengkajian
1. Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga (sesuai dengan materi askep keluarga).
2. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah
3. Identitas anak
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
5. Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini
6. Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari
7. Pertumbuhan dan prekembangannya saat ini (termasuk kemampuan yang telah dicapai)
8. Pemeriksaan fisik
9. Lengkapi dengan pengkajian focus :
1) Bagaimana karakteristik teman bermain
2) Bagaimana lingkungan bermain
3) Berapa lama anak menghabiskan waktunya disekolah
4) Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan adakah sarana yang
dimilikinya
5) Bagaimana temperamen anak saat ini\
6) Bagaiman pola anak jika menginginkan sesuatu barang
7) Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak
8) Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini
9) Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah
10) Sudahkah memperoleh imiunisasi ulangan selama disekola
11) Pernahkah mendapat kecelakaan selama disekolah atau dirumah saat bermain
12) Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini
13) Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa jenisnya
14) Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya
15) Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
b. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul terdapat dua sifat, yaitu :
1. Berhubungan dengan anak, dengan tujuan agar anak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal sesuai usia anak
2. Berhubungan dengan keluarga, dengan etiologi berpedoman pada lima tugas keluarga
yang bertujuan agar keluarga memahami dan memfasilitasi perkembangan anak.
Masalah yang dapat digunakan untuk perumusan diagnosa keperawatan yaitu :
1) Masalah aktual/risiko
a. Gangguan pemenuhan nutrisi: lebih atau kurang dari kebutuhan tubuh.
b. Menarik diri dari lingkungan social
c. Ketidakberdayaan mengerjakan tugas sekolah
d. Mudah dan Sering marah
e. Menurunnya atau berkurangnya minat terhadap tugas sekolah yang dibebankan
f. Berontak/menentang terhadap peraturan keluarga
g. Keengganan melakukan kewajiban agama
h. Ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal
i. Gangguan komunikasi verbal
j. Gangguan pemenuhan kebersihan diri (akibat banyak waktu yang digunakan untuk
bermain)
2) Potensial atau sejahtera
a. Meningkatnya kemandirian anak
b. Peningkatan daya tahan tubuh
c. Hubungan dalam keluarga yang harmonis
d. Terpenuhinya kebutuhan anak sesuai tugas perkembangannya
e. Pemeliharaan kesehatan yang optimal
A. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Aktual
Perubahan hubungan yang berhubungan dengan ketidakmampuan merawat anak yang sakit

Tujuan : Hubungan keluarga meningkat menjadi harmonis dengan dukungan yang adekuat
Intervensi :

 Diskusikan tentang tugas


 Diskusikan bahaya jika hubungan keluarga tidak harmonis saat anggota keluarga sakit
 Kaji sumber dukungan keluarga yang ada disekitar keluarga
 Ajarkan anggota keluarga memberikan dukungan terhadap upaya pertolongan yang
telah dilakukan
 Rujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai kemampuan
2. Risiko/risiko tinggi
Risiko tinggi hubungan tidak harmonis berhubungan dengan ketidakmampuan mengenal
masalah yang terjadi pada anak
Tujuan : Ketidakharmonisan menurun
Intervensi :
 Diskusikan faktor penyebab ketidak harmonisan
 Diskusikan tentang tugas perkembangan anak
 Diskusikan tentang tugas perkembangan anak yang harus dijalani.
 Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada anak
 Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikanmasalah.
 Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah
 Beri pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau membaut alternative
3. Potensial atau sejahtera
Meningkatnya hubungan yang harmonis antar anggota keluarga 
Tujuan : dipertahankanya hubungan yang harmonis
Intervensi :
 Anjurkan untuk mempertahankan pola komunikasi terbuka pada keluarga
 Diskusikan cara-cara penyelesaian masalah dan beri pujian atas kemampuannya
 Bantu keluarga mengenali kebutuhan anggota keluarga (anak usia sekolah)
 Diskusikan cara memenuhi kebutuhan anggota keluarga tanpa menimbulkan masalah.

Anda mungkin juga menyukai