Anda di halaman 1dari 35

KONSEP TUMBUH KEMBANG DAN MASALAH KESEHATAN

ANAK USIA PRASEKOLAH


Keperawatan Anak

Oleh:
Kelompok 4

Panca Rizki Putri


Deni Putri Wahyu Ningsih
Tria Monja Mandira
Rahmat Guswira

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang
berjudul Konsep Tumbuh Kembang dan Masalah Kesehatan Pada Anak.
Ucapan terimakasih kami berikan kepada :
1. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik secara moril ataupun
materil.
2. Dosen yang membimbing
3. Teman teman khususnya teman teman dari F.Keperawatan angkatan 2011
A yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun.
Sepertikata pepatah tak ada gading yang tak retak, oleh sebab itu penulis menya
dari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, tim penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar adanya perbaikan
dikemudian hari.

Padang, 22 Februari 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Anak merupakan bagian dari keluarga, sering dikatakan sebagai potret
atau gambaran dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian
karena anak merupakan individu tersendiri yang tumbuh dan berkembang secara
unik dan tidak dapat diulang setelah usia bertambah.Pada anak usia prasekolah,
anak mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan.Tidak hanya kemajuan
fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Anak usia prasekolah ini sedang
dalam proses awal pencarian jati dirinya. Beberapa prilaku yang tidak ada,
sekarang muncul. Secara fisik dan psikis usia ini adalah usia yag rentan berbagai
penyakit dan menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi tumbuh
kembang anak. jika kondisi kesehatan anak tidak ditangani secara baik oleh
praktisi kesehatan dan juga usaha-usaha pencegahan adalah yang tetap paling
baik dilakukan.
Antara usia 2- 5 tahun, tantangan-tantangan perkembangan dari periode
sebelumnya diakhiri dalam keadaan lingkungan sosial yang luas dan dibentuk
kembali oleh pertambahan bahasa yang rumit. Sebagai contoh adalah tantangan
pengaturan diri sendiri dalam menghadapi kemungkinan dorongan yang besar.
Masalah ini, pada awal masa pertumbuhan, muncul kembali seperti anak
menghadapi tempat bermain yang ramai atau suatu ruang kelas prasekolah.
Ketegangan antara pertumbuhan perasaan otonomi anak dan keterbatasan
internal maupun eksternal, menentukan pusat dinamis usia ini.
2. Rumusan masalah
1. apa definisi anak usia pra sekolah ?
2. bagaimana tahap tumbang anak usia pra sekolah ?
3. apa tugas perkembangan anak usia pra sekolah ?
4. apa masalah-masalah pada anak usia pra sekolah ?
5.bagaimana bimbingan fase pra sekolah ?
3. Tujuan
1. mampu menjelaskan definisianak usia prasekolah
2. mampu menjelaskan tahap tumbuh kembang anak usia prasekolah.
3. mampu menjelaskan tugas perkembangan anak prasekolah.

4. mampu menjelaskan masalah-masalah pada anak usia prasekolah.


5. mampu menjelaskan bimbingan selama fase prasekolah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Konsep Perkembangan Anak Preschool


II.1.1 Definisi Anak

Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002, anak


adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat
harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Menurut Wong (2008), anak
prasekolah adalah anak yang mempunyai rentang usia tiga sampai enam tahun.
II.1.2 Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Pertumbuhan (Growth)
Berkembangan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran
berat (kg/gr) atau ukuran panjang (meter/centimeter) (Soetjiningsih :
1998).Menurut Whaley dan Wong, pertumbuhan sebagai suatu peningkatan
jumlah atau ukura\ sel tubuh yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan
ukuran dan berat seluruh bagian tubuh (Supartini, Yupi : 2004).
2. Perkembangan (Development)
Menurut Whaley dan Wong, perkembangan manitik beratkan pada
perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke
tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan
pembelajaran (Supartini, Yupi: 2004).Perkembangan adalah pertambahan
kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih komlpeks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan
( Soetjiningsih : 1998).Menurut nursalam (2005) perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dan struktur atau fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari
proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang
terorganisasi.

II.1.3 Tahap Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah (3-6 tahun)


1. Pertumbuhan
Beberapa aspek pertumbuhan fisik terus menjadi stabil dalam tahun
prasekolah. Waktu rata-rata denyut jantung dan pernapasan menurun hanya
sedikit mendekati 90x/menit dan pernapasan 22-24x/menit. TD meningkat

sedikit ke nilai rata-rata 95/58mmHg. Berat badan anak meningkat kira-kira 2,3
sampai 2,5 kg per tahun, berat rata-rata pada usia 3 tahun adalah 14,6 kg, pada
usia 4 tahun adalah 16,7 kg dan usia 5 tahun adalah kira-kira 18,7 sampai 21
kg, hampir 6 kali berat badan lahir. Pertumbuhan tinggi badan juga tetap
berlangsung dengan pertambahan 6,75 sampai 7,5 cm per tahun atau
bertumbuh 2-3 inci per tahun, panjang menjadi dua kali lipat panjang lahir
pada usia 4 tahun. Rata-rata tinggi badan usia 3 tahun adalah 95 cm, pada usia
4 tahun adalah 103 cm dan pada usia 5 tahun adalah 110 cm atau berada pada
tinggi rata-rata 43 inci pada ulang tahun kelima mereka. Perpanjangan tungkai
kaki menghasilkan penampilan yang lebih kurus. Kepala sudah mencapai 90%
dari ukuran orang dewasa pada ulang tahun ke enam. Perbedaan kecil terjadi
antara jenis kelamin, walaupun anak laki-laki sedikit lebih besar dengan lebih
banyak otot dan kurang jaringan lemak. Kekurangan nutrisi umunya terjadi
pada anak-anak berusia dibawah 6 tahun adalah kekurangan vitamin A dan C
serta zat besi.
2. Perkembangan
a. Perkembangan Biologis
Sebagian sistem tubuh telah matur dan stabil serta dapat
menyesuaikan diri dengan stres dan perubahan yang moderat. Selama
periode ini sebagian besar anak sudah menjalani toilet training.
Perkembangan motorik terjadi pada sebagian besar peningkatan kekuatan
dan penghalusan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya, seperti
berjalan, berlari, dan melompat. Nemun, perkembangan otot dan
pertumbuhan tulang masih jauh dari matur. Aktivitas berlebihan dan
kelebihan olahraga dapat mencederai jaringan yang masih halus. Postur
yang baik, latihan yang tepat, dan nutrisi yang adekuat serta istirahat
sangat penting untuk perkembangan sistem muskuloskeletal yang optimal.
Prilaku Motorik Kasar dan Halus
Berjalan, berlari dan melompat telah tercapai dengan baik pada usia
36 bulan. Penghalusan koordinasi mata-tangan dan otot jelas terbukti
dalam beberapa area. Pada usia 3 tahun anak prasekolah mampu
mengendarai roda tiga, berjalan jinjit, berdiri dengan satu kaki selama
beberapa detik dengan seimbang, dan lompat jauh. Pada usia 4 tahun anak
mampu melakukan loncatan dan lompatan dengan satu kaki dengan lancar

serta menangkap bola dengan baik. Pada usia 5 tahun anak melompat tali
dengan bergantian dan mulai main papan luncur dan berenang.
Perkembangan mototrik halus jelas terbukti pada peningkatan
manipulasi keterampilan anak, seperti dalam menggambar dan berpakaian.
Keterampilan ini memeberikan kesiapan untuk belajar dan mandiri untuk
memasuki sekolah.
Soetjiningsih (2012) menyatakan, perkembangan mental, gerakangerakan kasar dan halus, emosi, sosial, prilaku, bicara pada anak usia
prasekolah adalah sebagai berikut:
Usia 3-4 tahun
- Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga
- Berjalan pada jari kaki
- Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
- Menggambar garis silang
- Menggambar orang hanya kepla dan badan
- Mengenal 2 atau 3 warna
- Bicara dengan baik
- Menyebut namanya, jenis kelamin dan umurnya
- Banyak bertanya
- Bertanya bagaimana anak dilahirkan
- Mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka, sisi belakang
- Mendengarkan cerita-cerita
- Bermain dengan anak lain
- Menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya
- Dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana
Usia 4-5 tahun
- Melompat dan menari
- Menggambar orang terdiri dari kepala, lengan dan badan
- Menggambar segi empat dan segi tiga
- Pandai bicara
- Dapat menghitung jari-jarinya
- Dapat menyebut hari-hari dalam seminggu
- Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita
- Minat kepada kata baru dan artinya
- Memprotes bila dilarang apa yang di inginkannya
- Mengenal 4 warna
- Memperkirakan bentuk dan besarnya benda, membedakan besar
-

dan kecil
Menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa.

b. Perkembangan Psikososial
Apabila anak prasekolah telah menguasai tugas pada periode
todler, mereka telah siap menghadapi dan berupaya keras untuk
mencapai tugas perkembangan pada tahap ini. Tugas psikososial

utama pada periode prasekolah adalah menguasai rasa inisiatif. Anak


sedang dalam stadium belajar energik. Mereka bermain, bekerja dan
hidup sepenuhnya serta merasakan rasa pencapaian dan kepuasan
yang sebenarnya dalam aktivitas mereka. Komflik timbul ketika
anak telah melampaui batas kemampuan mereka dan memasuki serta
mengalami rasa bersalah karena tidak berprilaku atau bertindak
dengan benar. Rasa bersalah dapat menyebabkan anak kurang
bersosialisasi, lebih marah, mengalami regresi, yaitu kembali ke
perkembangan sebelumnya, misalnya mengompol dan menghisap
jempol.
Perkembangan superego, atau kesadaran, telah di mulai pada
akhir masa todler dan merupakan tugas utama untuk anak prasekolah.
Mempelajari kebenaran dari kesalahan dan mempelajari kebaikan
dari keburukan adlah permulaan moralitas.
c. Perkembangan Kognitif
Salah satu tugas yang berhubungan dengan periode prasekolah adalah
kesiapan untuk sekolah dan pelajaran sekolah. Banyak proses berfikir
pada periode ini sangat penting dalam mencapai kesiapan tersebut,
dan telah ditentukan bahwa anak mulai sekolah pada usia 5 dan 6
tahun daripada umur yang lebih muda.
Fase Praoperasional (Piaget)
Teori kognitif Piaget sebenarnya tidak meliputi periode yang khusus
untuk anak usia 3 sampai 5 tahun. Fase praoperasional meliputi anak
dalam rentang usia 2 sampai 7 tahun dan dibagi menjadi dua tahap:
fase prakonseptual, usia 2 samapi 4 tahun dan fase pikiran intuitif,
usia 4 samapi 7 tahun. Salah satu transisi utama selama kedua fase
tersebut adalah perpindahan dari pikiran egosentris total menjadi
kesadaran sosial dan kemampuan untuk mempertimbangkan sudut
pandang orang lain. Namun, egosentrisitas masih terlihat.
Bahasa terus berkembang selama periode prasekolah.
Berbicara terutama masih menjadi pembawa komunikasi egosentris.
Anak prasekolah berasumsi bahwa setiap orang berfikir seperti yang
mereka pikirkan dan penjelasan singkat mengenai pikiran mereka

membuat keseluruhan pikiran mereka dipahami oleh semua orang


lain. Karena komunikasi verbal yang merujuk pada diri sendiri dan
bersifat egosentris ini maka mengeksplorasi dan memahami pikiran
anak kecil sering kali dibutuhkan melalui pendekatan nonverbal
lainnya. Unutk anak pada kelompok usia ini, metode yang paling
menyenangkan dan efektif adalah bermain, yang menjadi cara anak
untuk memahami, menyesuaikan dan mengembangkan pengalaman
hidup.
Anak prasekolah semakin banyak menggunakan bahasa tanpa
memahami makna dari kata-kata tersebut, terutama konsep kanan dan
kiri, sebab-akibat dan waktu. Anak bisa menggunakan konsep secara
benar tetapi hanya dalam keadaan yang telah mereka pelajari.
Misalnya, mereka bisa mengetahui bagaimana memakai sepatu
dengan mengingat bahwa kaitan sepatu selalu berada dibagian luar
kaki. Namun, jika memakai sepatu yang tidak memiliki kaitan,
mereka tidak tahu lagi sepatu mana yang cocok untuk kaki nya yang
sebelah mana. Dengan kata lain mereka tidak mengetahui konsep
kanak-kiri.
Secara superfisial,

sebab-akibatmelambangkan pemikiran

logis. Anak prasekolah menjelaskan konsep yang penjelasannya telah


mereka dengar dari oranglain. Namun, pemahaman mereka masih
terbatas. Contohnya adalah konsep mengenai waktu. Karena waktu
masih belum dipahami sama sekali, anak akan menerjemahkannya
sesuai kerangka pemahamannya sendiri, seperti waktu yang lama
berarti sampai hari raya. Oleh karena itu, waktu paling baik
dijelaskan dalam hubungannya dengan suatu kejadian, seperti ibumu
akan menjengukmu setelah kamu menghabiskan makan siangmu.
Hindari kata-kata seperti kemarin besok, minggu depan atau selasa
untuk mengekspresikan perkiraan waktu terjadinya suatu kejadian
dan menghubungkan waktu dengan kejadian-kejadian harian yang
diperkiran akan terjadi dapat membantu anak mempelajari hubungan
waktu sambil mengembangkan kepercayaan mereka pada predisi
orang lain.

Pemikiran anak prasekolah seringkali dijelaskan sebagai


pemikiran magis. Karena egosentrisme dan alasan transduktif
mereka, mereka percaya bahwa pikiran adalah yang paling berkuasa.
Pikiran tersebut menempatkan mereka pada posisi yang rentan untuk
merasa bersalah dan bertanggung jawab pada pikiran buruk, yang
secra kebetulan terjadi sesuai dengan kejadian yang diharapkan.
Ketidakmampuan untuk merasionalisasi sebab dan akibat suatu
penyakit atau cedera secara logis menyulitkan mereka memahami
kejadian tersebut.
d. Perkembangan Moral
Tingkat Prakonvensional atau Pramoral (Kohlberg)
Perkembangan penilaian moral anak kecil sedang berada pada tingkat
paling dasar. Terdapat sedikit jika ada perhatian mengenai suatu
kesalahan. Mereka berprilaku sesuai dengan kebebasan atau batasan
yang berlaku pada suatu tindakan. Pada orientasi hukuman dan
kepatuhan, anak (berrusia sekitar 2 sampai 4 tahun) menilai apakah
suatu tindakan baik atau buruk bergantung dari apakah ahasilnya
berupa hukuman atau penghargaan. Apabila anak di hukum berarti
tindakan tersebut berarti buruk. Dan apabila anak tidak di hukum
berarti tindakan tersebut baik, tanpa memperhitungkan makna
tindakan tersebut. Misalnya, jika orang tua memperbolehkan
memukul anak akan menganggap bahwa memukul adalah baik
karena tidak berhubungan dengan hukuman.
Dari sekitar usia 4 sampai 7 tahun anak-anak berada pada
tahap orientasi instrumental naif, yang segala tindakan ditujukan ke
arah pemuasan kebutuhan mereka dan lebih jarang ditujukan pada
kebutuhan orang lain. Mereka memiliki rasa keadilan yang sangat
konkret.
e. Perkembangan Spiritual
Pengetahuan anak tentang keyakinan dan keagamaan dipelajari dari
orang lain yang bermakna dalam lingkungan mereka, biasanya dari
orang tua dan praktik keagamaan mereka. Namun, pemahaman anak
kecil mengenai spiritual dipengaruhi oleh kognitifnya. Anak

prasekolah

memiliki konsep konkret mengenai Tuhan dengan

karakteristik fisik, yang seringkali menyerupai teman imaginer


mereka. Mereka mengerti

kisah sederhana dari kitab suci dan

menghafal doa-doa yang singkat, tetapi pemahaman mereka


mengenai ritual ini masih terbatas. Mereka memperoleh manfaat dari
penjelasan konkret yang diberikan oleh pemuka agama, seperti
gambar kitab suci dan cerita tentang kelahiran utusan Tuhan mereka.
Perkembangan kesadaran sangat terkait dengan perkembangan
spiritual. Pada usia ini anak mempelajari kebenaran dari kesalahan
dan berprilaku dengan benar untuk menghindari hukuman. Perbuatan
salah menimbulkan perasaan bersalah, dan anak prasekolah sering
kali salah mengartikan penyakit sebagai hukuman akibat pelanggaran
mereka yang nyata atau khayalan. Penting bagi anak untuk
memandang Tuhan sebagai pemberi cinta tanpa syarat, bukan sebagai
hakim dari prilaku baik atau buruk. Berdoa kepada Tuhan dan
mengobservasi tradisi keagamaan (mis, berdoa sebelum makan dan
tidur) dapat membantu anak melalui periode stres, seperti
hospitalisasi.
f. Perkembangan Citra Tubuh
Masa prasekolah memainkan peranan penting dlam perkembangan
citra tubuh. Dengan meningkatkan pemahaman bahasa, anak
prasekolah mengenali bahwa individu memiliki penampilan yang
diinginkan dan yang tidak di inginkan. Mereka mengenali perbedaan
warna kulit dan identitas rasial serta rentan mempelajari prasangka
dan bias. Mereka menyadari makna kata seperti cantik atau
buruk, dan penampilan mereka mencerminkan pendapat orang lain.
Pada usia 5 tahun anak mulai membandingkan ukuran tubuhnya
dengan teman sebaya dan bisa menjadi sadar bahwa mereka tinggi
atau pendek, terutama jika orang lain mengatakan mereka sangat
besar atau sangat kecil untuk usia mereka.
Meskipun perkembangan citra tubuh telah maju, anak
prasekolah tidak dapat mendefinisikan ruang lingkup tubuhnya
dengan baik dan mereka hanya memiliki sedikit pengetahuan

mengenai

anatomi

internalnya.

Pengalaman

tertusuk

sangat

menakutkan, terutama yang mengganggu integritas kuli, seperti


injeksi dan pembedahan. Ada ketajutan bahwa jika kulit terluka,
semua darah dan bagian dalam tubuh mereka dapat bocor ke luar.
Oleh karena itu balutan menjadi sangat penting untuk menjaga segala
sesuatu supaya tidak ke luar.
g. Perkembangan Seksualitas
Perkembangan seksual selama masa ini merupakan fase yang sangat
penting untuk identitas dan kepercayaan seksual individu secara
menyeluruh. Anak prasekolah membentuk kelekatan yang kuat
dengan

orangtua

yang

berlawanan

jenis

kelamin

sambil

mengidentifikasi orangtua yang berjenis kelamin yang sama.


Saat identitas seksual berkembangan melebihi pengenalan
gender, maka kerendahan hati menjadi perhatian, begitu juga
ketakutan adanya multilasi. Terjadi imitasi peran seks dan berdandan
seperti ibu atau ayah merupakan aktivitas yang penting. Prilaku dan
respon oranglain terhadap permainan peran dapat mengkondisikan
anak untuk memandang dirinya sendiri atau orang lain. Misalnya
komentar seperti anak lelaki tidak boleh bermain boneka dapat
mempengaruhi konsep diri anak lelaki mengenai maskulinitas.
Perkembangan psikoseksual menurut ( Sigmund Freud ), Fase
perkembangan psikoseksual untuk anak usia prasekolah masuk pada
fase falik. Selama fase ini, genitalia menjadi area yang menarik dan
area tubuh yang sensitif. Anak mulai mengetahui perbedaan jenis
kelamin dengan mengetahui adanya perbedaan jenis kelamin.
Negatif: Memegang genetalia
Positif: Egosentris: sosial interaksi : mempertahankan keinginan
h. Perkembangan sosial
Selama periode prasekolah proses individualisasi-perpisahan sudah
komplet. Anak prasekolah telah mengatasi banyak ansietas yang
berhubungan dengan orang asing dan ketakutan akan perpisahan pada
tahun-tahun sebelumnya. Mereka dapat berhubungan dengan orang
yang tidak dikenal dengan mudah dan menoleransi perpisahan
singkat dari orangtua dengan sedikit dan tanpa protes. Namun,
mereka masih membutuhkan keamanan dari orangtua, penerangan,

bimbingan dan persetujuan, terutama memasuki masa prasekolah


atau sekolah dasar.
Perilaku Personal-Sosial
Ritualisme dan negativisme yang melekat pada masa todler
secra bertahap menghilang selama masa prasekolah. Meskipun
penonjolan diri masih merupakan tema utama, anak prasekolah telah
memperlihatkan rasa autonomi mereka secara berbeda. Mereka
mampu mengemukakan keinginan mereka akan kemandirian dan
melakukan

secara

mandiri

karena

perkembangan

fisik

dan

kognitifnya yang semakinn halus. Pada usia 4 sampai 5 tahun mereka


hanya memerlukan sedikit bantuan, jika perlu untuk berpakaian,
makan atau ke toilet. Mereka juga dapat dipercaya untuk mematuhi
peringatan bahaya, meskipun anak usia 3 atau 4 tahun kadang-kadang
masih melebihi batas.
Bermain
Berbagai tipe permainan adalah khas pada periode ini, tetapi
anak

prasekolah

menikmati

permainan

asosiatif,

permainan

kelompok dengan aktivitas yang sama atau identik tetapi tanpa


organisasi atau peraturan yang kaku. Peemainan harus membantu
memberikan perkembangan fisik, sosial, dan mental.
Aktivitas bermain untuk pertumbuhan fisik dan penghalusan
dan keterampilan motorik mencakup melompat, berlari, dan
memanjat. Sepeda roda tiga, truk skuter, kereta, peralatan senam dan
olah raga, kotak pasir kolam penyebrangan dan kereta luncur salju
dapat membantu mengembangkan otot dan koordinasi.aktivitas
seperti berenang, bermain papan luncur, dan bermain ski dapat
mengajarkan keamanan, serta perkembangan dan koordinasi otot.
Mainan manipulatif, konstruktif, kreattif, dan edukasional
memberikan aktivitas yang tenang, perkembangan motorik halus, dan
ekspresi diri. Set konstruksi yang mudah, balok besar dengan
berbagai ukuran dan bentuk, kerangka hitung, kartu alfabet atau
angka, cat, krayon, peralatan tukang kayu sederhana, kotak musik,
buku bergambar, set menjahit atau kerajinan tangan sederhana,
puzzle besar dan tanah liat adalah mainan yang sesuai. Permainan

elektronik dan program komputer edukasional terutama sangat


bermanfaat dalam membantu anak mempelajari keterampilan dasar,
seperti huruf dan kata-kata sederhana.
Bermaian menjadi bagian yang sangat menonjol dalam
kehidupan anak kecil sehingga realitas dan fantasi menjadi kabur.
Berpura-pura menjadi kenyataan selama bermain dan hanya menjadi
fantasi jika mainan diambil atau dandanan dilepas. Tidak
mengherankan jika teman main imaginer begitu menjadi bagian
dalam periode usia ini.

II.2 Tugas Perkembangan Anak Usia Prasekolah


a) Personal / sosial
- Upaya untuk menciptakan diri sendiri seperti orang tuanya, tetapi
mandiri
- Menggali lingkungan atas hasil prakarsanya
- Membanggakan, mempunyai perasaan yang tidak dapat dirusak
- Keluarga merupakan kelompok utama
- Kelompok meningkat kepentingannya
- Menerima peran sesuai jenis kelaminnya
- Agresif
b) Motorik
- Meningkatnya kemampuan bergerak dan koordinasi jadi lebih mudah
- Mengendarai sepeda dengan dua atau tiga roda
- Melempar bola, tetapi sulit uintuk menangkapnya
c) Bahasa dan kognitif
- Egosentrik
- Ketrampilan bahasa makin baik
- Mengajukan banyak pertanyaan; bagaimana, apa, dan mengapa?
- Pemecahan masalah sederhana: menggunakan fantasi untuk memahami,
mengatasi masalah.

d) Ketakutan
- Pengrusakan diri
- Dikebiri
- Gelap,Ketidaktahuan
- Objek bayangan, tak dikenal.

II.3 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang


Pola pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara anak yang satu
dengan yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh
interaksi

banyak

faktor.

Menurut

Soetjiningsih

(2002),

faktor

yang

mempengaruhi tumbuh kembang, yaitu:


a) Genetika
1) Perbedaan ras, etnis, atau bangsa
2) Keluarga
Ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gemuk atau
perawakan pendek
3) Umur
Masa prenatal, masa bayi, dan masa remaja merupakan tahap yang
mengalami pertumbuhan cepat dibandingkan dengan masa lainnya.
4) Jenis kelamin
Wanita akan mengalami pubertas lebih dahulu dibandingkan laki-laki.
5) Kelainan kromosom
Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya sindrom
down.
b) Pengaruh hormone
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin
berumur empat bulan. Pada saat itu terjadi pertumbuhan yang cepat.
Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon pertumbuhan
somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari.
Selain itu kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna
untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi, dan otak.
c) Faktor lingkungan
Faktor kelompok yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu pranatal, kelahiran, dan pascanatal.
d) Faktor prenatal
1) Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin,
terutama selama trimester akhir kehamilan
2) Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat
3)
4)
5)
6)
7)

menyebabkan kelainan conginetal, misalnya club foot


Toksin, zat kimia, radiasi
Kelainan endokrin
Infeksi TORCH atau penyakit menular seks
Kelainan imunologi,
Psikologis ibu

e) Faktor kelahiran
Riwayat kelahiran

dengan

vakum

ekstraksi

atau

forcep

dapat

menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga beresiko terjadinya


kerusakan jaringan otak.
f) Faktor pascanatal
Seperti lainnya pada masa prenatal, faktor yang berpengaruh terhadap
TUMBANG anak adalah gizi, penyakit kronis/ kelainan konginetal,
lingkungan fisik dan kimia, psikologis, endokrin, sosioekonomi,
lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan.
II.4Stimulasi Bermain Untuk Tumbuh Kembang Anak
a) Definisi bermain
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan/ kepuasan. Bermain merupakan cermin kemampuan
fisik, intelektual, emosional, dan sosial. Bermain merupakan media yang baik
untuk belajar karena bermain, anak akan berkata-kata (berkomunikasi),
belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukannya, dan mengenalwaktu, jarak, serta suara. (Wong, 2000)
b) Fungsi permainan pada anak
Fungsi utama bermain adalah menstimulasi perkembangan anak, antara
c)

lain:
Perkembangan sensori-motorik
Perkembangan intelektual
Perkembangan social
Perkembangan kreativitas
Perkembangan kesadaran diri
Perkembangan moral
Bermain sebagai terapi
Tujuan bermain
Melalui fungsi yang terurai diatas pada prinsipnya bermain mempunyai

tujuan sebagai berikut:


Untuk melanjutkan tumbuh kembang yang normal pada saat sakit anak

mengalami gangguan dalam tumbuh kembang


Mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta idenya.
Mengembangkan kreatrifitas dan kemampuan menyelesaikan masalah.
Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya untuk
menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya pada saat melakukan
permainan anak akan dihadapkan pada masalah dalam konteks permainannya,

semakin
-

lama

ia

bermain

dan

semakin

tertantang

untuk

dapat

menyelesaikannya dengan baik.


Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat di
Rumh Sakit. Stress yang dialami anak di Rumah Sakit tidak dapat
dihindarkan sebagai mana juga yang dialami orang tuanya untuk itu yang
penting adalah bagaimana menyiapkan anak dan orang tua untuk dapat

beradaptasi denga stresor yang dialaminya di Rumah Sakit secara efektif.


d) Alat dan jenis permainan yang cocok untuk anak usia prasekolah (3-6 th)
Sejalan dengan tumbuh kembangnya anak prasekolah mempunyai
kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih matang daripada anak usia
toddler. Anak sudah lebih aktif, kreatif dan imajinatif. Demikian juga
kemampuan berbicara dan berhubungan sosial dengan temannya semakin
meningkat.Oleh karena itu jenis permainan yang sesuai adalah asosiatif
play,dramaticplay dan skill play.Anak melakukan permainan bersama-sama
dengan temannya dengan komunikasi yang sesuai dengan kemampuan
bahasanya. Anak juga sudah mampu memainkan peran orang tertentu yang
diidentifikasikannya seperti ayah, ibu dan bapak atau ibu gurunya. Permainan
yang menggunakan kemampuan motorik (skill play) banyak dipilih anak
prasekolah. Untuk itu jenis alat permainan yang diberikan pada anak, misal:
sepeda, mobil-mobilan, alat olah raga, berenang dan permainan balok-balok
besar, dll.
II.5 Bimbingan anak selama fase prasekolah
Usia 3 tahun
- Persiapkan orang tua untuk peningkatan ketertarikan anak dalam hubungan yang
-

lebih luas.
Anjurkan orang tua untuk mendaftarkan anak ke play group atau TK.
Tekankan tentang pentingnya pengaturan waktu.
Anjurkan orang tua untuk menawarkan pilihan-pilihan ketika anak sedang

ragu/bimbang.
Perubahan pada anak usia 3.5 tahun : anak akan menjadi kurang koordinasi,

gelisah dan menunjukkan perubahan tingkah laku, seperti bicara gagap.


Orang tua harus memberikan perhatian yang ekstra sebagai refleksi dari

kegelisahan emosi anak dan rasa takut anak kehilangan kasih sayang orang tua.
Ingatkan orang tua tentang keseimbangan yang telah dicapai pada usia 3 tahun

akan berubah menjadi tingkah laku yang agresif pada usia 4 tahun.
antisipasi tentang adanya perubahan nafsu makan, seleksi makanan anak.

Tekankan tentang perlunya perlindungan dan pendidikan untuk mencegah

cedera.
Usia 4 tahun
Persiapkan pada tingkah laku anak yang lebih agresif, termasuk aktifitas motorik

dan penggunaan bahasa-bahasa yang mengejutkan.


Eksplorasi perasaan orang tua berkenaan dengan tingkah laku anak.
Masukkan anak ke TK
Persiapkan untuk peningkatan keingintahuan anak tentang seks
Tekankan tentang pentingnya menanamkan disiplin pada anak
Anjurkan orang tua untuk melatih anak berenang jika belum dilakukan diusia

sebelumnya
Usia 5 tahun
Masa tenang pada anak
Siapkan anak untuk memasuki lingkungan sekolah
Pastikan kelengkapan imunisasi lingkungan sekolah
Usia 6 tahun
Pada usia ini anak sudah memasuki masa sekolah

II.6 Masalah-masalah yang Terjadi pada Usia Prasekolah


a) Hubungan keluarga
Pada usia prasekolah biasanya anak merasa cemburu dengan kehadiran anggota
keluarga baru (adik). Anak merasa tidak diperhatikan lagi oleh orang tua
sehingga anak sering membuat olah untuk mendapatkan perhatian orang tua.
b) Bahaya Psikologis
Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu berprestasi.
Rasa bersalah dapat menyebabkan anak kurang bersosialisasi, lebih pemarah,
mengalami regresi, yaitu kembali ke perkembangan sebelumnya, misalnya
mengompol dan menghisap jempol.
c) Masalah Pelatihan Buang Air (Toileting)
Pelatihan buang air besar biasanya mulai dilakukan pada saat anak berumur 2-3
tahun, sedangkan pelatihan buang air kecil dilakukan pada umur 3-4 tahun. Pada
umur 5 tahun, kebanyakan anak sudah dapat melakukan buang air sendiri;
melepas pakaian dalamnya sendiri, membersihkan dan mengeringkan penis,
vulva maupun anusnya sendiri serta kembali memakai pakaian dalamnya
sendiri.Tetapi sekitar 30% anak berusia 4 tahun dan 10% anak berusia 6 tahun
masih mengompol pada malam hari.
Cara terbaik untuk menghindari masalah pelatihan buang air (toilet training)
adalah dengan mengenali kesiapan anak. Adapun tanda dari kesiapan anak
adalah:
1) Selama beberapa jam pakaian dalamnya masih kering.
2) Anak menginginkan pakaian dalamnya diganti jika basah.

3) Anak menunjukkan ketertarikannya untuk duduk di atas Potty Chair


(pispot khusus untuk anak-anak) atau diatas toilet (jamban, kakus).
4) Anak mampu mengikuti petunjuk atau aturan lesan yang sederhana.
II.7 Peningkatan Kesehatan Optimal Selama Masa Prasekolah
a. Nutrisi
Kebutuhan Nutrisi untuk anak prasekolah hampir sama dengan kebutuhan
anak todler. Kebutuhan kalori per unit berat badan terus menurun secara perlahan
sampai 90 kkal/kg, untuk rata-rata asupan sekitar 1800 kalori per hari. Kebutuhan
cairan juga menurun sedikit sekitar 100 ml/kg sehari tetapi bergantung pada
tingkat aktivitas, kondisi cuaca dan keadaan kesehatan. Kebutuhan protein adalah
1,2 g/kg, untuk rata-rata konsumsi harian 24 g.
Beberapa karakteristik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi
yang perlu diperhatikan pada anak prasekolah adalah sebagai berikut:
a) Nafsu makan berkurang
b) Anak lebih tertarik pada aktifitas bermain dengan teman atau lingkungannya
daripada makan.
c) Anak mulai senang mencoba jenis makanan baru.
d) Waktu makan merupakan kesempatan yang baik bagi anak untuk belajar dan
bersosialisasi dengan keluarga.
Anjurkan untuk orang tua dalam kaitannya dengan karakteristik tersebut:
a) Pertahankan kebiasaan makan yang baik dengan cara mengajarkan anak
mengenal nutrisi, misalnya dengan menggambar atau melakukan aktivitas
bermain yang lain.
b) Apabila makanan yang dikonsumsi cenderung sedikit, berikan berikan dengan
frekuensi lebih sering, yaitu 4 sampai 5 kali sehari. Apabila memberikan
makanan padat, seperti nasi, 3 kali dalam sehari, berikan makanan ringan atau
kudapan diantara waktu makan tersebut. Susu cukup diberikan 1-2 kali sehari.
c) Izinkan anak untuk membantu orang tua menyiapkan makanan dan jangan
terlalu banyak berharap anak dapat melakukannya dengan tertib dan rapi.
d) Fasilitasi anak untuk mencoba jenis makanan baru. Makanan baru tidak harus
yang berharga mahal, yang penting memenuhi gizi seimbang.
e) Fasilitasi anak untuk dapat mengekspresikan ide, pikiran, serta perasaannya
saat makan bersama dan fasilitasi anak untuk berinteraksi secara efektif
dengan anda atau anggota keluarga yang lain.
b. Tidur dan Aktivitas
Pola tidur sangat bervariasi tetapi rata-rata anak prasekolah tidur sekitar 12
jam dalam semalam dan jarang tidur di siang hari. Tingkat aktivitas masih tetap

tinggi, meskipun aktivitas yang tenang, seperti menonton televisi, semakin


menarik perhatian dan bisa menjadi pengganti yang tak sehat untuk permainan
aktif.
Masa prasekolah merupakan waktu yang utama terjadinya masalah tidur.
Anak dapat mengalami ketakutan saat tidur, terbangun dimalam hari atau
mengalami mimpi buruk atau teror tidur. Mimpi buruk adalah mimpi menakutkan
yang terjadi selama tidur REM (rapid eye movement). Seorang anak yang
mengalami mimpi buruk biasanya akan benar-benar terbangun dan dapat
mengingat kembalimimpinya secara terperinci. Mimpi buruk yang terjadi
sewaktu-waktu adalah hal yang normal, dan satu-satunya tindakan yang perlu
dilakukan orang tua adalah menenangkan anak. Tetapi mimpi buruk yang sering
terjadi adalah abnormal dan bisa menunjukkan masalah psikis. Pengalamam yang
menakutkan (termasuk cerita menakutkan atau film tentang kekerasan di televisi)
bisa menyebabkan terjadinya mimpi buruk. Hal ini terutama sering ditemukan
pada anak-anak yang berumur 3-4 tahun, karena mereka belum bisa membedakan
antara khayalan dan kenyataan. Mimpi buruk paling berespon terhadap intervensi
berikut:
- Menerima mimpi sebagai ketakutan yang nyata
- Duduk di samping anak; menawarkan kenyamanan, keyakinan, dan rasa
-

perlindungan
Berbaring bersama anak dan membawanya ke tempat tidur orang dewasa
hanya jika anak tidak bisa ditenangkan dengan upaya apa pun dan bisa

memahami ini sebagai kejadian khusus


Pertimbangkan konseling profesional untuk mimpi buruk berulang yang
tidak berespon terhadap pendekatan di atas.
Teror dimalam hari adalah suatu keadaan dimana sesaat setelah tertidur

anak setengah terbangun dengan kecemasan yang luar biasa. Anak tidak dapat
mengingat kembali apa yang telah dialaminya.
Tidur sambil berjalan adalah suatu keadaan dimana dalam keadaan tertidur
anak bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan-jalan. Teror dimalam hari dan
tidur sambil berjalan biasanya berlangsung selama tidur dalam (Non REM) dan
terjadi dalam 3 jam pertama setelah anak tertidur. Tiap episode berlangsung dari
beberapa detik sampai beberapa menit. Teror dimalam hari sifatnya dramatis
karena anak menjerit-jerit dan panik, keadaan ini paling sering ditemukan pada
anak yang berumur 3-8 tahun.

1)
2)
3)
4)

Untuk anak yang susah tidur bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:
Ajak anak kembali ketempat tidurnya.
Berikan cerita yang pendek.
Tawari untukditemani oleh boneka atau selimut kesayangannya.
Gunakan lampu redup.

c. Kesehatan Gigi
Pada permulaan periode prasekolah pertumbuhan gigi susu telah lengkap.
Perawatan gigi penting untuk mempertahankan gigi sementara ini dan
mengajarkan kebiasaan dental yang baik. Meskipun kontrol motorik anak
prasekolah telah maju, mereka masih memerlukan bantuan dan supervisi dalam
penyikatan gigi, dan membersihkan gigi dengan benang gigi harus dilakukan oleh
orangtua.
d. Pencegahan Cedera
Karena semakin berkembangnya keterampilan motorik halus dan kasar,
koordinasi dan keseimbangan, maka anak prasekolah cenderung jarang jatuh
dibandingkan todler. Kecerobohan mereka cendrung berkurang, lebih mendengar
aturan orangtua dan mengetahui potensi bahaya, seperti barang panas, benda
tajam dan ketinggian yang berbahaya. Keracunan masih merupakan cedera yang
dialami oleh anak usia prasekolah. Cedera akibat kendaraan bermotor pada
pejalan kaki meningkat karena aktivitas seperti bermain di jalan, mengendarai
sepeda roda tiga, mengejar bola, atau melupakan peraturan keamanan ketika
menyebrang jalan.
Secara umum panduan yang dianjurkan untuk pencegahan cedera dapat
diterapkan pada anak kelompok usia ini juga. Namun, penekanan sekarang pada
edukasi untuk keamanan dan potensi bahaya, selain untuk perlindungan yang
memadai.
II.8 Masalah Kesehatan Anak Prasekolah
II.8.1 Gangguan Infeksi
1. Penyakit Menular
Insidensi penyakit menular pada masa kanak-kanak telah sangat menurun
sejak penemuan imunisasi. Komplikasi serius akibat infeksi tesebut juga semakin
berkurang dengan penggunaan antibiotik dan antitoksin. Namun, penyakit infeksi
masih terjadi, dan perawat harus mengetahui agens infeksius agar dapat
mengenali penyakit dan menerapkan intervensi preventif dan suportif yang tepat.

Wong (2009), mengemukakan beberapa penyakit menular pada masa


kanak-kanak:
a. Cacar Air (Varisela)
Penyakit
Agent: virus varicella-zoster (VZV)
Sumber: sekresi primer pada saluran pernafasan orang yang terinfeksi, pada
lesi kulit yang berderajat rendah (krusta kering tidak infeksius)
Transmisi: kontak langsung, melalui droplet (melalui udara) dan benda-benda
yang terkontaminasi.
Masa inkubasi: 2-3 minggu, biasanya 14-16 hari
Masa penularan: kemungkinan sehari sebelum erupsi lesi (masa prodromal)
sampai 6 hari setelah vesikula pertama pecah ketika krusta telah tebentuk.
Manifestasi Klinis
Stadium Prodromal:
Demam ringan, malaise anoreksia selama 24 jam pertama; ruam yang sangat
gatal (pruritus); mulai sebagai makula, dengan segera berkembang menjadi
papula dan kemudian vesikula (dikelilingi dasar yang eritema, bagian tengah
yang terdepresi dan keruh, mudah pecah dam membentuk krusta).
Distribusi:
sentripetal, menyebar ke wajah dan ekstremitas proksimal tetapi jarang
tersebar ke tungkai distal dan semakin jarang tersebar ke daerah yang tidak
terpajan panas (dari pakaian atau sinar matahari)
Tanda dan gejala konstitusional:
peningkatan suhu tubuh karena limfadenopati, iritabilitas akibat pruritus.
b. Difteria
Penyakit
Agens: Corynebacterium diphtheriae
Sumber: rabas dari membran mukosa hidung dan nasofaring, kulit dan lesi
lain pada orang yang terinfeksi
Transmisi: kontak langsung dengan orang terinfeksi, seorang karier
(pembawa) atau benda-benda yang terkontaminasi.
Masa Inkubasi: biasanya 2-5 hari, kemungkinan lebih lama lagi
Masa penularan: bervariasi; sampai baksil virulen tidak ada lagi
(diidentifikasi dengan tiga kali kultur yang hasilnya negatif); biasanya 2
minggu tetapi bisa sampai 4 minggu
Manifestasi Klinis
Bervariasi sesuai lokasi anatomis pseudomembran.
Nasal:
Menyerupai masuk angin, cairan hidung serosanguinus mukopurulen tanpa
gejala konstitusional; bisa epistaksis nyata.
Tonsilar/faringeal:

Malaise; anoreksia; nyeri tenggorokan; demam derajat rendah; denyut nadi


meningkat melebihi suhu yang diperkirakan dalam 24 jam; membran halus,
lengket, putih atau abu-abu; limfadenitis bisa tampak dengan jelas; pada
kasus berat, terjadi toksemia, syok septik dan kematian dalam 6-10 hari.
Laringeal:
Demam, serak, batuk, dengan atau tanpa tanda yang disebutkan di atas;
berpotensi terjadi obstruksi jalan napas, retraksi dispneik, gelisah, sianosis.
c. Aritema Infeksiosa
Penyakit
Agens: Human Parvovirus B19 (HPV)
Sumber: orang yang terinfeksi
Transmisi: tidak diketahui; kemungkinan sekresi pernafasan dan darah
Masa Inkubasi: 4-14 hari, mungkin sampai 21 hari
Masa penularan: tidak pasti namun sebelum awitan gejala muncul pada
sebagian besar anak; juga sekitar satu minggu setelah awitan gejala pada
anak-anak yang menderita krisis aplastik.
Manifestasi Klinis
Ruam muncul dalam tiga stadium:
I-Eritema pada wajah, terutama di pipi, penampilan wajah ditampar;
menghilang sampai 1-4 hari
II-sekitar 1 hari setelah ruam muncul di wajah, muncul spot merah
makulopapular, terdistribusi pada ekstremitas atas dan bawah secara simetris;
ruam berkembang dari permukaan proksimal ke distal dan dapat bertahan
selama seminggu atau lebih
III-Ruam menghilang tetapi muncul kembali jika kulit mengalami iritasi atau
trauma (terkena sinar matahari, panas, dingin, tergesek)
Pada anak yang menderita krisi aplastik, ruam biasanya tidak ada dan
penyakit prodromal meliputi demam, mialgia, letargi, mual, muntah dan nyeri
abdomen.
d. Eksantema Subitum (Roseola)
Penyakit
Agens: Human herpes virus tipe 6 (HHV-6)
Sumber: tidak diketahui
Transmisi: Tidak diketahui (tampaknya terbatas pada anak antara usia 6 bulan
dan 3 tahun)
Masa inkubasi: biasanya 5-15 hari
Masa penularan: tidak diketahui
Manifestasi klinis
Demam tinggi menetap selama 3-4 hari pada anak yang tampak sehat.
Penurunan demam yang mendadak ke suhu normal saat munculnya ruam
Ruam:

Makula merah-pink berbatas tegas yang muncul pertama kali dibatang tubuh,
kemudian menyebar ke leher, wajah, dan ekstremitas; tidak gatal, menghilang
pada penekanan, berlangsung 1-2 hari.
Gejala dan tanda yang berhubungan:
Limfadenopati servikal/postaurikular, inflamasi faring, batuk, pilek.
e. Campak (Rubeola)
Penyakit
Agens: virus
Sumber: sekresi saluran pernafasan, darah dan urin orang yang terinfeksi
Transmisi: biasanya akibat kontak langsung dengan droplet orang yang
terinfeksi
Masa inkubasi: 10-20 hari
Masa penularan: dari 4 hari sebelum sampai 5 hari setelah ruam muncul tetapi
terutama terjadi selama stadium prodromal (berhubungan dengan kata/radang
selaput lendir)
Manifestasi Klinis
Stadium prodromal (katar):
Demam dan malaise, diikuti dalam 24 jam oleh pilek, batuk, konjungtivitis,
bintik koplik (bintik merah kecil yang irreguler yang pertama terlihat pada
mukosa bukal didepan gigi geraham 2 hari sebelum ruam; keparahan gejala
meningkat secara bertahap sampai hari kedua setelah ruam muncul, ketika
ruam tersebut mulai menghilang.
Ruam:
Muncul 3-4 hari setelah awitan stadium prodromal; mulai sebagai erupsi
makulopapular eritematosa diwajah dan secara bertahap menyebar ke bawah,
tampak lebih banyak pada area tubuh yang pertama kali terkena (tampak
rapat) dan lebih sedikit pada area tubuh yang terkena belakangan (tampak
terpisah dan berbeda); setelah 3-4 hari menjadi kecoklatan dan terjadi
deskuamasi halus di atas area tubuh yang terlibat secara luas
Tanda dan gejala konstitusional:
Anoreksia, malaise, limfadenopati general.
f. Gondongan/Parotitis
Penyakit
Agens: Paramyxovirus
Sumber: saliva orang yang terinfeksi
Transmisi: kontak langsung atau akibat droplet yang disebarkan dari orang
yang terinfeksi
Masa inkubasi: 14-21 hari

Masa penularan: sebagian besar segera menular sebelum dan setelah


pembengkakan mulai
Manifestasi klinis
Stadium prodromal:
Demam, sakit kepala, malaise, dan anoreksia selama 24 jam , diikuti sakit
telinga yang diperberat dengan mengunyah
Parotitis:
Pada hari ketiga, kelenjar parotis (unilateral atau bilateral) membesar dan
mencapai ukuran maksimal dalam 1-3 hari; disertai nyeri dan nyeri tekan
Manifestasi lain:
Infeksi submaksimal dan sublingual, orkitis, dan meningoensefalitis.
g. Pertusis (Batuk Rejan)
Penyakit
Agens: Bordetella pertusis
Sumber: rabas dari saluran pernafasan orang yang terinfeksi
Transmisi: kontak langsung atau penyebaran droplet dari orang yang
terinfeksi; kontak tidak langsung dengan barang-barang yang baru saja
terkontaminasi
Masa inkubasi: 6-20 hari, biasanya 7-10 hari
Masa penularan: tertinggi selama stadium katar sebelum awitan paroksismal
dan dapat memanjang sampai empat minggu setelah awitan paroksismal.
Manifestasi Klinis
Stadium Katar:
Mulai dengan gejala innfeksi saluran nafas atas, seperti pilek, bersin,
lakrimasi, batuk dan demam derajat rendah; gejala terus terjadi selama 1-2
minggu , ketika kering, batuk pendek menjadi lebih berat.
Stadium paroksismal:
Batuk paling sering terjadi di malam hari dan terdiri atas batuk pendek cepat
diikuti oleh inspirasi mendadak yang berhubungan dengan suara agak
bernadatinggi atau whoop; selama paroksismal, pipi memerah atau sianotik,
mata menonjol, dan lidah menjulur; paroksismal bisa berlanjut sampai
sumbatan lendir yang kental keluar; muntah biasanya menyertai serangan;
stadium ini umumnya berlangsung 4-6 minggu, diikuti dengan stadium
pemulihan.
h. Poliomelitis
Penyakit
Agens: Enterovirus, tiga tipe: tipe1-paling sering menyebabkan paralisis, baik
endemik maupun epidemik; tipe 2-paling jarang berhubungan dengan
paralisis; tipe 3-paling sering kedua yang berhubungan dengan paralisis.

Sumber: feses dan sekresi orofaringeal orang yang terinfeksi, terutama anak
kecil.
Transmisi: kontak langsung dengan orang yang menderita infeksi aktif
tampak maupun tidak tampak; menyebar melalui fekal-oral dan rute
faringeal-orofaringeal.
Masa inkubasi: biasanya 7-14 hari, dengan kisaran 5-35 hari.
Masa penularan: tidak diketahui pasti; virus terdapat di tenggorokan dan feses
segera setelah infeksi dan menetap selama sekitar 1 minggu di tenggorokan
dan 4-6 minggu di feses.
Manifestasi Klinis
Bila dimanifestasikan dalam tiga bentuk berbeda:
Abortif atau tidak jelas:
Demam-rasa tidak nyaman, sakit tenggorokan, sakit kepala, anoreksia,
muntah, nyeri perut; berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa hari.
Nonparalitik:
Manifestasinya sama dengan abortif tetapi lebih berat, dengan nyeri dan
kekauan leher, punggung dan tungkai.
Paralitik:
Perjalanan awalnya sama dengan tipe non-paralitik, diikuti pemulihan dan
kemudian tanda-tanda paralisis sistem saraf pusat.
i. Rubela (Campak Jerman)
Penyakit
Agens: Virus rubella
Sumber: terutama sekresi nasofaring dari orang yang menderita infeksi jelas
atau tidak jelas; virus juga terdapat dalam darah, feses dan urin.
Transmisi: kontak langsung dan penyebaran melalui orang yang terinfeksi;
secara tidak langsung tersebar melalui benda-benda yang baru saja
terkontaminasi sekresi nasofaring, feses atau urine.
Masa inkubasi: 14-21 hari
Masa penularan: 7 hari sebelum sampai sekitar 5 hari setelah munculnya
ruam.
Manifestasi klinis
Stadium prodromal:
Terdapat pada dewasa dan remaja, tidak terdapat pada anak-anak; meliputi
demam derajat rendah, sakit kepala,malaise, anoreksia, konjungtivitis ringan,
pilek, sakit tenggorokan, batuk dan limfadenopati; berlangsung 1-5 hari,
menghilang 1 hari setelah munculnya ruam.
Ruam:
Pertama kali muncul pada wajah dan segera menyebar ke bawah menuju
leher, lengan, batang tubuh dan tungkai; pada akhir hari pertama, seluruh

tubuh

dipenuhi

eksantema

makulo-papuler

berwarna

merah

muda;

menghilang dengan urutan yang sama seperti pemunculannya dan biasanya


hilang pada hari ketiga.
Tanda dan gejala konstitusional:
Kadang demam derajat rendah, sakit kepala, malise dan limfadenopati.
j. Demam Scarlet
Penyakit
Agens: Streptokokus hemolitikus- grup A
Sumber: biasanya dari sekresi nasofaring orang yang terinfeksi dan karier
Transmisi: kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, atau penyebaran
droplet; secara tidak langsung kontak dengan barang-barang yang
terkontaminasi

atau

mengkonsumsi

susu

atau

makanan

lain

yang

terkontaminasi.
Masa inkubasi: 2-5 hari, dengan kisaran 1-7 hari
Masa penularan: selama masa inkubasi dan penyakit klinis, sekitar 10 hari;
selama 2 minggu pertama fase karier, meskipun dapat berlangsung sampai
berbulan-bulan.
Manifestasi Klinis
Stadium prodromal:
Demam tinggi mendadak, denyut nadi meningkat tidak sesuai dengan
proporsi demam, muntah, sakit kepala, menggigil, malaise, nyeri abdomen.
Enantema:
Tonsil membesar, edema, memerah, dan ditutupi dengan bercak eksudat; pada
kasus berat, menyerupai membran pada difteri; faring edem, dan berwarna
merah daging; selama 1-2 hari pertama lidah diselaputi dan papila menjadi
memerah dan membengkak (lidah strawberi putih); pada hari keempat atau
kelima lapisan putih terkelupas, meninggalkan papila yang menonjol (lidah
strawberi merah); palatum ditutupi bintik-bintik lesi eritematosa.
Eksantema:
Ruam muncul dalam 12 jam setelah tanda-tanda prodromal; bintik lesi
sebesar kepala jarum pentul segera menyebar secara general tetapi tidak ada
pada wajah, yang menjadi memerah dengan menekan sirkumoral yang pucat;
ruam lebih berat pada daerah lipatan sendi; deskuamasi dimulai pada akhir
minggu pertama (seperti kertas amplas halus dibatang tubuh, lapisan seperti
lembaran mengelupas pada telapak tangan dan kaki), yang komplet pada 3
minggu atau lebih.
2. Konjungtivitis

Konjungtivitis akut, inflamasi konjungtiva, terjadi akibat berbagai penyebab yang


secara khas berhubungan dengan usia. Pada bayi baru lahir, konjungtivitis dapat
terjadi akibat infeksi selama persalinan, paling sering diakibatkan oleh
Chlamydia trachomatis (konjungtivitis inklusi) atau Neisseria gonorrhoeae.
Organisme tersebut, seperti juga virus herpes simpleka (HSV), mengakibatkan
kerusakan okular yang serius. Pada bayi konjungtivitis berulang dapat merupakan
tanda obstruksi duktus nasolakrimal (air mata). Pada anak, penyebab
konjungtivitis yang biasa adalah virus, bakteria,alergi atau berhubungan dengan
benda asing. Infeksi bakteri merupakan sebagian besar penyebab konjungtivitis
pada anak.
Penatalaksanaan Terapeutik
Penatalaksanaan konjungtivitis bergantung pada penyebabnya. Konjungtivitis
virus menghilang dengan sendirinya, dan penatalaksanaan terbatas pada
pengambilan sekresi yang telah terkumpul. Konjungtivitis biasanya biasnya
ditangani dengan agens antibakteri topikal. Tetes mata dapat digunakan selama
siang hari dan salep pada saat tidur karena sediaan salep tetap tinggal di mata
lebih lama. Salep biasnya tidak digunakan dimalam hari karena mengaburkan
mata.
3. Stomatitis
Stomatitis adalah inflamasi mukosa oral, yang dapat meliputi mukosa bukal
(pipi) dan labial (bibir), lidah, gusi, langit-langit dan dasar mulut. Stomatitis
dapat bersifat infeksius maupun non-infeksius dan dapat disebabkan oleh faktorfaktor lokal maupun sistemik. Pada anak stomatitis aphtosa dan stomatitis
herpetika sering terlihat.
Stomatitis aphtosa(ulkhus aphtosa, luka kanker) adalah kondisi benigna
tetapi nyeri yang penyebabnya tidak di ketahui. Awitan biasanya di hubungkan
dengan cedera traumatik (menggigit pipi, sikat gigi menghantam mukosa, atau
peralatan gigi menggosok mukosa), alergi dan stres emosi. Lesinya sangat nyeri,
kecil, ulkus putih dikelilingi oleh batasan yang merah. Stomatitis ini dibedakan
dari tipe stomatitis lain oleh jaringan ikat yang sehat, tanpa adanya vesikula, dan
tidak ada penyakit sistemik. Ulkus menetap selama 4 sampai 12 hari dan sembuh
sempurna.
Gingivo-stomatits herpetika (herpetic gingivostomatitis, HGS) disebabkan
oleh HSV, paling sering tipe 1, dan dapat terjadi sebagai infeksi primer atau
kambuhan dalam bentuk yang tidak terlalu berat sebagai herpes labialise

kambuhan (sering disebut cold sores atau fever blistres atau herpes
fibrilis). Infeksi primer biasanya di mulai dengan demam, faring menjadi edema
dan eritema; vesikula muncul pada mukosa, menyebabkan nyeri berat dan nafas
berbau busuk khas. Penyakit ini berlangsung 5 sampai 14 hari dengan berbagai
derajat keparahan.
Penatalaksanaan Terapeutik
Penatalaksaan untuk kedua tipe stomatitis ditujukan untuk mengurangi gejala,
terutama nyeri. Asetaminofen biasanya cukup untuk kasus-kasus ringan, tetapi
pada HGS yang lebih berat, mungkin diperlukan analgesik yang lebih kuat
seperti kodein. Anastesi lokal dapat membantu dan meliputi sediaan obat yang
dijual bebas seperti Orabase, Anbesol, dan Kanka. Campuran dari bagian-bagian
eliksir difenhidramin (Benadryl) dan Kaopectate dalam jumlah sama, diberikan
secara topikal, memberikan analgesia ringan, anti-inflamasi dan merupakan
lapisan pelindung untuk lesi. Lidokain (Xylocaine Viscous) dapat diresepkan
jika anak dapat menjaga larutan dalam mulut selama 2 sampai 3 menit dan
kemudian memuntahkannya. Penatalaksaan khusus untuk anak-anak dengan
kasus HGS yang berat adalah pemakaian acyclovir (Zovirax).
II.8.2 Penyakit Parasit Intestinal
1. Giardiasis
Giardiasis disebabkan oleh protozoa Giardia lamblia (juga dinamakan Giardia
intestinalis, Giardia duodenalis, dan Lamblia intestinalis). Cara utama penularan
adalah dari orang ke orang; air, terutama telaga gunung, sungai dan kolam yang
terkontaminasi oleh popok bayi; makanan; dan binatang terutama anjing. Pada
anak, penularan dari orang ke orang merupakan penyebab yang paling sering.
Meskipun individu yang terinfeksi giardiasis mungkin asimtomatik, gejala umum
meliputi kram abdomen dan diare.
Karena organisme Giardia hidup di usus bagian atas dan diekskresi dengan
pola yang sangat bervariasi, pemeriksaan mikroskopis spesimen feses berulang
mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi trofozoit (parasit aktif) atau kistanya.
Spesimen dudenum dapat diperoleh dengan aspirasi langsung, biopsi, atau uji
benang. Pada uji benang anak di suruh menelan kapsul gelatin yang dipasangi
benang nilon. Beberapa jam kemudian, benang ditarik dan isinya dikirim ke
laboraturium untuk dianalisis.
Penatalaksanaan Terapeutik

Obat yang tersedia untuk penatalaksaan Giardiasis adalah quinakrin (Atabrin),


furazolidon (Furoxone) dan metronidazol (Flagyl). Obat pilihan adalah
furazolidon, kecuali jika biaya menjadi faktor, dalam hal ini dapat diganti
dengan quinakrin.
2. Enterobiasis (Cacing Kremi)
Cacing kremi disebabkan oleh nematoda Enterobius vermicularis. Infeksi di
mulai ketika tertelan atau terhirup (telur mengapung di udara). Telur menetas di
usus bagian atas, kemudian matur dan bermigrasi di usus. Setelah kawin, betina
dewasa bermigrasi keluar anus dan meletakkan telurnya. Pergerakan cacing pada
permukaan kulit dan mukosa menyebabkan gatal yang intens. Apabila anak
menggaruk, telur tertinggal di tangan dan di bawah kuku. Aktivitas tangan ke
mulut anak yang khas pada anak kecil membuatnya rentan mengalami reinfeksi.
Telur cacing kremi juga bertahan dilingkungan dalam rumah selama 2 sampai 3
minggu, mengontaminasi semua yang berkontak dengannya, seperti dudukan
toilet, tombol pintu, sprei tempat tidur, pakaian dalam dan makanan. Manifestasi
klinis infeksi cacing kremi tidak spesifik kecuali intensnya gatal pada rektum
yang berhubungan dengan cacing kremi.
Penatalaksaan Terapeutik
Obat yang tersedia untuk penatalaksanaan cacing kremi meliputi mebendazol
(Vermox), pirantel pamoat (Antiminth), piperazin fosfat dan pirvinium pamoat
(Povan). Obat pilihan adalah mebendazol.
II.9 Pengalaman Prasekolah dan Taman Kanak-kanak
Selama masa prasekolah banyak anak mengikuti beberapa tipe program masa
kanak-kanak awal, biasanya prasekolah atau day care center. Efek edukasi dan
rangsangan dini pada anak-anak semakin mendapat pengakuan dan penting. Karena
perkembangan sosial semakin luas sampai meliputi teman sebaya dan orang dewasa
yang bermakna lainnya, program prasekolah memberikan wahana yang tepat untuk
mengembangkan pengalaman tersebut juga merupakan persiapan yang snagat tepat
untuk memasuki sekolah dasar.
Diprogram prasekolah atau day care center, anak-anak akan dihadapkan pada
kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok belajar, menyesuaikan berbagai
perbedaan dan sosiokultural, dan koping terhadap frustasi, ketidakpuasan dan
kemarahan. Apabila aktivitas dirancang untuk memberikan penguasaan dan
pencapaian, anak akan semakin merasakan keberhasilan, rasa percaya diri dan

kompetensi pribadi. Apakah pembelajaran terstruktur diterapkan atau tidak, tidak


terlalu penting dibandingkan suasana sosial, tipe bimbingan, dan sikap yang
ditumbuhkan oleh guru atau pemimpin kepada anak-anak. Dengan guru yang
menyadari kemampuan dan kebutuhan perkembangan anak prasekolah, anak akan
belajar dari aktivitas yang telah disediakan. Sebagian besar program menggabungkan
jadwal harian bermain yang tenang, aktivitas diluar ruangan yang aktif, aktivitas
kelompok seperti permainan dan proyek, permainan kreatif atau bebas, dan periode
makan kudapan dan istirahat. Program prasekolah terutama menguntungkan bagi
anak yang tidak memiliki pengalaman dengan kelompok sebaya, seperti anak
tunggal, dan anak dari rumah miskin. Program prasekolah juga merupakan persiapan
yang sangat baik untuk taman kanak-kanak.
II.10 Imunisasi pada usia prasekolah
Selain imunisasi wajib (vaksin BCG, polio tetes minum (polio oral), DPT, hepatitis B
dan campak) yang direkomendasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Anda
juga perlu tahu imunisasi yang dianjurkan.
Imunisasi yang dianjurkan ini diteliti bisa mencegah berbagai penyakit, antara lain:
radang paru-paru (pneumonia), radang selaput otak (meningitis), campak Jerman,
Hepatitis A, dan kanker mulut rahim.
Vaksin tersebut belum masuk dalam daftar imunisasi PPI dan tidak disubsidi
pemerintah sehingga disebut tidak wajib atau hanya dianjurkan saja. Jadi
perbedaannya bukan masalah perlu atau tidak perlu, lho, Ma.
Jadi? Imunisasi wajib adalah vaksin minimal yang harus didapat anak dengan
fasilitas disediakan pemerintah. Sedang tambahannya, bila mampu, baik sekali jika
juga diberikan pada anak. Apa saja imunisasi yang dianjurkan?
- Hib
Manfaat: Melindungi tubuh dari virus Haemophilus influenza type B, yang bisa
menyebabkan meningitis, pneumonia, dan epiglotitis (infeksi pada katup pita suara
dan tabung suara).
Waktu pemberian: Umur 2, 4, 6, dan 15 bulan.
Catatan khusus: Bisa diberikan secara terpisah atau kombinasi.
- Pneumokokus (PCV)
Manfaat: Melindungi tubuh dari bakteri pnemukokus yang bisa menyebabkan
meningitis, pneumonia, dan infeksi telinga.
Waktu pemberian: Umur 2, 4, 6 bulan, serta antara 12 - 15 bulan.

Catatan khusus: Kalau mama belum memberikannya hingga usia anak di atas 1
tahun, PCV hanya diberikan dua kali dengan interval 2 bulan. Jika usia anak sudah 2
- 5 tahun, PCV hanya diberikan 1 kali.
- Influenza
Manfaat: Melindungi tubuh dari beberapa jenis virus influenza.
Waktu pemberian: Setahun sekali sejak usia 6 bulan. Bisa terus diberikan hingga
dewasa.
Catatan khusus: Untuk usia di atas 2 tahun, vaksin bisa diberikan dalam bentuk
semprotan pada saluran pernapasan.
- MMR (Measles, Mumps, Rubella)
Manfaat: Melindungi tubuh dari virus campak, gondok, dan rubella (campak
Jerman).
Waktu pemberian: Usia 15 bulan, dan diulang saat anak berusia 6 tahun.
Catatan khusus: Bisa diberikan pada umur 12 bulan, jika belum mendapat campak di
usia 9 bulan.
- Tifoid
Manfaat: Melindungi tubuh dari bakteri Salmonella typhi yang menyebabkan demam
tifoid (tifus).
Waktu pemberian: Pada umur di atas 2 tahun, dan diulang setiap 3 tahun.
Catatan khusus: Terdapat dua jenis, yaitu oral dan suntik. Tifoid oral diberikan pada
anak di atas 6 tahun.
- Hepatitis A
Manfaat: Melindungi tubuh dari virus Hepatitis A, yang menyebabkan penyakit hati.
Waktu pemberian: Pada umur di atas 2 tahun, dua kali dengan interval 6 - 12 bulan.
- Varisela
Manfaat: Melindungi tubuh dari cacar air
Waktu pemberian: Pada umur di atas 5 tahun.
- HPV (Humanpapilloma Virus)
Manfaat: Melindungi tubuh dari Humanpapilloma Virus yang menyebabkan kanker
mulut rahim.
Waktu pemberian: Pada anak umur di atas 10 tahun, diberikan 3 kali dengan jadwal
0, 1-2 bulan kemudian, serta 6 bulan kemudian.
.

BAB III
PENUTUP

i. Kesimpulan
Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun
2002, anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang
dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia
seutuhnya.
Menurut Wong (2008), anak prasekolah adalah anak yang
mempunyai rentang usia tiga sampai enam tahun.
Pada anak usia prasekolah, anak mengalami lompatan
kemajuan yang menakjubkan.Tidak hanya kemajuan fisik tetapi

juga secara sosial dan emosional. Anak usia prasekolah ini sedang
dalam proses awal pencarian jati dirinya. Beberapa prilaku yang
tidak ada, sekarang muncul.
Secara fisik dan psikis usia ini adalah usia yag rentan
berbagai penyakit dan menimbulkan masalah yang dapat
mempengaruhi tumbuh kembang anak. jika kondisi kesehatan anak
tidak ditangani secara baik oleh praktisi kesehatan dan juga usahausaha pencegahan adalah yang tetap paling baik dilakukan.
j. Saran
1. Agar perawat mampu memahami konsep perkembangan anak
usia prasekolah
2. Agar perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan dengan
baik pada perkembangan anak usia pra sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat,

Azis

Halimul.2005.Pengantarilmu

keperawatan

anak

1.Jakarta:Salemba Medika
Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin; Editor A. Samik
Wahab.1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol.1.Jakarta: EGC
http://repository.unand.ac.id/19806/2/BAB.pdf
Supartini, yupi. 2004. Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC
Soetjiningsih. 2012. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC
Wong, Donna L dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Perbaikan:

Stimulasi tumbuh kembang


Imunisasi pada usia prasekolah
Pada perkembangan psikososial di tegas kan tahap inisiatif vs rasa
bersalah
Buat ttg taman kanak-kanak

Anda mungkin juga menyukai