Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Manajemen asuhan keperawatan

1. Pengkajian

Pasien masuk RS. Dr. M. Djamil Padang melalui IGD pada tanggal

27 Januari 2016, dengan keluhan badan terasa lemas, kaki dan skrotum

bengkak dan sesak nafas meningkat.

Tanggal 27 Januari, klien mengatakan badan terasa letih dan sakit

sakit. Dari pemeriksaan laboratorium (27 Januari 2017) Hb klien 5,8 g/dl

dan dari pemeriksaan fisik konjungtiva tampak anemis, sclera ikterik,

mukosa bibir pucat. Klien mengatakan syeri pada daerah skrotum dan

tungkai kaki. Dari pemeriksaan fisik di ketahui terjadi edema pada

skrotum dan tungkai kaki. Nyeri yang terasa seperti tersobek dan

meregang. Dari hasil pemeriksaan labor (27 Januari 2017) diketahui

ureum darah klien 112 mg/dl dan kreatinin 7,6 g/dl. Dari hasil pengukuran

GFR klien 9,506. Istri klien mengatakan klien seharusnya dilakukan cuci

darah di RS.Bhayangkara sejak bulan November tahun 2016. Tetapi klien

dan keluarga menolak untuk dilakukan cuci darah karena beranggapan


kalau cuci darah itu tidak dapat menyembuhkan. Klien mengatakan tidak

ada yang bisa menyembuhkan penyakitnya dan tidak ada obatnya. Klien

memiliki riwayat hipertensi dan DM sejak 8 tahun yang lalu. Dari

pemeriksaan Tensi klien 160/100 mmHg, Nadi 106 x/i. dari hasil labor

glukosa sewaktu klien 102 mg/dl. Klien mengatakan tidak pernah

membatasi makan dan minum selama ini, istri klien mengatakan suaminya

sulit diberitahu, klien cenderung mengikuti keinginan sendiri. Saat

pengkajian klien terpasang IVFD easprime 50 cc 5 tts/menit.

Berdasarkan pengkajian diatas klien mengalami chronic kidney

disease (CKD) stage 5, menurut KDIGO (2013) dari hasil GFR klien

masuk ke CKD stage 5 pada fase kidney failure. Dimana pada pasien

fungsi ginjal hanya berfungsi 15 % dan pengobatan yang disarankan

diaslisis atau transpalasi.

Dari pengkajian terdahulu klien memiliki riwayat DM dan

hipertensi sejak 8 tahun yang lalu, klien memiliki kebiaaan merokok 1 2

bungkus setiap hari dan telah berhentik semenjak 2013. Hal ini sesuai

dengan national kidney foundation (2013) terdapat penyebab utama dari

gagak ginjal yaitu diabetes mellitus (DM) dan hipertensi. Klien memiliki

keluarga dengan penyakit yang sama dan telah dilakukan hemodialysis.


Klien saat ini mengalami anemia dengn nilai Hb 5,8 g/dl,

konjungtiva anemis, sclera ikterik., kulit pucat. Anemia pada CKD

disebabkan oleh defisiensi eritropoiten sebagai penyebab utama, faktor

lain yang menyebabkan anemia adalah berkurangnya masa hidup eritrosit,

serta defisiensi zat besi dan vitamin. (Iseki & Kohagura, 2007). Saat

anemia yang dialami oleh penderita CKD sangat parah dan harus segera

ditangani, maka pemebrian transfuse darah perlu dilakukan. Tranfusi yang

diberikan merupakan packed Red Blood Cell, sehingga tranfusi darah yang

dilakukan langsung mencapai tujuannya menaikan kadar Hb (the kidney of

Canada, 2006).

Dari hasil pemeriksaan fisik di ketahui bahwa klien mengalami

edema pada, skrotum, ektremitas atas dan ektremitas bawah. Hal ini

mengakibatkan klien merasakn nyeri pada tungkai kaki dan sktrotum.

Pada CKD stage akhir terjadi peningkatan kadar natrium dan cairan

elektrolit dalam darah, hal ini karena fungsi ginjal yang menurut (15%),

hal ini mengakibatkan asites dan edema (Smeltzer & Bare, 2008).

2. Diagnosa keperawatan

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada Tn. A didapatkan

diagnose utama adalah ketidak patuhan terhadap rencana terapi, kelebihan

volume cairan, dan nyeri.


Diagnosa pertama adalah ketidak patuhan terhadap rencana terapi

yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan penolakan regimen

pengobatan dialysis. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan pasien

dan keluarga mengenai penyakitnya yang mengakibatkan kecemasan dan

depresi serta penolakan yang terhadap tindakan dialysis (Jhon & Thomas,

2013). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Madeiro,et,al (2010),

reaksi yang muncul pada pasien CKD yang disarankan dialysis bervariasi;

58% bereaksi negative seperti khawatir, menangis, terkejut, ketakutan,

sedih, penolakan, marah, gugup, putus asa, isolasi social,

pingsan,menderita dan bahkan berusahan bunuh diri.

Diagnosa kedua kelebihan volume cairan dapat dihubunagn

denganperubahan mekanisme regulasi dengan retensi air. Adanya retensi

cairan dan penurunan fungsi ginjal berdampak pada perubahan pola

berkemih penurunan frekuensi (oliguria) pada fase akhir CKD (Endang,

2014). Data yang ditemukan untuk menegakakan masalah ini adalah

terdapatnya edema grade 1 pada ekterimitas atas dan bawah klien, edema

pada skrotum serta, asites pada abdomen yang telah dilakukn shiftinh

dullness (+), dan dari inspeksi perut tampak membesar.

Diagnose ketiga nyeri akut yang dapat dihubungkan dengan

peregangan kulit dan peningaktan tekanan pada daerah yang terjadi


penumpukan cairan pada subkutan dan jaringan. Diagnosa ini diangakt

berdasarkan data yang dijumpai yaitu terjadinya edem pada skrotum dan

ektremitas klien, klien mengalami gangguan tidur pada malam hari, dan

klien mengeluh nyeri pada daerah sktrotum dan ektremitas.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi yang direncanakan untuk diagnose ketidak patuhan terhadap

rencana terapi adalah pengetahuan : proses penyekait, penngetahuan :

perilaku hidup sehat, meliputi menilai tingkat pengetahuan

pasien,menjelaskan patofisologi penyakit, tanda dan gejala,

prosespenyakit, informais mengenai kondisi klien,tidak memberikan

harapan, mendiskusikan perubahangaya hidup,diskusikan piliha terapi,

mendukung pasien memilki pilihan kedua mengenai pengobatan.

Pada diagnose kelebihan volume cairan intervensinya adalah management

cairan, monitor cairan, yang terdiri dari ukur haluran klien, pertahakankan

intake dan output adekut, pasang kateter jika perlu, monitor status

hemodinamik, kaji lokais dan luas edema, monitor status nutrisi, tentukan

kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan, monitor berat

badan, monitoe serum dan elektrolit urine, menotor TD, catat keakuratan

intake dan output.


Pada nyeri akut dilakukan intervensi manajemen nyeri dan pemberian

analgesic meliputi mengkaji ketidaknyamanan secara non verbal,

menggunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat menyatakan

pengalaman nyeri, menentukan dampak nyeri terhadap kehidupan sehari-

hari, mengontrol faktor lingkungan, mengajari teknik non farmakologis,

pemantauan tanda-tanda vital, berkolaborasi dalam penentuan analgesic

dengan melihat order medis, mencek riwayat alergi obat, memberikan

analgesic, dan diiringi dengan menganjurkan untuk istirahat/tidur yang

adekuat.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi yang dilakukan mengacu pada aktivitas dari intervensi yang

ditetapkan. Pada diagnose ketidakpatuhan terhadap rencana terapi adalah

memberikan kesadaran bagaiaman cara pandang klien memandang

penyakitnya sendiri dan program pengobatan. Mengali pemahaman klien

menganai proses pengobatan dan motivasi klien untuk sembuh

Memberikan ruang bagi klien jika ingin berdiskusi. Menyediakan

informasi mengenai kondisi dengan cara yang tepat. Menjelaskan

patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan

anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat. Memberi gambarkan tanda

dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat .
Mengambarkan proses penyakit yang dialami klien. Mengidentifikasi

kemungkinan penyebab penyakit yang diderita klien. Menerima pilihan

dan pandangan klien.

Inovasi yang dilakukan adalah dengan memberikann edukasi

kepada pasien dan keluarga. Pada tanggal 27 Januari 2017 dilakukan

Penngumpulan informasi mengenai karakteristik, rencana pengobatan dan

pemerikasaan yang akan dilakukan. Hari berikutnya penulis melakukan

pendekatan dan pengkajian kepada pasine dan keluarga. Penulis

memberikan pengetahuan berkaitan dengan penyakit klien. menyampaikan

mengenai kondisi klien saat ini, pengambilan keputusan yang tepat dalam

penetuan proses pengobatan yang akan dilakukan. Pada tanggal 30 Januari

2017 Pencapaian tujuan dalam pengambilan keputusan pengobatan

sebagai tindakan kemandirian diri pasien

Pada diagnosa Kelebihan volume cairan berhubungan dengan

perubahan mekanisme regulasi dilakuakn implementasi Memonitor vital

sign. Mencatat pemasukan dan pengeluaran. Membatasi cairan sesuai

indikasi. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga menganai

mengontrol intake dan output.

Pada diagnosa pertama yaitu nyeri akut, implementasi dilakukan

tanggal 28-31 Januari 2017. Dilaksanakan intervensi manajemen nyeri,


dan pemberian analgetik diantaranya melakukan penilaian nyeri secara

komprehensif, mengkaji ketidaknyamanan secara non verbal,

menggunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat menyatakan

pengalaman nyeri, menentukan dampak nyeri terhadap kehidupan sehari-

hari, mengajari teknik non farmakologis, pemantauan tanda-tanda vital

dan berkolaborasi pemberian analgesic yang dibutuhkan dalam mengatasi

nyeri, dan diiringi dengan menganjurkan untuk istirahat/tidur yang

adekuat. Penatalaksanaan farmakologik yang diberikan yaitu pasien diberi

terapi pronalges suppost jika diperlukan.

5. Evaluasi

Evaluasi untuk diagnose Ketidak patuhan terhadap rencana terapi

dilakukan setiap hari. Pada hari pertama hingga hari ke 5 masalah teratasi

dengan pengambilan keputusan pengobatan pada hari ke 3, dari hasil

kriteria hasil yang diharapkan yaitu klien dan keuarag menyatakan

pemahaman mengenai penyakit dan telah mengabilan keputusan mengenai

proses pengobatan.

Evaluasi untuk diagnose kedua Kelebihan volume cairan dilakukan

setiap hari. Balance cairan tidak tercapai, kelebihanvolume cairan masih


terjadi. Ini sesuai dengan kriteria hasil Nursing Outcome Classification.

Output dari tanggal 29-31 masih tidak seimbang dengan input klien.

Evaluasi untuk diagnosa nyeri akut dilakukan setiap hari. Pada hari

pertama hingga hari ke-3 masalah hanya sebagian teratasi dengan

pengurangan skala nyeri. Nyeri pasien berfluktuasi karena skala nyeri naik

turun. Ini sesuai dengan kriteria hasil atau Nursing Outcome Classification

(Moorhead, 2008) yaitu tingkatan nyeri dan control nyeri. Dari 11

indikator, 9 indikator teratasi yaitu ekspresi wajah saat nyeri tidak ada,

ekspresi nyeri lisan tidak ada perubahan frekuensi nadi tidak ada, ,

kegelisahan tidak ada,, mengurangi nyeri dengan non analgesik (terapi

music), melaporkan tanda gejala nyeri pada perawat, melaporkan bila

nyeri terkontrol, melaporkan nyeri tidak ada, frekuensi nyeri tidak ada,

ekspresi nyeri lisan tidak ada, dimana pasien masih merasakan nyeri

namun sudah pada skala nyeri ringan. Sedangkan 2 indikator hanya

tercapai sebagian yaitu, perubahan tekanan darah tidak ada, melindungi

bagian tubuh yang nyeri tidak ada

B. Manajemen pelayanan keperawatan

Berdasarkan hasil analisi di ruangan non bedah pria RSUP

Dr.M.Djmail Padang, pemberian educasi kesehatan kepada pasien dan

keluarga belum optimal dan pendokumentasien yang dilakukan belum


optimal. Implementasi yang dilakukan adalah mengulangi kembali

pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga yang sesuai dengan SOP

RSUP. M.Djamil Padang dan disediakannya form pemberian edukasi

yang yang dapat di isi oleh perawat dan mahasiswa yang memberikan

edukasi kepada pasien dan keluarga pasien.

Hasil evaluasi ruangan pada tanggal 1 Februari 2017, pemberian

edukasi kesehatan oleh perawat ruangan sesuai dengan SOP belum

tercapai, pemberian edukasi yang dilakukan oleh mahasiswa yang

berdinas telah terlaksana. Tetapi pendokumentasiann pada form edukasi

belum terlaksana sepenuhnya.

Tujuan akhir yang ingin tercapai dari pelaksanaan implementasi ini

perubahan perilaku dalam memberikan edukasi kesehatan kepada pasien

dan keluarga pasien. Menurut Nursalam (2011) perubahan merupakan

sesuatu yang direncanakan pada suatu individu, situasi dan proses. Kepala

ruangan rawat telah memfaslitasi media yang dapat di gunakan pada

proses edukasi kepada pasien. masukan masukan selama upaya

monitoring merupakan bahan masukan yang berharga danm evaluasi

hingga penyempurnaan penyempurnaan terhadap SOP dapat dilakukan

secara cepat sesuai kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai