Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN OBSERVASI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 3 TAHUN

DI RUANG DEWI SRI

PSAA BALITA TUNAS BANGSA CIPAYUNG

DISUSUN OLEH

RIBKA RISNAWATI

14017

AKADEMI KEPERAWATAN

YAYASAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA 2014/2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan karunia
sehingga saya dapat menyelesaikan “Laporan Observasi Tumbuh Kembang Anak” dengan baik
meskipun masih jauh dari sempurna.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing
kami ( Ibu Ns.Maryati Ritonga , S.Kep dan Ibu Ns.Yanti Aritonang , M.Kep) yang telah banyak
memberikan bantuan sehingga laporan ini dapat saya susun dengan baik, tidak luput pula saya
ucapkan terima kasih kepada pihak yang turut membantu saya dalam menyusun makalah ini

Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna , Oleh Karena Itu saya
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan laporan
ini. Saya berharap laporan ini dapat memberikan manfaat dan kontibusi untuk banyak pihak,
terutama mahasiswa keperawatan.

Akhirnya saya mohon maaf apa bila ada kata atau tulisan yang belum sempurna.

Jakarta, April 2016

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. KONSEP DASAR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3 –


6 TAHUN (PRA-SEKOLAH)

A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan (Growth) adalah merupakan peningkatan jumlah
seluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan mensintesis protein-
protein baru, menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara keseluruhan atau
sebagian. Dalam pertumbuhan manusia juga terjadi perubahan ukuran, berat badan,
tinggi badan, ukuran tulang dan gigi, serta perubahan secara kuantitatif dan
perubahan fisik pada diri manusia itu. Dalam pertumbuhan manusia terdapat peristiwa
percepatan dan perlambatan. Peristiwa ini merupakan kejadian yang ada dalam setiap
organ tubuh.
Perkembangan (Development) adalah perubahan secara berang
bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkatkan dan meluasnya kapasitas
seseorang melalui pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan (maturation), dan
pembelajaran (learning). Perkembangan manusia berjalan secara progresif, sistematis
dan berkesinambungan dengan perkembangan di waktu yang lalu. Perkembangan
terjadi perubahan dalam bentuk dan fungsi kematangan organ mulai dari aspek fisik,
intelektual, dan emosional. Perkembangan secara fisik yang terjadi adalah dengan
bertambahnya sempurna fungsi organ. Perkembangan intelektual ditunjukan dengan
kemampuan secara simbol maupun abstrak seperti berbicara, bermain, berhitung.
Perkembangan emosional dapat dilihat dari perilaku sosial lingkungan anak.

B. Tahap Pencapaian Tumbuh Kembang Anak Usia 3-6 Tahun (Usia Pra Sekolah)
 Tahap Pencapaian Pertumbuhan
Pada masa prasekolah, berat badan mengalami kenaikan rata-rata 2kg/tahun.
Tubuh anak terlihat kurus, akan tetapi aktivitas motorik tinggi dan sistem tubuh
mencapai kematangan dalam hal berjalan, melompat, dan lain-lain. Tinggi badan
bertambah rata-rata 6,75 – 7,5 cm setiap tahun.
Pada masa ini anak mengalami proses perubahan pola bakan, umumnya
mengalami kesulitan untuk makan. Anak juga mulai menunjukkan kemandirian pada
proses eliminasi.

 Tahap Pencapaian Perkembangan :


1. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam Aspek Fisik :

Pada akhir tahun ke 2, pertumbuhan tubuh dan otak lambat, dengan penurunan
yang seimbang pada kebutuhan nutrisi dan nafsu makan antara usia 2 dan 5 tahun,
rata-rata pertambahan berat badan anak kira-kira 2 kg dan tinggi 7 cm. Setiap tahun
bagian utama perut anak menjadi rata dan tubuh menjadi lebih langsing. Puncak
energi fisik dan kebutuhan tidur menurun sampai 11-13 jam/24 jam, biasanya
termasuk sekali tidur siang. Ketajaman penglihatan mencapai 20/30 pada usia 3 tahun.
20 gigi primer telah muncul pada usia 3 tahun (Behrman dan Kliegman, 2000 hal 60-
69).

Proporsi fisik tidak lagi menyerupai anak todler dalam posisi jongkok dan perut
yang gembung. Postur tubuh anak prasekolah lebih langsing tetapi kuat, anggun,
tangkas dan tegap. Hanya ada sedikit perbedaan dalam karakteristik fisik sesuai
dengan jenis kelamin, kecuali yang ditentukan oleh faktor lain seperti pakaian dan
potongan rambut. Sebagaian sistem tubuh telah matur dan stabil serta dapat
menyesuaikan diri dengan stres dan perubahan yang moderat. Selama periode ini
sebagaian anak sudah menjalani toilet training. Seluruh gigi desidua yang berjumlah
20 harus lengkap pada usia 3 tahun. Perkembangan motorik halus pada usia
prasekolah memungkinkan anak mampu menggunakan sikat gigi dengan baik, anak
harus menggosok giginya dua kali sehari (Potter dan Perry,2005 hal 663).

2. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam Aspek Psikososial

Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative–


guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-
kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena
kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan.
Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan
untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat (Potter dan perry,2005
hal 665).

Tahap ketiga ini juga dikatakan sebagai tahap kelamin-lokomotor (genital-


locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini pada suatu
periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun, dan tugas yang
harus diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan
(inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan. Masa-masa bermain
merupakan masa di mana seorang anak ingin belajar dan mampu belajar terhadap
tantangan dunia luar, serta mempelajari kemampuan-kemampuan baru juga merasa
memiliki tujuan. Indikator positif pada masa ini mempelajari tingkat ketegasan dan
tujuan mempengaruhi lingkungan. Mulai mengevaluasi kebiasaan (perilaku) diri
sendiri. Sedangkan indikator negatifnya adalah kurang percaya diri, pesimis, takut
salah. Pembatasan dan kontrol yang berlebihan terhadap aktivitas pribadi. Inisiatif,
mencoba hal-hal baru, perilaku kuat, imajinatif dan intrusif, perkembangan perasaan
bersalah dan identifikasi dengan orang tua yang berjenis kelamin sama. Pembatasan
akan mencegah anak dari perkembangan inisiatif. Rasa bersalah mungkin muncul
pada saat melakukan aktivitas yang berlawanan dengan orang tua. Anak perlu
belajar untuk memulai aktivitas tanpa merusak hak-hak orang lain (Potter dan
Perry,2005 hal 665).

3. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam Aspek Motorik

Aspek motorik anak usia prasekolah lebih berkembang dari usia sebelumnya.
Keterampilan motorik kasar dan halus bertambah baik. Ketrampilan motorik kasar
pada anak usia 3 tahun anak adalah dapat mengendarai sepeda roda tiga, menaiki
tangga menggunakan kaki bergantian, berdiri satu kaki selama beberapa menit dan
melompati sesuatu. Pada anak usia 4 tahun anak mampu melompat dengan satu
kaki, menangkap bola dan menuruni tangga dengan kaki bergantian. Pada anak
usia 5 tahun anak dapat melompat dengan kaki bergantian, melempar dan
menangkap bola, melompati tali, dan berdiri seimbang satu kaki bergantian
dengan mata tertutup (Potter dan Perry,2005 hal 665).

Sedangkan motorik halus pada anak usia 3 tahun anak dapat membangun
menara 9 atau 10 balok, membuat jembatan dari 3 balok, meniru bentuk lingkaran,
dan menggambar tanda silang. Pada anak usia 4 tahun anak dapat merekatkan
sepatu, meniru gambar bujur sangkar, menjiplak segilima dan menambahkan 3
bagian ke dalam gambar garis. Pada anak usia 5 tahun anak dapat mengikat tali
sepatu, menggunakan gunting dengan baik, meniru gambar segilima dan segitiga,
menambahkan 7 sampai 9 bagian pada gambar garis dan menulis beberapa huruf
dan angka serta nama depan (Potter dan Perry,2005 hal 665)

4. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam Aspek Bahasa

Perkembangan bahasa terjadi paling cepat antara usia 2 dan 5 tahun.


Pembendaharaan kata bertambah dari 50-100 kata sampai 2000 lebih. Perbedaan
yang penting antara percakapan, produksi suara yang dapat dimengerti, dan
bahasa, mendasari tindakan tindakan mental. Bahasa mencakup fungsi
pengungkapan maupun penilaian. Pada umumnya, masalah percakapan lebih dapat
dinilai untuk terapi dari pada masalah bahasa (Behrmaan dan Kliegman, 2000 hal
60-69)

Bahasa adalah barometer yang kritis dari perkembangan kognitif maupun


emosi. Anak yang diperlakukan dengan kejam dan diacuhkan, dapat dikorelasikan
dengan bahasa yang tertunda, terutama kemampuan untuk menyampaikan keadaan
emosi. Sebaliknya, penundaan demikian dapat turut menimbulkan masalah
perilaku, sosialisasi dan pelajaran. Bahasa memainkan peran penting dalam
pengaturan perilaku mula-mula melalui pemahaman anak terhadap permintaan dan
batas-batas orang dewasa dan kemudian melalui “percakapan pribadi” dimana
anak mengurangi larangan-larangan orang dewasa yang pertama kali didengar dan
kemudian dijiwai. Bahasa juga memungkinkan anak mengungkapkan perasaan,
seperti marah atau frustasi tanpa melampiaskannya; oleh karena itu, penundaan
berbicara anak-anak menunjukkan tingkat kemarahan yang lebih tinggi dan
tingkah laku luar yang lain (Behrmaan dan Kliegman, 2000 hal 60-69).

Buku-buku bergambar berperan khusus bukan saja dalam mengenalkan


anak-anak tentang kata-cetak, tetapi juga perkembangan bahasa lisan. Membaca
dengan keras dengan anak merupakan proses interaktif dimana orang tua
memfokuskan perhatian anak pada gambar tertentu, menayakan tanggapan
(dengan bertanya ”Apa itu?”), dan kemudian memberikan jawaban (“Benar, itu
anjing.”). tanya jawab yang rutin ini diulang berkali-kali dalam latihan membaca
buku. Seiring pertumbuhan pengalaman anak, orang tua menambah pertanyaan
lebih kompleks, meminta penggambaran (“Apa warna ajing itu?”) dan kemudian
proyeksi (“apa yang akan dilakukan oleh anjing?”). Unsur-unsur pembagian
perhatian, partisipasi aktif, tanya jawab segera, pengulangan dan penyelesaian
kesukaran membuat kerutinan untuk belajar bahasa (Behrmaan dan Kliegman,
2000 hal 60-69).

5. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam Aspek Kognitif

Periode prasekolah dapat disamakan dengan stadium praoperasional piaget


(pralogika), ditandai oleh pemikiran ajaib, egosentris dan pemikiran yang
didominasi pleh kesadaran. Pemikiran ajaib meliputi kerancuan dari kejadian yang
kebetulan untuk sebab dan akibat, animisme (menghubungan motivasi kepada
benda mati dan kejadian) dan kepercayaan yang tidak realistis mengenai kekuatan
hasrat contoh dari pemikiran ajaib anak adalah anak percaya bahwa orang-orang
membuat hujan dengan membawa payung, bahwa matahri turun karena lelah.
(Behrmaan dan Kliegman, 2000 hal 60-69)

Piaget menunjukan dominasi persepsi di atas logika dengan urutan yang


terkenal dari uji coba “pengawetan” dalam salah satu uji coba, air dituangkan
bolak- balik dalam pot yang tinggi dan kecil ke piring lebar yang lebih rendah.
Dan anak-anak ditanya mana yang berisi lebih banyak. Mereka selalu memilih
yang lebih besar (biasanya pot yang tinggi), bahkan ketika peneliti menunjukan
bahwa tidak ada air yang telah diambil atau ditambah pada pot ataupun piring.
Salah pengertian demikian menggambarkan hipotesis perkembangan anak tentang
sifat alamiah dunia, juga kesulitan mereka dalam menyelesaikan berbagai situasi
secara serentak (Behrmaan dan Kliegman, 2000 hal 60-69).

Pengetahuan anak prasekolah tentang dunia tetap berhubungan secara erat


pada pengalaman konkret (dirasa dengan perasaan). Bahkan kehidupaan mereka
kaya akan fantasi didasarkan pada pandangan tentang realistis. Pada anak usia
prasekolah ditandai dengan pemikiran perseptual yang terbatas, dimana anak
menilai orang, benda dan kejadian dari penampilan luar mereka atau apa yang
tampak terjadi (Potter dan Perry,2005 hal 664).

C. Penyakit dan Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah

Anak usia prasekolah kurang dapat membedakan antara diri sendiri dan orang lain.
Mereka memiliki pemahaman bahasa yang terbatas dan hanya dapat melihat satu
aspek dari suatu objek atau situasi pada satu waktu (Mary E Muscari, 2002 hal 67-69).

Untuk anak prasekolah, hospitalisasi dan penyakit merupakan pengalaman yang


penuh tekanan, utamanya karena perpisahan dengan lingkungan dimana orang lain
berarti, seleksi perilaku koping terbatas, dan perubahan status kesehatan. Tujuan
utama yang penting dari keperawatan adalah membuat suatu pengalaman yang positif
(Potter dan Perry,2005 hal 665).

Dibawah ini merupakan reaksi anak terhadap penyakit dan hospitalisasi :

1. Reaksi terhadap penyakit

Anak usia prasekolah merasa fenomena nyata yang tidak berhubungan sebagai
penyebab penyakit.Cara berpikir magis menyebabkan anak usia prasekolah
memandang penyakit sebagai suatu hukuman. Selain itu, anak usia prasekolah
mengalami konflik psikoseksual dan takut terhadap mutilasi, menyebabkan anak
terutama takut terhadap pengukuran suhu rektal dan kateterisasi urine.
2. Reaksi terhadap hospitalisasi

Mekanisme pertahanan utama anak usia prasekolah adalah menolak.Mereka


akan bereaksi terhadap perpisahan dengan menolak untuk bekerja sama.Anak usia
prasekolah merasa kehilangan kendali karena mereka mengalami kehilangan kekuatan
mereka sendiri.Takut terhadap cedera tubuh dan nyeri mengarah kepada rasa takut
terhadap mutilasi dan prosedur menyakitkan.

Keterbatasan pengetahuan mengenai tubuh meningkatkan rasa takut yang khas.


sebagai contoh, takut terhadap kateterisasi (dicetuskan oleh pengukuran suhu rektal,
dan kateter) dan takut bahwa kerusakan kulit (misalnya jalur intravena dan prosedur
pengambilan darah) akan menyebabkan dalam tubuhnya menjadi bocor.Anak usia
prasekolah menginterpretasikan hospitalisasi sebagai hukuman dan perpisahan dengan
orang tua sebagai kehilangan kasih sayang.

3. Penatalaksanaan Hospitalisasi.
a. Teknik dalam melakukan intervensi umum

1) Gunakan boneka tangan atau boneka untuk mendemonstrasikan prosedur.

2) Gunakan istilah yang sesuai dengan usia dan tingkat pemahaman anak (mis,
menyatakan “ memperbaiki” daripada “ memotong”).

3) Gunakan balutan berperekat setelah memberi injeksi.

4) Anak didampingi orang tua selama prosedur.

5) Hindari melakukan prosedur invasif, bila memungkinkan.

6) Berikan bintang, bet dan bentuk penghargaan lainnya.

7) Bermain dengan pengalaman di rumah sakit (misalnya: improvisasi dengan


peralatan dokter dan perawat).

8) Yakinkan kembali pada anak usia prasekolah bahwa ia tidak bertanggungjawab


terhadap penyakitnya.
9) Tingkatan perawatan diri anak

b. Teknik melindungi anak dari rasa bersalah

1) Katakan pada anak bahwa tidak ada seorangpun yang disalahkan atas penykit
atau hospitalisasi

2) Jelaskan prosedur dengan bahasa yang dipahaminya

c. Teknik melindungi anak dari rasa takut

1) Gunakan permainan teraupeutik

2) Jangan membicarakan hal-hal yang tidak di mengerti anak

3) Gunakan pakaian yang tidak menbuat anak takut atau trauma

d. Teknik meningkatkan penggunaan bahasa

1) Anjurkan anak bertanya

2) Berikan anak membuat beberapa keputusan

3) Ajarkan anak kata-kata baru

4) Berikan intervensi emosional dan psikososial

e. Teknik mendorong kemandrian anak

1) Perbolehkan perawatan diri

2) Biarkan anak membuat beberapa keputusan

3) Beri pujian atas kemampuan anak

4) Hormati pendapat anak


f. Teknik meningkatkan keamanan anak

1) Jelaskan peraturan untuk keamanan kepada anak dan orang tua

2) Ikuti peraturan di rumah apabila memungkinkan

3) Biarkan aktivitas ritual anak terus dilakukan, asalkan tidak bertentangan dengan
penyakitnya

g. Teknik meningkatkan identitas seksual

1) Terangkan kembali anak mengenai genitalia

2) Gunakan tangan anak ketika mengkaji genitalia

3) Hindari prosedur yang menyakitkan.


BAB III

TINJAUAN KASUS

1. Identitas Klien

Nama : Fadillah
Umur : 3 Tahun 7 Bulan 7 Hari
Tempat/Tanggal lahir : Jakarta , 23 November 2013
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
2. Alasan Masuk Panti
a. Ketidakmampuan keluarga dalam factor ekonomi.
b. Ayah Kandung yang tidak diketahui keberadaannya dan tidak bertanggung jawab.
c. Ibu Kandung yang tidak dapat merawat anaknya karena terkena depresi.

3. Pemeriksaan Head To Toe


a. Kepala : Normocephali
Lingkar Kepala :
b. Rambut dan Kulit Kepala :
Warna Rambut : Hitam dan Mengkilap
Kulit Kepala : Pada bagian kiri dan kanan dibelakang telinga terdapat
ketombe.
c. Sistem Penglihatan
Sisi Mata : Simetris
Kelopak Mata : Normal tetapi ada kebiruan atau luka lembab pada kelopak mata anak
dikarenakan anak jatuh dan terkena sisi bagian pinggir tempat tidur/box pada saat
bermain
Konjungtiva : Merah Muda
Fungsi Penglihatan : Baik

d. Sistem Pendengaran
Daun Telinga : Normal
Karakteristik Serumen : Warna : Kuning kecoklatan
Bau : Khas
Konsistensi : Setengah padat
Fungsi pendengaran : Baik

Anda mungkin juga menyukai