Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 4-6 TAHUN

I. Definisi
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit di pisahkan, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan
dalam besar, jumlah, ukuran, yang bisa diukur dengan berat (gram, pound,
kilogram). Ukuran oanjang (cm, meter). Perkembangan (development) adalah
bertambahnya kemampuan atau skill dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat di ramalkan. Seperti tingkah
laku, emosi, dan intelektual. Anak dengan usiasekolah mempunyai pola pikir
yang lebih berkembang dibanding usia sebelumnya, cara mereka memilih
permainan pun berbeda, serta lebih suka memilih sendiri jenis makanan yang
ingin dikonsumsi. (Soetjiningsih, 2012).

Tahap Tumbuh kembang Anak


a. Anak usia Umur 1 - 2 tahun

Pada massa ini anak akan mengalami beberapa perlambatan dalam

pertumbuhan fisik, dimana anak mengalami kenaikan berat badan sekitar

1,5 - 2,5 kg dan panjang badan 6 - 10 cm, kemudian pertumbuhan otak

akan mengalami perlambatan yaitu kenaikan lingkar kepala hanya 2 cm,

untuk pertumbuhan gigi berjumlah 14 - 16 buah.

b. Anak masa Pra-sekolah usia 3-5 tahun

Anak akan mengalami peningkatan pada pertumbuhan fisik khususnya

berat badan mengalami kenaikan 2 kg pertahunnya, ukuran tinggi

bertambah rata-rata 6,75 - 7,5 cm, aktivitas motorik tinggi dimana sistem

tubuh sudah mencapai kematangan, dan anak sudah mempersiapkan diri


untuk memasuki sekolah. Anak menunjukan kemampuan aktivitas lebih

banyak bergerak, mengembangkan rasa ingin tahu, dan eksplorasi terhadap

benda yang ada di sekelilingnya. Dengan demikian bahaya atau resiko

kecelakaan harus di waspadai pada masa ini. Interaksi social lebih luas

karena anak usia pra-sekolah akan mempersiapkan diri memasuki usia

sekolah,serta sudah terlatih dengan toileting.

c. Anak masa sekolah usia 6-11 tahun

Anak mengalami proses percepatan pada umur 10 - 12 tahun dimana

penambahan berat badan per tahun akan dapat 2,5 kg dan ukuran tinggi

badan 5 cm per tahunnya. Aktivitas fisik semakin tinggi dan memperkuat

keterampilan motoriknya, serta kemampuan kemandirian anak akan

semakin dirasakan. Anak usia 6-12 tahun tidak hanya mulai berhubungan

dengan teman, guru, pelatih, pengasuh dan sebagainya. Pada usia sekolah

anak mengalami tahap perubahan perkembangan yaitu lebih fokus

terhadap sesuatu hal. Dan penurunan sifat mau menang sendiri sehingga

anak mulai dapat melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Pada

tahap ini anak yang mulai mengembangkan keperibadiannya,

meningkatkan kemandirian dan belajar perannya dalam keluarga. Mereka

lebih senang untuk menghabiskan waktu bersama dengan teman seperti

menonton TV da bermain video game.

Diusia anak 8-11 tahun yaitu usia sekolah, anak laki-laki dan perempuan

nafsu makannya meningkat karena tubuhnya memerlukan persiapan

menjelang usia remaja. Dengan pertumbuhan anak laki-laki sedikit lebih

meningkat dari pada perempuan dan perkembangan motorik lebih


sempurna. Periode ini dikenal dengan fase usia sekolah, yaitu anak

mempunyai lingkungan lain selain keluarga terutama sekolah.

Pada akhir usia 11 tahun disebut fase transisi karena anak mulai memasuki

masa pra-pubertas. Perkembangan yang mencolok pada periode ini adalah

kematangan identitas seksual dengan berkembangnya organ reproduksi

dan pencapaian identitas diri anak sebagai remaja yang akan meninggalkan

masa kanak-kanan menuju masa remaja. (Supartini, 2012).

Perilaku makan dan pilihan makanan anak pada usia sekolah, juga

dipengaruhi saudara bahkan orang tua. Maka dari itu orang tua

bertanggung jawab terhadap situasi saat makan dirumah, jenis dan jumlah

makanan yang di sajikan dan waktu makan anak. Kebiasaan makan anak

usia sekolah dapat dipengaruhi oleh kebiasaan makan keluarga. Hal ini

merupakan proses yang dipelajari tanpa sengaja yang tidak melalui proses

pendidikan. Mereka juga dapat memilih sendiri makanannya. (Zulfa,

2011)

Anak Pra sekolah merupakan fase pertumbuhan dan perkembangan anak

usia 3-6 tahun yang ditandai dengan pertumbuhan fisik yang stabil dan

perkembangan psikis yang pesat karena dorongan rasa keingintahuan.

PERKEMBANGAN FISIK:

Laju pertumbuhan lambat, Perubahan susunan gigi &perkembangan indra

penglihatan, Perubanhan pertumbuhan tulang,khususnya kaki.

Laju Pertumbuhan:
Periode preschool merupakan salah satu pertumbuhan yang lambat. Laju berat

anak mencapai 1,4 – 2,3 kg tiap tahun. Laju tinggi anak sekitar 6,3 cm tiap tahun.

Karena laju peningkaatan yang proporsional inilah anak berusia 5 tahun terlihat

lebih kurus. Selanjutnya kemampuan motorik berkembang dengan cepat.

Laju Pertumbuhan Gigi:

Pada usia 6 tahun, Susunan tulang tengkorak anak-anak sudah mencapai 90% dari

susunan ukuran dewasa. Pertumbuhan gigi non-permanen telah muncul secara

komplet pada awal masa preschool. Menjelang akhir fase preschool gigi non

permanent mulai digantikan dengan gigi permanent.

Perkembangan Indra Penglihatan

Meskipun Indra perasa dan pembau anak-anak preschool tajam. Perkembangan

indra penglihatan masih belum matang pada usia 3 tahun. Koordinasi mata dan

tangan baik,namun perkiraan jarak masih kurang sempurna,hal ini memicu risiko

benturan dan jatuh.

Selama periode pra sekolah, Indra penglihatan anak seharusnya di chek secara

teratur pada suatu Layar(snellen chart) untuk menyelidiki adanya ambylopia. Pada

usia 6th anak-anak dapat mencapai visus 20/20. Namun kematangan kedalaman

presepsi tercapai pada umur 8-10 tahun.

Pertumbuhan Tulang

Diantara 3-6 usia kelahirannya.. Pertumbuhan tulang terbaik terjadi pada kaki. Hal

diatas menyebabkan peubahan cara berjalan. Serta peningkatan control telapak

tangan dan kaki.

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Pada periode prasekolah anak-anak mengalami peningkatan proses berpikir dan

ketrampilan. Teori perkembangan kognitif menurut “Piaget” pada anak.

Teori kognitif piaget.Pra-operasional (2-7th), PIAGET

Anak mulai menjelaskan dunia mdengan kata-kata dan gambar, yang

mencerminkan peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan

informasi sensoris dan tindakan fisik.Perkembangan kognitif: Proses berfikir

menjadi internalisasi: tidak sistematis & mengandalkan intuisi. Pengunaan simbol

meningkat. Pengertian berdasarkan penampilan dan kejadian yang dilihatnya.

Dunianya EGOSENTRIS : Mengidentifikasi benda berdasarkan warna, bentuk,

jumlah

Perkembangan Bahasa

Antara usia 3-5 th Perkembangan bahasa cepat secara umum, ditandai dengan

kebanyakan anak usia 3 th dapat menyusun kalimat sederhana, Tapi cara bicara

masih memiliki banyak keraguan dan pengulangan, dengan tujuan mencari  kata-

kata yang benar. Kegagapan dapat berkembang dalam periode ini tapi biasanya

hilang dalam 3-6 bulan. Pada akhir usia 5 th vocabulary meningkat lebih dari

1500 kata sejak usia 2 tahun.

Menurut PIAGET kognitif anak masih mengarah ke EGOSENTRIS, sehingga

anak anak usia 3 tahun sering menggunakan “non-communicative language”.

Mereka sering bicara dengan diri sendiri,mainannya, hewan peliharaannya tanpa

tujuan yang jelas , dan hanya untuk kesenangan.

Anak usia 4 th menggunakan bahasa komunikativ menggunakan kata-kata untuk

menyalurkan info yang mereka perlukan &rasakan.


Anak usia 4-5 th menggunakan kata-kata nakal/tidak sopan. Para perawat harus

membimbing para orang tua untuk memantau pergaulan anak.

Berikut ini adalah penyebab keterlambatan/kesulitan perkembangan bahasa:

a. Gangguan pendengaran/masalah fisik

b. Kurangnya stimulus

c. Overprotection

d. Kurangnya minat/penolakan terhadap orang tua

Metode yang merangsang perkembangan bahasa:

a.       Membaca

b.      Bicara dengan anak tentang gambar-gambar di buku cerita

c.       Menunjukan pujian,penerimaan,kata-kata motivasi

Perkembangan Imajinasi

Anak-anak preschool telah belajar untuk berfikir tentang sesuatu tanpa melihat

suatu benda secara konkret, untuk digambarkan/diimajinasikan. Dalam

perkembangan normal disebut MAGICAL THINGKING. Hal diatas membuat

mereka sulit untuk memisahkan fantasi dari realitas.

Anak masa pra sekolah percaya bahwa perkataan/pikiran nya dapat membuat

benda nyata & kepercayaan ini memiliki dampak yang positif atau negatif. Para

perawat harus mengarahkan orang tua untuk memberikan anak anak kata-kata

yang menenangkan bahwa hal ini tidak benar.

Imajinasi membuat anak preschool menjadi karakter yang untuk dongeng,

permainan sederhana, tv, Namun dengan batasan bahwa acara yang disampaikan

tidak mengandung unsur kesedihan, maupun menakutkan. Selama periode

Prasekolah, anak sering mengimajinasikan bahwa teman khayalannya itu nyata


bagi mereka. Peran perawat dalam hal ini adalah menjelaskan kepada orang tua

bahwa hal ini merupakan tingkah laku yang normal.Dalam keadaan gelap dan

sepi anak-anak sering berimajinasi sehingga kesulitan tidur adalah biasa.

Teori Psikososial menurut ERIKSON : Preschool : INNISIATIV Vs RASA

BERSALAH.

Anak preschool menghadapi lebih banyak tantangan saat memasuki dunia yang

lebih luas. Perilaku yang aktif dan memiliki tujuan diperlukan untuk menghadapi

tantangan ini. Anak diminta untuk memikirkan tanggung jawab terhadap tubuh,

perilaku, mainan, dan hewan peliharaan mereka. Meskipun demikian, Rasa

bersalah yang tidak nyaman dapat muncul, jika anak tidak bertanggung jawab

dan dibuat merasa sangat cemas, Erickson memiliki pandangan positif pada tahap

ini. Ia percaya bahwa “Sebagian besar rasa bersalah dengan cepat digantikan rasa

ingin berprestasi”

PERKEMBANGAN SEXUAL

FREUD: Periode “oedipal” /fhalic (genital). Selama tahap phalic, kesenangan

terfokus pada alat kelamin saat anak laki-laki dan perempuan menyadari bahwa

memanipulasi diri itu menyenangkan. Menurut FREUD Oedipus complex adalah

perkembangan anak mengenai keinginan yang kuat untuk menggantikan orang

tua yang berjenis kelamin sama dan menikmati kasih sayang orang tua yang

berjenis kelamin berbeda.

Ada kesadaran peran sex dan organ sexual. Secara umum berkembang dengan

emosi yang kuat, untuk menyukai orang tua yang berlawanan jenis. Anak-anak
ingin tahu tentang genetalia nya. Hal ini membuat orang tua tidak nyaman &

membuat respon ke anak bahwa sex itu kotor dan tidak sopan.

Peran perawat harus memberi pengertian bpada orang tua bahwa keingintahuan

anak tentang sex itu NORMAL, dan merupakan bagian alamiah terhadap diri

sendiri dan seisi dunia.  Informasi dari orang tua dapat membantu anak

mengembangkan sikap positif secara sexual sebagai mahkluk seksual.

PERKEMBANGAN SOSIAL

Aktivitas jasmani semakin meningkat.

Bermain

Salah satu aktivitas pembelajaran dalam bermain pada usia 3 th adalah

“permainan imitative” (peniruan). Misalnya anak usia sekolah biasanya berpura-

pura menjadi ibu, berpura-pura menjadi guru, dsb. Macam –macam permainan

lagi juga tidak kalah penting seperti: Drama, Team work,pergaulan juga sangat

bermanfaat bagi perkembangan sosial anak preschool. Permainan yang

dianjurkan adalah yang bergenre team work, untuk meningkatkan interaksi sosial

terhadap orang lain, batasi menonton tv,karena akan menghambat kemampuan

bersosialisasi. Menggambar adalah sarana untuk belajar mengekspresikan diri

sendiri.

Dalam masa ini anak preschool memiliki kebiasaan unik yang disebut dengan

“Unoccupied behavior”. Misalnya: melamun, mengigit jari/ memainkan

pakaianny tanpa tujuan yang jelas.

Agression (serangan)
Anak harus dipahamkan bahwa menyerang,memukul,menendang, untuk

melampiaskan kekesalannya, merupakan tindakan yang tidak dapat diterima oleh

orang lain.

Disiplin

Kedisiplinan harus selalu diajarkan , agar anak preschool tetap dalam kendali

orangtua.

NUTRISI

Periode preschool merupakan fase pertumbuhan stabil sehingga anak harus

mengonsumsi makanan yang berkualitas =,dan bergisi tinggi, daripada berjumlah

yang banyak, untuk menghindari obesitas.Namun protein diperlukan untuk

melanjutkan pertumbuhan otot dan sebagai nutrisi untuk menopang kepadatan

aktivitas si anak.Dalam periode ini nafsu makan anak cenderung berubah-ubah.

Untuk orang tua harus mimiliki siasat untuk menyiasati agar makanan lebih

menarik. Porsi makanan lebih kecil dari porsi dewasa, sehingga anak preschool

perlu diberi suplement serta snack yang bernutriisi. 2 – 3gelas susu/ hari.

Perkembangan anak preschool memperlihatkan kemandirian untuk makan

sendiri.

Usia 3th: anak mencicipi makanan sambil menirukan mimic orang dewasa,

misalkan makan dengan jari, minum masih berceceran.

Usia 4th: lebih terlatih, dengan alat makan

Usia 5th: anak makan dengan alat makan dengan baik, dan dapat memotong

makanannya sendiri, dapat diberi latihan table manners.

II. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan makan pada anak usia sekolah

a). Peran keluarga

Peran keluarga amat penting bagi anak sekolah karena adanya

pemilihan makanan yang bergizi. Makan bersama keluarga dengan

suasana akrab akan meningkatkan nafsu makan mereka. Tidak hanya lebih

banyak kontak dengan anggota keluarga dari pada orang lain tapi

hubungan keluarga lebih erat, lebih hangat, dan lebih bersifat emosional.

b). Peran Ibu

Peranan ibu tidak hanya terhenti dimasa anak-anak saja tapi masih

berlanjut dan kadang-kadang sampai seumur hidup.. Secara khusus ibu

sebagai orang yang dekat dengan anak dapat melakukan pencegahan

masalah kesehatan anak seperti halnya obesitas. Ibu dapat memberikan

pengertian, pola asuh makan, meningkatkan aktivitas fisik dan membatasi

promosi makanan yang tidak sehat.

c). Sosial Ekonomi dan Uang Jajan Anak

Kemampuan keluarga untuk membeli makanan antara lain bergantung

pada besar kecilnya pendapatan keluarga, harga bahan mkanan itu sendiri,

serta tingkat pengolahan sumber daya lahan dan pekarangan. Kegemaran

jajan pada anak sekolah tidak terlepas dari kehidupan ekonomi dan

kebiasaan makan keluarag. Kebiasaan jajan anak dipengaruhi oleh tingkat

ekonomi keluarga karena anak mendapat uang saku dari orang tuanya.

Anak yang usia sekolah memerlukan makanan yang hamper sama dengan

yang dianjurkan untuk anak prasekolah.Namun karena pertambahan berat


badan dan banyaknya aktivitas yang mereka lakukan maka dibutuhkan

porsi makan yang lebih besar. (Hidayati dkk, 2006)

Golongan usia 10-12 tahun kebutuhan energinya relative lebih besar bila

dibandingakan dengan golongan usia 7-9 tahun. Hal ini dikarenakan pada

anak usia 10-12 tahun mereka mengalami pertumbuhan lebih cepat

terutama penambahan tinggi badan. Kebutuhan gizi pada anak usia 10-12

tahun berbeda antara anak laki-laki dengan anak perempuan. (supariasa

dkk, 2013)

Angka kecukupan gizi rata-rata untuk anak usia sekolah (Widya karya

pangan nasional dan Gizi. LIPI.1998 dalam supariasa dkk, 2013)

Angka kecukupan Gizi Rata-Rata Anak Usia Sekolah

Zat Gizi Usia 7-9 tahun Usia 10-12 tahun

Laki-laki Perempuan Laki-laki

perempuan

Energi (Kkal) 1.900 1.900 2.000 1.900

Karbohidrat (gr) 254 254 289 275

Lemak (gr) 72 72 70 67

Protein (gr) 37 37 45 54

III. MANIFESTASI KLINIS

1. Status Gizi baik


Yaitu keadaan dimana asupan zat gizi sesuai penggunaa untuk aktivitas

tubuh. Refleksi yang diberikan adalah keselarasan antara pertumbuhan

berat badan dengan umurnya. Adapun ciri-ciri anak berstatus gizi baik dan

sehat adalah sebagai berikut :

a. Tumbuh dengan normal

b. Tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkat umurnya

c. Mata bersih dan bersinar

d. Bibir dan lidah tampak segar

e. Nafsu makan baik

f. Kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering

2. Status gizi lebih

Gizi lebih adalah suatu keadaan karena kelebihan konsumsi pangan.

Keadaan ini berkaitan dengan kelebihan energi dalam hidangan yang

dikonsumsi. Ada tiga zat penghasil energi utama yaitu : Karbohidrat,

lemak dan protein. Jaringan lemak tidak langsung berperan serta dalam

kegiatan kerja tubuh. Orang yang kelebihan berat badan biasanya karena

jaringan lemak yang tidak aktif tersebut. Hal ini dapat dilihat pada anak

yang mengalamai obesitas besar kemungkinan di pengaruhi orang tuanya.

Jika salah satu orang tua mengalami obesitas atau gizi lebih maka peluang

anak untuk mengalami obesitas sebesar 80%. (Almatsier, 2003)

Pengukuran status gizi dapat dilakukan dengan metode antropometri.

Metode ini menggunakan pengukuran terhadap berat badan, tinggi badan,

lingkar pinggang. Tingkat kegemukan atau obesitas dapat diketahui

dengan menghitung indeks masa tubuh (body mass indeks). Indeks masa
tubuh atau IMT dihitung dengan cara membagi berat tubuh (kg) dengan

kuadrat tinggi tubuh (cm²). (Ardiyanti, 2010)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Anak preschool yang dirawat di Rumah Sakit memiliki pengalaman ketakutan,

mengerikan. Seharusnya anak perlu dijelaskan mengenai prosedur dan

kenalkan anak dengan alat medis. Serta sediakan area bermain & maina yang

bisa digunakan di bed.

Suherman (2000) menjelaskan secara ringkas tugas-tugas perkembangan anak

usia 4 - 5 tahun sebagai berikut:

a. Berdiri dengan satu kaki (gerakan kasar)

b. Dapat mengancingkan baju (gerakan halus)

c. Dapat bercerita sederhana(bahasa bicara dan kecerdasan)

d. Dapat mencuci tangan sendiri (bergaul dan mandiri)

V. PENATALAKSANAAN MEDIS

Check-Ups Routine :

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan

dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan

imunisasi BCG untuk TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC

milier (pada seluruh lapangan paru), atau TBC tulang. Imunisasi BCG ini

merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.

Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 kali dan waktu pemberian

imunisasi BCG pada umur 0 – 11 bulan, akan tetapi pada umumnya diberikan
pada bayi umur 2 – 3 bulan, kemudian cara pemberian imunisasi BCG melalui

intradermal. Efek samping pada BCG dapat terjadi ulkus pada daerah suntikan

dan dapat terjadi limfadenitis regional dan reaksi panas.Imunisasi

DPT(Diphteri-Tetanus-Pertusis), Polio, MMR(Measles-Mumps-Rubella)

antara usia 4-6.Recomendasi: Urinalisis, hematokrit. Lead level, Tuberculin

skin test, (DDST)Denver Developmental Screening test, Periksa kesehatan

gigi.

Pengajaran Keluarga

Anak usia preschool lebih baik dimandikan dengan air hangat (49C). Harus

dapat membersihkan bagian tubuh dirinya sendiri, misalnya:

mata,telinga,leher,wajah dengan pantauan ekstra dari orang tua. Dampingi

anak dengan mainan pada aat mandi, dan biasakan mencuci tangan sebelum &

sesudah makan,setelah dari kamar mandi.

Mengajari Merawat Gigi

Anak-anak preschool diajari menggosok gigi, setelah itu para orang tua

mengechek kebersihan gigi dan gusi. Anak preschool haruslah makan

makanan yang sehat, misalnya:buah, sayur,keju import,permen,cake,serta

permen karet.

Pemilihan Pakaian, Toilet training, pencegahan kecelakaan,Pencegahan

infeksi,  juga perlu pendapatkan pelatihan yang khusus.Mengenai kebutuhan

tidur sering terbangun dari tidur merupakan hal yang biasa, karena mimpi

buruk sering terjadi.


KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

ANAK SEHAT (TUMBANG)

A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Identitas dan Riwayat Keperawatan
Identitas Anak dan/atau Orang Tua
(Nama, Alamat, Telepon, Tempat tgl lahir, Ras, Jenis kelamin, Agama,
Tgl wawancara)
Keluhan Utama (KU)
Perlu ditanyakan apakah anak memiliki keluhan kesehatan baik secara
langsung pada anak ataupun orang tua/pengasuhnya beberapa saat sebelum
diimunisasi. Keluhan ini dapat dijadikan indikator apakah imunisasi harus
dilanjutkan, ditunda sementara waktu, atau tidak diberikan sama sekali.
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan
utama. Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang
mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi jika anak dalam kondisi
tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut untuk mengetahui
status kesehatan anak saat ini, selain untuk kepentingan imunisasi, hal ini
juga dapat dijadikan panduan apakah anak harus mendapat perawatan
lebih lanjut mengenai penyakitnya.
Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau pembedahan
sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan sebagai petunjuk
yang berarti dalam pemberian imunisasi.
a. Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal).
b. Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya.
c. Alergi.
d. Pengobatan terbaru.
e. Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi
terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya.
f. Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum melakukan imunisasi
dapat pula dikaji pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga dapat
mengidentifikasikan indikasi imunisasi serta pendidikan kesehatan
yang sesuai dengan usia serta pola perilaku anak baik ditujukan secara
langsung pada anak ataupun keluarganya).
g. Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.

Tinjauaan Sistem (TS)

Sebelum diimunisasi anak mendapatkan tindakan pemeriksaan fisik untuk


peninjauan terhadap sistem tubuhnya. Tinjauan sistem meliputi :

a.       Menyeluruh/umum

b.      Integument

c.       Kepala

d.      Mata

e.       Telinga

f.       Hidung

g.      Mulut

h.      Tenggorokan

i.        Leher

j.        Dada

k.      Respirasi
l.        Kardiovaskuler

m.    Gastrointestinal

n.      Genitourinaria

o.      Ginekologik

p.      Muskuluskeletal

q.      Neurologik

r.        Endokrin

Riwayat pengobatan keluarga

Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang memiliki


kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji pajanan terhadap
penyakit menular pada anggota keluarga dan kebiasaan keluarga yang dapat
memengaruhi kesehatan anak, seperti merokok dan penggunaan bahan kimia lain,
serta tingkat kewaspadaan keluarga saat anak mengalami sakit.

Riwayat Psikososial

Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama terfokus pada
riwayat imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila riwayat sebelumnya
menyisakan kerisauan pada anak maka akan lebih baik jika saat imunisasi
berikutnya hal ini diperbaiki untuk mengubah konsep anak terrhadap imunisasi.

Riwayat Keluarga       

Pengkajian juga berfokus pada sejauh mana keluarga memahami tentang


imunisasi yang akan diberikan pada anak, meliputi jenis imunisasi, alasan
diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya. hal ini dapat dijadikan
patokan untuk memberikan pendidikan kesehatan dalam pemahaman terhadap
imunisasi.

Pengkajiaan Nutrisi

Untuk memperoleh informasi yang adekuat tentang asupan dan kebutuhan


nutrisi anak dalam kaitannya dengan kesehatan anak saat ini sebelum ia
mendapatkan imunisasi.
2. Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan
mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak.
Sebelum melakukan pengkajiaan, prinsip-prinsip yang perlu di perhatikan
dan dapat diterapkan di lapangan adalah:
a. Lingkungan/ruangan pemeriksaan tidak menakutkan, misalnya
memberikan warna dinding netral, cukup ventilasi, menjauhkan
peralatan yang menakutkan bagi anak, dan menyediakan makanan.
b. Sebelum pengkajiaan sebaiknya disediakan waktu untuk bermain agar
anak menjadi kooperatif. Dalam hal ini, bukan berarti mengabaikan
tugas utama, tetapi untuk pendekatan agar anak tidak takut sehingga
memudahkan pemeriksaan.
c. Pemeriksaan dapat dimulai dari bagian tubuh yang mudah dan tidak
menakutkan anak.
d. Jika ada beberapa anak, mulailah dengan anak yang kooperatif sehingga
akan mengurangi rasa takut dari anak yang lain.
e. Libatkan anak dalam proses pemeriksaan. Kita bisa menjelaskan pada
anak mengenai hal-hal yang perlu dilakukan pada dirinya. Apabila
mungkin, beri kesempatan anak untuk membantu proses pemeriksaan.
f. Buat posisi pemeriksaan senyaman mungkin. Anak dapat berbaring di
pangkuaan orang tua.
g. Berikan pujiaan kepada anak yang kooperatif. Hal ini dapat merangsang
anak yang lain agar tidak takut untuk diperiksa.
h. Berikan pujian pada orang tua apabila anak maju dan ibunya mengetahui
nasehat petugas.

Prinsip-prinsip tersebut hendaknya dipahami oleh setiap perawat sehingga


memudahkannya dalam melaksanakan pemeriksaan dan meminimalkan
kecemasan pada anak. Setelah memahami prinsip-prinsip ini, berikutnya
adalah melakukan pengkajiaan pada anak. Hal-hal yang perlu dikaji adalah
a. Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat
hamil, seperti terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik, preeksklamsi,
dan lain-lain, serta apakah ehamilannya dipantau berkala. Kehamilan
risiko tinggi yamg tidak ditangani dengan benar dapat mengganggu
tumbuh kembang anak. Dengan mengetahui riwayat prenatal maka
keadaan anaknya dapat diperkirakan.
b. Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah
secara normal, dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang
dalam kandungan terdeteksi sehat, apabila kelahirannya mengalami
gangguan (cara kelahiran dengan tindakan seperti forceps, partuss lama,
atau kasep), maka gangguan tersebut dapat mempengaruhi keadaan
tumbuh kembang anak.
c. Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu diperlakukan
pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik. Sebagaimana dalam
pembahasan sebelumnya, pengukuran antropometri yang sering
digunakan di lapangan untuk memantau tumbuh kembang anak adalah
TB, BB, dan lingkar kepala. Sedangkan lingkar lengan dan lingkar dada
baru digunakan bila dicurigai adanya gangguan pada anak. Apabila
petugas akan mengkaji pertubuhan fisik anak, maka petugas tersebut
cukup mengukur BB, TB, dan lingkar kepala. Meskipun tidak semua
ukuran antropometri digunakan, berikut ini akan dijelaskan cara
pengukuran dari masing-masing ukuran antropometri:
1) Berat Badan (BB)
Untuk menentukan berat badan anak, hal yang perlu diperhatikan
adalaah sebagai berikut:
- Pengukuran dilakukan dengan memakai alat timbangan yang
telah ditera (distandardisasi/dikalibrasi) secara berkala.
Timbangan yang digunakan dapat berupa dacin atau timbangan
injak
- Untuk menimbang anak yang berusia kurang 1 tahun, maka hal
tersebut dilakukan dengan posisi berbaring. Untuk anak yang
berusia 1-2 tahun, dilakukan dengan posisi duduk dengan
menggunakan dacin. Untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun,
penimbangan berat badan dapat dilakukan dengan posisi berdiri.
Sedangkan cara pengukuran berat badan anak adalah:
- Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran.
Apabila perlu, cukup pakaian dalam saja.
- Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan
timbangan dacin, masukkan anak dalam gendongan, lalu kaitkan
gendongan ke timbangan.
Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri di atas
timbangan injak tanpa dipegangi.
- Ketika menimbang berat badn bayi, tempatkan tangan petugas di
atas tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat
ditimbang.
- Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk
menimbang berat badannya lebih dulu, kemudian anak
digendong oleh ibu dan ditimbang.
- Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat badan ibu
sendiri menjadi berat badan anak. Untuk lebih jelasnya, dapat
dilihat rumus berikut.BB anak = (BB ibu dan anak) – BB ibu
- Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada
timbangan
- Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan
standar yang berlaku, yaitu apakah status gizi anak normal,
kurang, atau buruk. Untuk menentukan berat badan ini juga dapat
dilakukan dengan melihat pada kurva KMS, apakah berat badan
anak berada pada kurva berwarna hijau, kuning, atau merah.

2) Tinggi Badan (TB)


Untuk menentukan tinggi badan, cara pengukurannya
dikelompokkan menjadi untuk usia kurang dari 2 tahun dan usia 2
tahun atau lebih. Pengukuran tinggi badan pada anak usia kurang
dari 2 tahun adalah sebagai berikut :
- Siapkan papan atau meja pengukur. Tidak ada, dapat digunakan
pita pengukur (meteran).
- Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut
sampai menempel pada meja (posisi ekstensi).
- Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak
kaki tegak lurus dengan meja pengukur), lalu ukur sesuai dengan
skala yang tertera.
- Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan
dengan cara memberi tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus
rata/datar) berupa garis atau titik pada bagian puncak kepala dan
bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda
tersebut dengan pita pengukur.
Sedangkan cara pengukuran tinggi badan pada anak usia 2 tahun atau
lebih adalah sebagai berikut :
- Tinggi badan diukur dengan  posisi berdiri tegak, sehingga tumit
rapat, sedangkan bokong, punggung, dan bagian belakang kepala
berada dalam satu garis vertikal dan menempel pada alat
pengukur.
- Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan
sebilah papan dengan posisi horizontal dengan bagian kaki, lalu
ukur sesuai dengan skala yang tertera.
3) Lingkar Kepala
Ukuran kepala dinyatakan normal bila berada di antara batas
tertinggi dan terendah dari kurva lingkar kepala. Bila ukuran kepala
berada di atas kurva normal, berarti ukuran kepala besar
(macrocephali), sedangkan bila ukuran kepala di bawah kurva
normal, berarti ukuran kepala kecil (microcephali). Kurva lingkar
kepala ini dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Adapun cara
pengukuran lingkar kepala :
- Siapkan pita pengukur (meteran)
- Lingkakan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau
supraorbita bagian antrior menuju oksiput pada bagian posterior
kemudian tentukan hasilnya.
- Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala

4) Lingkar Lengan Atas (lila)


Meskipun pengukuran lila jarang dilakukan, namun cara
pengukurannya perlu diketahui :
- Tentukan lokasi lengan yang akan diukur. Pengukuran dilakukan
pada lengan bagian kiri, yaitu pertengahan pangkal lengan
dengan siku. Pemilihan lengan kiri tersebut dengan pertimbangan
bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif dari pada lengan kanan,
sehingga ukurannya lebih stabil.
- Lingkarkan alat pengukur pada lengan bagian atas (dapat
digunakan pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang
diukur saat pengukuran.
- Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera
pada pita pengukur.
- Catat hasil pengukuran pada Kartu Menuju Sehat (KMS) atau
status anak.
5) Lingkar Dada
Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarang
dilakukan. Pengukurannya dilakukan pada saat bernapas biasa (mid
respirasi) pada tulang Xifoidius (incisura subternalis). Pengukuran
lingkar dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada anak yang
lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring. Cara
pengukuran lingkar dada adalah sebagai berikut :
- Siapkan pita pengukur
- Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada.
- Catat hasil pengukuran pada KMS anak atau kartu yang
disediakan.
6) Pemeriksaan fisik
Meskipun pemeriksaan fisik tidak dilakukan apabila dilapangkan,
namun petugas perlu mengetahui bahwa pemeriksaan fisik perlu
dilakukan agar keadaan anak dapat diketahui secara keseluruhan.
Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari rambut, kepala, leher, dada, perut,
genetalia, ekstremitas. Selain itu, tanda-tanda vital dan keadaan umum
perlu dikaji. Pemeriksaan fisik pada pertumbuhan dan perkembangan
ini adalah sama seperti cara pemeriksaan fisik pada bayi dan anak.
Oleh karena itu, pemeriksaan fisik tidak dibahas secara khusus pada
bagian ini.
7) Perkembangan anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan buku
Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita sebagaimana telah
dibahas sebelumnya. Dari pedoman ini dapat diketahui mengenai
keadaan perkembangan anak saat ini, apakah anak berada dalam
keadaan normal, meragukan, atau memerlukan rujukan. Apabila anak
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat dilakukan DDST
yang dapat dibaca pada Buku Tumbuh Kembang oleh Soetjiningsih
(1996).

VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan situasi yang terjadi di lingkungan.
2. Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang peran sebagai orangtua baru.
3. Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbang dan lingkungan.
4. Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak berdasarkan
tumbuh kembangnya.
5. Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu tentang
tumbang anak
6. Kesiapan meningkatkan status imunisasi b/d keinginan untuk
meningkatkan status imunisasi

VII. RENCANA KEPERAWATAN


1.      Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan situasi yang terjadi di lingkungan
a.       Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan
kelompok usia
R/: agar orang tua mampu melakukan tugas tumbang pada anak
b.      Tingkatkan rangsangan dengan menggunakan berbagai mainan dalam
tempat tidur anak.
R/: mainan dapat meningkatkan rangsangan anak dalam tumbang
c.       Berikan tindakan nyaman setelah prosedur yg menyebabkan rasa takut.
R/: mengurangi rasa ketidaknyamanan
d.      KIE orang tua untuk kontrol setiap bulan.
R/: mengetahui adanya keluhan dalam tumbang anak
2.      Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang peran sebagai orangtua baru.
a.        Jelaskan pada orang tua tentang perawatan anak seperti makanan yang
baik sesuai umur anak, cara menggendong, cara memberikan ASI yang
baik dan bagaimana menyendawakan bayi.
R/ : meningkatkan pemahaman orang tua terhadap perawatanan anak
b.      Jelaskan bahwa keberadaan kedua orang tua sangat penting sebagai role
model anaknya.
R/: memberi pemahaman orang tua supaya bias memberi contoh yang baik
bagi anaknya
c.       Jelaskan pada orang tua tentang tahapan tumbuh kembang yang harus
dilewati anak sesuai dengan umurnya
R/: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap tumbang
3.      Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbang dan lingkungan.
a.       Awasi anak saat makan, mandi, bermain, eliminasi
R/: mengurangi risiko cedera pada saat anak beraktivitas
b.      Lindungi kaki anak dengan sandal/ sepatu
R/: mengurangi risiko cedera pada kaki anak
c.       Beri makanan yang aman untuk usia anak
R/: mencegah risiko keracunan makanan
d.      Periksa suhu air mandi sebelum dimandikan
R/: mengurangi risiko cedera yang diakibatkan oleh air mandi yang terlalu
panas
4.       Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak berdasarkan
tumbuh kembangnya.
a.       Jelaskan pada orang tua tentang proses tumbang yang terjadi
R/: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap tumbang
b.      Bantu ibu/ orang tua untuk mengerti dan mengetahui tentang tahapan
tumbang yang dilewati anak dengan masa pertumbuhandan perkembangan
R/: agar orang tua mengetahui tentang tumbuh kembang anaknya
c.       Anjurkan ibu membaca berbagai tips perawatan anak
R/: meningkatatkan pemahaman tentang perawatan anaknya
5.      Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu tentang
tumbang anak
a.       Bantu ibu mengetahui tahapan yang seharusnya terjadi pada anak saat ini
sesuai umur
R/: agar ibu paham tentang tumbang anaknya
b.      Bantu menurunkan tingkat kecemasan dengan informasi yang diberikan
Rasional: mengurangi kecemasan ibu
c.       Beri dukungan pada ibu untuk tetap menjaga kesehatan anaknya dan
tetap memantau pertumbuhan dan perkembangan anak
R/: agar kesehatan anak tetap terjaga
6.        Kesiapan meningkatkan status  imunisasi b/d
a.       Memberi penjelasan tentang imunisasi yang seharusnya didapatkan  oleh
anaknya
R/: meningkatkan pemahaman tentang imunisasi yang harus didapatkan
oleh anak
b.      Memberi penjelasan tentang imunisasi tambahan yang dapat diberikan
kepada anaknya selain imunisasi yang harusnya didapatkan
R/: memberikan pemahaman tentang imunisasi tambahan
c.       Menganjurkan ibu untuk memberikan imunisasi tambahan untuk
mencegah penyakit yang bisa diderita oleh anaknya
R/ : mencegah penyakit yang mungkin diderita anak.

PELAKSANAAN
Tindakan keperawatan yang diberikan disesuaikan dengan rencana keperawatan.

E.  EVALUASI
A.    Dx 1 : Orang tua mengetahui tugas pekembangan anak yang sesuai dengan
kelompok usia.
B.     Dx 2 : Orang tua mengerti bagaimana cara merawat anaknya
C.     Dx 3 :Anak bebas dari cedera dan fraktur potensial berbahaya diidentifikasi
dan lingkungan rumah. Keluarga akan menekankan dan mendemonstrasikan
kegiatan yang aman di rumah.
D.    Dx 4 : Ibu tidak cemas dan mampu menggambarkan proses tumbang pada
anaknya dan informasi yang diberikan.
E.     Dx 5 :Orang tua mampu memahami dan dapat memantau harapan
perkembangan anak
F.      Dx 6  : ibu dapat memberikan imunisasi tambahan yang bisa didapat oleh
anaknya selain imunisasi yang harus didapat oleh anaknya
DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanti, 2010. Obesitas Pada Anak. Http://encenoly.student.umm.ac.id/ diakses


tanggal 29 Maret 2014.
Hidayati, N.S., Irawan R., dan Hidayat B., 2006. Obesitas Pada Anak.
Http://www.Pediatrik.com/. Diakses 20 Maret 2014

Soetjiningsih, (2012). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGCBerhrman,


Kliegman, & Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.Jakarta:
EGC

Hidayat, A.Z. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan


Kebidanan. Jakarta. Salemba Medika.

Zulfa, F. (2011). Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food Moderen Dengan


Status Gizi. http://journal.unsil.ac.id/jurnal/prosiding/pdf. Diakses
tanggal 29 Maret 2014

Anda mungkin juga menyukai