Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PERKEMBANGAN ANAK USIA 3 TAHUN

Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Stase Keperawatan Anak

Disusun oleh :

Nama : Rana Ilham Prawatama, S. Kep

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAMZAR
LOMBOK TIMUR - NTB
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
PERKEMBAGAN ANAK USIA 3 TAHUN

A. Pengertian Tumbuh Kembang


Pertumbuhan merupakan bertambahnya jumlah dan besarnya sel di seluruh
bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan
merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai
melalui tumbuh kematangan dan belajar sedangkan perkembangan adalah
peristiwa perubahan bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek
sosial emosional dan intelektual
Pada pertumbuhan masa ini pada anak pertumbuhan fisik khususnya berat
badan mengalami kenaikan rata-rata pertahunnya adalah 2 kg, kelihatan kurus
akan terapi aktivitas motorik tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai
kematangan seperti berjalan, melompat, dll. Pada pertumbuhan khususnya
ukuran tinggi badan anak akan bertambah rata-rata 6,75-7,5 cm setiap
tahunnya
Pada masa ini anak mengalami proses perubahan dalam pola makan
dimana anak pada umumnya mengalami kesulitan untuk makan. Proses
eliminasi pada anak sudah menunjukkan proses kemandirian dan masa ini
adalah masa di mana perkembangan kognitif sudah mulai menunjukkan
perkembangan dan anak sudah mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah
dan tampak sekali kemampuan anak belum mampu menilai sesuatu
berdasarkan apa yang mereka lihat dan anak membutuhkan pengalaman
belajar dengan lingkungan dan orang tuanya. Sedangkan perkembangan
psikososial pada anak sudah menunjukkan adanya rasa inisiasif, konsep diri
yang positif serta mampu mengidentifikasi identitas dirinya
B. Faktor-faktor yang Memengaruhi Tahap Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak
Setiap orang tua akan mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang
secara sempurna tanpa mengalami hambatan apapun. Namun ada banyak
faktor yang dapat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan
perkembangan anak tersebut dimana ada sebagian anak yang tidak selamanya
tahapan kembangnya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang tua
1. Faktor Herediter

Herediter/keturunan merupakan faktor yang tidak dapat untuk


dirubah ataupun dimodifikasi. Ini merupakan modal dasar untuk
mendapatkan hasil akhir dari proses kembang anak. Melalui instruksi
genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat
ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Yang termasuk dalam
faktor genetik ini adalah jenis kelamin dan suku bangsa atau ras. Misalnya,
anak keturunan bangsa Eropa akan lebih tinggi dan lebih besar jika
dibandingkan dengan keturunan Asia termasuk Indonesia, pertumbuhan
postur tubuh wanita akan berbeda dengan laki-laki.1

2. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan faktor yang memegan peranan


penting dalam menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah
dimiliki. Yang termasuk faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan
pranatal, lingkungan yang masih dalam kandungan dan lingkungan post
natal yaitu lingkungan setelah bayi lahir.
a. Lingkungan Pranatal
Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi
sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, lingkungan
mekanis seperti posisi janin dalam uterus, zat kimia atau toxin seperti
penggunaan obat-obatan, alkohol atau kebiasaan merokok ibu hamil,
hormonal seperti adanya hormon somatotropin, plasenta, tiroid,
insulin serta radiasi, infeksi dan imunitas yang berpengaruh pada
pertumbuhan janin.
b. Lingkungan Postnatal
Selain faktor lingkungan intra uteri terdapat lingkungan setelah
lahir yang juga dapat memengaruhi tumbuh kembang anak seperti,
budaya lingkungan, sosial ekonomi keluarga, nutrisi, iklim atau cuaca,
olahraga, posisi anak dalam keluarga, dan status kesehatan
C. Tugas Perkembangna anak Usia 3 tahun
1. Perkembangan Motorik kasar dan halus
Menurut Depkes RI (2006), perkembangan motorik kasar adalah
aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan
dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri dan
sebagainya. Perkembangan motorik halus adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan koordinasi
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti
menulis.
Menurut Allen & Marotz (2010), anak-anak pada usia 1 – 3 tahun
akan mengalami perkembangan sesuai usianya dalam keterampilan
motorik kasar dan motorik halus. Pada usia 1 tahun, kemampuan gerak
kasar anak bisa mengangkat badannya dari posisi duduk ke berdiri 19
tanpa bantuan dan duduk sendiri tanpa bantuan.Anak juga dapat berdiri
selama 30 detik tanpa bantuan atau pegangan dan berjalan di sepanjang
ruangan tanpa jatuh serta anak akan bisa menangkap dan melempar bola.
Pada usia 2 tahun, kemampuan gerak kasar anak bisa melompat jauh,
melempar dan menangkap bola besar. Anak bisa merangkak dan
memanjat. Anak juga bisa menendang bola kecil ke depan tanpa
berpegangan serta bisa berjalan naik tangga sendiri.
Pada usia 3 tahun, kemampuan gerak kasar anak bisa berdiri selama
30 detik atau lebih tanpa berpegangan. Anak bisa melempar bola lurus ke
arah perut. Anak juga bisa melompati selembar kertas dengan mengangkat
kedua kakinya. Anak dapat mengayuh sepeda roda tiga.
Tidak hanya keterampilan motorik kasar, keterampilan motorik halus
anak pada usia 1 – 3 tahun juga akan meningkat. Pada usia 1 tahun,
kemampuan motorik halus anak sudah dapat memegang pensil tanpa
bantuan dan mencoretcoret kertas tanpa petunjuk. Anak bisa menyusun
balok-balok, memasukkan dan mengeluarkan benda dari suatu tempat ke
tempat lain, serta memasukkan benda satu ke benda lainnya yang
ukurannya berbeda.
Pada usia 2 tahun, kemampuan gerak halus anak dapat menyusun
balok-balok dengan jumlah yang lebih banyak. Anak akan mengerti
konsep jumlah seperti jumlah balok ada 6, dan akan mengelompokkan
benda-benda sesuai jenisnya. Sementara pada usia 3 tahun, kemampuan
gerak halus anak dapat Anak akan mampu menyusun balok-balok dengan
jumlah yang lebih banyak.Anak dapat membuat garis lurus
Ketika anak tidak mampu melaksanakan tugas perkembangan
motorik kasar dan halus sesuai usianya berarti anak tersebut mengalami
keterlambatan perkembangan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan motorik kasar dan halus (Wiyani, 2014) meliputi: faktor
makanan, pemberian stimulus, kesiapan fisik, jenis kelamin, dan budaya.
Faktor makanan yaitu pemberian makanan sejak anak lahir seperti ASI.
Pemberian stimulus seperti mengajak anak untuk bermain secara rutin
misalnya merangkak, berlari, dan lainnya untuk meningkatkan
keterampilan anak. Kesiapan fisik berarti kesiapan dari anak itu sendiri
baik dari saraf maupun kematangan fisik. Jika anak tersebut sudah dilatih
tetapi belum juga bisa berjalan berarti bisa jadi dikarenakan faktor
kesiapan fisik.
Jenis kelamin juga merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi
perkembangan anak. Jika diperhatikan, anak perempuan lebih suka
melakukan aktivitas yang melibatkan keterampilan motorik halus.
Sebaliknya, anak laki-laki lebih suka melakukan aktivitas yang melibatkan
keterampilan motorik kasar. Selain itu, faktor budaya juga ikut
berpengaruh dan menjadikan kebiasaan seperti anak perempuan tidak
boleh memanjat dan yang boleh hanya anak laki-laki. Hal ini juga bisa
menyebabkan terjadinya keterlambatan perkembangan motorik anak
2. Perkembangan Personal Sosial
Perkembangan personal sosial adalah kemampuan anak untuk
berinteraksi dan beradaptasi di dalam suatu lingkungan (Depkes RI, 2006).
Menurut Allen & Marotz (2010), perkembangan personal sosial anak usia
1 – 3 tahun akan berkembang sesuai usianya. Pada usia 1 tahun, anak akan
cenderung bersikap ramah dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Anak
senang digendong dan dibacakan cerita. Anak juga akan menirukan
tingkah laku orang disekitarnya. Anak akan cenderung menangis bila hal
yang diinginkannya tidak dipenuhi atau saat kelelahan.
Pada usia 2 tahun, anak akan lebih menunjukkan kasih sayangnya
dengan memeluk atau mencium anak-anak lain sebagai tanda empati dan
peduli. Anak sering tidak sabaran untuk menunggu giliran dan sering
menentang dengan berteriak. Anak juga sering melihat dan menirukan
permainan anak lain tetapi jarang mau bergabung serta sering membuat
perintah kepada orang dewasa. Sementara pada usia 3 tahun, anak akan
mengerti bertukar giliran dan akan ikut bergabung dalam permainan
bersama teman. Anak juga menunjukkan kasih sayang kepada anak lain
yang lebih kecil atau yang terluka.
Jika anak tidak bisa melakukan tugas perkembangan sesuai usianya
berarti anak tersebut mengalami keterlambatan perkembangan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya keterlambatan perkembangan
personal sosial (Wiyani, 2014) yaitu: rasa takut anak, rasa cemas anak,
rendah diri, pemalu dan ketidakpatuhan. Rasa takut anak umumnya karena
gelap, takut binatang seperti anjing, takut petir, hantu dan lainnya. Hal ini
wajar akan tetapi jika rasa takut itu sudah berlebihan, maka akan
menimbulkan masalah social pada anak. Selain itu, rasa cemas yang anak
hadapi akan lingkungan sekitar yang terlalu banyak mengkritik, sikap
perfeksionis orang tua dan sikap bebas orang tua. Hal tersebut berdampak
terhadap perkembangan personal sosial anak.
3. Perkembangan bahasa
Kemampuan bahasa merupakan kemampuan untuk memberikan respon
terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan
sebagainya (Depkes RI, 2006). Perkembangan bahasa anak usia 1 – 3
tahun pada umumnya menurut Allen & Marotz (2010): Pada usia 1 tahun,
anak sudah menggunakan satu kata seperti aku, mama, papa, serta berkata
sederhana seperti mana papa cangkirnya. Anak memahami bagian
tubuhnya seperti hidung, telinga, dan kaki.Anak juga mulai merespon
pertanyaan dengan menjawab iya atau tidak.
Pada usia 2 tahun, anak lebih menguasai kosa kata. Anak juga sering
bertanya tentang sesuatu yang dilihatnya. Anak mulai mengatakan
25 kalimat bukan jawaban tidak tetapi misalnya tidak mau susu lagi.
Sementara itu, pada usia 3 tahun, anak akan lebih menguasai banyak kosa
kata. Anak bernyanyi dan berkomentar tentang apa yang dilihatnya. Anak
selalu bertanya dan membuat percakapan berlanjut terus serta menarik
perhatian orang lain terhadap dirinya.
Pada anak yang tidak mencapai tugas perkembangan di atas sesuai
usianya, maka dapat diartikan anak tersebut mengalam keter lambatan
perkembangan bahasa. Menurut Wiyani (2014), hal ini terjadi karena
beberapa faktor antara lain: faktor kesehatan, intelegensi, status sosial
ekonomi keluarga, jenis kelamin dan hubungan keluarga. Faktor kesehatan
anak pada tahun pertama sangat penting. Anak yang sering sakit-sakitan
akan memperbesar kemungkinan untuk terjadinya keterlambatan bahasa.
Orang tua dapat mencegahnya dengan pemberian ASI dan makanan
bergizi serta rutin memeriksakan anak ke dokter.
Tingkat intelegensi akan mempengaruhi perkembangan bahasa jika
intelegensinya normal 26 atau di atas normal maka umumnya
perkembangan bahasanya cepat. Status social ekonomi keluarga yang
miskin lebih banyak menunjukkan keterlambatan perkembangan bahasa
karena perbedaan kecerdasan dan kesempatan belajar. Jenis kelamin pun
mempengaruhi perkembangan bahasa biasanya anak perempuan lebih
cepat perkembangan bahasanya dibandingkan anak laki-laki. Selain itu,
hubungan keluarga seperti sikap orang tua mudah marah, suka
membentak-bentak, kurang perhatian dan kurang memberikan kesempatan
anak untuk belajar juga akan mempengaruhi perkembangan.
D. Stimulus
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak 0-6
tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak
perlu mendapatkan stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada
setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan
ayah atau yang merupakan orang terdekat anak (Depkes, 2012, hlm.15).
Perkembangan kemampuan dasar anak mempunyai pola yang
tetap dan berlangsung secara berurutan, dengan demikian stimulasi yang
diberikan kepada anak dalam rangka merangsang pertumbuhan dan
perkembangan anak dapat diberikan orang tua atau keluarga sesuai dengan
pembagian kelompok umur stimulasi (Depkes, 2012, hlm.15).
Kemampuan anak dirangsang dengan stimulasi terarah pada
kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan
bahasa serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian. Stimulasi yang
dilakukan pada kemampuan gerak kasar pada anak misalnya dengan
mendorong anak untuk bermain bola bersama temannya, permainan
menjaga keseimbangan tubuh, belari, melompat dengan satu kaki, diajari
bermain sepeda, dan sebagainya (Depkes, 2012, hlm.37).
Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan gerak halus pada anak
misalnya menulis namanya, menulis angka-angka, menggambar, berhitung,
berlatih mengingat, membuat sesuatu dari tanah liat atau lilin, bermain
berjualan, belajar mengukur dan lain-lain (Depkes, 2012, hlm.37).
Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan bicara dan bahasa
pada anak misalnya bermain tebak-tebakan, berlatih mengingat -ingat,
menjawab pertanyaan “mengapa?”, mengenal uang logam, mengamati
atau meneliti keadaan sekitanya dan lain-lain (Depkes, 2012, hlm.38).
Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan bersosialisasi dan
kemandirian pada anak misalnya mendorong anak untuk berpakaian
sendiri, menyimpan mainan tanpa bantuan, ajak berbicara tentang apa
yang dirasakan, berkomunikasi dengan anak, berteman dan bergaul,
mematuhi peraturan keluarga dan lain-lain (Depkes, 2012, hlm.39).
E. Gangguan Tu,buh Kembang
Gangguan tumbuh kembang adalah kondisi individu mengalami
gangguan kemampuan bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kelompok
usia. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Gangguan tumbuh kembang adalah kegagalan untuk tumbuh dan
berkembang dimana sebenarnya anak tersebut lahir dengan cukup bulan, akan
tetapi dalam pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya mengalami
kegagalam dalam pertumbuhan fisik dengan malnutrisi dan retardasi
perkembangan social atau motorik. (Hidayat, 2012).
F. Skrining atau pemeriksaan perkembangan anak
1. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Tujuan skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan
KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan. Jadwal skrining atau pemeriksaan KPSP rutin adalah
pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72
bulan. Skrining atau pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan,
guru TK dan petugas PAUD terlatih. Alat atau instrumen yang
digunakan adalah formulir KPSP menurut umur, alat bantu pemeriksaan
berupa pensil, kertas, bola tenis, bola besar dan kubus (Depkes, 2012,
hlm 52).
Cara penggunaan KPSP yaitu :
a. Pada waktu pemeriksaan atau skrining anak harus dibawa.
b. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun
anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan jadi 1 bulan.
c. setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur
anak.
d. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu : pertanyaan yang
dijawab oleh ibu atau pengasuh anak, dan perintah kepada ibu
atau pengasuh anak untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada
KPSP (Depkes, 2012, hlm 52).
2. DDST
DDST adalah salah satu metode screening terhadap kelainan
perkembangan anak. Tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ.
(Soetjiningsih, 1998).
DDST digunakan untuk menaksir perkembangan personal sosial,
motorik halus, bahasa dan motorik kasar pada anak umur 1 bulan sampai 6
tahun.
Dalam DDST terdapat 125 tugas-tugas perkembangan dimana
semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan
dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan,
yang meliputi :
a. Personal Social (Perilaku Sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungannya, seperti:
1) Menatap muka
2) Membalas senyum pemeriksa
3) Tersenyum spontan
4) Mengamati tangannya
5) Berusaha menggapai mainan
6) Makan sendiri
7) Tepuk tangan
8) Menyatakan keinginan
9) Daag-daag dengan tangan
10) Main bola dengan pemeriksa
11) Menirukan kegiatan
12) Minum dengan cangkir
13) Membantu di rumah
14) Menggunakan sendok dan garpu
15) Membuka pakaian
16) Menyuapi boneka
17) Memakai baju
18) Gosok gigi dengan bantuan
19) Cuci dan mengeringkan tangan
20) Menyebut nama teman
21) Memakai T-shirt
22) Berpakaian tanpa bantuan
23) Bermain ular tangga / kartu
24) Gosok gigi tanpa bantuan
25) Mengambil makan
b. Fine Motor Adaptive (Gerakan Motorik Halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan dalam:
1) Mengikuti ke garis tengah
2) Mengikuti lewat garis tengah
3) Memegang icik-icik
4) Mengikuti 1800
5) Mengamati manik-manik
6) Tangan bersentuhan
7) Meraih
8) Mencari benang
9) Menggaruk manik-manik
10) Memindahkan kubus
11) Mengambil dua buah kubus
12) Memegang dengan ibu jari dan jari
13) Membenturkan 2 kubus
14) Menaruh kubus di cangkir
15) Mencoret-coret
16) Ambil manik-manik ditunjukkan
17) Menara dari 2 kubus
18) Menara dari 4 kubus
19) Menara dari 6 kubus
20) Meniru garis vertical
21) Menara dari kubus
22) Menggoyangkan dari ibu jari
23) Mencontoh O
24) Menggambar dengan 3 bagian
25) Mencontoh (titik)
26) Memilih garis yang lebih panjang
27) Mencontoh ð yang ditunjukkan
28) Menggambar orang 6 bagian
29) Mencontoh ð
C. Language (Bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan yang meliputi :
1. Bereaksi
2. Bersuara
3. Oooo ? Aaaah
4. Tertawa
5. Berteriak
6. Menoleh ke bunyi icik-icik
7. Menoleh ke arah suara
8. Satu silabel
9. Meniru bunyi kata-kata
10. Papa/mama tidak spesifik
11. Kombinasi silabel
12. Mengoceh
13. Papa/mama spesifik
14. 1 kata
15. 2 kata
16. 3 kata
17. 6 kata
18. Menunjuk 2 gambar
19. Kombinasi kata
20. menyebut 1 gambar
21. Menyebut bagian badan
22. Menunjuk 4 gambar
23. Bicara dengan dimengerti
24. Menyebut 4 gambar
25. Mengetahui 2 kegiatan
26. Mengerti 2 kata sifat
27. Menyebut satu warna
28. Kegunaan 2 benda
29. Mengetahui
30. Bicara semua dimengerti
31. Mengerti 4 kata depan
32. Menyebut 4 warna
33. Mengartikan 6 kata
34. Mengetahui 3 kata sifat
35. Menghitung 6 kubus
36. Berlawanan 2
37. Mengartikan 7 kata
D. Gross Motor (Gerak Motorik Kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh,
meliputi kemampuan dalam:
1. Gerakan seimbang
2. Mengangkat kepala
3. Kepala terangkat ke atas
4. Duduk kepala tegak
5. Menumpu badan pada kaki
6. Dada terangkat menumpu satu lengan
7. Membalik
8. Bangkit kepala tegak
9. Duduk tanpa pegangan
10. Berdiri tanpa pegangan
11. Bangkit waktu berdiri
12. Bangkit terus duduk
13. Berdiri 2 detik
14. Berdiri sendiri
15. Membungkuk kemudian berdiri
16. Berjalan dengan baik
17. Berjalan dengan mundur
18. Lari
19. Berjalan naik tangga
20. Menendang bola ke depan
21. Melompat
22. Melempar bola, lengan ke atas
23. Loncat
24. Berdiri satu kaki 1 detik
25. Berdiri satu kaki 2 detik
26. Melompat dengan satu kaki
27. Berdiri satu kaki 3 detik
28. Berdiri satu kaki 4 detik
29. Berjalan tumit ke jari kaki
30. Berdiri satu kaki 6 detik
DAFTAR PUSTAKA
Andriana, D. (2017). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak (2nd ed.,
p. 162). Salemba Medika.
Dewi, R. C., Oktiawati, A., & Saputri, L. D. (2015). Teori & Konsep Tumbuh
Kembang: Bayi, Toddler, Anak, dan Usia Remaja (1st ed.). Nuha Medika.
Dewi, R. C., Oktiawati, A., & Saputri, L. D. (2015). Teori & Konsep Tumbuh
Kembang: Bayi, Toddler, Anak, dan Usia Remaja (1st ed.). Nuha Medika.
Handayani, D. S., Sulastri, A., Mariha, T., & Nurhaeni, N. (2017). Penyimpangan
Tumbuh Kembang Anak dengan Orang Tua Bekerja. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 20(1), 48–55. https://doi.org/10.7454/jki.v20i1.439
Listihana, E. F. (201 9). Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang
Stimulasi Perkembangan Dengan Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah.
57– 59.

Anda mungkin juga menyukai