Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PERIOPERATIF

Pendidikan Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah


Laporan Pendahuluan Kasus di Ruang OK
RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat 2024

oleh

Nama : Sulistia Kartika., S. Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAMZAR
LOMBOK TIMUR - NTB
2024
LAPORAN PENDAHULUAN
PERIOPERATIF
A. Konsep Perioperatif
1) Definisi Keperawatan Perioperatif
Keperawatan perioperatif adalah praktik keperawatan yang akan
dilakukan secara berkesinambungan sejak keputusan untuk operasi
diambil hingga sampai ke meja pembedahan, dan berakhir di ruang rawat
post operasi. (Maryunani, 2015). Keperawatan perioperatif merupakan
bagian dari ilmu medis yang tidak lepas dari ilmu bedah. Dengan
demikian, ilmu bedah yang semakin berkembang akan memberikan
implikasi pada perkembangan keperawatan perioperatif (Muttaqin, 2010).
2) Tahap-Tahap Keperawatan Perioperatif
Keperawatan perioperatif terbagi atas beberapa tahap yang saling
berkesinambungan, tahap tersebut terdiri dari tahap praoperatif,
intraopratif, dan pasca operatif (Maryunani, 2015).
a) Tahap Praoperatif
Fase praoperatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi diambil
hingga sampai ke meja pembedahan, tanpa memandang riwayat atau
klasifikasi pembedahan. Praoperasi bisa dimulai sejak pasien berada
dibagian rawap inap, poliklinik, bagian bedah sehati, atau di unit
gawat darurat yang kemudian dilanjutkan kamar operasi oleh perawat
praoperatif.
b) Tahap Intraoperatif
Fase intraoperatif adalah suatu masa dimana psien sudah berda di
meja pembedahan sampai ke ruang pulih sadar.
c) Tahap Pascaopratif
Pasca operasi adalah tahap akhir dari keperawatan perioperatif.
Selama tahap ini proses keperawatan diarahkan pada upaya untuk
menstabilkan kondisi pasien. Bagi perawat perioperatif perawatan
pasca operasi dimulai sejak pasien dipindahkan ke ruang pemulihan
sampai diserah- terimakan kembali kepada perawat ruang rawat inap
atau ruang intensif.
3) Peran dan Tugas Team dalam Perioperatif
a) Ahli Bedah
Ahli bedah adalah dokter yang melakukan prosedur pembedahan,
dokter bedah bisa menjadi dokter utama pasien dengan cara dipilih
oleh dokter sesuai masalah pasien atau pun pasien sendiri yang
memilih tetapi harus kompeten dalam permasalahan pasien.
b) Asisten Ahli Bedah
Asisten bedah adalah asisten yang ahli bedah bisanyanya dokter yang
berfungsi sebagai peran pembantu ahli bedah selam prosedur
pembedahan.
c) Perawat Instrumen (scrub nurse)
Perawat instrumen adalah seorang tenaga perawat profesional yang
diberi wewenang dan ditugaskan dalam mengelola asket alat
pembedahan selama tindakan pembedahan berlangsung.
d) Perawat Sirkuler
Perawat sirkuler adalah tenaga perawat profesional yang diberi
wewenang dan tanggungjawab membantu kelancaran pelaksanaan
tindakan pembedahan
e) Ahli Anestesi
Ahli anestesi adalah tenaga keperawtan profesional yang diberi
wewenang dan tanggungjawab dalam membantu terselenggaranya
pelaksanaan tindakan pembiusan di kamar operasi
4) Etika Kerja dan Sikap Petugas di Kamar Operasi
Etika kerja petugas di kamar operasi :
a. Setiap petugas / profesi yang bertugas di kamar operasi harus
memiliki dan melaksanakan etika kerja yang seharusnya ditaati.
b. Etika kerja di kamar opersi merupakan nilai-nilai / norma tentang
sikap perilaku/budaya yang baik yang telah disepakati oleh masing-
masing kelompok profesi di kamar operasi
c. Anggota tim melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya dengan
baik serta penuh kesadaran terhadap pasoien keluarga (Maryunani,
2015)
Sikap petugas di kamar operasi antara lain :
- Caring yaitu penuh perhatian terhadap klien
- Conscience (penuh kesadaran) yaitu memiliki pengetahuan atau
hal baik dan benar. Moral judgement yang menjaga seseorang dari
melanggar prinsip-prinsip etik seseorang
- Disiplin, suatu perilaku yang mengembangkan pengendalian diri
atau taat aturan dan efisiensi
- Teknik merupakan metode atau prosedur dalam menciptakan
karya yang artistik atau melakukan tindakan yang ilmiah dan
mekanis
5) Klasifikasi Prosedur Operasi
Tabel 1.1 Klasifikasi Prosedur Operasi
No Kategori Operasi Definisi Contoh Karakteristik
Pembedahan
1 Operasi bersih Kontaminasi end Herniorafi Dilakukan pada daerah
(clean) ogenminimal, luka tanpa radang, tidak
tidak terinfeksi membuka saluran
nafas, orofaring
2 Operasi bersih Kontaminasi bakt Appendiktomi operasi membuka
terkontaminasi (cle eri dapat terjadi dari saluran nafas, cerna,
an contaminated) sumber endogen kemih dan reproduksi
3 Operasi terkont kontaminasi telah Perbaikan operasi pada luka
aminasi terjadi trauma baru, terbuka lebih dari 6
(contaminated) terbuka jam kejadian
4 Oprasi kotor dan ter Dijumpai infeksi, Drainase abses Operasi pada luka yang
infeksi (dirtyinfecti jaringan mati atau melewati golden period
us) kontaminasi atau terdapat jaringan
mikroba non vital yang luas
Sumber : Maryunani, 2015
B. Asuhan Keperawatan Perioperatif
1. Definisi Asuhan Keperawatan Perioperatif
Keperawatan perioperatif tidak lepas dari salah satu ilmu medis
yaitu ilmu bedah. keperawatan perioperatif terdiri dari beberapa fase,
diantaranya pre, intra, dan post operatif. Asuhan keperawatan perioperatif
merupakan asuhan keperawatan yang dilakukan secara
berkesinambungan, asuhan keperawatan dimulai dari praoperatif dibagian
rawat inap, poliklinik, unit gawat darurat yang kemudian dilanjutkan di
kamar operasi oleh perawat perioperatif hingga pasien di operasi
(intraoperatif) kemudian dilakukan pemulihan diruang pemulihan sampai
dengan pemantauan kondisi pasien membaik yang dilakukan di ruang
rawat inap (pasca operasi) (Muttaqin (2010).
2. Pengkajian Keperawatan Perioperatif
Pengkajian dilakukan untuk menggali permasalahan pada pasien
sehingga perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai dengan kondisi
pasien (Muttaqin, 2010).
a. Pengkajian praoperatif
Pengkajian pada fase praoperatif dilakukan untuk menggali
permasalahan pada pasien sehingga perawat dapat melakukan
intervensi dan evaluasi pre operatif dengan cepat dan tanggap.
Pengkajian adalah langkah pertama proses keperawatan serta disusun
agar perawat dan klien dapat merencenakan hasil pasca operasi yang
optimal (Hipkabi, 2014).
Pengkajian praoperatif pada kondisi klinik terbagi atas 2 bagian
yaitu: pengkajian komprehensif yang dilakukan perawat pada bagian
rawap inap, poliklinik, dan unit gawat darurat, pengkajian klarifikasi
ringkas dilakukan oleh perawat perioperatif di kamar operasi
(Muttaqin, 2010).
Pengkajian praoperatif terdiri dari beberapa pengkajian diantaranya :
- Pengkajian umum meliputi: identitas pasien dan persetujuan
operasi(informed consent).
- Riwayat kesehatan meliputi: penyakit yang pernah diderita (lama
hemoroid dan jumlah sakit hemoroid), riwayat alergi, skala nyeri
- Psikososial meliputi: kecemasan, citra diri, pengetahuan, persepsi
dan pemahaman terhadap hemoroid
- Pemeriksaan fisik meliputi: tingkat kesadaran, tanda-tanda vital
danhead to toe (terutama pada bagian anus dan genitalia)
- Pengkajian diagnostik meliputi: pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaaan echocardiography.
b. Pengkajian fase intraoperatif
Pengkajian yang dilakukan oleh perawat intraopertif lebih
kompleks dan harus dilakukan secara cepat dan ringkas agar dapat
segera dilakukan tindakan keprawatan yang sesuai sehingga kejadian
pada pasien baik yang bersifat resiko maupun aktual dapat teratasi
(Muttaqin, 2010).
Pengkajian yang dilakukan intraoperatif meliputi :
- validasi identitas
- proses keperawatan pemberian anestesi dan prosedur pembedahan,
konfirmasi kelengkapan data penunjang laboratorium dan radiolog
c. Pengkajian pasca operatif
Pengkajian pascaoperasi dilakukan sejak pasien mulai
dipindahkan dari kamar operasi ke ruang pemulihan pengkajian
meliputi :
- Pengkajian Respirasi
- Pengkajian Sirkulasi
- Suhu Tubuh
- Kondisi Luka, Nyeri
- Gastrointestinal dan Genitourinar
- Cairan Dan Elektrolit
- Dan Keamanan Peralatan (Muttaqin, 2010)
3. Diagnosa Keperawatan Perioperatif
Diagnosa keperawatan yaitu menentukan arah perawatan yang akan
diberikan pada satu atau seluruh tahap pembedahan. Diagnosa
keperawatan digolongkan berdasarkan karakteristik tertentu yang
diperoleh selama pengkajian (Muttaqin, 2010).
a. Pre Operatif
Diagnosa keperawatan berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (2018) yang lazim muncul pada fase pre operatif antara
lain:
- Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaprnya
informasi (SDKI, 2018)
b. Intra Operatif
Diagnosa keperawatan berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (2018) yang lazim muncul pada fase intraoperatif antara
lain:
- Risiko perdarahan dibuktikan dengan tindakan pembedahan
- (SDKI, 2018)
c. Post Operatif
Diagnosa keperawatan berdasar kan Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (2018) yang lazim muncul pada fase pre operatif antara
lain:
- Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik
- (SDKI, 2018)

4. Intervensi Keperawatan Perioperatif


Intervensi keperawatan adalah segala jenis treatment yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaianklinis untukmencapai luaran (outcome) yang diharapkan.
Intervensi keperawatan untuk diagnosa yang mucul pada fase pre,intra
dan post operatif berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(2018) meliputi :

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan pada fase pre,intra dan post operatif
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan (SIKI,2018)
Keperawatan (SLKI, 2019)
(SDKI, 2017)
Pra Operasi
1 Nyeri akut Setelah dilkukan asuhan Manajemen Nyeri (1.08238)
berhubungan keperawatan, diharapkan Observasi :
dengan agen tingkat nyeri menurun, 1) Identifikasi lokasi, karakteristik,
pencidera fisik kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
(D.0077). 1) Keluhan nyeri nyeri.
menurun. 2) Identifikasi skala nyeri.
2) Meringis menurun. 3) Identifikasi nyeri non verbal.
3) Sikap protektif 4) Identifikasi faktor yang
menurun. memperberat dan memperingan
4) Gelisah menurun. nyeri.
5) Kesulitan tidur 5) Identifikasi pengetahuan dan
menurun. keyakinan tentang nyeri.
6) Frekuensi nadi 6) Identifikasi pengaruh budaya
membaik. (L.08066) terhadap respon nyeri.
7) Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup.
8) Monitor efek samping penggunaan
analgetik.
Teraupetik :
1) Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri, misal:
TENS (Transcutaneous Electrical
Nerve Stimulation), hipnosis,
akupresure, terapi musik,
biofeedback ,terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin).
2) Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri misal : suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan.
3) Fasilitasi istirahat dan tidur.
4) Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri .
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri.
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri.
3) Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
4) Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat.
5) Ajarkan eknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.

2. Ansietas Setelah dilakukan asuhan Reduksi Ansietas (1.09314)


berhubungan keperawatan, diharapkan Observasi
dengan krisis ansietas menurun, 1) Identifikasi saat tingkat ansietas
situasional kriteria hasil: berubah (mis.kondisi, waktu,
(D.0080) 1) Verbalisasi stressor.
kebingungan 2) Identifikasi kemampuan mengambil
menurun. keputusan.
2) Verbalisasi khawatir 3) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal
akibat kondisi yang dan nonverbal)
dihadapi menurun. Terapeutik
3) Perilaku gelisah 1) Ciptakan suasana terapeutik untuk
menurun. menumbuhkan kepercayaan.
4) Perilaku tegang 2) Temani pasien untuk mengurangi
menurun. kecemasan, jika memungkinkan.
5) Konsentrasi 3) Pahami situasi yang membuat
membaik. ansietas dengarkan dengan penuh
6) Pola tidur membaik. perhatian.
(L.09093). 4) Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan.
5) Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan.
6) Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan.
7) Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan datang.
Edukasi
1) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami.
2) Informasikan secara faktual
mengenai diagnois, pengobatan, dan
prognosis.
3) Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu.
4) Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan.
5) Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi.
6) Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan.
7) Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat.
8) Latih relaksasi.
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat
antlansietas, jika perlu.
3. Defisit Setelah dilakukan asuhan Edukasi Kesehatan (1.12383)
pengetahuan keperawatan, diharapkan Observasi
berhubungan pengetahuan membaik, 1) Identifikasi kesiapan dan
dengan kurang kriteria hasil: kemampuan menerima informasi.
terpaparnyainfor 1) Perilaku sesuai 2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat
masi (D.0111). anjuran meningkat. meningkatkan dan menurunkan
2) Verbalisasi minat motivasi perilaku hidup bersih dan
belajar meningkat. sehat. Teraupetik
3) Kemampuan 3) Sediakan materi dan media
menjelaskan suatu pendidikan kesehatan.
topik meningkat. 4) Jadwalkan pendidikan kesehatan
4) Kemampuan sesuai kesepakatan.
menggambar-kan 5) Berikan kesempatan untuk bertanya.
kejadian sebelumnya Edukasi
sesuai topik 1) Jelaskan faktor resiko yang dapat
meningkat mempengaruhi kesehatan.
5) Perilaku sesuai 2) Ajarkan perilaku hidup dan sehat.
pengetahuan 3) Ajarkan strategi yang dapat
meningkat. digunakan untuk meningkatkan
6) Pertanyaan tentang perilaku hidup bersih dan sehat.
masalah yang
dihadapi menurun.
7) Persepsi yang keliru
terhadap masalah
menurun. (L.12111).
Intra Operasi
1. Risiko cedera Setelah dilakukan asuhan ManajemenKeselamatan Lingkungan
dibuktikan keperawatan, diharapkan (1.14513).
dengan tingkat cedera menurun, Observasi :
pengaturan kriteria hasil: 1) Identifikasi kebutuhan keselamatan
posisi bedah dan 1) Kejadian luka/lecet (mis, kondisi fisik, fungsi kognitif
trauma prosedur menurun (L.14136). dan riwayat prilaku).
pembedahan 2) Monitor perubahan status
(D.0136). keselamatan lingkungan. Terapeutik
3) Hilangkan bahaya keselamatan
lingkungan (mis, fisik, biologi, dan
kimia), jika memungkinkan.
4) Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bahaya dan risiko.
5) Sediakan alat bantu keamanan
lingkungan (mis. commode chair
dan pegangan tangan).
6) Gunakan perangkat pelindung (mis,
pengekangan isik, rel amping, pintu
terkunci, pagar).
7) Hubungi pihak berwenang sesuai
polisi, damkar).
8) Fasilitasi relokasi ke lingkungan
yang aman.
9) Lakukan program skrining bahaya
lingkungan (mis. timbal).
Edukasi
1) Ajarkan individu, keluarga dan
kelompok risiko tinggi bahaya
lingkungan.
2. Risiko Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Perdarahan (1.02067)
perdarahan keperawatan, diharapkan Observasi
dibuktikan tingkat perdarahan 1) Monitor tanda dan gejala
dengan tindakan menurun, kriteria hasil: perdarahan.
pembedahan 1) Kelembapan 2) Monitor nilai
(D.0012). membran mukosa hematokrit/hemoglobin sebelum dan
meningkat. setelah kehilangan darah.
2) Kelembapan kulit 3) Monitor tanda-tanda vital ortostatik.
meningkat. 4) Monitor koagulasi (mis.
3) Hemoptisis menurun Prothrombin time (PT), partial
4) Hematuria menurun. thromboplastin time (PTT),
5) Hemoglobin fibrinogen, degradasi fibrin dan/atau
membaik. platelet). Terapeutik
6) Hematokrit membaik. 5) Pertahankan bed rest selama
(L.02017) perdarahan.
6) Batasi tindakan invasif, jika perlu.
7) Gunakan kasur pencegah dekubitus
Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan.
2) Anjurkan menggunakan asupan
cairan untuk menghindari konstipasi.
3) Anjurkan menghindari aspirin atau
antikoagulan.
4) Anjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K.
5) Anjurkan segera melapor jika terjadi
perdarahan.
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika perlu.
2) Kolaborasi pemberian produk darah,
jika perlu.
3) Kolaborasi pemberian pelunak tinja,
jika perlu
Post Operasi
1. Risiko Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipotermia (1.14507)
hipotermia keperawatan, diharapkan Observasi
perioperatif termoregulasi membaik, 1) Monitor suhu tubuh.
dibuktikan kriteria hasil: 2) Identifikasi penyebab hipotermia
dengan terpapar - Menggigil menurun. (mis. terpapar suhu lingkungan
suhu ruangan - Suhu tubuh membaik rendah, pakaian tipis, kerusakan
rendah (D.0141) - Suhu kulit membaik hipotalamus, penurunan laju

(L. 14134) metablisme, kekurangan subkutan).


3) Monitor tanda dan gejala akibat
hipotermia (hipotermia ringan:
takipnea, disatria, menggigil,
hipertensi, diuresis; hipotermia
sedang: aritmia, hipotensi, apatis,
koagulopati, reflek menurun;
hiptermia berat: oliguria, refleks
menghilang, edema paru, asam-basa
abnormal).
Terapeutik
4) Sediakan lingkungan yang hangat
(mis. atur suhu ruangan, inkubator).
5) Ganti pakaian dan/atau linen yang
basah.
6) Lakukan penghangatan aktif
eksternal (mis. kompres hangat,
kompres botol hangat, selimut
hangat, perawatan metode kangguru)
7) Lakukan penghangatan aktif internal
(mis. infus cairan hangat, oksigen
hangat, lavase peritoneal dengan
cairan hangat).
Edukasi
8) Anjurkan minum/makan hangat.
2. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (1.08238)
berhubungan keperawatan, diharapkan Observasi :
dengan agen tingkat nyeri menurun, 1) Identifikasi lokasi, karakteristik,
pencidera fisik kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
(D.0077). 1) Keluhan nyeri nyeri.
menurun. 2) Identifikasi skala nyeri. - Identifikasi
2) Meringis menurun. nyeri non verbal
3) Sikap protektif 3) Identifikasi faktor yang
menurun. memperberat dan memperingan
4) Gelisah menurun. nyeri.
5) Kesulitan tidur 4) Identifikasi pengetahuan dan
menurun. keyakinan tentang nyeri.
6) Frekuensi nadi 5) Identifikasi pengaruh budaya
membaik. (L.08066) terhadap respon nyeri.
6) Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup.
7) Monitor efek samping penggunaan
analgetik.
Teraupetik :
8) Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri, misal:
TENS (Transcutaneous Electrical
Nerve Stimulation), hipnosis,
akupresure, terapi musik,
biofeedback ,terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin).
9) Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri misal : suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan.
10) Fasilitasi istirahat dan tidur.
11) Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri .
Edukasi
12) Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri.
13) Jelaskan strategi meredakan nyeri.
14) Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
15) Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat.
16) Ajarkan eknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
17) Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.

5. Implementasi Keperawatan Perioperatif


Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan
oleh perawat. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan
implementasi intervensi dilaksanakan sesuai rencana setelah dilakukan
validasi, penguasaan kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal,
intervensi harus dilakukan dengan cermat dan ifisien pada situasi yang
tepat, keamanan fisik dan fisiologi dilindungi dan didokumentasi
keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Muttaqin, 2010).
6. Evaluasi Keperawatan Perioperatif
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan. hal-hal yang dievaluasi adalah
keakuratan, kelengkapan dan kualitas data, teratasi atau tidak masalah
klien, mencapai tujuan serta ketepatan intervensi keperawatan (Muttaqin,
2010)
DAFTAR PUSTAKA
HIPKABI. (2014). Buku Keterampilan Dasar Bagi Perawat Kamar Bedah.
Jakarta: Hipkabi Press.
Maryunani, A. 2015. Asuhan Keperawatan Perioperatif-Pre Operasi. Jakarta:
Trans Info Media.
Muttaqin, A., & Sari, K. 2010. Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta:
Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperaatan. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definis dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat
PPNI

Anda mungkin juga menyukai