Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA CEREBRAL PALSY

DI RUANG ANAK RSUD DR. R. SOEDJONO SELONG LOMBOK

TIMUR-NTB

Disusun Oleh :

Zeadatul Azizah, S. Kep

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR

LOMBOK TIMUR

2023
LAPORAN PENDAHULUHAN
SEPSIS

A. Landasan Teori

1. Pengertian
Sepsis adalah bentuk paling umum syok distrtif dan disebabkan oleh
infeksi yang menyebar luas.
Meski telah terjadi peningkaan kecanggihan dari terapi antibiotik
insiden syok sepsis terus meningkat selama 50 tahun terakhir dengan
angka kematian berkisar antara 40%-90% dan syok sepsis merupakan
penyebab kematian utama dalam unit perawatan intensif.

2. Etiologi
Mikroorganisme penyebab yang paling umum dari syok sepsis adalah
bakteri gram-negatif. Namun demikian, agen infeksius lain seperti gram
positif dan virus juga dapat menyebabkan syok sepsis. Ketika
mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan menunjukkan
suatu respon imun. Respon imun ini membangkitkan aktivitas berbagai
mediator kimiawi yang mempunyai berbagai efek yang mengarah pada
syok. Peningkatan permeabilitas kapiler, yang mengarah pada pembesaran
cairan dari kapiler dan vasodilatasi adalah dua efek tersebut.

3. Anatomi Fisiologis
a. Eritrosit (Sel Darah Merah)
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berhenti,
ukurannya kirakira 8 m, tidak dapat bergerak, banyaknya kira-kira 5
juta dalam mm3.Fungsi dari eritrosit adalah mengikat CO2 dari
jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paruparu. Eristrosit di buat
dalam sumsum tulang, limpa dan hati, yang kemudian akan beredar
keseluruh tubuh selama 14-15 hari, setelah itu akan mati. Eritrosit
berwarna kuning kemerahan karena didalamnya mengandung suatu zat
yang disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika
didalamnya banyak mengandung O2
Hemoglobin adalah protein yang terdapat pada sel darah merah.
Berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari Paru-Paru dan dalam
peredaran darah untuk dibawa ke jaringan dan membawa karbon
dioksida dari jaringan tubuh ke Paru-Paru. Hemoglobin mengandung
kira-kira 95% Besi ( Fe ) dan berfungsi membawa oksigen dengan cara
mengikat oksigen menjadi Oksihemoglobin dan diedarkan keseluruh
tubuh untuk kebutuhan metabolisme. Disamping Oksigen, hemoglobin
juga membawa Karbondioksida dan dengan Karbon monooksida
membentuk ikatan Karbon Monoksihemoglobin (HbCO), juga
berperan dalam keseimbangan ph darah. Sintesis hemoglobin terjadi
selama proses Eritropoisis, pematangan sel darah merah akan
mempengaruhi fungsi hemoglobin. Proses pembentukan sel darah
merah ( Eritropoeisis) pada orang dewasa terjadi di sumsum tulang
seperti pada tulang tengkorak, vertebra, pelvis, sternum, iga, dan epifis
tulang-tulang panjang. Pada usia 0-3 bulan intrauterine terjadi pada
yolk sac, pada usia 3-6 bulan intrauterine terjadi pada hati dan limpa.
Dalam proses pembentukan sel darah merah membutuhkan bahan zat
besi, vitamin B12, asam folat, vitamin B6 ( piridoksin ), protein dan
faktor lain. Kekurangan salah satu unsur diatas akan mengakibatkan
penurunan produksi sel darah sehingga mengakibatkan Anemia yang
ditandai dengan Kadar hemoglobin yang rendah/kurang dari normal
(Tambajon, 2016).
b. Leukosit (Sel Darah Putih)
Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak
dengan perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai bermacam-
macam inti sel sehingga dapat dibedakan berdasar inti sel. Leukosit
berwarna bening (tidak berwarna), banyaknya kira-kira 4.000-
11.000/mm3. Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh, yaitu
membunuh dan memakan bibit penyakit atau bakteri yang masuk ke
dalam tubuh jaringan RES (Retikulo Endotel Sistem). Fungsi yang
lain yaitu sebagai pengangkut, dimana leukosit mengangkut dan
membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa ke pembuluh
darah. Sel leukosit selain didalam pembuluh darah juga terdapat di
seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit
disebabkan karena kemasukan kuman atau infeksi maka jumlah
leukosit yang ada dalam darah akan meningkat.
c. Plasma Darah
Bagian darah encer tanpa sel-sel darah warna bening kekuningan
hampir 90% plasma darah terdiri dari :
1) Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah.
2) Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-
lain yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan
osmotik)
3) Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas
darah dan juga menimbulkn tekanan osmotik untuk memelihara
keseimbangan cairan dalam tubuh.
4) Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin).
Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh

4. Patofisiologi
Syok sepsis dibagi menjadi dua fase yang berbeda yaitu :
a. Fase Hangat (hiperdinamik)
Fase ini mereupakan fase pertama dari syok sepsis yang
ditandai dengan tingginya curah jantung dan vasodilatasi. Pasien
menjadi sangat panas atau hipertermik dengan kulit hangat kemerahan.
Frekuensi jantung dan pernafasan meningkat. Haluaran urin apat
meningkat atau tetap dalam kadar normal Status gastrointestinal
mungkin terganggu seperti yang dktikan oleh mual, muntah, atau
diare.
b. Fase Dingin (hipodinamik)
Fase ini merupakan fase lanjut dari syok sepsis/ pada fase ini di
tandai dengan curah jantung yang rendah dengan vasokonstriksi yang
mencerminkan upaya tubuh untuk mengkompensasi hipovolemia yang
disebabkan oleh kehilangan volume intravaskular melalui kapiler.
Pada fase ini tekanan darah pasien menurun, dan kulit dingin serta
pucat. Suhu tubuh mungkin normal atau dibawah normal. Frekuensi
jantung dan pernafasan tetap cepat. Pasien tidak lagi membentuk urin
dan dapat terjadi kegagalan organ multiple.

5. Manifestasi Klinis
a. Umum : demam , menggigil, leleh ,malaise , dan gelisah .
b. Saluran cerna : distensi abdomen ,anoreksia , muntah dan diare.
c. Saluran pernafasan : apsnea ,dipsnea, sianosis .
d. System kardiovaskuler : pucat,hipotensi bradikardi.
e. Hematologi: ikterus, pucat.

6. Pemeriksaan Penunjang
Pengobatan terbaru syok sepsis mencakup mengidentifikasi dan
mengeliminasi penyebab infeksi yaitu dengan cara pemeriksaan-
pemeriksaan yang antara lain:
a. Kultur (luka, sputum, urin, darah) yaitu untuk mengidentifikasi
organisme penyebab sepsis. Sensitifitas menentukan pilihan obat yang
paling efektif.
b. SDP : Ht Mungkin meningkat pada status hipovolemik karena
hemokonsentrasi. Leucopenia (penurunan SDB) terjadi sebalumnya,
diikuti oleh pengulangan leukositosis (1500-30000) d4engan
peningkatan pita (berpindah kekiri) yang mengindikasikan produksi
SDP tak matur dalam jumlah besar.
c. Elektrolit serum: Berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan
menyebabkan asidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi
ginjal.
d. Trombosit : penurunan kadar dapat terjadi karena agegrasi trombosit
e. PT/PTT : mungkin memanjang mengindikasikan koagulopati yang
diasosiasikan dengan hati/ sirkulasi toksin/ status syok.
f. Laktat serum : Meningkat dalam asidosis metabolik, disfungsi hati,
syok
g. Glukosa Serum : hiperglikenmio yang terjadi menunjukkan
glikoneogenesis dan glikonolisis di dalam hati sebagai respon dari
puasa/ perubahan seluler dalam metabolisme
h. BUN/Kreatinin : peningkatan kadar diasosiasikan dengan dehidrasi,
ketidakseimbangan atau kegagalan ginjal, dan disfungsi atau
kegagalan hati.
i. GDA : Alkalosis respiratosi dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya.
Dalam tahap lanjut hipoksemia, asidosis respiratorik dan asidosis
metabolik terjadi karena kegagalan mekanisme kompensasi
j. EKG : dapat menunjukkan segmen ST dan gelombang T dan
distritmia menyerupai infark miokard

7. Penatalaksanaan
Menurut Ivan Aristo (2019).
a. Antibiotik Spektrum Luas (Rekomendasi kuat, bukti penelitian
Sedang)
Pemberian antibiotik spektrum luas sangat direkomendasikan
pada manajemen awal pemilihan antibitiotik disesuaikan dengan
bakteri empirik yang ditemukan.
Pemberian kemoterapi antimikroba harus dimulai secepatnya
setelah darah dan spesimen lainnya dikultur. Apabila hasil
pemeriksaan kultur belum didapatkan, maka dapat dilakukan terapi
empirik yang efektif melawan bakteri gram positif dan negatif.
b. Cairan Intravena (Rekomendasi kuat, bukti penelitian Lemah)
Pemberian cairan merupakan terapi awal resusitasi pasien
sepsis, atau sepsis dengan hipotensi dan peningkatan serum laktat.
Cairan resusitasi adalah 30 mg/kgBB cairan kristaloid; tidak ada
perbedaan manfaat antara koloid dan kristaloid.4 Pada kondisi tertentu
seperti penyakit ginjal kronis, dekompensasi kordis, harus diberikan
lebih hati –hati
8. Komplikasi
a. Meningitis
b. Hipoglikemi
c. Aasidosis
d. Gagal ginjal
e. Disfungsi miokard
f. Perdarahan intra cranial
g. Icterus
h. Gagal hati
i. Disfungsi system saraf pusat
j. Kematian
k. Sindrom distress pernapasan dewasa (ARDS)
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Anak dengan Penyakit Infeksius
Sepsis

1. Pengkajian
a. Pengakjian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data
yang perlu dikaji adalah :
1) Sosial ekonomi
2) Riwayat perawatan antenatal
3) Ada/tidaknya ketuban pecah dini
4) Partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus)
5) Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi atau tempat
lain
6) Riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia,
gonorea, dll)
7) Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita
penyakit infeksi (mis, taksoplasmosis, rubeola, toksemia
gravidarum dan amnionitis)
b. Pada pengkajian fisik ada yang akan ditemukan meliputi :
1) Letargi (khususnya setelah 24 jam pertama)
2) Tidak mau minum/reflek menghisap lemah
3) Regurgitasi
4) Peka rangsang
5) Pucat
6) Hipotoni
7) Hiporefleksi
8) Gerakan putar mata
9) BB berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis
10) Sianosis
11) Gejala traktus gastro intestinal (muntah, distensi abdomen atau
diare)
12) Hipotermi
13) Pernapasan mendengkur bardipnea atau apenau
14) Kulit lembab dan dingin
15) Pucat
16) Pengisian kembali kapiler lambar
17) Hipotensi
18) Dehidrasi
19) Pada kulit terdapat ruam, ptekie, pustula dengan lesi atau herpes.
c. Pemeriksaan fisik
Kaji keadaan umum dan kesadaran, tekanan darah, nadi, pernapasan,
suhu, TB/BB sebelum masuk RS dan saat di rawat di RS.
1) Airway
a) Yakinkan kepatenan jalan napas
b) Berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau
nasopharyngeal)
c) Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli
anestesi dan
d) Bawa segera mungkin ke ICU
2) Breathing
a) Kaji jumlah pernapasan lebih dari 24 kali per menit merupakan
gejala yang signifikan
b) Kaji saturasi oksigen
c) Periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan
kemungkinan asidosis
d) Berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
e) Auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
f) Periksa foto thorak
3) Circulation
a) Kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda
signifikan
b) Monitoring tekanan darah, tekanan darah
c) Periksa waktu pengisian kapiler
d) Pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
e) Berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
f) Pasang kateter
g) Lakukan pemeriksaan darah lengkap
h) Siapkan untuk pemeriksaan kultur
i) Catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau
temperature kurang dari 36oc
j) Siapkan pemeriksaan urin dan sputum
k) Berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.
4) Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien
sepsis padahal sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik).
Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU.
5) Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera,
luka dan tempat suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.
Tanda ancaman terhadap kehidupan Sepsis yang berat
didefinisikan sebagai sepsis yang menyebabkan kegagalan fungsi
organ. Jika sudah menyembabkan ancaman terhadap kehidupan
maka pasien harus dibawa ke ICU, adapun indikasinya
sebagaiberikut:
a) Penurunan fungsi ginjal
b) Penurunan fungsi jantung
Pemeriksaan fisik :
a. Sistem penglihatan :
Kaji posisi mata, kelopak mata, pergerakan bola mata,
konjungtiva, kornea, sklera, pupil, adanya penurunan lapang
pandang, penglihatan kabur, tanda- tanda radang, pemakaian
alat bantu lihat dan keluhan lain.
b. Sistem pendengaran :
Kaji kesimetrisan, serumen, tanda radang, cairan telinga,
fungsi
pendengaran, pemakaian alat bantu, hasil test garpu tala.
c. Sistem wicara :
Kaji kesulitan atau gangguan bicara.
d. Sistem pernafasan :
Kaji jalan nafas, RR biasanya meningkat, irama, kedalaman,
suara nafas, batuk, penggunaan otot dan alat bantu nafas.
e. Sistem kardiovaskuler :
Kaji sirkulasi perifer (nadi (biasanya takikardia), distensi vena
jugularis, temperatur kulit biasanya dingin atau hipertemik,
warna kulit biasanya pucat, CRT, flebitis, varises, edema),
sirkulasi jantung (bunyi jantung, kelainan jantung, palpitasi,
gemetaran, kesemutan, nyeri dada, ictus cordis, kardiomegali,
hipertensi).
f. Sistem neurologi :
Kaji GCS, gangguan neurologis nervus I sampai XII,
pemeriksaan reflek, kekuatan otot, spasme otot dan
kebas/kesemutan.
g. Sistem pencernaan :
Kaji keadaan mulut, kesulitan menelan, muntah, nyeri daerah
perut, bising usus, massa pada abdomen, ukur lingkar perut,
asites, palpasi dan perkusi
h. Sistem imunologi :
Kaji adanya pembesaran kelenjar getah bening.
i. Sistem endokrin :
Kaji nafas bebau keton, luka, exopthalmus, tremor, pembesaran
kelenjar thyroid, tanda peningkatan gula darah.
j. Sistem urogenital :
Kaji distensi kandung kemih, nyeri tekan, nyeri perkusi, urine,
penggunaan kateter dan keadaan genital. (jika sudah terjadi
kegagalan organ multipel yang menyerang ginjal biasanya nyeri
pada ginjal pada saat di palpasi dan perkusi)
k. Sistem integumen :
Kaji keadaan rambut, kuku, kulit.
l. Sistem muskuloskeletal :
Kaji keadaan ekstremitas, keterbatasan rentang gerak dan adanya
kontraktur, kaji bagaimana pasien berfungsi, bergerak dan
berjalan; beradaptasi terhadap kelemahan atau palisis, tonus
otot/kekuatan otot.
6) Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah :
a) Bilirubin
b) Kadar gular darah serum
c) Protein aktif C
d) Imunogloblin IgM
e) Hasil kultur cairan serebrospinal, darah asupan hidung,
umbilikus, telinga, pus dari lesi, feces dan urine.
f) Juga dilakukan analisis cairan serebrospinal dan pemeriksaan
darah tepi dan jumlah leukosit.
7) PNC

(Dhimas Permana, 2020)

Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS Peristaltik usus menurun Gangguan rasa nyaman

1. Mengeluh sulit tidur


2. Tidak mampu rileks Distentend abdomen
3. Mengeluh
kedinginan/kepanasan
4. Merasa gatal Gangguan rasa nyaman
5. Mengeluh mual
6. Mengeluh lelah
DO

1. Menunjukan gejala
distres
2. Tampak
merintih/menangis
3. Pola eliminasi berubah
4. Postur tubuh berubah
5. Iritabilitas
Asam lactat meningkat Intoleransi aktifitas
DS:
Mengeluh dehidrasi
DO: Tonus otot menurun
Suhu tubuh diatas nilai
normal
Intoleransi aktifitas
DS: Asam lactat meningkat Resiko cedra
-
DO
1. Ketidaknormalan Tonus otot menurun
profil darah
2. Perubahan orientasi
afektif
3. Perubahan sensasi
Resik cedra
4. Disfungsi autoimun
5. Disfungsi biokimia
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman b.d distented abdomen
b. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan tonus otot
c. Resiko cedara b.d penurunan tous otot
3. Intervensi
DIAGNOSA SLKI SIKI Rasional
SDKI
Ganguan rasa Terapi relaksasi 1. Untuk mengetahui penyebab dari
nyaman Setelah dilakukan intervensi ketidakmampua n berkonsentrasi
keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi 2. agar dapat membandingkan keefektivat
maka status kenyamanan meningkat, relaksasi yang seseblumnya pernah digunakan
dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi penurunan tingkat energi, dengan relaksasi yang akan digunakan pada
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala penelitian ini
1. Keluhan tidak nyaman menurun lain yang mengganggu kemampuan kognitif 3. Untuk mengevaluasi pengaruh relaksasi benson
2. Gelisah menurun 2. Identifikasi Teknik relaksasi yang pernah apabila pasien memiliki ketegangan otot
efektif digunakan sebelum dan sesudah
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan 4. Mengetahui tingkat kecocokan pasien dengan
penggunaan Teknik sebelumnya 5. terapi relaksasi benson
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, 6. Agar pasien tau mengenai teknik relaksasi
tekanan darah, dan suhu sebelum dan benson yang akan dipraktikka
sesudah Latihan 7. untuk mengatasi gangguan rasa nyaman yang
5. Monitor respons terhadap terapi relaksasi pasien alami
Terapeutik 8. Agar pasien mendapatkan manfaat yang
optimal dengan melakukan relaksasi benson ini
9. Agar pasien mengetahui gerakan yang tepat
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
sehingga akan mengoptimalka n maanfaat yang
gangguan dengan pencahayaan dan suhu
akan didapat oleh pasien
ruang nyaman, jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan
dan prosedur teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut dengan irama
lambat dan berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau Tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi

1. Jelaskan tujuan, manfaat, Batasan, dan jenis


relaksasi yang tersedia (mis: musik,
meditasi, napas dalam, relaksasi otot
progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
yang dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangi atau melatih
Teknik yang dipilih
6. Demonstrasikan dan latih Teknik relaksasi
(mis: napas dalam, peregangan, atau
imajinasi terbimbing)

Gangguan Dukungan mobilisasi 1. Mengetahui adanya nyeri dan keluhan fisik


mobilitas fisik Setelah dilakukan intervensi pasien.
keperawatan selama 3 x 24 jam,
2. Mengetahui toleransi fisik untuk memberikan
maka mobilitas fisik meningkat, Observasi
asuhan yang tepat pada pasien.
dengan kriteria hasil:
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
3. Frekuensi jantung dan tekanan darah terpantau.
1. Pergerakan ekstremitas lainnya 4. Kondisi pasien selama pergerakan terpantau.
meningkat 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan 5. Memberikan fasilitas jika pasien melakukan
2. Kekuatan otot meningkat pergerakan pergerakan.
3. Rentang gerak (ROM) meningkat 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan 6. Memberikan bantuan kepada pasien yang
darah sebelum memulai mobilisasi kesulitan memenuhi kebutuhan seharihari.
4. Monitor kondisi umum selama melakukan 7. Agar dapat melakukan tindakan pergerakan yang
mobilisasi baik
8. Mobilisasi dini terpenuhi
Terapeutik 9. Agar memudahkan pasien dalam melakukan
pergerakan yang baik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu (mis: pagar tempat tidur)
2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi


2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis: duduk di tempat tidur,
duduk di sisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)

Resiko cedra Menejemen keselamatan lingkungan 1. Mengetahui data utama yang dapat
Setelah dilakukan intervensi menjadi penyebab munculnya risiko cedera
keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi 2. Mengetahui adanya penyakit yang
maka tingkat cedera menurun, menjadi faktor penyebab adanya risiko
dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis: cedera .
kondisi fisik, fungsi kognitif, dan Riwayat 3. Status fisik dapat terpantau dan dapat
1. Kejadian cedera menurun perilaku) dijadikan indikator penentu kebugaran
2. Luka lecet menurun 2. Monitor perubahan status keselamatan tubuh.
lingkungan 4. Tanda vital terpantau mudah untuk
Terapeutik mendeteksi terjadinya perburukan kondisi.
5. Rasa cemas berkurang dengan didampingi
dan diajak berbicara
1. Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan
6. Klien sudah siap menghadapi persalinan dan
(mis: fisik, biologi, kimia), jika
kelahiran
memungkinkan
7. Klien mengetahui kelahiran dengan
2. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan
preeklampsia beriko mengalami prematur.
bahaya dan risiko
8. Istirahat sebagai pemulih kondisi,
3. Sediakan alat bantu keamanan lingkungan
pemulih energi dan mencegah risiko cedera.
(mis: commode chair dan pegangan tangan)
9. Posisi kaki lebih tinggi dapat mempercepat
4. Gunakan perangkat pelindung (mis:
aliran darah kembali ke jantung dan
pengekangan fisik, rel samping, pintu
terkunci, pagar) mengurangi edema ekstremitas.
5. Hubungi pihak berwenang sesuai masalah
komunitas (mis: puskesmas, polisi, damkar)
6. Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang aman
7. Lakukan program skrining bahaya
lingkungan (mis: timbal)
Edukasi

1. Ajarkan individu, keluarga, dan kelompok


risiko tinggi bahaya lingkungan
4. Implementasi
Implementasi/pelaksanaan keperawatan adalah realisasi tindakan
untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Kegiatan dalam
pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan,
serta menilai data yang baru.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan
untuk mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai.
Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang
teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dat dalam rencana
keperawatan. Evaluasi ini akan mengarahkan asuhan keperawatan, apakah
asuhan keperawatan yang dilakukan ke pasien berhasil mengatasi masalah
pasien ataukan asuhan yang sudah dat akan terus berkesinambungan terus
mengikuti siklus proses keperawatan sampai benar-benar masalah pasien
teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Setyohadi ,Bambang dkk.(2006), Buku ajar penyakit dalam .Jakarta . Fakultas


Kedokteran UI.
Prof Dr. H.Rab.tabirin .(1998), Agenda Gawat Draurat, Bandung. PT Alumni.
http ://www.total kesehatannanda.com/sepsis.htlm
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Sepsis dan syok septik. Dalam: Soedarmo S, Gama
H, Hadinegoro S, Satari H. Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI. 2008; 358-362
WHO(2015). Sepsis and Other Infectious Condition of the Newborn. Global
health Observatory data repository. www.who.int/gho/ data/
view.main.CM1002015WO
RLD-CH12.- Diakses Januari 2018
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Konsensus Diagnosis dan Tatalaksana Sepsis pada
Anak. Rezeki S, Chairulfatah A, Latief A, Pujiadi A, Fachrina R, Alam A,
editors. Jakarta; 2016.
Supit P, Mandei J, Rampengan N. Profil Anak dengan Sepsis dan Syok Sepsis
yang dilakukan Kultur Darah Periode Januari 2010 – Juni 2015 di RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic. 2016; 4.
Firmansyah A, Aminullah A, Junitiningsih A. Profil Mikroorganisme Penyebab
Sepsis Neonatorum di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo Jakarta. Sari Pediatri. 2008; 10: 60-5
Martin K, Weiss SL. Initial resuscitation and management of pediatric septic
shock. Minerva Pediatr. 2015; 2: p. 141-158.
Oematan Y, Manoppo J, Runtunutuwu A. Peran inflamasi dalam patofisiologi
sepsis dan syok septik pada anak. Jurnal Biomedik. 2009; 1: 166-173.
Temsah M. Beyond the guidelines of paediatric septic shock. Sudanese journal of
pediatrics. 2015; 15.

Anda mungkin juga menyukai