SYOK SEPSIS
DI RUANG HIGH CARE UNIT (HCU)
RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
Disusun oleh :
IYANG SUSI UNTARI
4006140008
Pembimbing Klinik,
Pembimbing Akademik,
respon
inflamasi
sitemik.
Respon
yang
ditimbulkan
sering
menyebabkan penurunan perfusi organ dan disfungsi organ. Jika disertai dengan
hipotensi maka dinamakan Syok sepsis. ( Linda D.U, 2006)
Syok septic adalah suatu bentuk syok yang menyebar dan vasogenik yang
dicirikan oleh adanya penurunan daya tahan vaskuler sistemik serta adanya
penyebaran yang tidak normal dari volume vaskuler (Hudak & Gallo, 1996).
Syok septic adalah infasi aliran darah oleh beberapa organisme mempunyai
potensi untuk menyebabkan reaksi pejamu umum toksin ini. Hasilnya adalah keadaan
ketidak adekuatan perfusi jaringan yang mengancam kehidupan (Brunner & Suddarth
vol. 3 edisi 8, 2002).
Menurut M. A Henderson (1992) Syok septic adalah syok akibat infeksi berat,
dimana sejumlah besar toksin memasuki peredaran darah. E. colli merupakan kuman
yang sering menyebabkan syok ini.
Syok septik adalah syok yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas
yang merupakan bentuk paling umum syok distributif. Pada kasus trauma, syok septik
dapat terjadi bila pasien datang terlambat beberapa jam ke rumah sakit. Syok septik
terutama terjadi pada pasien-pasien dengan luka tembus abdomen dan kontaminasi
rongga peritonium dengan isi usus.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa syok septic adalah infasi aliran darah oleh
beberapa organisme mempunyai potensi untuk menyebabkan reaksi pejamu umum
toksin. Hasilnya adalah keadaan ketidak adekuatan perfusi jaringan yang mengancam
kehidupan.
B. Etiologi
Microorganisme dari syok septic adalah bakteri gram-negatif. Namun
demikian, agen infeksius lain seperti bakteri gram positif dan virus juga dapat
menyebab syok septic. (Brunner & Suddarth vol. 1 edisi 8, 2002).
1. Infeksi bakteri aerobik dan anaerobik
a. Gram negatif seperti : Echerichia coli, Kebsiella sp, Pseudomonas sp,
Bacteroides sp, dan Proteus sp.
b. Gram positif seperti : Stafilokokus, Streptokokus dan Pneumokokus.
2. Infeksi viral, fungal,dan riketsia
3. Kerusakan jaringan , yang dapat menyababkan kegagalan penggunaan oksigen
sehingga menyebabkan MOSF.
4. Pertolongan persalinan yang tidak heginis pada partus lama.
kolaps
kardiovaskuler.
Endotoksin
basil
Gram
negatif
ini
Pada syok septik hipoksia, sel yang terjadi tidak disebabkan oleh penurunan
perfusi jaringan melainkan karena ketidakmampuan sel untuk menggunakan oksigen
karena toksin kuman. Gejala syok septik yang mengalami hipovolemia sukar
dibedakan dengan syok hipovolemia (takikardia, vasokonstriksi perifer, produksi urin
< 0.5 cc/kg/jam, tekanan darah sistolik turun dan menyempitnya tekanan nadi).
Pasien-pasien sepsis dengan volume intravaskuler normal atau hampir normal,
mempunyai gejala takikaridia, kulit hangat, tekanan sistolik hampir normal, dan
tekanan nadi yang melebar.
Pathway
Infasi Kuman
Pelepasan Indotoksin
Disfungsi dan kerusakan endotel dan disfungsi organ multipel
SEPSIS
Perubahan
fungsi miokarium
Perubahan ambilan
dan penyerapan O2
Terhambatnya
fungsi
Terganggunya
sistem pencernaan
mitokondria
Kontraksi jantung
Suplai 02 terganggu
menurun
Curah jantung
Sesak
turun
Reduksi darah
terganggu
Kerja sel
Reflek ingin
menurun
muntah
Penurunan
sistem imun
Gangguan
pemenuhan O2
Resti infeksi
Nafsu makan
menurun
Gangguan
pemenuhan
kebutuhan nutrisi
Gangguan
perfusi jaringan
D. Manifestasi Klinis
Syok sepsis terjadi dalam dua fase yang berbeda :
1. Fase pertama disebut sebagai fase hangat (Hiperdinamik)
- Hipotensi
- Takikardi
- Takipnea
- Alkalosis respiratorik
- Curah jantung (CJ) tinggi dengan TVS (Tahanan Vaskuler Vistemik) rendah.
- Kulit dingin, pucat
- Hipertermia/hipotermia
- Perubahan status mental
- Poliuria
- SDP meningkat
- Hiperglikemia
2. Fase lanjut disebut fase dingin (hipodinamik)
- Hipotensi
- Takikardia
- Takipnea
- Asidosis metabolik
- CJ rendah dengan TVS tinggi
G. Pemeriksaan Penunjang
Pengobatan
terbaru
syok
sepsis
mencakup
mengidentifikasi
dan
2.
4.
5.
6.
7.
terjadi
dan
yang
glikonolisis di dalam hati sebagai respon dari puasa/ perubahan seluler dalam
8.
metabolisme
BUN/Kreatinin
9.
peningkatan
kadar
diasosiasikan
dengan
dehidrasi,
WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau 10% bentuk immature
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
APTT > 60
9.
10.
11.
2.
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat
suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.
2) Pengkajian Sekunder
Aktivitas dan istirahat
- Subyektif : Menurunnya tenaga/kelelahan dan insomnia
Sirkulasi
- Subyektif : Riwayat pembedahan jantung/bypass cardiopulmonary, fenomena
embolik (darah, udara, lemak)
- Obyektif : Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya hipoksemia),
hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock)
- Heart rate : takikardi biasa terjadi
- Bunyi jantung : normal pada fase awal, S2 (komponen pulmonic) dapat terjadi
disritmia dapat terjadi, tetapi ECG sering menunjukkan normal
- Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis biasa terjadi
(stadium lanjut)
Integritas Ego
- Subyektif : Keprihatinan/ketakutan, perasaan dekat dengan kematian
- Obyektif : Restlessness, agitasi, gemetar, iritabel, perubahan mental.
Makanan/Cairan
- Subyektif : Kehilangan selera makan, nausea
- Obyektif : Formasi edema/perubahan berat badan, hilang/melemahnya bowel
sounds
Neurosensori
- Subyektif atau Obyektif : Gejala truma kepala, kelambatan mental, disfungsi
motorik
Respirasi
- Subyektif : Riwayat aspirasi, merokok/inhalasi gas, infeksi pulmolal diffuse,
kesulitan bernafas akut atau khronis, air hunger
- Obyektif : Respirasi : rapid, swallow, grunting
Rasa Aman
- Subyektif : Adanya riwayat trauma tulang/fraktur, sepsis, transfusi darah,
episode anaplastik
Seksualitas
- Subyektif atau obyektif : Riwayat kehamilan dengan komplikasi eklampsia
B. Diagnosa Keperawatan
ventilasi ( fowler/semifowler)
- Auskultasi suara nafas , catat adanya suara
tambahan
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
- Monitor respirasi dan status O2
- Monitor TTV.
dan dypsneu.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload dan preload.
Tujuan & Kriteria hasil
( NOC)
Setelah
dilakukan
tindakan
Intervensi
(NIC)
Cardiac care :
- catat adanya tanda dan gejala penurunan
cardiac output
monitor balance cairan
catat adanya distritmia jantung
monitor TTV
atur periode latihan dan istirahat untuk
ada asites
- Tidak ada penurunan kesadaran
- Dapat mentoleransi aktivitas dan
menghindari kelelahan
- monitor
status
pernapasan
yang
Intervensi
(NIC)
Fever Treatment :
- Observasi tanda-tanda vital tiap 3 jam.
- Beri kompres hangat pada bagian lipatan
tubuh ( Paha dan aksila ).
- Monitor intake dan output
- Monitor warna dan suhu kulit
- Berikan obat anti piretik
Temperature Regulation
- Beri banyak minum ( 1-1,5 liter/hari)
sedikit tapi sering
- Ganti pakaian klien dengan bahan tipis
menyerap keringat.
Intervensi
(NIC)
Management sensasi perifer:
- Monitor tekanan darah dan nadi apikal
setiap 4 jam
- Instruksikan keluarga untuk mengobservasi
kulit jika ada lesi
- Monitor adanya daerah tertentu yang hanya
peka terhadap panas atau dingin
- Kolaborasi obat antihipertensi
Intervensi
(NIC)
Activity Therapy
- Kaji hal-hal yang mampu dilakukan klien.
- Bantu
klien
memenuhi
kebutuhan
aktivitasnya
dalam
sesuai
dengan
tingkat
aktivitas
keterbatasan klien
- Beri penjelasan tentang hal-hal yang dapat
membantu dan meningkatkan kekuatan fisik
klien.
- Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL
klien
- Jelaskan pada keluarga dan klien tentang
pentingnya bedrest ditempat tidur.
DAFTAR PUSTAKA