Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

SYOK SEPSIS

DI RUANG HIGH CARE UNIT (HCU)

RS UNDATA

Disusun oleh :

Dedi Indra Setiawan: PK 115 017 043

Ardelina Rince Fatin: PK 115 017 005

Moh. Zulfikar: PK 115 017 055

MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


JAYA PALU TAHUN AJARAN
2019/2020
A. Definisi

Sepsis adalah suatu keadaan ketika mikroorganisme menginvasi tubuh dan

menyebabkan respon inflamasi sitemik. Respon yang ditimbulkan sering

menyebabkan penurunan perfusi organ dan disfungsi organ. Jika disertai dengan

hipotensi maka dinamakan Syok sepsis. ( Linda D.U, 2006)

Syok septic adalah suatu bentuk syok yang menyebar dan vasogenik yang

dicirikan oleh adanya penurunan daya tahan vaskuler sistemik serta adanya

penyebaran yang tidak normal dari volume vaskuler (Hudak & Gallo, 1996).

Syok septic adalah infasi aliran darah oleh beberapa organisme mempunyai

potensi untuk menyebabkan reaksi pejamu umum toksin ini. Hasilnya adalah keadaan

ketidak adekuatan perfusi jaringan yang mengancam kehidupan (Brunner & Suddarth

vol. 3 edisi 8, 2002).

Menurut M. A Henderson (1992) Syok septic adalah syok akibat infeksi berat,

dimana sejumlah besar toksin memasuki peredaran darah. E. colli merupakan kuman

yang sering menyebabkan syok ini.

Syok septik adalah syok yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas

yang merupakan bentuk paling umum syok distributif. Pada kasus trauma, syok septik

dapat terjadi bila pasien datang terlambat beberapa jam ke rumah sakit. Syok septik

terutama terjadi pada pasien-pasien dengan luka tembus abdomen dan kontaminasi

rongga peritonium dengan isi usus.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa syok septic adalah infasi aliran darah oleh

beberapa organisme mempunyai potensi untuk menyebabkan reaksi pejamu umum


toksin. Hasilnya adalah keadaan ketidak adekuatan perfusi jaringan yang mengancam

kehidupan.

B. Etiologi

Microorganisme dari syok septic adalah bakteri gram-negatif. Namun

demikian, agen infeksius lain seperti bakteri gram positif dan virus juga dapat

menyebab syok septic. (Brunner & Suddarth vol. 1 edisi 8, 2002).

1. Infeksi bakteri aerobik dan anaerobik

a. Gram negatif seperti : Echerichia coli, Kebsiella sp, Pseudomonas sp,

Bacteroides sp, dan Proteus sp.

b. Gram positif seperti : Stafilokokus, Streptokokus dan Pneumokokus.

2. Infeksi viral, fungal,dan riketsia

3. Kerusakan jaringan , yang dapat menyababkan kegagalan penggunaan oksigen

sehingga menyebabkan MOSF.

4. Pertolongan persalinan yang tidak heginis pada partus lama.


Faktor dan Resiko Sepsis

a. Faktor – faktor pejamu

- Umur yang ekstrim

- Malnutrisi

- Kondisi lemah secara umum

- Penyakit kronis

- Penyalagunaan obat dan alkohol

- Neutropenia

- Splenektomi

- Kegagalan banyak organ

b. Faktor – faktor yang berhubungan

- Penggunaan kateter invasif

- Prosedur-prosedur operasi

- Luka karena cidera atau terbakar

- Prosedur diagnostik invasif


- Obat-obatan (antibodi, agen-agen sitotoksik, steroid).

C. Patofisiologi

Infeksi sistemik yang terjadi biasanya karena kuman Gram negatif yang

menyebabkan kolaps kardiovaskuler. Endotoksin basil Gram negatif ini

menyebabkan vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas arteriovena

perifer. Selain itu, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler. Peningkatan kapasitas

vaskuler karena vasodilatasi perifer menyebabkan terjadinya hipovolemia relatif,

sedangkan peningkatan peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan kehilangan

cairan intravaskuler ke intertisial yang terlihat sebagai udem.

Pada syok septik hipoksia, sel yang terjadi tidak disebabkan oleh penurunan

perfusi jaringan melainkan karena ketidakmampuan sel untuk menggunakan oksigen

karena toksin kuman. Gejala syok septik yang mengalami hipovolemia sukar

dibedakan dengan syok hipovolemia (takikardia, vasokonstriksi perifer, produksi urin

< 0.5 cc/kg/jam, tekanan darah sistolik turun dan menyempitnya tekanan nadi).

Pasien-pasien sepsis dengan volume intravaskuler normal atau hampir normal,

mempunyai gejala takikaridia, kulit hangat, tekanan sistolik hampir normal, dan

tekanan nadi yang melebar.


Pathway

Infasi Kuman

Pelepasan Indotoksin

Disfungsi dan kerusakan endotel dan disfungsi organ multipel

SEPSIS

Perubahan Perubahan ambilan Terhambatnya Terganggunya

fungsi miokarium dan penyerapan O2 fungsi sistem pencernaan

mitokondria

Kontraksi jantung Suplai 02 terganggu Kerja sel Reflek ingin

menurun menurun muntah


Curah jantung Sesak Penurunan Nafsu makan

turun sistem imun menurun

Reduksi darah Gangguan Resti infeksi Gangguan

terganggu pemenuhan O2 pemenuhan

kebutuhan nutrisi

Gangguan

perfusi jaringan

D. Manifestasi Klinis

Syok sepsis terjadi dalam dua fase yang berbeda :

1. Fase pertama disebut sebagai fase hangat (Hiperdinamik)

- Hipotensi

- Takikardi

- Takipnea

- Alkalosis respiratorik

- Curah jantung (CJ) tinggi dengan TVS (Tahanan Vaskuler Vistemik) rendah.

- Kulit dingin, pucat

- Hipertermia/hipotermia

- Perubahan status mental

- Poliuria

- SDP meningkat

- Hiperglikemia

2. Fase lanjut disebut fase dingin (hipodinamik)

- Hipotensi
- Takikardia

- Takipnea

- Asidosis metabolik

- CJ rendah dengan TVS tinggi

- Kulit hangat, kemerahan

- Hipotermia

- Status mental memburuk

- Disfungsi organ dan selular (spt, ARDS, KIT, oliguria)

- SDP menurun, dan Hipoglisemia

E. Klasifikasi

1. Sepsis onset dini

- Merupakan sepsis yang berhubungan dengan komplikasi obstertik.

- Terjadi mulai dalam uterus dan muncul pada hari-hari pertama kehidupan (20

jam pertama kehidupan)

- Sering terjadi pada bayi prematur, lahir ketuban pecah dini, demam impratu

maternal dan coricomnionitis.

2. Sepsis onset lambat

- Terjadi setelah minggu pertama sampai minggu krtiga kelahiran

- Ditemukan pada bayi cukup bulan

- Infeksi bersifat lambat, ringan dan cenderung bersifat local

F. Komplikasi

1. Meningitis

2. Hipoglikemi

3. Aasidosis
4. Gagal ginjal

5. Disfungsi miokard

6. Perdarahan intra cranial

7. Icterus

8. Gagal hati

9. Disfungsi system saraf pusat

10. Kematian

11. Sindrom distress pernapasan dewasa (ARDS)

G. Pemeriksaan Penunjang

Pengobatan terbaru syok sepsis mencakup mengidentifikasi dan

mengeliminasi penyebab infeksi yaitu dengan cara pemeriksaan- pemeriksaan yang

antara lain:

1. Kultur (luka, sputum, urin, darah) yaitu untuk mengidentifikasi organisme

penyebab sepsis. Sensitifitas menentukan pilihan obat yang paling efektif.

2. SDP : Ht Mungkin meningkat pada status hipovolemik karena hemokonsentrasi.

Leucopenia (penurunan SDB) terjadi sebalumnya, diikuti oleh pengulangan

leukositosis (1500-30000) d4engan peningkatan pita (berpindah kekiri) yang

mengindikasikan produksi SDP tak matur dalam jumlah besar.

3. Elektrolit serum: Berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan

menyebabkan asidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal.

4. Trombosit : penurunan kadar dapat terjadi karena agegrasi trombosit

5. PT/PTT : mungkin memanjang mengindikasikan koagulopati yang

diasosiasikan dengan hati/ sirkulasi toksin/ status syok.

6. Laktat serum : Meningkat dalam asidosis metabolik, disfungsi hati, syok


7. Glukosa Serum : hiperglikenmio yang terjadi menunjukkan glikoneogenesis dan

glikonolisis di dalam hati sebagai respon dari puasa/ perubahan seluler dalam

metabolisme

8. BUN/Kreatinin : peningkatan kadar diasosiasikan dengan dehidrasi,

ketidakseimbangan atau kegagalan ginjal, dan disfungsi atau kegagalan hati.

9. GDA : Alkalosis respiratosi dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya. Dalam

tahap lanjut hipoksemia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolik terjadi

karena kegagalan mekanisme kompensasi

10. EKG : dapat menunjukkan segmen ST dan gelombang T dan distritmia

menyerupai infark miokard.

Gambaran Hasil laboratorium :

1. WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau 10% bentuk immature

2. Hiperglikemia > 120 mg/dl

3. Peningkatan Plasma C-reaktif protein

4. Peningkatan plasma procalcitonin.

5. Serum laktat > 1 mMol/L

6. Creatinin > 0,5 mg/dl

7. INR > 1,5

8. APTT > 60

9. Trombosit < 100.000/mm3

10. Total bilirubin > 4 mg/dl

11. Biakan darah, urine, sputum hasil positif.

H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


1) Medis

Pengobatan terbaru syok septic mencakup mengidentifikasi dan

mengeliminasi penyebab infeksi. Pengumpulan specimen urin, darah, sputum dan

drainase luka dilakukan dengan teknik aseptic. Antibioktik spectrum luas

diberikan sebelum menerima laporan sensitifitas dan kultur untuk meningkatkan

ketahanan hidup pasien (Roach, 1990).

Preparat sefalosporin ditambah amino glikosida diresepkan pada awalnya.

Kombinasi ini akan memberikan cangkupan antibiotic sebagaian organism gram

negative dan beberapa gram positif. Saat laporan sensitifitas dan kultur tiba,

antibiotik diganti dengan antibiotic yang secra lebih spesifik ditargetkan pada

organisme penginfeksi dan kurang toksin untuk pasien.

Setiap rute infeksi yang potensial harus di singkirkan seperti : jalur

intravena dan kateter urin. Setiap abses harus di alirkan dan area nekrotik

dilakukan debidemen. Dukungan nutrisi sangat diperlukan dalam semua

klasifikasi syok. Oleh karena itu suplemen nutrisi menjadi penting dalam

penatalaksanaan syok septic. Suplemen tinggi protein harus diberikan 4 hari dari

awitan syok. Pemberian makan entral lebih dipilih daripada parenteral kecuali

terjadi penurunan perfusi kesaluran gastrointestinal.

2) Keperawatan

a. Perawat harus sangat mengingat resiko sepsis dan tingginya mortalitas yang

berkaitan dengan syok septic.

b. Semua prosedur infasive harus dilakukan dengan teknik aseptic yang tepat,

c. Selain itu jalur intravena, insisi bedah, luka trauma, kateter urin dan luka

dekubitus dipantau terhadap tanda-tanda infeksi.


d. Perawat berkolaborasi dengan anggota tim perawat lain.

e. Perawat memantau pasien dengan ketat terhadap reaksi menggigil yang lebih

lanjut.

f. Perawat memberikan cairan intravena dan obat-obatan yang diresepkan

termasuk antibiotic untuk memulihkan volume vascular.

2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1) Pengkajian Primer

Selalu menggunakan pendekatan ABCDE.

 Airway

- yakinkan kepatenan jalan napas

- berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)

- jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa

segera mungkin ke ICU

 Breathing

- kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang

signifikan

- kaji saturasi oksigen

- periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan

asidosis

- berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask

- auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada


- periksa foto thorak

 Circulation

- kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan

- monitoring tekanan darah, tekanan darah <>

- periksa waktu pengisian kapiler

- pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar

- berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel

- pasang kateter

- lakukan pemeriksaan darah lengkap

- siapkan untuk pemeriksaan kultur

- catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang dari

36oC

- siapkan pemeriksaan urin dan sputum

- berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.

 Disability

Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal

sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat kesadaran dengan

menggunakan AVPU.

 Exposure

Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat

suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.

2) Pengkajian Sekunder

 Aktivitas dan istirahat

- Subyektif : Menurunnya tenaga/kelelahan dan insomnia


 Sirkulasi

- Subyektif : Riwayat pembedahan jantung/bypass cardiopulmonary, fenomena

embolik (darah, udara, lemak)

- Obyektif : Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya hipoksemia),

hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock)

- Heart rate : takikardi biasa terjadi

- Bunyi jantung : normal pada fase awal, S2 (komponen pulmonic) dapat terjadi

disritmia dapat terjadi, tetapi ECG sering menunjukkan normal

- Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis biasa terjadi

(stadium lanjut)

 Integritas Ego

- Subyektif : Keprihatinan/ketakutan, perasaan dekat dengan kematian

- Obyektif : Restlessness, agitasi, gemetar, iritabel, perubahan mental.

 Makanan/Cairan

- Subyektif : Kehilangan selera makan, nausea

- Obyektif : Formasi edema/perubahan berat badan, hilang/melemahnya bowel

sounds

 Neurosensori

- Subyektif atau Obyektif : Gejala truma kepala, kelambatan mental, disfungsi

motorik

 Respirasi

- Subyektif : Riwayat aspirasi, merokok/inhalasi gas, infeksi pulmolal diffuse,

kesulitan bernafas akut atau khronis, “air hunger”

- Obyektif : Respirasi : rapid, swallow, grunting

 Rasa Aman
- Subyektif : Adanya riwayat trauma tulang/fraktur, sepsis, transfusi darah,

episode anaplastik

 Seksualitas

- Subyektif atau obyektif : Riwayat kehamilan dengan komplikasi eklampsia

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan O2, edema paru

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload dan

preload

3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan cardiac output

yang tidak mencukupi

5. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

C. Intervensi Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan O2 edema paru

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi

( NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Airway Managemen :
keperawatan selama ... x 24 jam . - Buka jalan nafas

pasien akan : - Posisikan pasien untuk memaksimalkan

- TTV dalam rentang normal ventilasi ( fowler/semifowler)

- Menunjukkan jalan napas yang - Auskultasi suara nafas , catat adanya suara

paten tambahan

- Mendemostrasikan suara napas - Identifikasi pasien perlunya pemasangan

yang bersih, tidak ada sianosis alat jalan nafas buatan

dan dypsneu. - Monitor respirasi dan status O2

- Monitor TTV.

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload dan preload.

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi

( NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Cardiac care :

keperawatan selama ... x 24 jam . - catat adanya tanda dan gejala penurunan

pasien akan : cardiac output

- Menunjukkan TTV dalam rentang - monitor balance cairan

normal - catat adanya distritmia jantung

- Tidak ada oedema paru dan tidak - monitor TTV

ada asites - atur periode latihan dan istirahat untuk

- Tidak ada penurunan kesadaran menghindari kelelahan

- Dapat mentoleransi aktivitas dan - monitor status pernapasan yang

tidak ada kelelahan. menandakan gagal jantung.

5. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi

( NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Fever Treatment :

keperawatan selama ... x 24 jam . - Observasi tanda-tanda vital tiap 3 jam.

pasien akan : - Beri kompres hangat pada bagian lipatan

- Suhu tubuh dalam rentang normal tubuh ( Paha dan aksila ).

- Tidak ada perubahan warna kulit - Monitor intake dan output

dan tidak ada pusing - Monitor warna dan suhu kulit

- Nadi dan respirasi dalam rentang - Berikan obat anti piretik

normal Temperature Regulation

- Beri banyak minum ( ± 1-1,5 liter/hari)

sedikit tapi sering

- Ganti pakaian klien dengan bahan tipis

menyerap keringat.

6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan cardiac output yang

tidak mencukupi

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi

( NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Management sensasi perifer:

keperawatan selama ... x 24 jam . - Monitor tekanan darah dan nadi apikal

pasien akan : setiap 4 jam

- Tekanan sisitole dan diastole - Instruksikan keluarga untuk mengobservasi

dalam rentang normal kulit jika ada lesi

- Menunjukkan tingkat kesadaran - Monitor adanya daerah tertentu yang hanya

yang baik peka terhadap panas atau dingin

- Kolaborasi obat antihipertensi


7. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi

( NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Activity Therapy

keperawatan selama ... x 24 jam . - Kaji hal-hal yang mampu dilakukan klien.

pasien akan : - Bantu klien memenuhi kebutuhan

- Berpartisipasi dalam aktivitas aktivitasnya sesuai dengan tingkat

fisik tanpa disertai peningkatan keterbatasan klien

tekanan darah nadi dan respirasi - Beri penjelasan tentang hal-hal yang dapat

- Mampu melakukan aktivitas membantu dan meningkatkan kekuatan fisik

sehari-hari secara mandiri klien.

- TTV dalam rentang normal - Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL

- Status sirkulasi baik klien

- Jelaskan pada keluarga dan klien tentang

pentingnya bedrest ditempat tidur.

8. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi

( NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction

keperawatan selama ... x 24 jam . - Kaji tingkat kecemasan

pasien akan : - Jelaskan prosedur pengobatan perawatan

Setelah dilakukan tindakan - Beri kesempatan pada keluarga untuk

keperawatan selama ... x 24 jam . bertanya tentang kondisi pasien


pasien akan : - Beri penjelasan tiap prosedur/ tindakan yang

- Mampu mengidentifikasi dan akan dilakukan terhadap pasien dan

mengungkapkan gejala cemas manfaatnya bagi pasien.

- TTV normal - Beri dorongan spiritual.

- Menunjukkan teknik untuk

mengontrol cemas

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedoteran. Jakarta: EGC.

Judith M. Wilkinson. & Nancy R. Ahern,(2012), Diagnosa Keperawatan Nanda NIC

NOC, Jakarta, EGC

Nurarif, Amin Huda % Kusuma, Hardhi, (2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan

NANDA NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing.

Hudak, Carolyn M. 1996. Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:

EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Setyohadi ,Bambang dkk.(2006), Buku ajar penyakit dalam .Jakarta . Fakultas

Kedokteran UI.

Prof Dr. H.Rab.tabirin .(1998), Agenda Gawat Draurat ,Bandung. PT Alumni.

Anda mungkin juga menyukai