Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Sepsis adalah adanya mikroorganisme patogen atau toksin didalam darah atau
jaringan lainnya (Dorland, 2011). Sepsis adalah SIRS ditambah tempat infeksi
yang diketahui (ditentukan dengan biakan positif terhadap organism dari tempat
tersebut). SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome) adalah pasien yang
memiliki kriteria dua atau lebih sebagai berikut:
1. Demam (Suhu >38 ºC) atau hipotermi (<36ºC)
2. Takikardi / frekuensi denyut jantung > 90x/menit
3. Takipnea / frekuensi nafas lebih > 24/menit atau PaCO2 <32 mmHg
4. Leukositosis (hitung leukosit > 12.000 /mm3) atau leukopeni (< 4000
sel/ul) atau > 10 % sel imatur)

B. Etiologi
Berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit atau jamur dapat
menyebabkan infeksi berat yang mengarah pada terjadinya sepsis. Penyebab dari
sepsis adalah bakteri gram (-) dan focus primernya dapat berasal dari saluran
genitourinarium, saluran empedu dan saluran gastrointestinum, sedangkan gram
(+) timbul dari infeksi kulit, saluran respirasi dan juga bisa berasal dari luka
terbuka, sperti luka bakar (Sudoyo, 2010).

C. Tanda dan gejala


1. Sepsis non spesifik: demam, menggigil dan gejala konstitutif seperti lelah,
malaise, gelisah atau kebingungan.
2. Hipotensi, oliguria, atau anuria, takipnea atau hipepnea, hipotermi tanpa sebab
jelas, perdarahan
3. Tempat infeksi paling sering: paru, traktus digestifus, traktus urinaris, kulit,
jaringan lunak dan saraf pusat. Dan akan bertambah berat pada usia lanjut,
penderita diabetes, kanker, gagal organ utama dan pasien dengan
granulosiopenia.
4. Syok sepsis
5. Tanda-tanda MODS dengan terjadinya komplikasi: sindrom ditress pernafasan
pada dewasa, koagulasi intravaskular, gagal ginjal akut, perdarahan usus, gagal
hati, disfungsi sistem saraf pusat, gagal jantung (Sudoyo, 2010).

D. Patofisiologi
Syok sepsis dibagi menjadi dua fase yang berbeda, yaitu:
1. Fase hangat (Hiperdinamik)
Fase ini merupakan fase pertama dari syok sepsis yang ditanda dengan
tingginya curah jantung vasodilatasi. Pasien menjadi sangat panas hipertermi
dengan kulit hangat kemerahan. Frekuensi jantung dan pernafasan meningkat.
Keluaran urine dapat meningkat atau tetap dalam kadar normal. Status
gastrointestinal mungkin terganggu seperti adanya mual, muntah atau diare.
2. Fase dingin (Hipodinamik)
Fase ini merupakan fase lanjut dari syok sepsis/ pada fase ini ditandai dengan
curah jantung yang rendah dengan vasokontriksi yang mencerminkan upaya
tubuh untuk mengkompensasi hipovolemia yang disebabkan oleh kehilangan
volume intravaskuler melalui kapiler. Pada fase ini tekanan darah pasien
menurun dan kulit dingin serta pucat. Subuh tubuh mungkin normal atau
dibawah normal. Frekuensi jantung dan pernafasan tetap cepat.
Phatway

Bakteri dan virus

Bakteri gram (-) Bakteri gram (+)

Fokus primer: Sal. Empedu Fokus primer: infeksi kulit, sal

dan gastrointestinum respirasi dan luka terbuka

Saluran darah Jaringan tubuh

Invasi bakteri atau virus kesaluran

darah atau jaringan

Peningkatan leukosit Inflamasi Peningkatan

darah suhu tubuh


Sepsis

Resiko Hipertermi

infeksi
Sistem pencernaan, Dispneu, takepneu,

anreksia, muntah, tarikan otot nafas,

diare sianosis

Ketidakseimbang Gangguan Pola nafas terganggu Resiko infeksi

an nutrisi kurang gastrointestinal

dari kebutuhan

tubuh
E. Pemeriksaan penunjang
1. DPL dengan hitung jenis (↑ atau ↓ leukosit)
2. Kimia serum, bilirubin, laktat serum (meningkat), pemeriksaan fungsi hati
(abnormal) dan protein C (menurun)
3. Resistensi insulin dengan peningkatan glukosa darah
4. AGD (hipoksemia, asidosis laktat)
5. Kultur urin, sputum, luka, darah
6. Waktu tromboplastin parsial teraktivasi (meningkat), rasio normalisasi
internasional (meningkat) dan D-dimer (meningkat)

F. Penatalaksanaan medis
Berdasarkan Surviving Sepsis Campaigne pada tahun 2004,
merekomendasikan penatalaksanaan sepsis berat dan syok septic sebagai berikut:
1. Early Goal Directed Therapy (EGDT)

Resusitasi cairan agresif dengan koloid dan atau kristaloid, pemberian


obat-obatan inotropik, atau vasopresor dalam waktu 6 jam sesudah diagnosis
ditegakkan di unit gawat darurat sebelum masuk ke PICU. Resusitasi awal 20
ml/kgBB 5-10 menit dan dapat diulang beberapa kali sampai lebih dari 60
ml/kgBB cairan dalam waktu 6 jam. Pada syok septic dengan tekanan nadi
sangat sempit, koloid lebih efektif daripada kristaloid.7
2. Inotropik/vasopresor/vasodilator
Apabila terjadi refrakter terhadap resusitasi volume, dan MAP kurang dari
normal, diberikan vasopresor; Dopamine merupakan pilihan pertama.
Apabila curah jantung masih rendah, akan tetapi normotensi dan tahanan
pembuluh darah sistemik meningkat, maka dipikirkan pemberian
phosphodiesterase inhibitor. Vasopresin yaitu ADH, adrenocorticotrophic
hormone yang dikeluarkan oleh hipotalamus, sebagai vasokonstriktor pada otot
polos pembuluh darah dosis 0,01-0,04 u/menit diberikan pada penderita yang
refrakter terhadap vasopresor konvensional dosis tinggi.
1. Extra Corporeal Membrane Oxygenation

ECMO dilakukan pada syok septic pediatric yang refrakter terhadap terapi
cairan, inotropik, vasopressor, vasodilator dan terapi hormone. Terdapat 1
penelitian yang menganalisis 12 penderita sepsis meningococcus dengan
ECMO, 8 hidup dimana 6 dapat hidup normal sampai 1 tahun pemantauan.
2. Oksigen

Intubasi endotrakheal dini dengan atau tanpa ventilator mekanik sangat


bermanfaat pada bayi dan anak dengan sepsis berat/syok septic, karena
kapasitas residual fungsional yang rendah. Volume tidal 6 ml/kgBB dengan
permissive hypercapnea dan posisi tengkurap dapat memberikan oksigenasi
jaringan yang baik.6
3. Koreksi Asidosis

Terapi bikarbonat untuk memperbaiki hemodinamik atau mengurangi


kebutuhan akan vasopressor, tidak dianjurkan pada keadaan asidosis laktat dan
pH&lt; 7,15 dengan hemodinamik dan kebutuhan akan vasopressor, dan
pengaruhnya terhadap keluaran pada pH rendah.10
4. Terapi Antibiotika

Pemberian antibiotika segera setelah satu jam ditegakkan diagnosis sepsis


dan pengambilan kultur darah. Terapi antibiotika empiris spectrum luas dosis
inisial penuh, satu atau beberapa obat berdasarkan dugaan kuman penyebab
dan dapat berpenetrasi ke dalam sumber infeksi. Terdapat hubungan antara
pemberian antibiotika yang inadekuat dengan tingginya mortalitas. 5
5. Terapi kortikosteroid

Beberapa meta-analisis telah menunjukkan secara konsisten bahwa


pemberian glukokortikoid dosis tinggi (lebih dari 42.000 mg equivalen
hidrokortison) telah terbukti tidak bermanfaat dan membahayakan.
6. Anti-inflamasi

Penelitian mengenai terapi anti-inflamasi pada pediatrik masih sangat


sedikit, dan dengan sampel yang kecil.
7. Transfusi Tukar

Transfusi tukar adalah prosedur untuk menukarkan sel darah merah dan
plasma resipien dengan sel darah merah dan plasma donor. Tujuan TT pada
sepsis adalah untuk memutuskan rantai reaksi inflamasi sepsis dan
memperbaiki keadaan umum pasien.
8. Terapi suportif lainnya
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
1. Biodata / identitas
Nama : Diisi sesuai nama pasien
Umur : Biasanya menyerang pada usia neonatal 0 hari – 28 hari Infeksi
nasokomial pada bayi berat badan lahir sangat rendah (<1500gr) rentan sekali
menderita sepsis neonatal.
Alamat : tempat tinggal keluarga tempat tinggalnya padat dan tidak higienis

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Klien datang dengan tubuh berwarna kuning, letargi,
kejang, tak mau menghisap, lemah
b. Riwayat penyakit sekarang: cara lahir (normal), hilangnya reflek rooting,
kekakuan pada leher, tonus otot meningkat serta asfiksia atau hipoksia.apgar
score, jam lahir, kesadaran
c. Riwayat penyakit dahulu : Ibu klien mempunyai kelainan hepar atau
kerusakan hepar karena obstruksi.
d. Riwayat kehamilan: demam pada ibu (<37,9ºc), riwayat sepsis GBS pada
bayi sebelumnya, infeksi pada masa kehamilan
e. Riwayat prenatal: Anamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas darah,
riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya, kehamilan
dengan komplikasi, obat yang diberikanpd ibu selama hamil / persalinan,
persalinan dgntindakan / komplikasi, rupture selaput ketuban yang lama
(>18 jam), persalinan premature(<37 minggu.
f. Riwayat neonatal : Secara klinis ikterus pada neonatal dapat dilihatsegera
setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Ikterus yang tampakpun ssngat
tergantung kepada penyebeb ikterus itu sendiri. Bayi menderita sindrom
gawat nafas, sindrom crigler-najjar, hepatitis neonatal, stenosis pilorus,
hiperparatiroidisme, infeksi pasca natal dan lain-lain.
g. Riwayat penyakit keluarga: Orang tua atau keluarga mempunyai riwayat
penyakit yang berhubungan dengan hepar atau dengan darah.
h. Riwayat imunisasi : Ditanyakan apakah sudah pernah imunisasi DPT / DT
atau TT dan kapan terakhir

3. Activity daily living


a. Nutrisi : Bayi tidak mau menetek
b. Eliminasi : BAB 1x/hari
c. Aktifitas latihan : Kekauan otot, lemah, sering menangis
d. Istirahat tidur : Pola tidur bayi yang normalnya 18 – 20 jam/hari, saat sakit
berkurang
e. Personal hygiene : Biasanya pada bayi yang terkena Infeksi
neonatorum, melalui plasenta dari aliran darah maternal atau selama
persalinan karena ingesti atau aspirasi cairan amnion yang terinfeksi.
f. Psikososial : Bayi rewel

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: lemah, sulit menelan, kejang;
Kesadaran: normal
Vital sign: TD :
Nadi : normal (110-120 x/menit)
Suhu : Demam (Suhu >38 ºC) atau hipotermi (<36ºC)
Pernafasan : meningkat > 40 x/menit (bayi) normal 30-60x/menit)
b. Kepala dan leher:
Inspeksi: Simetris, dahi mengkerut
Kepala: Bentuk kepala mikro atau makrosepali, trauma persalinan, adanya
caput, kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung
Rambut : Lurus/keriting, distribusi merata/tidak, warna
Mata : Agak tertutup / tertutup,
Mulut : Mecucu seperti mulut ikan
Hidung : Pernafasan cuping hidung, sianosis
Telinga : Kebersihan
Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe
Terdapat kaku kuduk pada leher
c. Dada
Inspeksi : Simetris, terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas
Perkusi : Jantung : Dullness
Paru : Sonor
Auskultasi : terdengar suara wheezing
d. Abdomen
Inspeksi : Flat / datar, terdapat tanda – tanda infeksi pada tali pusat (jika infeksi
melalui tali pusat), keadaan tali pusat dan jumlah pembuluh darah (2 arteri dan 1
vena)
Palpasi : Teraba keras, kaku seperti papan
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Terdengar bising usus
e. Kulit
Turgor kurang, pucat, kebiruan
f. Genetalia
Tidak kelainan bentuk dan oedema, Apakah terdapat hipospandia, epispadia,
testis BAK pertama kali.
g. Ekstremitas
Suhu pada daerah akral panas, Apakah ada cacat bawaan, kelainan bentuk, Fleksi
pada tangan, ekstensi pada tungkai, hipertoni sehingga bayi dapat diangkat bagai
sepotong kayu.

6. Pemeriksaan Spefisik
a. Apgar score
b. Frekuensi kardiovaskuler: apakah ada takikardi, brakikardi, normal
c. Sistem neurologis
d. Reflek moro: tidak ada, asimetris/hiperaktif
e. Reflek menghisap: kuat, lemah
f. Reflek menjejak: baik, buruk
g. koordinasi reflek menghisap dan menelan
7. Pemeriksaan laboatorium
a. sampel darah tali pusat
b. fenil ketonuria
c. hematokrit
d. Bilirubin
e. Kadar gular darah serum
f. Protein aktif C
g. Imunogloblin IgM
h. Hasil kultur cairan serebrospinal, darah asupan hidung, umbilikus, telinga,
pus dari lesi, feces dan urine.
i. Juga dilakukan analisis cairan serebrospinal dan pemeriksaan darah tepi
dan jumlah leukosit.

5. Diagnosa keperawatan
a. Risiko infeksi b.d penularan infeksi pada bayi sebelum, selama dan sesudah
kelahiran
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebuituhan tubuh b.d minum sedikit
atau intoleran terhadap minuman
c. Ketidakefektifan pola nafas b.d apnea
d. Resiko syok, factor resiko sepsis
e. Hipertermi b.d

6. Rencana tindakan keperawatan yang lazim terjadi


a. Resiko infeksi b.d penularan infeksi pada bayi sebelum, selama dan sesudah
kelahiran
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1. Resiko infeksi NOC NIC
 Status Kontrol infeksi
imun  Cuci tangan setiap
 kontrol sebelum dan
risiko sesudah melakukan
Kriteria Hasil: tindakan
 klien keperawatan
bebas dari Rasional:
tanda dan menghindari
gejala terjadinya infeksi
infeksi dari petugas
 Menunjuk kesehatan kepada
kan pasien.
kemampua  Pertahankan
n untuk lingkungan aseptik
mencegah selama pemasangan
timbulnya alat
infeksi Rasional: pasien
 Jumlah dengan malnutrisi
leukosit rentan terhadap
dalam kuman karena
batas sistem imun yang
normal menurun.
 Gunakan masker
dan sarung tangan
sebagai alat
pelindung
Rasional:
menghindari
terjadinya infeksi
dari petugas
kesehatan kepada
pasien dan sebagai
alat pelindung diri
bagi petugas
kesehatan
 Berikan terapi
antibiotik bila perlu
Rasional : proteksi
terhadap infeksi
 Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan local
Rasional: untuk
menghindari
terjadinya infeksi
yang dapat
memperparah
keadaan pasien
 Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap
kemerahan, panas,
drainase
Rasional:
kemerahan, panas,
drainase merupakan
tanda-tanda infeksi
yang perlu dipantau
secara berkala.
2. Ketidakseimb NOC NIC:
angan nutrisi  Status Manajemen nutrisi
kurang dari nutrisi  Kolaborasi dengan
kebuituhan  Status ahli gizi untuk
tubuh nutrisi menentukan jumlah
: kalori dan nutrisi
masuka yang dibutuhkan
n pasien.
makan Rasional:
an dan Penentuan jumlah
cairan kalori dan nutrisi
 Status penting untuk
nutrisi menentukan bentuk
: dan jenis makanan
masuka sesuai dengan
n gizi kebutuhan pasien
 Kontro  Monitor jumlah
l berat nutrisi dan
badan kandungan kalori
Kriteria hasil: Rasional : Untuk
 Adany mengetahui
a masukan dan
pening keluaran dari nutrisi
katan dari kebutuhan
berat pasien sesuai.
badan  Anjurkan pasein
sesuai atau keluarganya
tujuan untuk
 Berat meningkatkan
badan protein dan vitamin
ideal C
sesuai Rasional: Protein
denga dan vitamin penting
n bagi metbolisme
tinggi tubuh dan
badan perkembangan dan
 Mamp pertumbuhan
u Monitoring nutrisi
 Kaji adanya alergi
mengi Rasional:
dentifi mencegah
kasi terjadinya alergi
kebutu terhadap makanan
han dan terapi diet yang
nutrisi diberikan
Tidak ada tanda-tanda  Monitor dan catat
malnutrisi atau respon terhadap
berkurang pemberian makan,
nafsu makan klien
Rasional: respon
pasien saat makan
dapat mempegaruhi
jumlah intake
nutrisi
 Monitor dan catat
intake per oral
Rasional: penting
untuk pemberian
nutrisi sesuai
dengan kebutuhan
anak
 Monitor adanya
penurunan berat
badan
Rasional : untuk
mengetahui status
nutrisi anak
 Kolaborasi diet dan
pemberian vitamin
Rasional :
memberikan nutrisi
dan asupan gizi
yang tepat bagi
klien sesuai
kebutuhan
 Monitor mual dan
muntah
Rasional :
mencegah
kekurangan volume
cairan
 Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Rasional:
mengetahui status
nutrisin dan hidrasi
klien
Ketidak NOC NIC
3. efektifa
n pola  Status Airway management
nafas respirasi:
ventilasi i. Buka
jalan
 Status
nafas,
respirasi:
gunakan
kepatenan
chin lift
jalan nafas
atau jaw
 Status
thrust
tanda-
jika
tanda vital
perlu
Kriteria Hasil: Rasional: menjaga
agar klien dapat
 Menunjukka bernafas dengan
n jalan nafas nyaman
paten  Posisikan pasien untuk
 Tanda-tanda memaksimalkan
vital dalam ventilasi
rentang Rasional: Agar
normal ventilasi adekuat
 Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
Rasional: Suara
tambahan nafas
mengindikasikan
keadaan patologis
klien
 Keluarkan secret
dengan batuk atau
suction
Rasional : Membantu
membersihkan jalan
nafas
 Monitor respirasi dan
status O2
 Rasional: agar status
respirasi terpantau
dalam batas normal
dan mencegah distress
pernapasan
Vital sign monitoring
 Monitor TD, nadi,
suhu dan RR
Rasional : agar tanda
vital terpantau dalam
batas normal
 Monitor kualitas nadi
Rasional : kualitas
nadi mengindikasikan
ada atau tidaknya
gangguan pada system
kardiovaskuler
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
Rasional: mencegah
terjadinya distress
pernapasan dan syok
 Monitor suhu, warna
dan kelembababn kulit
Rasional: mencegah
pada keadaan distress
pernnapasn
Daftar Pustaka

1. Aminullah A. Sepsis Pada Bayi Baru Lahir. Dalam: M. Sholeh Kosim, Ari
Yunanto. dkk (editor). Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Ikatan Dokter
Anak Indonesia; 2010.

2. Nurarif AH dan Kusuma H. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnose Medis dan Nanda-NIC-NOC jilid 1 dan 2. Panduan Penyusunan
Asuhan keperawatan professional. Yogyakarta: Media Action, 2013.
3. Huda A, 2016. Asuhan Keperawatan Praktis.Mediaction:jogjakarta
4. siswatmo R dr, SpA(K). Tatalaksana Sepsis Neonatorum. Media
Aesculapius no.6/Jan-Feb 2007. Diakses 24 Februari 2020.
http://www.freewebs.com/mediaaesculapius/arsip%20skma%202007/SK
MA_revisi_jan-feb07sudah%20terisi_edit4.pdf

Anda mungkin juga menyukai