Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. U DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAFASAN PADA KASUS ASMA

OLEH :

EKA MARDIANTI (014STYC18)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESETAHAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmat dan Karunia – Nya sehingga penyusunan laporan pendahuluan
“GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN PADA KASUS ASMA” dapat saya
selesaikan dengan jadwal yang telah di rencanakan. Terdorong oleh rasa ingin
tahu, kemauan, kerja sama dan kerja keras, kami serahkan seluruh upaya demi
mewujudkan keinginan ini.

Laporan ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
untuk melengkapi dan menyempurnakan laporan PBP. Penulis menyadari dalam
menyusun Laporan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik cara
penulisan ataupun penyusunannya. oleh karena itu kami, mohon maaf dan sangat
mengharapkan masukan yang sifatnya membangun demi untuk kesempurnaan
makalah ini.

Penulis menyadari pula, bahwa selesainya Laporan ini tidak lepas dari
dukungan serta bantuan baik berupa moral maupun material dan semua pihak
terkait. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan terima
kasih banyak kepada Dosen pembimbing dan rekan mahasiswa yang memberikan
masukan dan petunjuk serta saran – saran yang baik.

Mataram, 17 juni 2020

Penyusun

Eka Mardianti
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma merupakan penyakit inflamasi saluran nafas yang dapat menyerang
semua kelompok umur, biasanya ditandai dengan peradangan pada saluran
napas yang bersifat kronik dengan ditemukannya riwayat gejala pernapasan
seperti sesak napas, sesak dada, dan batuk. Kejadian Asma dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain tingkat kecemasan, kebiasaan merokok,
riwayat keluarga dan hewan peliharaan.

2.1 Rumusan masalah


1.2.1 Apa definisi dari Asma?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan etiologi?
1.2.3 Apa saja klasifikasi dari Asma?
1.2.4 Apa apa tanda dan gejala Asma?
1.2.5 Apa patofisilogi Asma?
1.2.6 Apa saja komplikasi Asma?
3.1 Tujuan
1.3.1 untuk mengetahui definisi dari Asma
1.3.2 untuk mengetahui apa saja etiologi Asma
1.3.3 untuk mengetahui klasifikasi Asma
1.3.4 untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Asma
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Konsep Dasar Penyakit


A. Definisi
Asma merupakan penyakit inflamasi saluran nafas yang dapat menyerang
semua kelompok umur, biasanya ditandai dengan peradangan pada saluran
napas yang bersifat kronik dengan ditemukannya riwayat gejala pernapasan
seperti sesak napas, sesak dada, dan batuk. Kejadian Asma dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain tingkat kecemasan, kebiasaan merokok,
riwayat keluarga dan hewan peliharaan.
beberapa factor penyebab asma, antara lain jenis kelamin, umur
pasien, status atopi, factor keturunan, serta factor lingkungan.
Asma dibedakan jadi dua jenis, yakni:
1. Asma bronkial
Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap
rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan
bahan lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya ssangat
mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba.
Jika tidak mendapatkan pertolongan secepatnya, risiko kematian bisa
datang. Gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran adanya
radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian
bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran
pernapasan, pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan
timbunan lendir yang berlebihan.
Asma bronkial adalah proses peradangan di saluran nafas yang
mengakibatkan peningkatan responsive dari saluran nafas terhadap
berbagai stimulus yang dapat menyebabkan penyempitan saluran
nafas yang menyeluruh dengan gejala khas sesak nafas yang
reversible (Nugroho, 2011)
2. Asma kardial

1
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma
kardial biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang
hebat. Kejadian ini disebut nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya
terjadi pada saat penderita sedang tidur.

B. Etiologi
a. Alergen
Alergi dianggap mempunyai peranan pada sebagian besar anak
dengan asma.Disamping itu hiper reaktivitas saluran nafas juga
merupakan faktor yang penting.Bila tingkat hiper reaktivitas bronchus
tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit dansebaliknya jika
hiper reaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi
untuk menimbulkan serangan asma.Sensitisasi tergantung pada lama
dan intnsitas hubungan dengan bahan alergen berhubungan dengan
umur.Bayidan anak kecil sering berhubungan dengan sisi dari debu
rumah, misalnya tungau, serpih atau bulu binatang, spora jamur yang
terdapat di rumah.Dengan bertambahnya umur makin banyak jenis
allergen pencetusnya.Asma karena makanan sering terjadi pada bayi
dan anak kecil.
b. Infeksi.
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak.Virus yang
menyebabkan ialah respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para
influenza.Kadang-kadangkarena bakteri misalnya; pertusis dan
streptokokus, jamur, misalnya Aspergillus dan parasit seperti Askaris.
c. Iritan.
Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam
dari cat, SO 2 dan polutan udara lainya dapat memacu serangan asma.
Iritasi hidung dan batuksendiri dapat menimbulkan refleks
bronkokonstriksi.
d. Cuaca.
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan
kelembaban udara berhubungan dengan percepatan dan terjadinya
serangan asma

2
e. Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat
memicu serangan asma.Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan
dapat merupakan pencetus.Pasien dengan faal paru di bawah optimal
amat rentan terhadap kegiatan jasmani.
f. Infeksi saluran nafas.
Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat
memudahkan terjadinya sma pada anak. Rinitis alergika dapat
memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau refleks.
g. Faktor psikis.
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan
sangat kompleks. Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau
mengakui persolan yang berhubungan dengan asma oleh anak sendiri /
keluarganya akan menggagalkan usaha pencegahan. Sebaliknya
terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari depan anak juga dapat
memperberat serangan asma.

C. Klasifikasi
a. Asma episode yang jarang.
Biasanya terdapat pada anak umur 3 – 8 tahun.Serangan umumnya
dicetuskan oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas.Banyaknya
serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun.Lamanya serangan dapat beberapa
hari, jarang merupakan serangan yang berat.
Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari.Mengi dapat
berlangsung kurang dari 3-4 hari, sedang batuk-batuknya dapat
berlangsung 10 – 14 hari.Manifestasi alergi lainya misalnya, eksim
jarang terdapat pada golongan ini.Tumbuh kembang anak biasanya
baik, diluar serang tidak ditemukan kelainan.Waktu remisi
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan.Golongan ini merupakan
70 – 75 % dari populasi asma anak.
b. Asma episode yang sering.

3
Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum
3 tahun.Pada permulaan, serangan berhubungan dengan infeksi
saluran nafas akut.Pada umur 5 – 6 tahun dapat terjadi serangan tanpa
infeksi yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkan dengan
perubahan udara, adanya alergen, aktivitas fisik dan stress. Banyak
yang tidak jelas pencetusya.Frekwensi serangan 3 – 4 kali dalam 1
tahun, tiap serangan beberapa hari sampai beberapa
minggu.Frekwensi serangan paling tinggi pada umur 8 – 13 tahun. Pad
golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan
asma kronik ataui persisten. Umumnya gejala paling jelek terjadi pada
malam hari dengan batuk dan mengi yang akan mengganggu tidurnya.
Pemeriksaan fisik di luar serangan tergantung frekwensi serangan.
Jika waktu
serangan lebih dari 1 – 2 minggu, biasanya tidak ditemukan
kelainan fisik. Hay Fever dapat ditemukan pada golongan asma kronik
atau persisten. Gangguan pertumbuhan jarang terjadi .Golongan ini
merupakan 2-0 % dari populasi asma pada anak.
c. Asma kronik atau persisten.
Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum
umur 6 bulan; 75% sebelum umur 3 tahun.Pada lebih adari 50 % anak
terdapat mengi yang lama pada dua tahun pertama, dan 50 % sisanya
serangannya episodik. Pada umur 5 – 6 tahun akan lebih jelas
terjadinya obstruksi saluran nafas yang persisten dan hampir selalu
terdapat mengi setiap hari; malam hari terganggu oleh batuk dan
mengi. Aktivitas fisik sering menyebabkan mengi.Dari waktu ke
waktu terjadi serangan yang berat dan sering memerlukan perawatan
di rumah sakit.
Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan berat,
hanya sesak sedikit dan mengi sepanjang waaktu.Biasanya setelah
mendapatkan penangan anak dan orang tua baru menyadari mengenai
asma pada anak dan masalahnya.Obstruksi jalan nafas mencapai
puncakya pada umur 8 – 14 tahun, baru kemudian terjadi perubahan,

4
biasanya perbaikan.Pada umur dewasa muda 50 % golongan ini tetap
menderita asma persisten atau sering.Jarang yang betul-betul bebas
mengi pada umur dewasa muda.Pada pemeriksaan fisik jarang yang
normal; dapat terjadi perubahan bentuk thoraks seperti dada burung
(Pigeon Chest), Barrel Chest dan terdapat sulkus Harison.Pada
golongan ini dapat terjadi gangguan pertumbuhan yakni, bertubuh
kecil.Kemampuan aktivitas fisik kurang sekali, sering tidak dapat
melakukan olah raga dan kegiatan lainya.Juga sering tidak masuk
sekolah hingga prestasi belajar terganggu.Sebagian kecil ada
mengalami gangguan psiko sosial.

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala asma bervariasi sesuai dengan derajat bronkospasme.
Klasifikasi keparahan eksaserbasi asma

Ringan Sedang Berat Gagal nafas


yang mungkin
terjadi
Gejala
Dispnea Sakit Saat Pada saat Saat istirahat
beraktivitas berbicara istirahat
Bicara Dalam kalimat Dalam Dalam kata- Diam
frasa kata
Tanda
Posisi tubuh mampu lebih suka Tidak mampu Tidak mampu
berbaring duduk berbaring berbaring
Frekuensi Meningkat Meningkat Sering kali >30/menit
pernapasan >30/menit
Penggunaa Biasanya tidak Umumnya Biasanya ada Gerakan
n obat ada ada torakoabdominal
bantu paradoksial
pernapasan
Suara Mengi sedang Mengi Mengi keras Gerakan udara
napas pd keras saat inspirasi sedikit tanpa
pertengahan selama dan ekspirasi mengi
sampai akhir ekspirasi
ekspirasi
Frek <100 100-120 >120 Bradikardi
jantung reaktif
(kali/menit)

5
Pulpus <10 10-25 Sering >25 Sering kali tidak
paradokus ada
(mm Hg)
Status Mungkin Biasanya Biasanya Bingung atau
mental agitasi agitasi agitasi mengantuk

E. Patofisiologi
Suatu serangan asthma timbul karena seorang yang atopi terpapar
dengan alergen yang ada dalam lingkungan sehari-hari dan membentuk
imunoglobulin E ( IgE ).
Faktor atopi itu diturunkan. Alergen yang masuk kedalam tubuh
melalui saluran nafas, kulit, dan lain-lain akan ditangkap makrofag yang
bekerja sebagai antigen presenting cell (APC). Setelah alergen diproses
dalam sel APC, alergen tersebut dipresentasikan ke sel Th. Sel Th
memberikan signal kepada sel B dengan dilepaskanya interleukin 2 ( IL-
2 ) untuk berpoliferasi menjadi sel plasma dan membentuk
imunoglobulin E (IgE).
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam
jaringan dan basofil yang ada dalan sirkulasi. Bila proses ini terjadi pada
seseorang, maka orang itu sudah disensitisasi atau baru menjadi rentan.
Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan
alergen yang sama, alergen tersebut akan diikat oleh Ig E yang sudah ada
dalam permukaan mastoit dan basofil. Ikatan ini akan menimbulkan influk
Ca++ kedalam sel dan perubahan didalam sel yang menurunkan kadar
cAMP.
Penurunan pada kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel.
Degranulasi sel ini akan menyebabkan dilepaskanya mediator-mediator
kimia yang meliputi : histamin, slow releasing suptance of anaphylaksis (
SRS-A), eosinophilic chomotetik faktor of anaphylacsis (ECF-A) dan
lain-lain.

6
F. Pathway

Ekstinsik (inhaled Intrinsik (infeksi,


psikososial,
alergi)
stress)

Penurunan stimuli reseptor


Bronchial mukosa menjadi
terhadap iritan pada
sensitif oleh Ig E
trakheobronkhial

Peningkatan mast cell


pada trakheobronkhial Hiperaktif non spesifik stimuli
penggerak dari cell mast

Pelepasan histamin Perangsang reflek


Stimulasi reflek terjadi
reseptor syarat reseptor
stimulasi pada bronkial tracheobronkhial
parasimpatis smooth sehingga terjadi
pada kontraksi
mukosa Stimuli bronchial
bronkus
smooth
dan kontraksi otot
Peningkatan
bronkhiolus
permiabilitas vaskuler
akibat kebocoran protein
dan cairan dalam
jaringan

Perubahan jaringan, peningkatan Ig E dalam serum

Respon dinding bronkus

bronkospasme
Hipersekresi mukosa
Udema mukosa

wheezing
Penumpukan sekret
Bronkus menyempit kental
Ketidakefekti
fan Ventilasi terganggu
Sekret tidak keluar

hipoksemia
Intolerans Batuk tidak
Gangguan
i Bernapas efektif
pertukara
gelisah melalui mulut
n

Keringnya mukosa Bersihan


cemas
Gangguan jalan napas
pola tidur tidak efektif
Resiko
infeksi

7
Sumber :Somantri (2008), Muttaqin (2008), Sundaru H (2002)

G. Komplikasi
a. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
Chronik persistent bronchitis
b. Bronchiolitis Pneumonia Emphysema.

H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik
1) Sistem Pernapasan / Respirasi
Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel
chest, penggunaan otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO 2

dan penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi


terdengar wheezing, ronchi basahsedang, ronchi kering musikal.
Sistem Cardiovaskuler
Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan. Sistem Persyarafan/
neurologi
Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran :
gelisah, rewel, cengeng → apatis → sopor → coma.
2) Sistem perkemihan
Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang
akibat sesak nafas.

8
3) Sistem Pencernaan / GastrointestinalTerdapat nyeri tekan pada
abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum, mukosa
mulut kering.
4) Sistem integument
Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.
b. Pemeriksaan diagnostik/ penunjang
1) Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik Foto rontgen
2) Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital,
eosinofil biasanya meningkat dalam darah dan sputum
3) Pemeriksaan alergi Pulse oximetri
4) Analisa gas darah.

c. Therapy/tindakan penanganan
1) Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.
2) Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat
diulang setiap 20 menit sampai 3 kali.
3) Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini (per
oral) :
a. Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :
1) Efedrin : 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam
2) Salbutamol: 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
3) Terbutalin: 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam
Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia,
tremor, hipertensi dan insomnia, . Intervensi keperawatan
jelaskan pada orang tua tentang efek samping obat dan monitor
efek samping obat.
b. Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi
bronkospasme dan meningkatkan bersihan jalan nafas.
1) Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
2) Teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per
menit.Efek samping tachycardia, dysrhytmia, palpitasi, iritasi

9
gastrointistinal,rangsangan sistem sarafpusat;gejala toxic;sering
muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang.
Intervensi keperawatan; atur aliran infus secara ketat, gunakan
alat infus khusus misalnya infus pump.
c. Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa
bronkus.Prednison : 0,5 – 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada
serangan hebat).
d. Diagnosis / Kriteria Diagnosis
Diagnosis asma pada anak ditegakkan berdasarkan terutama pada
anamnesis dan pemeriksaan fisik; pemeriksaan penunjang mempunyai
peran menunjukkan berat ringannya dan untuk kepentingan
terapi.Oleh karena gejala asma pada anak dangat bervariasi maka
diagnosis asma sulit ditegakkan.Pemeriksaan fisik waktu serangan
dapat ditemui frekuensi nafas meningkat, amplitudo nafas dangkal,
sesak nafas, nafas cuping hidung, sianosis, gerakan dinding dada
berkurang, hipersonor, bunyi nafas melemah, wheezing ekspirasi,
ronki kering, ronki basah dan suara lendir.Pemeriksaan laboratorium,
darah tepi ddan secret hidung. IgE total dapat meningkat. Analisa gas
darah dapat menunjukkan asidosis, CO2 meningkat.Pada iju fungsi
paru nilai PEFR atau FEV1 menurun.

I. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal
tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Program
penatalaksanaan asma meliputi 7 komponen, yaitu: (Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia)
a. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortalita.
Edukasi tidak hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga
tetapi juga pihak lain yang membutuhkan seperti pemegang

10
keputusan, pembuat perencanaan bidang kesehatan/asma, profesi
kesehatan.
b. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma
oleh penderita sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan
asma. Hal tersebut disebabkan berbagai faktor antara lain:
1) Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan
perubahan terapi
2) Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami
perubahan pada asmanya
3) Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu
dirview, sehingga membantu penanganan asma terutama
asma mandiri.
c. Identifikasi dan mengendalikan factor pencetus
d. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit,
disebut sebagai asma terkontrol. Terdapat 3 faktor yang perlu
dipertimbangkan:
1) Medikasi (obat-obatan)
Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah
gejala obstruksi jalan napas, terdiri atas pengontrol dan
pelega.
2) Tahapan pengobatan
3) Penanganan asma mandiri (pelangi asma)
e. Menetapkan pengobatan pada serangan akut
f. Kontrol secara teratur
g. Pola hidup sehatedukasi yang baik

11
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Konsep Dasar Keperaawatan
1. Pengkajian
a. Identitas : Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada
anak umur 3-8 tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan
bagian atas. Pada asma episodik yang sering terjadi, biasanya pada
umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan infeksi saluran
napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi
yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan
cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini
frekwensi serangan paling seringpada umur 8-13 tahun. Asma kronik
atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-
6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang
persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin
tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.
Keluhan utama: Batuk-batuk dan sesak napas.
b. Riwayat penyakit sekarang: Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan
sesak napas. Riwayat penyakit terdahulu: Anak pernah menderita
penyakit yang sama pada usia sebelumnya.
c. Riwayat penyakit keluarga: Penyakit ini ada hubungan dengan faktor
genetik dari ayah atau ibu, disamping faktor yang lain.
d. Riwayat kesehatan lingkungan: Bayi dan anak kecil sering
berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih
atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan
iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari
orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara
dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma

12
e. Pengkajian per sistem :
1) Sistem Pernapasan / Respirasi
Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea,
barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan, Peningkatan
PCO 2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada
auskultasi terdengar wheezing, ronchi basahsedang, ronchi kering
musikal.
2) Sistem Cardiovaskuler
Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
3) Sistem Persyarafan / neurologi
Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran :
gelisah, rewel, cengeng → apatis → sopor → coma.
4) Sistem perkemihan
Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang
akibat sesak nafas.
5) Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap
makan dan minum, mukosa mulut kering.
6) Sistem integument
Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak
nafas.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d mucus dalam jumlah
berlebihan, peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan
bronkospasme
b. Ketidak efektifan pola nafas b.d keletihan otot pernafasan dan
deformitas dinding dada
c. Gangguan pertukaran gas b.d retensi karbon diaoksida

13
3. Intervensi
No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWA
TAN
1 Ketidak NOC: NIC:
efektifan Setelahdiberikan 1. Pastikan kebutuhan
bersihan jalan asuhan keperawatan oral/tracheal
nafas selama 4x24 jam suctioning
diharapkan pasien akan 2. Auskultasi suara
mempertahankan nafas sebelum dan
penurunan curah sesudah suctioning
jantung. 3. Informasikan pada
Kriteria hasil: pasien dan
1. Mendemonstrasi keluarga tentang
kan batuk suctioning
efektif dan suara 4. Minta pasien nafas
nafas bersih, dalam sebelum
tidak ada suction dilakukan
sianosis dan 5. Berikan O2 dengan
dyspnea menggunakan nasal
(mampu untuk memfasilitasi
mengeluarkan suction nasotrakeal
sputum, mampu 6. Gunakan alat yang
bernafas dengan steril setiap
mudah, tidak melakukan
ada pursed lips) tindakan
2. Menunjukkan 7. Anjurkan pasien
jalan nafas yang untuk istirahat dan
paten (pasien nafas dalam setelah
tidak merasa kateter dikeluarkan
tercekik, irama dari nasotrakeal
nafas, frekuensi 8. Monitor status
pernafasan oksigen pasien
dalam rentang 9. Hentikan suction
normal, tidak dan berikan O2
ada suara nafas apabila pasien
abnormal) menunjukkan
3. Mampu bradikardi,
mengidentifikasi peningkatan
kan dan saturasi O2, dll
mencegah factor Airway Managment
yang dapat 10. Buka jalan nafas,
menghambat gunakan teknik
jalan nafas. chin lift jaw thrust
bila perlu
11. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan

14
ventilasi
12. Identifikasi pasien
perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan
13. Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
14. Berikan pelembab
udara kassa basah
NaCL lembab
15. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
kesimbangan
16. Monitor respirasi
dan status O2
2. Ketidak setelah diberikan Monitor frekuensi, irama
efektifan pola asuhan keperawatan dan kedalaman pernafasan
nafas selama 4x24 jam
diharapkan pasien akan Posisikan klien dada posisi
mendemontrasikan pola semi fowler
nafas efektif
kriteria hasil:
1. Frekuensi nafas
yang efektif dan Alihkan perhatian individu
perbaikan dari pemikiran tentang
pertukaran gas keadaan ansietas dan
pada paru ajarkan cara bernafas
2. Menyatakan efektif
faktor penyebab Minimalkan distensi gaster
dan cara adaptif Kaji pernafasan selama
mengatasi tidur
faktor-faktor Kaji pernafasan Yakinkan
tersebut klien dan beri dukungan
saat dipsnea,

3. Gangguan Setelahdiberikan Pantauan status pernafasan


pertukaran gas asuhan keperawatan tiap 4 jam, hasil GDA,
selama 4x24 jam pemasukan dan haluaran
diharapkan pasien akan Tempatkan klien pada
mempertahankan posisi semi fowler
pertukaran gas dan Berikan terapi intravena
oksigenasi adekuat. sesuai anjuran
Kriteria hasil: Berikan oksigen melalui
1. Frekuensi nafas kanula nasal 4 l/mt
16-20 x/menit selanjutnya sesuaikan
2. Frekuensi nadi dengan hasil PaO2
60-120 x/menit Berikan pengobatan yang

15
3. Warna kulit telah ditentukan serta
normal, tidak amati bila ada tanda –
ada dipnea dan tanda toksisitas
GDA dalam
batas normal

4. Implementasi
Menurut particia implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana
tindakan keperawatan yang telah disusun/ditemukan, yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dapat terlaksana
dengan baik dilakukan oleh pasien itu sendiri ataupun perawat secara
mandiri dan juga dapat bekerjasama dengan anggota tim kesehatan
lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih intervensi
keperawatan yang akan diberikan kepada pasien.
Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat :
a. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan
b. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
c. Menyiapkan lingkungan terapeutik
d. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
e. Memberikan asuhan keperawatn langsung
f. Mengkonsulkan dan member penyuluhan pada pasien dan
keluarganya.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan
untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan asma bronchial adalah :
a. Pola nafas kembali efektif
b. Bersihan jalan nafas kembali efektif
c. Pasien merasakan nyaman

16
DAFTAR PUSTAKA

Rohman Dodi, 2015 , Efektifitas Latihan Nafas, Fikes UMP

Arrifudin A, Rau Jusman. Muh ,Hardiyanti Nurhidayah, Januari 2019, Jurnal


Kesehatan Tadulako Vol. 5 No. 1, hal 1-62.

Yudhawati Resti, Krisdanti Agung Putu Desak, Januari 2017, Jurnal Respirasi
Imunopatogenesis Asma, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/ RSUD Dr.
Soetomo

17

Anda mungkin juga menyukai