Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS PADA IBU HAMIL

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1


1. DEDE WIDYA NINGSIH
2. EKA MARDIANTI
3. IIN HUSNIA DEPI
4. KHAIRUL AZMI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan dan keteguhan hati kepada penyusun untuk menyelesaikan
makalah ini. Solawat beserta salamsenantiasa tercurahkan kepada nabi
Muhammad SAW yangmenjadi tauladan para umat manusia yang merindukan
keindahan syurga.
Kami menulis makalah ini bertujuan untuk memenuhi dan melengkapi
tugas yang diberikan oleh ibu dosen matakuliah “Keperawatan Maternitas”
Dalam penyelesaian makalah ini, penyusun banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan.Namun, berkat kerjasama dan
kesungguhan dalammenyelesaikan makalah ini, akhirnya dapat diselesaikan
dengan baik.Kami menyadari, sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya tidak
seberapa yang masih perlu belajar dalampenyusunan makalah, bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran demi terciptanya karya ilmiah yang lebih baik lagi, serta berdayaguna di
masa yang akan datang.

Mataram, 05 Maret 2020

Penyusun

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang........................................................................................1

1.2 RumusanMasalah...................................................................................2

1.3 Tujuan....................................................................................................2

BAB II DIABETES MELLITUS PADA KEHAMILAN

2.2 Etiologi...................................................................................................3

2.3 Klasifikasi .............................................................................................4

2.4 Patofisiologi......... ..................................................................................4

2.5 Pathway..................................................................................................5

2.6 Manifestasiklinis....................................................................................5

2.7 Pemeriksaan penunjang..........................................................................5

2.8 Penatalaksanaan.....................................................................................6

2.9 Komplikasi.............................................................................................6

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


KEHAMILAN........................................................................................................8

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN.....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Diabetes mellitus pada kehamilan, atau sering disebut Diabetes Mellitus Gestasional,
merupakan penyakit diabetes yang terjadi pada ibu yang sedang hamil. Gejala utama dari
kelainan ini pada prinsipnya sama dengan gejala utama dari penyakit diabetes yang lain,
yaitu sering buang air kencing (poliuri),selalu merasa haus (polidipsi) dan sering merasa
lapar (polifagi).(Mirza Maulana, 2015:179)

Diabetes disebabkan oleh ketidak adekuatnya pembentukan dan penggunaan insulin,


suatu hormol esensial, yang secara normla dihasilkan oleh sel-sel beta langerhans
dipangkreas. Salaah satu fungsi insulin adalah memudahkan glukosa berpindah kedalam
sel-sel jaringan. Tanpa insulin yang adekuat, glukosa tidak dapat memasuki sel-sel untuk
digunakan sebagai sumber energi, akibatnya tubuh menggunakan lemak dan protein
untuk sumber energi, dampaknya terjadi keseimbangan nitrogen negatif dan ketosis.
(Martini fairus, Prasetyowati, 2010:58)

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang


meninjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa
dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin hampir menyerupai kadar darah
ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi
kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping
beberapa hormon lain: esterogen, streoid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resopsi
makanan maka terjadi hiperglikemi yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin.
(Marmi,Ery 2011:135)

Diabetes mellitus dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, karena penyakit


ini akan banyak menimbulkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada
penderita yang juga dipengaruhi kehamilan, sebaliknya juga diabetes mellitus akan
mempengaruhi dengan frekuensi 0,3-0,7%. (Wahyu puwaningsih, Siti fatmawati, 2010 :
135)

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi diabetes mellitus pada kehamilan?
2. Apa saja etiologi diabetes mellitus pada kehamilan?
3. Apa saja klasifikasi diabetes mellitus pada kehamilan?
4. Apa saja Patofisiologi diabetes mellitus pada kehamilan?
5. Bagaiaman Tanda dan gejala diabetes mellitus pada kehamilan?
6. Bagaimana Pemeriksaan penunjang diabetes mellitus pada kehamilan?
7. Bagaiamana Penatalaksanaan diabetes mellitus pada kehamilan?
8. Bagaiamana asuhan keperawatana diabetes mellitus pada kehamila?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian diabetes mellitus pada kehamilan
2. Untuk mengetahui etiologi diabetes mellitus pada kehamilan
3. Untuk mengetahui klasifikasi diabetes mellitus pada kehamilan
4. Untuk mengetahui patofisiologi diabetes mellitus pada kehamilan
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala diabetes mellitus pada kehamilan
6. Untuk mengetahui bagaiamana pemeriksaan penunjang diabetes mellitus pada
kehamilan
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan diabetes mellitus pada kehamilan
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatana diabetes mellitus pada kehamilan

2
BAB II

PENYAKIT DIABETES MELLITUS PADA KEHAMILAN

2.1 Definisi
Diabetes mellitus berasal dari dua kata, siabaiveiv atau diabainein dari bahasa yunani,
yang berarti tembus atau pencuran air mellitus dari bahasa latin yang berarti rasa manis
atau madu. Diabetes mellitus adalah kelainan metabolis yang di sebabkan oleh banyak
faktor, dengan simtom berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein. (Sandra Shanty, 2013 : 21).
Diabetes mellitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis dan terjadi karena
defisiensi insulin atau resitensi insulin, ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah
(hiperglikemia) dan glukosa dalam urin (glikosuria). (Martini fairus, Prasetyowati,
2010:58)
Diabetes pragestasi adalah diabetes yang terjadi sebelum konsepsi dan terus berlanjut
setelah masa hamil. Dibetes pragestasi dapat berupa diabetes tipe I (tergantung insulin)
dan tipe II (tidak tergantung insulin), yang munkin disertai atau tidak disertai penyakit
vaskuler, retinopati, dan komplikasi dibaetic lainnya. (Dr. Erna setiyaningrum, 2017:195)

2.2 Etiologi
Penyakit diabetes mellitus merupakan kelainan herediter dengan ciri influensi atau
absenya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi, dan berkurangnya
glokogenesis. (Wahyu puwaningsih, Siti fatmawati, 2010:136)
Penyebab dan faktor resiko terjadinya diabetes mellitus adalah:
a. Umur mulai tua
b. Obesitas/gemuk
c. Herediter
d. Riwayat melahirkan bayi dengan BB lebih 4 kg
e. Riwayat abortus diabetes mellitus

2.3 Klasifikasi
Kehamilan dengan diabetes mellitus menurut pyke ada 3 pengertian yaitu:
a) Diabetes mellitus kelas 1 yaitu diabetes timbul pada waktu hamil dengan
menghilang setelah melahirkan.

3
b) Diabetes kelas 2 yaitu progestional gestational diabetes dimana diabetes
dimana sejak sebelum hamildan berlanjut setelah hamil
c) Diabetes mellitus kelas 3 yaitu progestional diabetes yang disertai komplikasi
penyulit penyakit pembuluh darah seperti retinopati dan kelainan pembuluh
darah panggung. (Wahyu puwaningsih, Siti fatmawati, 2010 :135)

2.4 Patofisiologi
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan
di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin
dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma
ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).Melalui difusi
terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi
sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi).
Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan
metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan
sebagainya).
Jika pada pemeriksaan berat badan bayi ditemukan bayinya besar sekali maka perlu
dilakukan induksi pada minggu ke 36 – 38 untuk mencegah terjadinya komplikasi saat
persalinan. Proses persalinan ini harus dalam pengawasan ketat oleh dokter spesialis
kebidanan dan dokter spesialis penyakit dalam.
Biasanya setelah bayi lahir maka kadar gula darah akan kembali normal, apabila
tidak, maka perlu dilanjutkan pemberian antidiabetes oral sampai jangka waktu
tertentu.Pada kehamilan normal terjadi banyak perubahan pada pertumbuhan dan
perkembangan fetus secara optimal. Pada kehamilan normal kadar glukosa darah ibu
lebih rendah secara bermakna. Hal ini disebabkan oleh :

1. Pengambilan glukosa sirkulasi meningkat


2. Produksi glukosa dari hati menurun
3. Produksi alanin (salah satu precursor glukoneogenesis ) menurun.
4. Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5. Efek-efek hormon gestasional (kortisol, human plasenta lactogen, estrogen, dll)
6. Perubahan metabolism lemak dan asam amino

4
2.5 Pathway

Pemasukan makanan berlebih

Reasorbsi makanan melambat

Hiperglikemia

Resistensi insulin

Diabetes Mellitus

2.6 Manifestasi klinik


1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula
banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak
makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.

5
a) Penurunan berat badan
b) Kesemutan, gatal
c) Pandangan kabur
d) Pruritus vulvae pada wanita
e) Lemas, lekas lelah, tenaga kurang.

Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak
dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan
memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan
otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap
kurus.

2.7 Pemeriksaan penunjang


Kriteria Diagnosis:
1) Gejala klasik DM + gula darah sewaktu ≤ 200 mg/dl. Gula darah sewaktu
merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu
makan terakhir. Atau:
2) Kadar gula darah puasa 126 mg/dl.Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam. Atau:
3) Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan Standard
WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air.
Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994)

1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum
air putih tanpa gula tetap diperbolehkan
3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa
4. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak),
dilarutkan dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam
setelah minum larutan glukosa selesai
6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
7. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM,
maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu)
atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh.
 TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 – 199
mg/dl

6
 GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125mg/dl.
2.8 Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kehamilan
1) Pengaruh kehamilan, persalinan dan nifas terhadap DM
a) Kehamilan dapat menyebabkan status pre diabetik menjadi manifes (diabetik).
b) DM akan menjadi lebih berat karena kehamilan
2) Pengaruh diabetes gestasional terhadap kehamilan di antaranya adalah :
a) Abortus dan partus prematurus
b) Hidronion
c) Pre-eklamasi
d) Kesalahan letak jantung
e) Insufisiensi plasenta
3) Pengaruh penyakit terhadap persalinan
a) Gangguan kontraksi otot rahim (partus lama / terlantar).
b) Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
c) Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia sampai dengan
lahir mati
d) Perdarahan post partum karena gangguan kontraksi otot rahim.
e) Post partum mudah terjadi infeksi.
f) Bayi mengalami hypoglicemi post partum sehingga dapat menimbulkan
kematian
4) Pengaruh DM terhadap kala nifas
a) Mudah terjadi infeksi post partum
b) Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar
5) Pengaruh DM terhadap bayi
a) Abortus, prematur, > usia kandungan 36 minggu
b) Janin besar ( makrosomia )
c) Dapat terjadi cacat bawaan, potensial penyakit saraf dan jiwa

2.9 Penatalaksanaaan
1. Terapi Diet
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk
mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika
klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari
hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada
ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi
dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.

Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah
tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.

7
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
(Martini Fairuz,2010:61)

Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :
a) Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30
%, protein 20 %.
b) Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
c) Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
d) Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal
ginjal

NO Tipe Diet Indikasi Diet


1. Diet A Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.
2. Diet B Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :
1. Kurang tahan lapan dengan dietnya.
2. Mempunyai hyperkolestonemia.
3. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami
cerobrovaskuler accident (cva) penyakit jantung koroner.
4. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati
diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata.
5. Telah menderita diabetes dari 15 tahun
3. Diet B1 Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu
penderita diabetes terutama yang :
1. Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip idemia.
2. Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %.
3. Masih muda perlu pertumbuhan.
4. Mengalami patah tulang.
5. Hamil dan menyusui.
6. Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.
7. Menderita tuberkulosis paru.
8. Menderita penyakit graves (morbus basedou).
9. Menderita selulitis.
10. Dalam keadaan pasca bedah. Indikasi tersebut di atas selama tidak ada
kontra indikasi penggunaan protein kadar tinggi.
4. Diet B1 Diet B2 (Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik yang
dan B2 klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt).

Sifat-sifat diet B2
1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung protein
kurang.
2. Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein dan
20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial.
3. Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300 kalori /
hari. Karena bila tidak maka jumlah perhari akan berubah.

Diet B3 (Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal

8
kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt)

Sifat diet B3
1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).
2. Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40
gram/hari.
3. Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan
2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein).
4. Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
5. Dipilih lemak yang tidak jenuh. Semua penderita diabetes mellitus
dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara teratur tiap
hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga dianjurkan untuk
melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud
untuk menurunkan BB. Penyuluhan kesehatan, untuk meningkatkan
pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara
dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga dilakukan melalui
media-media cetak dan elektronik.

Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga


terutama didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir
lebih dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin
mendadak. Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui
drips.
2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik.
3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan
infus glukosa.
4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25
kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori
yang lebih mudah.
5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
- Kalori basal 25 kal/kgBB ideal
- Kalori kegiatan jasmani 10-30%
- Kalori untuk kehamilan 300 kalori
- Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB

Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai
normal atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan
2 jam pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.

Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah


kapiler. Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM

9
umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh
kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.

 Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :

1. Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl


2. Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
3. Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
4. Mencegah episode hipoglikemia
5. Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik
6. Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal.

Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap
hari, jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol
sesuai jadwal pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan
maka kontrol semakin sering Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu
sekali.

Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan
selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat
badan yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu
BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg).

Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung digunakan. Insulin
yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin), karena insulin yang
bukan berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya
antibodi terhadap insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah
plasenta (placental blood barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin.

 Pengukuran tinggi fundus uteri

a) NST – USG serial


b) Penilaian menyeluruh janin dengan skor dinamik janin plasenta (FDJP), nilai
FDJP < 5 merupakan tanda gawat janin.
c) Penilaian ini dilakukan setiap minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya
makrosomia, pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan gawat janin merupakan
indikasi untuk melakukan persalinan secara seksio sesarea.
d) Pada janin yang sehat, dengan nilai FDJP > 6, dapat dilahirkan pada usia
kehamilan cukup waktu (40-42 mg) dengan persalinan biasa. Pemantauan
pergerakan janin (normal >l0x/12 jam).
e) Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.
f) Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis
terlebih dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38
mg).

10
g) Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan
vaskuler dan infeksi seperti glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus
dirawat sejak usia kehamilan 34 minggu. Penderita DMG dengan komplikasi
biasanya memerlukan insulin.

 Meningkatkan jumlah insulin


1. Sulfonilurea (glipizide GITS, glibenclamide, dsb.)
2. Meglitinide (repaglinide, nateglinide)
3. Insulin injeksi
4. Meningkatkan sensitivitas insulin
5. Biguanid/metformin
6. Thiazolidinedione (pioglitazone, rosiglitazone)
7. Memengaruhi penyerapan makanan
8. Acarbose
9. Hati-hati risiko hipoglikemia berikan glukosa oral (minuman manis atau
permen) 6-8 minggu setelah melahirkan, ibu tersebut melakukan test plasma
glukosa puasa dan OGTT 75 gram glukosa. Pasien gemuk penderita GDM,
sebaiknya mengontrol BB, karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20
tahun kemudian

2. Terapi Insulin
Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut : Daya tahan terhadap
insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan
antiinsulin plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin
diberi insulin dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda
bahwa dosis perlu ditambah atau dikurangi. Perubahan-perubahan dalam kehamilan
memudahkan terjadinya hiperglikemia dan asidosis tapi juga menimbulkan reaksi
hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu ditambah/dirubah menurut keperluan secara
hati-hati dengan pedoman pada 140 mg/dl. Pemeriksaan darah yaitu kadar post
pandrial.
Penanggulangan Obstetri pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup
dikuasi dengan diit saja dan tidak mempunyai riwayat obstetri yang buruk, dapat
diharapkan partus spontan sampai kehamilan 40 minggu. lebih dari itu sebaiknya
dilakukan induksi persalinan karena prognosis menjadi lebih buruk. Apabila
diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan insulin, sebaiknya kehamilan
diakhiri lebih dini sebaiknya kehamilan 36-37 minggu. Lebih-lebih bila kehamilan
disertai komplikasi, maka dipertimbangkan untuk menghindari kehamilan lebih dini
lagi baik dengan induksi atau seksio sesarea dengan terlebih dahulu melakukan
amniosentesis. Dalam pelaksanaan partus pervaginam, baik yang tanpa atau dengan
induksi, keadaan janin harus lebih diawasi jika mungkin dengan pencatatan denyut
jantung janin terus – menerus.

3. Olahraga
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk
memperbaiki sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi glukosa.

11
Olahraga juga dapat membantu menaikkan berat badan yang hilang dan memelihara
berat badan yang ideal ketika dikombinasi dengan pembatasan intake kalori.

2.10 Komplikasi
a) Komplikasi pada Ibu:
1. Hipoglikemia, terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
2. Hiperglikemia, terjadi pada kehamilan 20-30 minggu akibat resistensi insulin
3. Infeksi saluran kemih
4. Preeklampsi
5. Hidramnion
6. Retinopati
7. Trauma persalinan akibat bayi besar

b) Masalah pada anak :


1. Abortus
2. Kelainan kongenital spt sacral agenesis, neural tube defek
3. Respiratory distress
4. Neonatal hiperglikemia
5. Makrosomia
6. Hipocalcemia
7. Kematian perinatal akibat diabetic ketoasidosis
8. Hiperbilirubinemia

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIABETES MELITUS

12
1. Pengkajian
a. Identitas
Kaji identitas klien
Nama : untuk membedakan pasien yang satu dengan yang lainnya.
Umur : untuk mengetahui masa lanjut pasien berisiki atau tidak
Agama : untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan pada ibu
sesuai dengan kepercayaan
Pendidikan: untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang kesehatan
Pekerjaan : untuk mengetahui status sosial, ekonomi, dan pengaruhnya terhadap
diabetes pada kehamilan
Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal dan untuk memudahkan
menghubungi keluarga jika terjadi sesuatu yang tidak di,inginkan
Penaggung jawab : untuk mengetahui penanggung jawab klien jika terjadi sesuatu
yang tidak di inginkan.
b. Riwayat kesehatan
a) Keluhan Utama
Biasanya ibu hami dengan DM, penambahan berat badan yang berlebihan.
b) Riwayat kesehatan sekarang
c) Kaji apakah klien pernah mengalami penyakit yang sama seperti saat ini apakah
klien memiliki pola kebiasaan yang tidak sehat gaya dan nutrisi yang tidak baik.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji apakah klien, mual, muntah, penambahan berat badan yang berlebihan atau
tidak adekuat, polipdipsi, poliphagi, poluri, nyeri tekan abdomen dan retinopati.
e) Riwayat kesehatan keluarga
f) Perlu dikaji apakah ada keluarga yang menderita DM, karena DM bersifat
keturunan.
c. Pemeriksaan Fisik:
a) Kesadaran
Kesadaran biasanya kompos mentis, jika dalam keadaan hipoglikemi ibu bisa
merasa lemah dan letih.
b) Tanda Vital:
1) Tekanan Darah

13
Normalnya 110/70-130/80 mmHG, ibu dengan DM perlu diobservasi
tekan darahnya karena komplikasi dari ibu dengan DM adalah
preeklamsis dan eklamsia
2) Nadi
Normalnya 80-100 x/menit, Pada keadaan hiperlikemia biasanya nadi
lemah dan cepat
3) Respirasi
Normalnya 18-24 x/menit, Pada keadaan hiperglikemi atau diabetic
ketoasidosis biasanya menningkat
4) Suhu
Normalnya 36,5-37,5oC, pada keadaan ini tidak ada gangguan, tetapi
biasanya kulit pasien lembab pada kondisi hipoglikemi
5) Berat Badan
Ibu dengan DM biasanya memiliki berat badan berlebihan, dan terjadi
peningkatan berat badan waktu hamil yang berlebih.
c) Kepala dan Wajah : kaji warna rambut, ada edema atau tidak ada lesi atau
tidak
d) Mata: pada keadaan hipoglikemi pasien akan pasien akan mengeluh
pandangan redup.
e) Hidung : pasien dengan hiperglikemia pernapasan cepat.
f) Mulut dan gigi : kaji lidah dan graham apakah terlihat kering dan tidak kotor,
gigi caries apa tidak, dan berlubang atau tidak.
g) Leher : biasanya dalam keadaan normal.
h) Thorak (dada) : Simetris
i) Abdomen : Terdapat linea nigra
d. Pola Konsep Keperawatan
Pengkajian pemenuhan kebutuhan dasar manusia menurut Gordon (11 pola)
a) Pola kesehatan
Menggambarkan pola pemahaman klien tentang kesehatan,
kesejahteraan, dan bagaimana kesehatan mereka diatur.
b) Pola metabolic - nutrisi
Menggambarkan konsumsi relative terhadap kebutuhan metabolic dan
suplai gizi : meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit,
rambut, kuku dan memebran mukosa, suhu tubuh, tinggi dan berat badan.

14
c) Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung kemih, dan
kulit), termasuk pola individu sehari hari, perubahan atau gangguan, dan
metode yang digunakan untuk mengendalikan ekskresi.
d) Pola aktivitas – olahraga
Menggambarkan pola olahraga, aktivitas, pengisian waktu senggang,
dan rekreasi : termasuk aktivitas kehidupan sehari hari, tipe dan kualitas
olahraga, dan faktor faktor yang mempengaruhi pola aktivitas (seperti
oto-saraf, respirasi, dan sirkulasi).
e) Pola tidur – itirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, relaksasi dan setiap bantuan
untuk merubah pola tersebut.
f) Pola persepsi – kognitif
Menggambarkan pola persepsi – sensori dan pola kognitif : meliputi
keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengaran, perabaan,
pengecapan, dan penghidu), pelaporan mengenai persepsi nyeri, dan
kemampuan fungsi kognitif.
g) Pola persepsi diri-konsep diri
Menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri :
kemampuan mereka, gambaran diri, dan perasaan.
h) Pola hubungan peran
Menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan : meliputi
persepsi terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi
kehidupan seat ini.
i) Pola reproduksi – sekssualitas
Menggambarkan kepuasan atau ketidak puasan dalam seksuaitas
termasuk status reproduksi wanita, pada anak – anak bagamaomana dia
mampu membedakan jenis kelamin dan pengetahuan alat kelaminnya.
j) Pola koping – toleransi stress
Menggambarkan pola koping umum, dan keefektifan keterampilan
koping dalam mentoleransi stress.
k) Pola nilai dan keyakinan

15
Menggambarkan pola nilai, tujua atau kepercayaan (termasuk
kepercayaan spiritual) yang mengarahkan pilihan dan keputusan gaya
hidup)

e. Analisis Data

No Symptom Etiologi Problem


Ds: pasien mengatakan Perubahan Risiko
berat badannya bertambah metabolisme ketidakstabilan
dan malas beraktivitas kadar glukosa
Do: TD= Hipertensi (›140 Pemasukan darah
MmHg) makanan berlebih

Reabsorbsi
makanan melambat

Hiperglikemia

Resistensi insulin

Diabetes Mellitus

2. Diagnosa Keperawatan
Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan diabetes mellitus
ditandai dengan pasien mengatakan berat badannya bertambah dan malas beraktivitas
dan Hipertensi

3. Intervensi
Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
Kriteria evaluasi :
Mempertahankan kadar gula darah puasa antara 60-100 mg/dl dan 2 jam sesudah
makan tidak lebih dari 140 mg/dl.

16
No. Intervensi Rasional
Mandiri  
1 Timbang berat badan setiap kunjunganPenambahan berat badan adalah kunci petunjuk
prenatal. untuk memutuskan penyesuaian kebutuhan
kalori.
2 Kaji masukan kalori dan pola makanMembantu dalam mengevaluasi pemahaman
dalam 24 jam. pasien tentang aturan diet.
3 Tinjau ulang dan berikan informasiKebutuhan metabolisme dari janin dan ibu
mengenai perubahan yang diperlukanmembutuhkan perubahan besar selama gestasi
pada penatalaksanaan diabetic. memerlukan pemantauan ketat dan adaptasi
4 Tinjau ulang tentang pentingnyaMakan sedikit dan sering menghindari
makanan yang teratur bila memakaihiperglikemia , sesudah makan dan kelaparan.
insulin.
5 Perhatikan adanya mual dan muntahMual dan muntah dapat mengakibatkan
khususnya pada trimester pertama. defisiensi karbohidrat yang dapat
  mengakibatkan metabolisme lemak dan
terjadinya ketosis.
6 Kaji pemahaman stress pada diabetic. Stress dapat mengakibatkan peningkatan kadar
glukosa, menciptakan fluktuasi kebutuhan
insulin.
7 Ajarkan pasien tentang metode fingerKebutuhan insulin dapat dinilai berdasarkan
stick untuk memantau glukosa sendiri. temuan glukosa darah serum secara periodic
8 Tinjau ulang dan diskusikan tandaHipoglikemia dapat terjadi secara cepat dan
gejala serta kepentingan hipo atauberat pada trimester pertama karena peningkatan
hiperglikemia. penggunaan glukosa dan glikogen oleh ibu dan
perkembangan janin. Hiperglikemia berefek
terjadinya hidramnion.
9 Instruksikan untuk mengatasiPengguanaan jumlah besar karbohidrat
hipoglikemia asimtomatik. sederhana untuk mengatasi hipoglikemi
menyebabkan nilai glukosa darah meningkat.
10 Anjurkan pemantauan keton urine. Ketidakcukupan masukan kalori ditunjukkan
dengan ketonuria, menandakan kebutuhan
terhadap peningkatan karbohidrat.

Mandiri  
11 Diskusikan tentang dosis , jadwal danPembagian dosis insulin mempertimbangkan
tipe insulin. kebutuhan basal maternal dan rasio waktu
makan.
12 Sesuaikan diet dan regimen insulinKebutuhan metabolisme prenatal berubah
untuk memenuhi kebutuhan individu. selama trimester pertama.
13 Kolaborasi dengan ahli gizi. Diet secara spesifik pada individu perlu untuk
mempertahankan normoglikemi.
14 Observasi kadar Glukosa darah. Insiden abnormalitas janin dan bayi baru lahir
menurun bila kadar glukosa darah antara 60 –
100 mg/dl, sebelum makan antara 60 -105
mg/dl, 1 jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl

17
dan 2 jam sesudah makan kurang dari 200
mg/dl.
15 Tentukan hasil HbA1c setiap 2 – 4Memberikan keakuratan gambaran rata rata
minggu. control glukosa serum selama 60 hari . Kontrol
glukosa serum memerlukan waktu 6 minggu
untuk stabil.
4. Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal,
perubahan pada sirkulasi

Kriteria evaluasi :
Menunjukan reaksi Non stress test dan Oxytocin Challenge Test negative atau
Construction Stress Test secara normal

No. Intervensi Rasional


Mandiri Pengontrolan secara ketat sebelum konsepsi
Kaji control diabetik sebelummembantu menurunkan resiko mortalitas janin dan
1
konsepsi. abnormal konginental.
Tentukan klasifikasi white terhadapJanin kurang beresiko bila klasifikasi white adalah
2
diabetes. A, B, C dan apabila D adalah beresiko tinggi.
Kaji gerakan janin dan denyut janinTerjadi insufisiensi plasenta dan ketosis maternal
3 setiap kunjungan. mungkin secara negatif mempengaruhi gerakan
janin dan denyut jantung janin.
Observasi tinggi fundus uteri setiapUntuk mengidentifikasi pola pertumbuhan
4
kunjungan. abnormal
Observasi urine terhadap keton. Benda keton dapat mengakibatkan kerusakan
5
susunan syaraf pusat yang tidak dapat diperbaiki.
Berikan informasi dan buatkanPenurunan mortalitas dan komplikasi morbiditas
prosedur untuk pemantauan glukosajanin bayi baru lahir dan anomali congenitial
6
dan penatalaksanaan diabetes didihubungkan dengan kenaikan kadar glukusa
rumah. darah.
Pantauan adanya tanda tanda edema,sekitar 12% – 13% dari diabetes akan berkembang
7 proteinuria, peningkatan tekananmenjadi gangguan hipertensi karena perubahan
darah. kardiovaskuler berkenaan dengan diabetes.
Tinjau ulang prosedur dan rasionalAktifitas dan pergerakan janin merupakan petanda
8
untuk Non stress Test setiap minggu. baik dari kesehatan janin.
Diskusikan rasional atau prosedurContraction Stress Test dapat memberikan
untuk melaksanakan Oxytocininformasi tentang perfusi oksigen dan nutrisi pada
Challenge Test atau Contractionjanin. Hasil positif menandakan insufisiensi
9
Stress Test setiap minggu mulaiplasenta.
minggu ke – 30 sampai dengan
minggu ke- 32.
Tinjau ulang prosedur dan rasionalMaturasi paru janin adalah kriteria yang
10 untuk tindakan amniosentesis digunakan untuk menentukan kelangsungan hidup.

Kolaborasi  
11 Kaji HbA1c setiap 2 – 4 mingguInsiden bayi malformasi secara kongenital
sesuai indikasi. meingkat pada wanita dengan kadar HbA1c tinggi

18
pada awal kehamilan atau sebelum konsepsi.
Kaji kadar albumin glikosilat padaTes serum albumin glikosilat menunjukkan
getasi minggu ke 24 sampai ke 28glikemia lebih dari beberapa hari.
12
khususnya pada ibu dengan resiko
tinggi.
Dapatkan kadar serum alfa fetoproteinInsiden kerusakan tuba neural lebih besar pada ibu
13 pada gestasi minggu ke 14 sampaidiabetik dari pada non diabetik bila kontrol
minggu ke 16. sebelum kehamilan sudah buruk.
Siapkan untuk ultrasonografi padaUltrasonografi bermanfaat dalam memastikan
14 gestasi minggu ke 8, 12, 18, 28, 36tanggal gestasi dan membantu dalam evaluasi
sampai minggu ke 38. retardasi pertumbuhan intra uterin.
Lakukan non stress test dan OxytocinMengetahui kesehatan janin dan kedekatan perfusi
15 Challenge Test atau Constructionplasenta.
Stress test dengan tepat.
Dapatkan sekuensial serum atauPenurunan kadar estriol dapat menunjukkan
16 specimen urine 24 jam terhadap kadarpenurunan fungsi plasenta, menimbulkan retardasi
estriol setelah gestasi minggu ke 30. pertumbuhan intra uterin dan lahir mati.
Bantu untuk persalinan per vaginamMembantu menjamin hasil positif untuk neonatus.
atau seksio. Insiden lahir mati meningkat secara bermakna
17 pada gestasi lebih dari minggu ke-36. Makrosomia
sering menyebabkan distosia dengan sefalopelvis
disproporsi.
5. Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan perubahan kontrol diabetik,
profil darah abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan perubahan respon imun.

Kriteria evaluasi :

a) Tetap normotensif.
b) Mempertahankan normoglikemia.
c) Bebas dari komplikasi seperti infeksi, pemisahan plasenta.

No. Intervensi Rasional


Mandiri
Perhatikan klasifikasi white untuk Klien dengan klasifikasi D, E atau F adalah berisiko
1 diabetes. Kaji derajad kontrol tinggi terhadap komplikasi kehamilan.
diabetik.
Kaji perdarahan pervaginam danPerubahan vaskuler yang dihubungkan dengan
2
nyeri tekan abdomen. diabetes menandakan resiko abrupsi plasenta.
Pantau terhadap tanda dan gejalaDistensi uterus berlebihan karena makrosomia atau
3 persalinan preterm. hidramnion dapat mempredisposisikan pada
persalinan awal.
Bantu untuk belajar memantauMemungkinkan keakuratan tes urin yang lebih besar
4 glukosa darah di rumah yangkarena ambang ginjal terhadap glukosa menurun
dilakukan 6 kali sehari. selama kehamilan.
5 Periksa keton dalam urin setiap hari. Ketonuria menandakan adanya kondisi kelaparan
yang secara negatif dapat mempengaruhi

19
perkembangan janin
Identifikasi kejadian hipoglikemiaInsiden hipoglikemia sering terjadi pada trimester
dan hiperglikemia. ketiga karena aliran glukosa darah dan asam amino
yang kontinue pada janin dan untuk menurunkan
kadar insulin antagonis laktogen plasenta. Insiden
6
hiperglikemia memerlukan regulasi diet atau insulin
untuk normoglikemia khususnya pada trimester
kedua dan ketiga karena kebutuhan insulin sering
meningkat dua kali.
Pantau adanya edema dan tentukanDiabetes cenderung kelebihan cairan karena
tinggi fundus uteri. perubahan vaskuler. Insiden hidramnion sebanyak
6% – 25% pada kasus diabetes yang hamil
7
kemungkinan berhubungan dengan peningkatan
kontribusi janin pada cairan amnion dan
hiperglikemia meningkatkan haluaran urin janin.
Kaji adanya infeksi saluran kencing. Deteksi awal adanya infeksi saluran kencing dapat
8
mencegah pielonefritis.
Pantau dengan ketat bila obatObat tokolitik dapat meningkatkan glukosa darah
9 tokolitik digunakan untukdan insulin plasma.
menghentikan persalinan.
Kolaborasi Mendeteksi ancaman ketoasidosis, menentukan
Pantau kadar glukosa serum setiapadanya ancaman hipoglikemia.
10
kunjungan.
Dapatkan urinalisa dan kultur urin,Membantu mencegah atau mengatasi pielonefritis.
11 kultur rabas vagina, berikanMonilial vulvovaginitis dapat menyebabkan
antibiotika sesuai indikasi. sariawan oral pada bayi baru lahir.
Kumpulkan spesimen untuk ekskresiKemajuan perubahan vaskuler dapat merusak fungsi
protein total, klirens kreatininginjal dengan diabetes jangka panjang atau berat.
12
nitrogen urea darah dan kadar asam
urat.
Jadwalkan pemeriksaan oftalmologiLatar belakang retinopati dapat berlanjut selama
selama trimester pertama, trimesterkehamilan karena keterlibatan vaskuler berat. Terapi
13 kedua dan ketiga bila berada dalamkoagulasi laser dapat memperbaiki dan menurunkan
diabetes klasifikasi kelas D ataufibrosis optik.
diatasnya.
Siapkan untuk ultrasonografi padaMengetahui adanya tanda makrosomia dan
gestesi ke-8, 12, 26, 36 dan 38 untukdiproporsi cephalopelvis.
menentukan ukuran janin dengan
14
menggunakan diameter biparietal,
panjang femur dan perkiraan berat
badan janin.
Mulai terapi intra vena denganGlukagon adalah substansi alamiah yang bekerja
dekstrose 5%, berikan glukogon subpada glikogen hepar dan mengubahnya menjadi
15 cutan bila dirawat di rumah sakitglukosa yang memperbaiki status hipoglikemik.
dengan shock insulin dan tidak
sadar. Ikuti dengan pemberian susu
skim 8 oz bila mampu menelan

20
4. Implementasi Keperawatan

Waktu Intervensi Respon Hasil


1. Memonitor kadar gula darah 1. Mengetahui kadar
2. Memonitor tanda dan gejala gula darah
hiperglikemia (kelemahan, sakit 2. Mengetahui tanda
kepala) dan gejala
3. memberikan insulin hiperglikemia
4. Mengidentifikasi kemungkinan 3. Gula darah
penyebab hipergikemi terkontrol
5. Mendorong pemantauan sendiri kadar 4. Mengetahui
glukosa darah kemungkinan
6. Membantu pasien dalam terjadinya
menginterpretasikan kadar glukosa hiperglikemi
darah 5. Mengetahui kadar
7. Mendiskusikan dengan pasien gula darah
mengenai hubungan antara asupan 6. Dapat
makanan, olahraga, peningkatan dan menginterpretasikan
penurunan berat badan kadar glukosa darah
8. Mendiskusikan dengan pasien 7. Mengetahui
mengenai kondisi medis apa saja hubungan antara
yang berpengaruh terhadap berat asupan makanan,
badan olahraga,
9. Mendiskusikan dengan pasien peningkatan dan
mengenai kebudayaan dan factor penurunan berat
herediter yang mungkin badan
menpengaruhi berat badan 8. Mengetahui kondisi
10. Membantu pasien menggunakan medis yang
perencanaan makan yang seimbang berpengaruh
dengan konsisten dengan jumlah terhadap berat
energi yang dibutuhkan setiap badan
harinya. 9. Merubah kebiasaan

21
atau kebudayaan
yang menyimpang
dari sisi kesehatan
10. Mengosumsi
makanan yang
seimbang sesuai
kebutuhan
hariannya

4. Evaluasi Keperawatan

Waktu Dx Evaluasi
S = data subjektif
O = data objektif
A = masalah teratasi atau belum
P= intervensi dihentikan atau lanjut

22
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Diabetes mellitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis dan terjadi karena
defisiensi insulin atau resitensi insulin, ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah
(hiperglikemia) dan glukosa dalam urin (glikosuria). Diabetes disebabkan oleh ketidak
adekuatnya pembentukan dan penggunaan insulin, suatu hormol esensial, yang secara
normla dihasilkan oleh sel-sel beta langerhans dipangkreas. Salaah satu fungsi insulin
adalah memudahkan glukosa berpindah kedalam sel-sel jaringan. Tanpa insulin yang
adekuat, glukosa tidak dapat memasuki sel-sel untuk digunakan sebagai sumber energi,
akibatnya tubuh menggunakan lemak dan protein untuk sumber energi, dampaknya
terjadi keseimbangan nitrogen negatif dan ketosis.

23
DAFTAR PUSTAKA.

Fairus, M. (2009). Gizi dan Kesehatan Reproduksi. (M. Ester, Penyunt.) Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Marmi A. Retno Murti Suryaningsih, E. F. (2011). Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Wahyu Purwaningsih, S. f. (2010). Asuhan Keperawatan Maternitas. yogyakarta: Nuha


Medika.

Maulana, M. (2015). Mengenal Diabetes Mellitus. 64. Jogjakarta: KataHati.

Bulechek. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Jakarta: EGC.


Moorhead.2013. Nurshing Outcomes Classification (NOC). Jakarta: EGC.
Putri, dkk. (2018). Gambaran Kondisi Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus di RSD dr.
Soebandi Jember Tahun 2013-2017. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, 6, 46-52.

24

Anda mungkin juga menyukai