Anda di halaman 1dari 14

Asuhan Keperawatan Gadar pada pasien Asma Bronchial

Nama : Wirya Hadi


Nim : 1905114
Stase GADAR, Kelas F Kesdam

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asthma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan.
Kira-kira 2-20% populasi anak dilaporkan pernah menderita asma. Belum ada penyelidikan
menyeluruh mengenai angka kejadian asma pada anak Indonesia, namun diperkirakan berkisar
antara 5-10%. Asma dapat timbul pada segala umur; 30% penderita bergejala pada umur 1 tahun,
sedang 80-90% anak asma mempunyai gejala pertama sebelum umur 4-5 tahun.
Dua pertiga penderita asma bronkial merupakan asma bronkial alergi (atopi) dan 50% pasien
asma bronkial berat merupakan asma bronkial atopi. Asma bronkial atopi ditandai dengan
timbulnya antibodi terhadap satu atau lebih alergen seperti debu, tungau rumah, bulu binatang dan
jamur. Atopi ditandai oleh peningkatan produksi IgE sebagai respon terhadap alergen. Prevalensi
asma bronkial non atopi tidak melebihi angka 10%. Asma bronkial merupakan interaksi yang
kompleks antara faktor genetik dan lingkungan. Data pada penelitian saudara kembar monozigot
dan dizigot, didapatkan kemungkinan kejadian asma bronkial diturunkan sebesar 60-70%.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi dari Asma bronkial?
1.2.2 Apa etiologi dari Asma bronkial?
1.2.3 Bagaimana klasifikasi dari Asma bronkial?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi dari Asma bronkial?
1.2.5 Apa saja manifestasi klinis dari Asma bronkial?
1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan yang tepat pada penderita Asma bronkial?
1.2.7 Apa saja komplikasi dari Asma bronkial?
1.2.8 Bagaimana proses keperawatan yang sesuai pada Asma bronkial?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara umum dan keseluruhan mangenai penyakit Asma bronkial agar
dapat memeberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Asma bronkial sebaik mungkin.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari Asma bronkial
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari Asma bronkial
3. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi dari Asma bronkial
4. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari Asma bronkial
5. Untuk mengetahui dan memahami apa saja manifestasi klinis dari Asma bronkial
6. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan yang tepat pada penderita Asma bronkial
7. Untuk mengetahui dan memahami apa saja komplikasi dari Asma bronkial
8. Untuk mengetahui dan memahami proses keperawatan yang sesuai pada Asma bronkial

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi mahasiswa
Mahasiswa di Jurusan Keperawatan mendapat informasi tentang konsep dasar Asma
bronkial dan Asuhan Keperawatannya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Definisi Asma Bronchial
Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan
oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski :
1996). Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan
bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996). Asthma adalah penyakit jalan nafas
obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap
stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).
Asthma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang
luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The
American Thoracic Society).
2.1.2 Klasifikasi Asma Bronchial
Pembagian asma pada anak :
a. Asma episode yang jarang.
Biasanya terdapat pada anak umur 3 – 8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi
virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun. Lamanya serangan
dapat beberapa hari, jarang merupakan serangan yang berat.
Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung kurang dari 3-
4 hari, sedang batuk-batuknya dapat berlangsung 10 – 14 hari. Manifestasi alergi lainya misalnya,
eksim jarang terdapat pada golongan ini. Tumbuh kembang anak biasanya baik, diluar serang tidak
ditemukan kelainan. Waktu remisi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Golongan ini
merupakan 70 – 75 % dari populasi asma anak.

b. Asma episode yang sering.


Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada permulaan,
serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5 – 6 tahun dapat terjadi
serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan udara,
adanya alergen, aktivitas fisik dan stress. Banyak yang tidak jelas pencetusya. Frekuensi serangan
3 – 4 kali dalam 1 tahun, tiap serangan beberapa hari sampai beberapa minggu. Frekuensi serangan
paling tinggi pada umur 8 – 13 tahun. Pada golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan
dengan golongan asma kronik ataui persisten. Umumnya gejala paling jelek terjadi pada malam
hari dengan batuk dan mengi yang akan mengganggu tidurnya. Pemeriksaan fisik di luar serangan
tergantung frekwensi serangan. Jika waktu serangan lebih dari 1 – 2 minggu, biasanya tidak
ditemukan kelainan fisik. Hay Fever dapat ditemukan pada golongan asma kronik atau persisten.
Gangguan pertumbuhan jarang terjadi . Golongan ini merupakan 2-0 % dari populasi asma pada
anak.
c. Asma kronik atau persisten.
Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan; 75 % sebelum
umur 3 tahun. Pada lebih adari 50 % anak terdpat mengi yang lama pada dua tahun pertama, dan
50 % sisanya serangannya episodik. Pada umur 5 – 6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi
saluran nafas yang persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari; malam hari terganggu
oleh batuk dan mengi. Aktivitas fisik sering menyebabkan mengi. Dari waktui ke waktu
terjadiserangan yang berat dan sering memerlukan perawatan di rumah sakit.
Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan berat, hanya sesak sedikit dan
mengisepanjang waaktu. Biasanya setelah mendapatkan penangan anak dan orang tua baru
menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya. Obstruksi jalan nafas mencapai puncakya
pada umur 8 – 14 tahun, baru kemudian terjadi perubahan, biasanya perbaikan. Pada umur dewasa
muda 50 % golongan ini tetap menderita asma persisten atau sering. Jarang yang betul-betul bebas
mengi pada umur dewasa muda. Pada pemeriksaan fisik jarang yang normal; dapat terjadi
perubahan bentuk thoraks seperti dada burung (Pigeon Chest), Barrel Chest dan terdapat sulkus
Harison. Pada golongan ini dapat terjadi gangguan pertumbuhan yakni, bertubuh kecil.
Kemampuan aktivitas fisik kurangsekali, sering tidak dapat melakukan olah raga dan kegiatan
lainya. Juga sering tidak masuk sekolah hingga prestasi belajar terganggu. Sebagian kecil ada
mengalami gangguan psiko sosial

Ø Sedangkan Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:
a. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik,
seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin), dan spora
jamur.Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap
alergi.
b. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tida k
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi
saluran pernafasan dan emosi.Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan
berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien
akan mengalami asma gabungan.
c. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum.Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan
non-alergik.

2.1.3 Etiologi
a. Faktor Predisposisi
- Genetik
Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana
cara penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang
juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,penderita sangat mudah terkena
penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor Presipitasi
1. Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan (ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora
jamur, bakteri dan polusi)
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut (ex: makanan dan obat-obatan)
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit (ex: perhiasan, logam dan jam tangan)

2. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir
yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang
serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal
ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
3. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera
diobati penderita asma yang mengalami stress / gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya
belum bisa diobati.
4. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan
dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil,
pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
5. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani
atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
2.1.4 Manifestasi Klinis
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada
saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke
depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik: sesak nafas,
mengi (wheezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Pada
serangan asma yang lebih berat, gejala yang timbul makin banyak, antara lain: silent chest,
sianosis, gangguan kesadaran, hiperinflasi dada, takikardi, dan pernafasan cepat-dangkal.
Serangan asma sering terjadi pada malam hari.

2.1.5 Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar
bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing
di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara: seseorang alergi
àmembentuk sejumlah antibodi IgE abnormal à reaksi alergi. Pada asma, antibodi ini terutama
melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
bronkhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibodi IgE orang
tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis
yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrien), faktor kemotaktik eosinofilik, dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhiolus
kecil maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot polos
bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkhiolus berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena
peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian luar bronkhiolus.
Bronkhiolus sudah tersumbat sebagian maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan
eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.pada penderita asma
biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat tetapi hanya sekali-kali melakukan
ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru
menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesulitan mengeluarkan udara ekspirasi
dari paru. Hal in dapat menyebabkan barrel chest.

2.1.7 Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
a. Status asmatikus, adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat dan tidak
memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada
status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
b. Atelektasis, adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran
udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
c. Hipoksemia, adalah tubuh kekurangan oksigen
d. Pneumotoraks, adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya paru.
e. Emfisema, adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran nafas
karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang
luas.

2.1.8 Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah:
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma. Meliputi
pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang
diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawat.

Ø Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:


1) Pengobatan non farmakologik
- Memberikan penyuluhan
- Menghindari faktor pencetus
- Pemberian cairan
- Fisioterapi
- Beri O₂ bila perlu
2) Pengobatan farmakologik
- Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:
a) Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).
b) Santin (teofilin)
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin (Amilex)
Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
- Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat pencegah serangan
asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain dan efeknya baru
terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
- Ketolifen
Mempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.Biasanya diberikan dosis 2
kali 1 mg/hari.Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
BAB III
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1 Pengkajian
1. Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun.Biasanya
oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma episodikyang sering terjadi, biasanya
pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6
tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan dengan
perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini frekwensi serangan
paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim
3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten
dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara
anak perempuan dan laki-laki.
2. Keluhan utama
Batuk-batuk dan sesak napas
3. Riwayat penyakit sekarang
Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu, disamping faktor yang
lain.
6. Riwayat kesehatan lingkungan
Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau,
serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat
semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban
udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma.
7. Riwayat tumbuh kembang
8. Riwayat imunisasi
9. Riwayat nutrisi
10. Pemeriksaan Fisik / Pengkajian Persistem
a. Sistem Pernapasan / Respirasi; Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea,
barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis,
perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering
musikal.
b. Sistem Cardiovaskuler; Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
c. Sistem Persyarafan / neurologi; Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran :
gelisah, rewel, cengeng? apatis? sopor? coma.
d. Sistem perkemihan; Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak
nafas
e. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal; Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi
terhadap makan dan minum, mukosa mulut kering.
f. Sistem integument; Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas b.d penyempitan bronkiolus
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi lendir
3. Gangguan rasa nyaman b.d rasa gatal akibat respon imun
BAB IV
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

Diagnosa NOC NIC


- Ketidakefektifan pola Ørespiratory status: Airway management
napas berhubungan dengan ventilation - Buka jalan napas, gunakan chin lift
penyempitan bronkiolus Ø respiratori status: airway atau jaw thurts bila perlu.
patency - Posisikan pasien untuk
kriteria hasil : memaksimalkan ventilasi
- mendemonstrasikan - identifikasi pasien perlunya
batuk efektif dan suara pemasangan alat jalan napas buatan.
nafas yang bersih, tidak - lakukan fisioterapi dada jika perlu.
ada sianosis dyspneu - keluarkan sekret dengan batuk atau
(mampu mengeluarkan suction.
spultum, mampu bernafas- auskultasi suara napas, catat
dengan mudah, tidak ada adanya suara tambahan.
pursed lips) - berikan pelembab udara kassa
- menunjukan jalan nafas basah NaCl lembab.
yang paten (klien tidak - Atur intake untuk cairan
merasakan tercekik, irama mengoptimalkan keseimbangan.
nafas, frekuensi - Monitor respirasi dan status o2
pernapasan dalam rentang oxygen therapy
normal, tidak ada suara - Bersihkan mulut, hidung dan secret
nafas abnormal) trakea.
- tanda-tanda vital dalam- Pertahankan jalan napas yang
rentang normal ( tekanan paten.
darah, nadi, pernapasan ) - Atur peralatan oksigenasi.
- Monitor aliran oksigen.
- pertahankan posisi pasien.
- onservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi.
- Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi vital sign
monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR.
- catat adanya fluktuasi tekanan
darah.
- Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri.
- Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan.
- Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas.
- Monitor kualitas dari nadi.
- Monitor frekuensi dan irama
pernapasan.
- Monitor suara paru.
- Monitor pola pernapasan abnormal.
- Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit.
- Monitor sianosis perifer.
- Monitor adanya coshing triad (
tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik ).
- identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
Ketidakefektifan bersihan v respiratory status:
- auskultasi suara nafas sebelum dan
jalan napas berhubungan ventilation sesudah suctioning
dengan sekresi lendir yang v respiratori status: airway
- informasikan pada klien dan
berlibhan patency keluarga tentang suctioning
- minta klien nafas dalam sebelum
kriteria hasil suction dilakukan
- mendemonstrasikan - berikan O2 dengan menggunakan
batuk efektif dan suara nasal untuk memfasilitasi suction
nafas yang bersih, tidak ada nasotrakeal
sianosis dyspneu (mampu - anjurkan pasien untuk istirahat dan
mengeluarkan spultum, nafas dalam setelah kateter dikeluarkan
mampu bernafas dengan dari nasotrakeal
mudah, tidak ada pursed - monitor status oksigen pasien
lips) - hentikan suction dan berikan
- menunjukan jalan nafas oksigen apabila pasien menunjukan
yang paten (klien tidak bradikardi, peningkatan satu rasi O2.
merasakan tercekik, irama - buka jalan nafas gunakan teknik
nafas, frekuensi chinlift atau jaw thrust bila perlu
pernapasan dalam rentang - auskultsi suara nafas, catat adanya
normal, tidak ada suara suara tambahan
nafas abnormal) - monitor respirasi dan status
- mampu Oksigen
mengidentifikasikan dan
mencegah faktor yang
dapat menghambat jalan
nafas
Ganguan rasa nyaman v Ansiety Anxiety Reduction
berhubungandengan rasa v Fear Leavel - gunakan pendekatan yang
gatal akibat respon imun v Sleep Deprivation menenangkan
v Comfort, Readines For - jelaskan semua prosedur dan apa
Enchanced yang dirasakan selama prosedur
Kriteria hasil : - pahami persektif pasien terhadap
- mampu mengontrol situasi stress
kecemasan - temani pasien untuk memberi
- status lingkungan yang keamanan dan mengurangi takut
nyaman - lakukan bback/neck rub
- mengontrol nyeri - dengarkan dengan penuh perhatian
- kualitas tidur dan - identifikasikan tingkat kecemasan
istirahat adekuat - bantu pasien untukmengungkapkan
- agresi pengendalian perasaan, ketakutan, persepsi
diri - instruksikan pasien menggunakan
- respon terhadap tekhnik relaksasi
pengobatan - berikan obatuntuk mengurangi
- kontrol gejala kecemasan
- status kenyamanan
meningkat
- dapat mengontrol
ketakutan
- keinginan untuk hidup
- support sosial

2.2.4 Implementasi
Menurut Patricia A. Potter (2005), Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana
tindakan keperawatan yang telah disusun/ ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
pasien secara optimal dapat terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu sendiri ataupun
perawat secara mandiri dan juga dapat bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti
ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada
pasien.
Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang
dapat dilakukan oleh perawat :
1. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan
2. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
3. Menyiapkan lingkungan terapeutik
4. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
5. Memberikan asuhan keperawatan langsung
6. Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya.
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien, menelaah, dan
memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada, mengidentifikasi area dimana bantuan
dibutuhkan untuk mengimple-mentasikan, mengkomunikasikan intervensi keperawatan.
Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan tambahan
keterampilan dan personal. Setelah implementasi, perawat menuliskan dalam catatan klien
deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan, Prosedur spesifik dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan atau juga perawat bisa mendelegasikan implementasi pada tenaga kesehatan lain
termasuk memastikan bahwa orang yang didelegasikan terampil dalam tugas dan dapat
menjelaskan tugas sesuai dengan standar keperawatan.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi
keperawatan ditetapkan. Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan asma bronchial adalah
:
1. Pola nafas kembali efektif
2. Bersihan jalan nafas kembali efektif
3. Pasien merasakan nyaman.
BAB V
KESIMPULAN

1. Kesimpulan dan Saran


Asthma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas
yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari
pengobatan.

Sebelum memberikan asuhan keperawatan baiknya harus diperhatikan penyebab utama


asma bronchial.

Anda mungkin juga menyukai