BAB I
PENDAHULUAN
Asthma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya
dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan.
Kira-kira 2-20% populasi anak dilaporkan pernah menderita asma. Belum ada penyelidikan menyeluruh
mengenai angka kejadian asma pada anak Indonesia, namun diperkirakan berkisar antara 5-10%. Asma
dapat timbul pada segala umur; 30% penderita bergejala pada umur 1 tahun, sedang 80-90% anak asma
mempunyai gejala pertama sebelum umur 4-5 tahun.
Dua pertiga penderita asma bronkial merupakan asma bronkial alergi (atopi) dan 50% pasien asma
bronkial berat merupakan asma bronkial atopi. Asma bronkial atopi ditandai dengan timbulnya antibodi
terhadap satu atau lebih alergen seperti debu, tungau rumah, bulu binatang dan jamur. Atopi ditandai
oleh peningkatan produksi IgE sebagai respon terhadap alergen. Prevalensi asma bronkial non atopi
tidak melebihi angka 10%. Asma bronkial merupakan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan
lingkungan. Data pada penelitian saudara kembar monozigot dan dizigot, didapatkan kemungkinan
kejadian asma bronkial diturunkan sebesar 60-70%.
Untuk mengetahui secara umum dan keseluruhan mangenai penyakit Asma bronkial agar dapat
memeberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Asma bronkial sebaik mungkin.
5. Untuk mengetahui dan memahami apa saja manifestasi klinis dari Asma bronkial
6. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan yang tepat pada penderita Asma bronkial
7. Untuk mengetahui dan memahami apa saja komplikasi dari Asma bronkial
8. Untuk mengetahui dan memahami proses keperawatan yang sesuai pada Asma bronkial
1.4 Manfaat
Mahasiswa di Jurusan Keperawatan mendapat informasi tentang konsep dasar Asma bronkial dan
Asuhan Keperawatannya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Asthma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya
dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic
Society).
Biasanya terdapat pada anak umur 3 – 8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus saluran
nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun. Lamanya serangan dapat beberapa hari,
jarang merupakan serangan yang berat.
Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung kurang dari 3-4 hari,
sedang batuk-batuknya dapat berlangsung 10 – 14 hari. Manifestasi alergi lainya misalnya, eksim jarang
terdapat pada golongan ini. Tumbuh kembang anak biasanya baik, diluar serang tidak ditemukan
kelainan. Waktu remisi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Golongan ini merupakan 70 – 75 %
dari populasi asma anak.
Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada permulaan, serangan
berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5 – 6 tahun dapat terjadi serangan tanpa
infeksi yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan udara, adanya alergen,
aktivitas fisik dan stress. Banyak yang tidak jelas pencetusya. Frekuensi serangan 3 – 4 kali dalam 1
tahun, tiap serangan beberapa hari sampai beberapa minggu. Frekuensi serangan paling tinggi pada
umur 8 – 13 tahun. Pada golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan asma kronik
ataui persisten. Umumnya gejala paling jelek terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi yang
akan mengganggu tidurnya. Pemeriksaan fisik di luar serangan tergantung frekwensi serangan. Jika
waktu serangan lebih dari 1 – 2 minggu, biasanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hay Fever dapat
ditemukan pada golongan asma kronik atau persisten. Gangguan pertumbuhan jarang terjadi . Golongan
ini merupakan 2-0 % dari populasi asma pada anak.
Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan berat, hanya sesak sedikit dan mengisepanjang
waaktu. Biasanya setelah mendapatkan penangan anak dan orang tua baru menyadari mengenai asma
pada anak dan masalahnya. Obstruksi jalan nafas mencapai puncakya pada umur 8 – 14 tahun, baru
kemudian terjadi perubahan, biasanya perbaikan. Pada umur dewasa muda 50 % golongan ini tetap
menderita asma persisten atau sering. Jarang yang betul-betul bebas mengi pada umur dewasa muda.
Pada pemeriksaan fisik jarang yang normal; dapat terjadi perubahan bentuk thoraks seperti dada burung
(Pigeon Chest), Barrel Chest dan terdapat sulkus Harison. Pada golongan ini dapat terjadi gangguan
pertumbuhan yakni, bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas fisik kurangsekali, sering tidak dapat
melakukan olah raga dan kegiatan lainya. Juga sering tidak masuk sekolah hingga prestasi belajar
terganggu. Sebagian kecil ada mengalami gangguan psiko sosial
Ø Sedangkan Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:
a. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu,
serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin), dan spora jamur.Asma ekstrinsik
sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tida k spesifik atau
tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan
dan emosi.Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat
berkembang menjadi bronkhitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma
gabungan.
c. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum.Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
2.1.3 Etiologi
a. Faktor Predisposisi
- Genetik
Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya.
Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga menderita penyakit
alergi. Karena adanya bakat alergi ini,penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika
terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor Presipitasi
1. Alergen
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan (ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora
jamur, bakteri dan polusi)
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit (ex: perhiasan, logam dan jam tangan)
2. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak
dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan
dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga dan debu.
3. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat
serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita
asma yang mengalami stress / gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
4. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan
dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga
yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
2.1.4 Manifestasi Klinis
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada saat
serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan,
serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik: sesak nafas, mengi
(wheezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Pada serangan asma
yang lebih berat, gejala yang timbul makin banyak, antara lain: silent chest, sianosis, gangguan
kesadaran, hiperinflasi dada, takikardi, dan pernafasan cepat-dangkal. Serangan asma sering terjadi
pada malam hari.
2.1.5 Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas.
Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi
yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara: seseorang alergi àmembentuk sejumlah
antibodi IgE abnormal à reaksi alergi. Pada asma, antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang
terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronkhus kecil. Bila
seseorang menghirup alergen maka antibodi IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan
antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam
zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrien), faktor
kemotaktik eosinofilik, dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor ini akan menghasilkan edema
lokal pada dinding bronkhiolus kecil maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkhiolus dan
spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat.
Pada asma, diameter bronkhiolus berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena
peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian luar bronkhiolus. Bronkhiolus
sudah tersumbat sebagian maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.pada penderita asma biasanya dapat
melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat tetapi hanya sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini
menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat
selama serangan asma akibat kesulitan mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal in dapat
menyebabkan barrel chest.
2.1.6 WOC
-
2.1.7 Komplikasi
a. Status asmatikus, adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat dan tidak
memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status
asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
b. Atelektasis, adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara
(bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
d. Pneumotoraks, adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya paru.
e. Emfisema, adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran nafas
karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.
2.1.8 Penatalaksanaan
3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma. Meliputi
pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan
dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawat.
- Memberikan penyuluhan
- Fisioterapi
2) Pengobatan farmakologik
b) Santin (teofilin)
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin (Amilex)
Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
- Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.
Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain dan efeknya baru terlihat setelah
pemakaian 1 bulan.
- Ketolifen
Mempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.Biasanya diberikan dosis 2 kali 1
mg/hari.Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun.Biasanya oleh infeksi virus
saluran pernapasan bagian atas. Pada asma episodikyang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3
tahun, dan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan
tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya alergen,
aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma
kronik atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas
terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis
kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.
2. Keluhan utama
Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu, disamping faktor yang lain.
Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau buluh
binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk dan
asap rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara dapat dihubungkan
dengan percepatan terjadinya serangan asma.
8. Riwayat imunisasi
9. Riwayat nutrisi
a. Sistem Pernapasan / Respirasi; Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel
chest, penggunaan otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi
hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering musikal.
c. Sistem Persyarafan / neurologi; Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran :
gelisah, rewel, cengeng? apatis? sopor? coma.
d. Sistem perkemihan; Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak
nafas
e. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal; Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi
terhadap makan dan minum, mukosa mulut kering.
f. Sistem integument; Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.3 Intervensi
Diagnosa
NOC
NIC
kriteria hasil :
- mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dyspneu
(mampu mengeluarkan spultum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
- menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasakan tercekik, irama nafas, frekuensi
pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
Airway management
- Buka jalan napas, gunakan chin lift atau jaw thurts bila perlu.
- Monitor adanya coshing triad ( tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik ).
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi lendir yang berlibhan
v respiratory status: ventilation
kriteria hasil
- mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dyspneu
(mampu mengeluarkan spultum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
- menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasakan tercekik, irama nafas, frekuensi
pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
- mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas
- anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
- hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien menunjukan bradikardi, peningkatan satu
rasi O2.
- buka jalan nafas gunakan teknik chinlift atau jaw thrust bila perlu
v Ansiety
v Fear Leavel
v Sleep Deprivation
Kriteria hasil :
- mampu mengontrol kecemasan
- mengontrol nyeri
- kontrol gejala
- support sosial
Anxiety Reduction
2.2.4 Implementasi
Menurut Patricia A. Potter (2005), Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan
keperawatan yang telah disusun/ ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara
optimal dapat terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu sendiri ataupun perawat secara mandiri
dan juga dapat bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis.
Perawat memilih intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada pasien.
Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang dapat
dilakukan oleh perawat :
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien, menelaah, dan
memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada, mengidentifikasi area dimana bantuan dibutuhkan
untuk mengimple-mentasikan, mengkomunikasikan intervensi keperawatan.
Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan tambahan keterampilan dan
personal. Setelah implementasi, perawat menuliskan dalam catatan klien deskripsi singkat dari
pengkajian keperawatan, Prosedur spesifik dan respon klien terhadap asuhan keperawatan atau juga
perawat bisa mendelegasikan implementasi pada tenaga kesehatan lain termasuk memastikan bahwa
orang yang didelegasikan terampil dalam tugas dan dapat menjelaskan tugas sesuai dengan standar
keperawatan.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan
keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan asma bronchial adalah :
1. Pola nafas kembali efektif