Anda di halaman 1dari 27

YASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN


ASMA BRONCHIAL PADA ANAK

Dosen Pengampu: Ibu Lilis Lusiani, S.Kep, Ners, M.Kep

Disusun Oleh:

1. Yeni Umiyani (CKX0210014)

2. Siti Khodariyah (CKX0210023)

3. Ayuning Tias (CKX0210002)

4. Dimas Fata Sufi A (CKX0210004)

5. Muhammad Raihan Hidayat

(CKX0210011) 6. Puadi

(CKX0210007)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Asma bronkial adalah suatu kelainan inflamasi (peradangan) kronik saluran nafas
yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai
dengan gejala episodic berulang berupa batuk, sesak nafas, dan rasa berat di dada terutama
pada malam hari atau dini hari yang umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa
pengobatan.

Penyakit asma berasal dari kata “asthma” yang diambil dari bahasa Yunani yang
berarti “sukar bernapas.” Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk
yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas. Banyak kasus-kasus penyakit asma di
masyarakat yang tidak terdiagnosis, yang sudah terdiagnosis pun belum tentu mendapatkan
pengobatan secara baik.

Faktor-faktor penyebab dan pemicu penyakit asma antara lain debu rumah dengan
tungaunya, bulu binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan lain-lain. Penyakit ini
merupakan penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua, kakek atau nenek
anak menderita penyakit asma maka bisa diturunkan ke anak. Prof Dr. dr Heru Sundaru,
Sp.PD, KAI, Guru Besar Tetap FKUI menjelaskan, “penyakit asma bukan penyakit menular
tapi penyakit keturunan.”

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 300 juta orang didunia
mengidap penyakit asma dan 225 ribu orang meninggal karena penyakit asma pada tahun
2005 lalu. Hasil penelitian International Study on Asthma and Alergies in Childhood pada
tahun yang sama menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma melonjak
dari sebesar 4,2% menjadi 5,4 %.

Penyakit asma tidak dapat disembuhkan dan obat-obatan yang ada saat ini
hanya berfungsi menghilangkan gejala. Namun, dengan mengontrol penyakit asma, penderita
penyakit asma bisa bebas dari gejala penyakit asma yang mengganggu sehingga dapat
menjalani aktivitas hidup sehari-hari. Mengingat banyaknya faktor risiko yang berperan,
maka prioritas pengobatan penyakit asma sejauh ini ditujukan untuk mengontrol gejala.
Kontrol yang baik inidiharapkan dapat mencegah terjadinya eksaserbasi (kumatnya gejala
penyakit asma), menormalkan fungsi paru, memperoleh aktivitas sosial yang baik dan
meningkatkankualitas hidup pasien.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk menambah pemahaman klinis asma
bronkial khususnya dari segi diagnosis, pengenalanetiologi, faktor risiko, patofisiologi, dan
penatalaksanaan terkait kasus:

1. Tujuan Umum

Penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan asma bronchial
2. Tujuan Khusus

A. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengna asma bronchial.


B. Mampu menentukan masalah atau diagnosa keperawatan pada pasien dengan asma
bronchial. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan asma
bronchial.
C. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan asma bronchial.
D. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan asma bronchial.
E. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan secara baik dan benar.

1.3. Manfaat

Adapun manfaat penulisan dari makalah yang kami susun adalah sebagai berikut:

A. Manfaat pengetahuan
Menambah keragaman ilmu pengetahuan bagi dunia keperawatan umumnya,
khususnya adalah keperawatan anak.
B. Manfaat pendidikan
Memberikan referensi tentang tingkat perkembangan anak dalam dunia pendidikan
keperawatan anak.
C. Manfaat praktis
1. Bagi profesi: Sebagai salah satu sumber literature dalam pengembangan
bidang profesi keperawatan khususnya tentang penyakit asma bronchial pada
anak.
2. Bagi orang tua: Memberikan masukan kepada orang tua khususnya ibu dalam
mengasuh anak saat terserang penyakit asma bronchial.
3. Bagi peneliti: Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang proses
keperawatan dan perkembangan anak.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Asma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu penyakit
obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan bronchospasme, inflamasi
dan peningkatan sekresi jalan napas terhadap berbagai stimulan.

Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibeldimana


trakheobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.Asma bronchial adalah
suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon tracheadan bronkhus terhadap berbagai
rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalannafas yang luas dan derajatnya
dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan. (The American
Thoracic Society).

Pembagian asma pada anak.

 Asma episode yang jarang.

Biasanya terdapat pada anak umur 3 – 8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi
virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun. Lamanya
serangan dapat beberapa hari, jarang merupakan serangan yang berat.

Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung kurang dari 3-
4 hari, sedang batuk-batuknya dapat berlangsung 10 – 14 hari. Manifestasi alergi lainya
misalnya, eksim jarang terdapat pada golongan ini. Tumbuh kembang anak biasanya baik,
diluar serang tidak ditemukan kelainan. Waktu remisi berminggu-minggu sampai berbulan-
bulan. Golongan ini merupakan 70 – 75 % dari populasi asma anak.

 Asma episode yang sering.

Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada permulaan,
serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5 – 6 tahun dapat terjadi
serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan
udara, adanya alergen, aktivitas fisik dan stress. Banyak yang tidak jelas pencetusya.
Frekwensi serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun, tiap serangan beberapa hari sampai beberapa
minggu. Frekwensi serangan paling tinggi pada umur 8 – 13 tahun. Pad golongan lanjut
kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan asma kronik ataui persisten. Umumnya
gejala paling jelek terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi yang akan mengganggu
tidurnya. Pemeriksaan fisik di luar serangan tergantung frekwensi serangan. Jika waktu
serangan lebih dari 1 – 2 minggu, biasanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hay Fever dapat
ditemukan pada golongan asma kronik atau persisten. Gangguan pertumbuhan jarang terjadi .
Golongan ini merupakan 2-0 % dari populasi asma pada anak.

 Asma kronik atau persisten.

Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan; 75 % sebelum
umur 3 tahun. Pada lebih adari 50 % anak terdpat mengi yang lama pada dua tahun pertama,
dan 50 % sisanya serangannya episodik. Pada umur 5 – 6 tahun akan lebih jelas terjadinya
obstruksi saluran nafas yang persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari; malam
hari terganggu oleh batuk dan mengi. Aktivitas fisik sering menyebabkan mengi. Dari waktui
ke waktu terjadiserangan yang berat dan sering memerlukan perawatan di rumah sakit.

Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan berat, hanya sesak sedikit dan
mengisepanjang waaktu. Biasanya setelah mendapatkan penangan anak dan orang tua baru
menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya. Obstruksi jalan nafas mencapai
puncakya pada umur 8 – 14 tahun, baru kemudian terjadi perubahan, biasanya perbaikan.
Pada umur dewasa muda 50 % golongan ini tetap menderita asma persisten atau sering.
Jarang yang betul-betul bebas mengi pada umur dewasa muda. Pada pemeriksaan fisik jarang
yang normal; dapat terjadi perubahan bentuk thoraks seperti dada burung (Pigeon Chest),
Barrel Chest dan terdapat sulkus Harison. Pada golongan ini dapat terjadi gangguan
pertumbuhan yakni, bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas fisik kurangsekali, sering tidak
dapat melakukan olah raga dan kegiatan lainya. Juga sering tidak masuk sekolah hingga
prestasi belajar terganggu. Sebagian kecil ada mengalami gangguan psiko sosial.

2.2 Etiologi

a. Faktor ekstrinsik : reaksi antigen- antibodi; karena inhalasi alergen (debu, serbuk-
serbuk, bulu-bulu binatang).
b. Faktor intrinsik;
- infeksi : para influenza virus, pneumonia,Mycoplasma.
- Kemudian dari fisik; cuaca dingin, perubahan temperatur.
- Iritan; kimia.Polusi udara (CO, asap rokok, parfum).
- Emosional; takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang berlebihan juga
dapat menjadi faktor pencetus.

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnyaserangan
asma bronchial:

1. Faktor Predisposisi

– Genetik yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang
juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar denganfaktor pencetus. Selain itu
hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

2. Faktor Presipitasi

– Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan

ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi

2. Ingestan, yang masuk melalui mulut


ex: makanan dan obat-obatan

3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit

ex: perhiasan, logam dan jam tangan

– Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang
mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang
serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga.
Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

– Stress

Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala

asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan
emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

- Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan
dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri
tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

– Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau
aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

Pencetus:

-Alergen.

tor allergi dianggap mempunyai peranan pad sebagian besar anak dengan asma. Disamping
itu hiper reaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang penting. Bila tingkat hiper
reaktivitas bronchus tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit dansebaliknya jika hiper
reaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan
asma.

Sensitisasi tergantung pada lama dan intnsitas hubungan dengan bahan alergen berhubungan
dengan umur. Bayidan anak kecil sering berhubungan dengan sisi dari debu rumah, misalnya
tungau, serpih atau bulu binatang, spora jamur yang terdapat di rumah. Dengan bertambahnya
umur makin banyak jenis allergen pencetusnya. Asma karena makanan sering terjadi pada
bayi dan anak kecil.
-Infeksi.

Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan ialah
respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para influenza. Kadang-kadang karena bakteri
misalnya; pertusis dan streptokokus, jamur, misalnya Aspergillus dan parasit seperti Askaris.

-Iritan.

Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari cat, SO2 dan polutan
udara lainya dapat memacu serangan asma. Iritasi hidung dan batuksendiri dapat
menimbulkan refleks bronkokonstriksi.

-Cuaca.

Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara berhubungan
dengan percepatan dan terjadinya serangan asma

-Kegiatan jasmani

Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan asma.
Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal
paru di bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.

-Infeksi saluran nafas.

Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat memudahkan terjadinya sma
pada anak. Rinitis alergika dapat memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau refleks.

-Faktor psikis.

Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat kompleks. Tidak
adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persolan yang berhubungan dengan asma
oleh anak sendiri / keluarganya akan menggagalkan usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu
takut terhadap adanya serangan atau hari depan anak juga dapat memperberat serangan asma.

Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus bersamaan misalnya pada anak
dengan pencetus alergen sering disertai pencetus non allergen yang dapat mempercepat dan
memperburuk serangan. Faktor pencetus adalah alergen dan infeksi; diduga infeksi virus
memperkuat reaksi pencetus alergenik maupun non alergenik. Serangan dapat terjadi pada
seorang anak setelah mendapat infrksi virus pada saluran nafas atas kemudian berlari-lari
pada udara dingin.

2.3 Manifestasi klinis

Auskultasi :

– Wheezing, ronki kering musikal, ronki basah sedang.


– Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori pernafasan, cuping
hidung, retraksi dada,dan stridor.Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan
lumen jalan nafas sempit.

– Tachypnea, orthopnea.

– Diaphoresis

Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan.

– Fatigue.

Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara. Kecemasan, labil
dan perubahan tingkat kesadaran. Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel
chest) akibat ekshalasi yang sulit karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi
hipersonor.Serangan yang tiba-tiba atau berangsur.Bila serangan hebat : gelisah, berduduk,
berkeringat, mungkin sianosis.X foto dada : atelektasis tersebar, “Hyperserated”

2.4 Tanda dan gejala

Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada
saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga
ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik dari
asma bronkial ini adalah sesak nafas, batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa
nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan. Pada serangan asma
yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis,
gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan
asma seringkali terjadi pada malam hari.

1. Stadium dini

Faktor hipersekresi yang lebih menonjol

 Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek


 Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
 Whezing belum ada
 Belum ada kelainan bentuk thorak
 Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
 BGA belum patologis

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan

 Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum


 Whezing
 Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
 Penurunan tekanan parsial O2
2. Stadium lanjut/kronik

 Batuk, ronchi
 Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan
 Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
 Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
 Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
 Sianosis
 BGA Pa O2 kurang dari 80%
 Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
 Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:

1. Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yangspesifik,
seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik danaspirin), dan spora
jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatupredisposisi genetik
terhadap alergi.

2. Intrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus yangtidak spesifik
atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan olehadanya infeksi
saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih beratdan sering sejalan
dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadibronkhitis kronis dan emfisema.
Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.

3. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan
non-alergik.

2.5 Patofisiologi

Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan
respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.

Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat
antibodi tubuh muncul (immunoglobulin E atau IgE) dengan adanya alergi. IgE di muculkan
pada reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan antigen menyebabkan pengeluaran histamin
dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma.

Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang ditandai
dengan bronkokontriksi (1-2 jam); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat berulang
dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama ; tahap late yang ditandai dengan
peradangan dan hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan. Asma juga dapat
terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara dingin.
Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan peningkatan sekresi
mukus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan
resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distres pernafasan

Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena
edema pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan
pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan
saturasi 02, sehingga terjadi penurunan P02 (hipoxia).Selama serangan astmatikus, CO2
tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan
acidosis respiratory dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan mengadakan
kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi tersebut
menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah (hypocapnea).

Alergen, Infeksi, Exercise (Stimulus Imunologik dan Non Imunologik), Merangsang


sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel T helper, IgE diikat oleh sel mastosit melalui
reseptor FC yang ada di jalan napas. Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama,
maka antigen tersebut akan diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit Akibat
ikatan antigen-IgE, mastosit mengalami degranulasi dan melepaskan mediator radang
(histamin). Peningkatan permeabilitas kapiler (edema bronkus), Peningkatan produksi mukus
(sumbatan sekret), Kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan simpatis
(N.X) Hiperresponsif jalan napas.

Asma adalah gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak
efektif pola nafas berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosa dan meningkatnya
produksi sekret.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

 Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik


 Foto rontgen
 Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital,
eosinofil biasanya meningkat dalam darah dan sputum
 Pemeriksaan alergi
 Pulse oximetri
 Analisa gas darah.

Pemeriksaan laboratorium

1. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

 Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.


 Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
 Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
 Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
2. Pemeriksaan darah

Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, atau asidosis. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan


terdapatnya suatu infeksi.Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E
pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan
gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga
intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:

 Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.


 Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
 Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
 Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
 Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka
dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

2. Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan
reaksi yang positif pada asma.

3. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian,
dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :

 perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan
clock wise rotation.
 Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB ( Right
bundle branch block).
 Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negative.

4. Scanning paru

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama
serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

5. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan
sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol
(inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih
dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari
20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga
penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan
tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

2.8. Pengobatan terapi

Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah:

1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera

2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma

3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai


penyakitasma. Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita
mengertitujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau
perawat yangmerawat.

– Pengobatan

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:

1) Pengobatan non farmakologik

a. Memberikan penyuluhan

b. Menghindari faktor pencetus

c. Pemberian cairand. Fisioterapie. Beri O₂bila perlu

2) Pengobatan farmakologik

Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:

a. Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin) Nama obat: Orsiprenalin (Alupent),


fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).

b. Santin (teofilin) Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard),
Teofilin(Amilex) Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat
ini.

Kromalin Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat


pencegahserangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yanglain
dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.

Ketolifen Mempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya


diberikandosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
2.8 Penatalaksanaan Serangan Asma Akut :

 Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.


 Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang setiap 20
menit sampai 3 kali.

Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini (per oral) :

Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :

Efedrin : 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam

Salbutamol : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam

– Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor, hipertensi dan
insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua tentang efek samping obat dan
monitor efek samping obat.

– Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi bronkospasme dan


meningkatkan bersihan jalan nafas.

Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

Teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek samping tachycardia,
dysrhytmia, palpitasi, iritasi gastrointistinal,rangsangan sistem saraf pusat;gejala toxic;sering
muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang. Intervensi keperawatan; atur
aliran infus secara ketat, gunakan alat infus khusus misalnya infus pump.

Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus. Prednison : 0,5 – 2


mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).

 Penatalaksanaan Asma Saat Serangan

Penatalaksanaan asma saat serangan bertujuan untuk mencegah kematian, dengan segera
menghilangkan obstruksi saluran napas, mengembalikan fungsi paru sesegera mungkin
mencegah hipoksemia dan mencegah terjadinya serangan berikutnya. Penatalaksanaan asma
saat serangan dibagi lagi menjadi dua, yaitu penatalaksanaan saat serangan di rumah dan
penatalaksanaan asma saat serangan di rumah sakit.

Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :

1. Pengobatan dengan obat-obatan Seperti :

•Beta agonist (beta adrenergik agent)

•Methylxanlines (enphy bronkodilator)


•Anti kolinergik (bronkodilator)

•Kortikosteroid

•Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)

2.Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :

•Oksigen 4-6 liter/menit.

•Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atauterbutalin 10 mg) inhalasi nabulezer


dan pemberiannya dapat diulang setiap 30 menit-1 jam. Pemberian agonis B2 mg
atauterbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5% diberikan perlahan.

•Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakanobat ini dalam 12 jam.

•Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak adarespon segera atau klien sedang
menggunakan steroid oral ataudalam serangan sangat berat.

3.Pemeriksaan Penunjang :Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :

•Spirometri :Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.

•Tes provokasi :

1) Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.

2) Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewattes spirometri.

3) Tes provokasi bronkial seperti :Tes provokasihistamin, metakolin, alergen,


kegiatan jasmani,hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasidengan aqua
destilata.

4) Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi IgE yang spesifik dalam tubuh.

•Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalamserum.

•Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.

•Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.

•Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.

•Pemeriksaan sputum.

2.9 Pencegahan / perawatan dirumah

Perencanaan Pemulangan

 Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar-gambar atau phantom.


 Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah.
 Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet, bulu binatang dan
lainnya.
 Jelaskan tanda-tanda bahaya akan muncul.
 Ajarkan penggunaan nebulizer.
 Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek samping,
waktu pemberian.
 Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut dan stress.
 Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan nafas.
 Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat.

2.10 Komplikasi

 Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas


 Chronik persistent bronchitis
 Bronchiolitis
 Pneumonia
 Emphysema.

Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:

1. Status asmatikus

adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadiberat dan tidak
memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikandapat digolongkan
pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yangintensif.

2. Atelektasis

adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibatpenyumbatan saluran udara


(bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasanyang sangat dangkal.

3. Hipoksemia

adalah tubuh kekurangan oksigen

4. Pneumotoraks

adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkankolapsnya paru.

5. Emfisema

adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi)saluran nafas karena
kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan danmengalami kerusakan yang
luas.
BAB III

PEMBAHASA

3.1. Pengkajian

 Identitas

Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8
tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma episodik yang
sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan infeksi saluran
napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya
orang tua menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan
stres.Pada asma tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik
atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas
terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap
hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.

 Keluhan utama : Batuk-batuk dan sesak napas.


 Riwayat penyakit sekarang : Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.
 Riwayat penyakit terdahulu : Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia
sebelumnya.
 Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya
 Kaji riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor lingkungan
 Riwayat kesehatan lingkungan

Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau,
serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak wangi,
obat semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan
kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma

 Riwayat tumbuh kembang

Tahap pertumbuhan

Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan umur
1- 6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg,
pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata
pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti
meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-
rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm.
Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik
cenderung bertambah tinggi.

 Tahap perkembangan.

Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif


mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah
dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan
motorik dan bahasanya.
Perkembangan psikosexsual (Sigmund Freud): Berada pada fase oedipal/falik (3-5 tahun
.Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda. Oedipus komplek (laki-laki
lebih dekat dengan ibunya) dan Elektra komplek (perempuan lebih dekat ke ayahnya).

Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase preconseptual
( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum
sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan magical thinking.

Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan prososial
: sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa
menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.

Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru dan
belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman. Perkembangan body image yaitu
mengenal kata cantik, jelek,pendek-tinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin,
membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.

Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “. Dimana sudah
bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa
mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.

Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir umur 5
tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang
familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima atau
memberikan perintah sederhana.

Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak
bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari
bahwa dia mempunyai lingkungan luar.

Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai permainan
yang mirip. Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu
melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.

 Riwayat imunisasi

Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG, POLIO
I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.

 Riwayat nutrisi

Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun
900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.

Status Gizi

Klasifikasinya sebagai berikut :

Gizi buruk kurang dari 60%


Gizi kurang 60 % – <80 %

Gizi baik 80 % – 110 %

Obesitas lebih dari 120 %

 Aktivitas: Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas, adanya


penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bentuan melakukanaktivitas sehari-
hari, tidur dalam posisi duduk tinggi.

 Pernapasan: Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas


atau latihan,Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur,
menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan bahu, melebarkan hidung,
adanya bunyi napas, adanya batuk berulang.

 Sirkulasi: Adanya peningkatan tekanan darah, adanya peningkatan frekuensi jantung,


warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu/sianosis

 Integritas ego: Ansietas, ketakutan, peka rangsangan, gelisah.

 Asupan nutrisi: Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan, penurunan


berat badan karena anoreksia.

 Hubungan sosial: Keterbatasan mobilitas fisik, susah bicara atau bicara terbata-bata,
adanya ketergantungan pada orang lain.

Pengkajian Persistem

a. Sistem Pernapasan / Respirasi

Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan otot
aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada
auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering musikal.

b. Sistem Cardiovaskuler

Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.

c. Sistem Persyarafan / neurologi

Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng → apatis
→ sopor → coma.

d. Sistem perkemihan

Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak nafas.

e. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal


Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum, mukosa
mulut kering.

f. Sistem integumen

Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.

Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu seranganmenunjukkan
gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yangbertambah dan peleburan rongga
intercostalis, serta diafragma yang menurun.Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagaiberikut:- Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-
bercak di hilus akan bertambah- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka
gambaran radiolusen akansemakin bertambah.- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat
gambaran infiltrat pada paru- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal- Bila
terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan pneumoperikardium,maka dapat dilihat
bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

b. Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapatmenimbulkan
reaksi yang positif pada asma.

c. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3bagian dan
disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu:

– Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation

– Terdapat tanda

-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (RightBundle branch Block)

– Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES, dan VESatau terjadinya
depresi segmen ST negatif

d. Scanning Paru

Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruhpada paru-
paru.

e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel. Pemeriksaanspirometri tdak saja
penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga pentinguntuk menilai berat obstruksi dan
efek pengobatan.

3.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Kriteria Hasil, Rencana Intervensi.


H. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi sputum
b. Pola nafas tidak efektif b.d adanya wheezing
c. Gangguan pertukaran gas b.d terjadinya gangguan ventilasi
d. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan fisik

1. Intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Kode : D0149 Bersihan jalanLatihan batuk
Bersihan jalan nafas : L.01001 efektif : I.01006
nafas tidak efektif
Setelah dilakukan Observasi : Observasi :
berhubungan tindakan 1. Identifikasi 1. Untuk mengkaji
dengan keperawatan kemampuan kemampuan
hipersekresi diharapkan batuk pasien
sputum bersihan jalan mengeluarkan
nafas pasien sputum
menjadi efektif 2. Monitor 2. Sputum sulit
dengan kriteria adanya retensi untuk
hasil: sputum dikeluarkan pada
- Produksi beberapa pasien
sputum 5 Terapeutik : Terapeutik :
(menurun) 1. Atur posisi 1. Memaksimalkan
- Mengi 5 semi fowler ekspansi paru
(menurun) atau fowler
- Wheezing 5 2. Pasang perlak 2. Agar sputum
(menurun) dan bengkok yang akan
- Frekuensi dipangkaun dikeluarkan
nafas 5 pasien tidak berserakan
(membaik) 3. Sekret dapat
- Pola nafas 5 3. Buang sekret menularkan
(membaik) pada tempat penyakit jika
sputum dibuang pada
tempat terbuka
Edukasi : Edukasi :
1. Jelaskan tujuan 1. Agar pasien
dan posedur mengetahu cara
batuk efektif batuk efektif
2. Anjurkan tarik 2. Untuk
nafas dalam memaksimalkan
melalui hidung pemasukan O2
selama 4 detik, dan pengeluaran
ditahan selama CO2 serta agar
2 detik, mengatur nafas
kemudian saat ekshalasi
keluarkan dari
mulut dengan
bibir mecucu
(dibulatkan)
selama 8 detik 3. Membantu
3. Anjurkan dalam
mengulang meningkatkan
tarik nafas kenyamanan
dalam hingga 3 serta
kali memaksimalkan
pengeluaran
sekret
4. Anjurkan batuk 4. Memaksimalkan
dengan kuat pengeluaran
langsung sekret
setelah tarik
nafas dalam
yang ke 3
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Kolaborasi 1. Untuk
pemberian menurunkan
mukolitik atau kekentalan
ekspektoran, sekret
jika perlu

Kode : D.0005 Pola nafas : L.01004Pemantauan


Pola nafas tidakSetelah dilakukan respirasi :
efektif tindakan I.01014
berhubungan keperawatan Observasi : Observasi :
dengan wheezing diharapkan pola 1. Monitor 1. Sebagai
nafas lebih baik frekuensi, evaluasi derajat
dengan kriteria irama, distress
hasil: kedalaman dan pernafasan dan
- Dispnea upaya nafas kronisnya
menurun (5) proses penyakit
- Penggunaan
otot bantu 2. Monitor pola 2. Mengetahui
nafas nafas (seperti keadaan
menurun (5) bradipnea, pernafasan
- Frekuensi takipnea, pasien
nafas hiperventilasi,
membaik (5) kusmaul,
- Kedalaman cheyne-stokes,
nafas biot, ataksik)
membaik (5) 3. Monitor 3. Mengkaji
kemampuan kemampuan
batuk efektif pasien dalam
batuk efektif
4. Monitor adanya 4. Karakteristik
produksi sputum dapat
sputum berubah sesuai
penyebab atau
etiologi
pernyakitnya
5. Auskultasi 5. Suara nafas
bunyi nafas abnormal
menggambarka
n adanya
sputum dalam
jalan nafas
6. Monitor 6. Mengetahui
saturasi oksigen kadar oksigen
dalam tubuh
pasien dalam
jumlah
pemberian
terapi oksigen
Terapeutik :
1. Pemantauan
sangat perlu
dilakukan

Edukasi :
1. Merupakan hak
Terapeutik : pasien
1. Atur interval mengetahui
pemantauan kondisinya saat
respirasi sesuai sakit
kondisi pasien 2. Pasien berhak
Edukasi : mengetahui
1. Jelaskan tujuan perkembangan
dan prosedur tentang
pemantauan penyakitnya
1.

2. Informasikan
hasil
pemantauan,
jika perlu

Kode : D.0003 Pertukaran gas Pemantauan :


Gangguan L.01003 respirasi :
pertukaran gas b.d
Setelah dilakukan I.01014
terjadinya tindakan Observasi : Observasi :
gangguan ventilasi keperawatan 1. Monitor frekuensi, 1. Sebagai
diharapkan irama, kedalaman evaluasi
petukaran gas dan upaya nafas derajat distress
lebih baik dengan pernafasan dan
kriteria hasil: kronisnya
- Dispnea proses
menurun (5) 2. Monitor pola penyakit
- Bunyi nafas nafas (seperti 2. Mengetahui
tambahan bradipnea, keadaan
menurun (5) takipnea, pernafasan
- Nafas cuping hiperventilasi, pasien
hidung kusmaul,
menurun (5) cheyne-
stokes, biot,
ataksik)
3. Monitor
kemampuan 3. Mengkaji
batuk efektif kemampuan
4. Monitor pasien dalam
adanya batuk efektif
produksi 4. Karakteristik
sputum sputum dapat
berubah sesuai
penyebab atau
etiologi
pernyakitnya
5. Auskultasi 5. Suara nafas
bunyi nafas abnormal
menggambark
an adanya
sputum dalam
jalan nafas
6. Monitor 6. Mengetahui
saturasi kadar oksigen
oksigen dalam tubuh
pasien dalam
jumlah
pemberian
terapi oksigen
Terapeutik : Terapeutik :
1. Atur interval 1. Pemantauan
pemantauan sangat perlu
respirasi dilakukan
sesuai kondisi
pasien
Edukasi : Edukasi :
1. Jelaskan 1. Merupakan hak
tujuan dan pasien mengetahui
prosedur kondisinya saat
pemantauan sakit
2. Informasikan 2. Pasien berhak
hasil mengetahui
pemantauan, perkembangan
jika perlu tentang
penyakitnya

Kode : D.0056 Toleransi aktivitas Manajemen


: energi :
Intoleransi L.05047 I. 05178
aktifitas b.d
Setelah dilakukan
Observasi : Observasi :
kelemahan fisik tindakan 1. Identifikasi 1. Mengetahui
keperawatan gangguan penyebab
diharapkan fungsi tubuh kelelahan
aktivitas yang
meningkat dengan mengakibatka
kriteria hasil: n kelelahan
- Frekuensi nadi 2. Monitor 2. Mengobservasi
meningkat (5) kelelahan fisik kelelahan yang
- Saturasi terjadi
oksigen Terapeutik : Terapeutik :
meningkat (5) 1. lakukan 1. Melatih
- Keluhan lelah latihan anggota gerak
menurun (5) rentang gerak
- Dispnea saat pasif
aktivitas dan/aktif
menurun (5) Edukasi : Edukasi :
- Dispnea setelah 1. Anjurkan 1. Mencegah
aktivitas tirah baring terjadinya
menurun (5) kelelahan
berlebih
2. Anjurkan 2. Aktivitas secara
melakukan bertahap agar
aktivitas pasien dapat
secara rerlatih
bertahap
Kolaborasi ; Kolaborasi ;
1. Kolaborasi 1. Agar nutrisi
dengan ahli pasien
gizi tentang terpenuhi dan
cara dapat
meningkatkan menambah
asupan energi bagi
makanan pasien
1.

4. implementasi keperawatan
Pada proses keperawatan, implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan. Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan
dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan yang khusus
yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi (atau program keperawatan).Perawat
melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun
dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat
tindakan keperawatan dan respons klien terhadap tindakan tersebut (Kozier, Erb, Berman,
& Snyder, 2011).

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Dalam konteks ini,
evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika klien dan
profesional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan/hasil, dan
keefektifan rencana asuhan keperawatan. (Kozier et al., 2011). Tujuan evaluasi adalah
untuk menilai pencapaian tujuan pada rencana keperawatan yang telah ditetapkan,
mengidentifikasi variabel-variabel yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan, dan
mengambil keoutusan apakah rencana keperawatan diteruskan, modifikasi atau dihentikan
(Manurung, 2011).
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena
Hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan, penyempiran ini
bersifat sementara. Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma.

Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe, dan wheezing. Pada
sebagian penderita disertai dengan rasanyeri dada, pada penderita yang sedang bebasserangan
tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat,
dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan sertatampak otot-otot bantu
pernafasan bekerja dengan keras.Asma dibagi atas dua kategori, yaitu ekstrinsik atau alergi
yang disebabkan olehalergi seperti debu, binatang, makanan, asap (rokok) dan obat-obatan.
Klien denganasma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga dengan alergi dan riwayat
alergirhinitis, sedangkan non alergi tidak berhubungan secara spesifik dengan
alergen.Sebagaimana penyakit lain, penatalaksanaan asma didasarkan pada
pemahamanmengenai pathogenesis penyakit. Penatalaksanaan asma dibagi menjadi dua,
yaitu: penatalaksanaan asma saat serangan (reliever) dan penatalaksanaan asma di luar serang
an (controller).Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah pneumotoraks,
atelektasis, gagal nafas, bronkhitis dan fraktur iga.

4.2 Saran

Marilah kita sama-sama mempelajari makalah ini dengan sebaik mungkin dan mengambil
manfaat dan ilmu yang terkandung di dalam makalah ini guna pengembangan yang ada pada
diri kita masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

Panitia Media Farmasi dan Terapi. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi LAB/UPF Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya

Soetjiningsih. (1998). Tumbuh kembang anak . Cetakan kedua. EGC. Jakarta

Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan
Infomedika Jakarta.

Suriadi dan Yuliana R.(2001) Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1 Penerbit CV Sagung
Seto Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai