Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN D DENGAN

MYELODYPLASTIC SYNDROME

DI LANTAI 2 KARTIKA 3
RSPAD GATOT SOEBROTO
JAKARTA

DISUSUN OLEH :

M RAIHAN HIDAYAT

(1834037)

3A

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


STIKES RSPAD GATOT SOEBROTO
PRODI DIII KEPERAWATAN
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang latar belakang, tujuan penulisan, ruang
lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

A. Latar Belakang
Myelodysplastic syndrome (MDS) Kelompok penyakit, dikaitkan dengan disfungsi
sumsum tulang. Sumsum tulang berfungsi untuk memproduksi sel darah dewasa dari
sel induk, dalam permasalahan yang muncul pada pasien yang mengidap MDS yaitu
tidak terjadinya perkembangan sel darah, sebagai hasil mutasi dari salah satu jenis sel
induk. Hal ini menyebabkan penurunan dalam mengembangkan sel darah merah yang
normal, leukosit dan trombosit. Organisasi kesehatan dunia mengklarifikasikan MDS
ke delapan kategori. Beberapa bentuk bisa lebih berbahaya daripada yang lain,
syndrome itu cukup serius dan membutuhkan perawatan dokter. Tiga puluh persen
dengan MDS akut Myloid leukemia (AML). Salah satu jenis leukemia atau sel kanker
darah putih dan sel sel induk mereka.
Sindrom mielodisplastik umumnya adalah penyakit pada orang tua, denganusia rata-
rata saat diagnosis 65-70 tahun; kurang dari 10% pasien lebih muda dari50 tahun.
Insiden tahunan sindrom mielodisplastik adalah sekitar empat kasus per100.000 orang
(mencapai 40-50 per 100.000 setelah usia 70 tahun). Penyebab sindrom
mielodisplastik hanya diketahui pada 15% kasus. Faktor predisposisiyang diwariskan
terbukti pada sepertiga dari kasus pediatrik, termasuk pada anak-anak dengan sindrom
Down, anemia Fanconi, dan neurofi bromatosis. Pada orangdewasa, predisposisi yang
diwariskan kurang umum tetapi harus diselidiki padaorang dewasa muda atau dalam
keluarga dengan kasus lain sindrom mielodisplastik, leukemia mieloid akut, atau
anemia aplastik. Faktor lingkungan termasuk penggunaan kemoterapi sebelumnya,
terutama dari agen alkilasi dananalog purin, radioterapi, dan merokok.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran dalam
memberikan asuhan kepeawatan pada klien dengan riwayat/komplikasi
Myelodyplastic syndrome di Lt 2 Paviliun Kartika 3 RSPAD Gatot Soebroto dengan
menggunakan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
(a) Melakukan pengkajian pada pasien dengan riwayat/komplikasi Myelodyplastic
syndrome
(b) Menganalisa data yang ditemukan pada pasien dengan Myelodyplastic syndrome
(c) Memprioritaskan diagnose keperawatan
(d) Merencanakan tindakan keperawatan
(e) Melakukan tindakan yang sudah direncanakan
(f) Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan Syncope
(g) Mendokumentasikan adanya kesenjangan antara teori dengan kasus
(h) Mengindentifikasi faktor penunjang dan penghambat dalam memberikan asuhan
keperawatan

C. Ruang Lingkup
Membahas asuhan keperawatan pada Tn.S dengan riwayat/komplikasi Myelodyplastic
syndrome di RSPAD Gatot Soebroto, yang akan dilaksanakan selama 3 hari dari
tanggal 10 Februari sampai dengan 13 Februari 2021

D. Metode Penulisan
1. Metode Deskriptif
Tipe studi kasus dimana penulis mengambil satu kasus Myelodyplastic syndrome dan
diberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode pendekatan proses
keperawatan. Pada pengumpulan data, teknik yang digunakan yaitu teknik
mewawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Sumber data yang digunakan adalah
data primer yang didapat langsung dari pasien, sedangkan data sekunder didapat dari
keluarga, rekam medis, dan tim.
2. Metode Kepustakaan
Mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan penyakit Myelodyplastic
syndrome
E. Sistematika Penulisan
Disusun secara sistemtika, terdiri dari 5 bab, yaitu:
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan
penulisan yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.
BAB II : Tinjauan teori yang terdiri dari pengertian, patofisiologi,
dasar data pengkajian pasien, diagnose keperawatan,
intervensi, dan implementasi.
BAB III : Tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian, diagnose
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
BAB IV : Pembahasan yang terdiri dari pengkajian, diagnose
keperawatan, perecanaan, implementasi, dan evaluasi
BAB V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI

Pada bab ini penulis akan menguraikan tinjauan teori asuhan keperawatan pada klien
dengan Myelodyplastic syndrome meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi,
klasifikasi, penatalaksanaan, pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Teori-teori ini disusun secara singkat dan jelas, terkait
dengan judul dan akan digunakan sebagai rujukan atau acuan pada waktu
pembahasan.

A. Pengertian
Sindrom mielodiplastik (MDS; myelodyplastic syndrome) merupakan kelompok
kelainan sel tnas klonal yang ditandai oleh hematopoiesis yang tidak efektif dan
peningkatan resiko transformasi menjadi AML(Acute Myeloid Leukimia) sebagian
atau seluruh sumsum tulang digantikan oleh progeni klonal sebuah sel tunas
multipoten yangmutan tetapi masih mempertahankan kemampuannya untuk
berdiferensiasi menjadi seldarah darah merah, granulosit dan trombosit kendati
dengan cara yang tidak efektif dan menyimpang. Biasanya sumsum tulang tersebut
tampak hiperseluler atau normoselulertetapi darah tepinya memperlihatkan
pansitopenia.

Sindrom myelodiplastik (myelodyplastic syndrome) adalah kelainan darah langka dan


berpotensi fatal yang terjadi karena produksi abnormal sel-sel darah di sumsum
tulang. Sel darah yang dihasilkan menjadi mati dan abnormal begitu mereka
memasukialiran darah, sehingga tidak dapat menjalankan fungsi normal dan penting
sepertimengangkut oksigen melalui tubuh (eritrosit) dan melawan infeksi (leukosit).
Pada tahapawal pemyakit, hanya ada sedikit gejala. Seiring waktu, perdarahan yang
tidak biasa, bintik-bintik kulit merah dan anemia dapat terjadi. Individu dengan
sindrommyelodiplastik cenderung memiliki infeksi berulang.

B. Etiologi
MDS timbul dalam dua keadaan yang berbeda:
1. MDS idiopatik atau primer terutama terjadi pada pasien yang berusia lebih dari
50tahun dan sindrom ini sering berkembang secara perlahan
2. MDS yang berkaitan dengan terapi merupakan komplikasi terapi dengan obat yang
bersifat mielosupresif atau radioterapi dan biasanya sindrom ini baru muncul
dalamwaktu 2 hingga 8 tahun sesudah terapi.

Semua bentuk MDS dapat bertransformasi menjadi AML; transformasi terjadi paling
cepat dan dengan frekuensi paling tinggi pada apsien MDS yang terkait
terpai.Perubahan morfologi yang khas terlihat dalam sumsum tulang dan darah tepi;
analisissitogenik dapat membantu menegakkan diagnosis.Meskipun patogenesisnya
sebagian besar masih belum diketahui, namun MDS secarakhas muncul dengan latar
belakang kerusakan sel tunas. Baik MDS primer maupun MDSyang terkait terapi
memiliki korelasi dengan kelainan kroosom klonal yang sama,termasuk monosomi 5
dan monosomi 7, delesi 5q dan 7q, trisomi 8 dan delesi 20q.

C. Klasifikasi

Penggolongan MDS menurut kriteria FAB adalah:

1. Refractory Anemia (RA)


2. Refractory Anemia with Ringed Sideroblast (RARS)
3. Refractory Anemia with Excessive Blast (RAEB)
4. RAEB in Transformation to Leukemia(RAEBt)
5. Chronic Myelo-Monocytic Leukimia (CMML)

Tanda Dan Gejala:

1) Berusia lebih dari 65 tahun


2) Pernah menjalani kemoterapi atau radioterapi
3) Terpapar bahan kimia, seperti asap rokok, pestisida, dan benzena
4) Terpapar logam berat, seperti timah dan merkuri
5) Sesak napas
6) Tubuh mudah lelah
7) Pucat, akibat kurangnya sel darah merah atau anemia
8) Infeksi berulang, akibat kekurangan sel darah putih
9) Mudah memar atau berdarah, akibat rendahnya jumlah trombosit
10) Timbul bintik merah di bawah kulit akibat perdarahan.
D. Patofisiologi
MDS disebabkan paparan lingkungan seperti radiasi dan benzene yang
merupakanfaktor resikonya. MDS sekunder terjadi pada toksisitas lama akibat
pengobatan kanker biasanya dengan kombinasi radiasi dan radiomimetik alkylating
agent seperti bisulfan, nitrosourea atau procarbazine ( dengan masa laten 5-7 tahun)
atau DNA topoisomerase inhibitor (2tahun). Baik anemia aplastik yang didapat yang
diikuti dengan pengobatan imunosupresif maupun anemia Fanconis dapat berubah
menjadi MDS.

MDS diperkirakan berasal dari mutasi pada sel sumsum tulang yang multipotentetapi
defek spesifiknya belum diketahui. Diferensiasi dari sel prekursor darah
tidakseimbang dan ada peningkatan aktivitas apoptosis sel di sumsum tulang.
Ekspansi klonaldari sel abnormal mengakibatkan sel yang telah kehilangan
kemampuan untuk berdiferensiasi. Jika keseluruhan persentasi dari blas sumsum
berkembang melebii batas(20-30%) maka ia akan bertransformasi menjadi AML.
Pasien MDS akan menderitasitopenia pada umumnya seperti anemia parah. Tetapi
dalam beberapa tahun pasien akanmenderita kelebihan besi. Komplikasi yang
berbahaya bagi mereka adalah pendarahankarena kurangnya trombosit atau infeksi
karena kurangnya leukosit.Beberapa penlitian menyebutkan bahwa hilangnya fungsi
mitokondriamengakibatkan akumulasi dari mutasi DNA pada sel sitem hematopoietik
danmeningkatkan insiden MDS pada pasien yang lebih tua. Dan adanya akumulasi
dari besimitokondria yang berupa cincin sideroblas merupakan bukti dari disfungsi
mitokondria pada MDS.
E. Pathway
Pertumbuhan, perkembangan dan pola asuh anak

Misalnya anak tumbuh dan berkembang di daerah


industri timah dan merkuri atau terpapar banyak zat
radiasi serta banyak terpapar asap rokok dan pestisida
yang tinggi

Definisi
Paparan zat kimia atau benzene, Ideopatik
infeksi virus, dan radiasi
MDS ( Myelodysplastic
Syndrome) adalah suatu
kelainan dari sel punca
(stem cell) darah yang MDS Primer
ditandai dengan MDS Sekunder
terganggunya proliferasi
dan pendewasaan sel
hematopoiesis.
Sindrom
Mielodisplasia

Cedera sel stem hematopoetik

Sel-sel hematopoitik akan termutasi

Mendominasi seluruh Sel darah yang baru dibentuk


sumsum tulang dan berpindah ke sumsum tulang
menekan sel stem yang
sehat

Pembentukan sel Terjadi peningkatakn


Cedera sel stem darah di sel tem trombosit pembentukan
berkurang trombosit abnormal

Penurunan pembentukan sel


darah Kebutuan eritrosit, lekosit ,
trombosit menurun

Hypoksia
Anemia Perdarahan
Tubuh kekurangan O2

Kekurangan volume
Keletihan Infeksi
cairan
Komplikasi Resiko Infeksi
1. Perdarahan
atau hemoragik
2. Infeksi
F. Manifestasi klinik

MDS sering ditemukan pada pasien usia lanjut antara umur 60-75 tahun, dan
padasebagian kasus pada umur < 50 tahun; laki-laki sedikit lebih sering daripada
perempuan. Keluhan dan gejala secara umum:-

1) Cepat lelah, lesu yang disebabkan anemia.-


2) Perdarahan dan mudah memar karena trombositopenia-
3) Infeksi atau demam yang dikaitkan dengan leukopenia/neutropeni.-
4) Pada sebagian kecil dan sangat jarang dari pasien terjadi splenomegali atau
hepatomegaly

Pada beberapa pasien, anemia yang tergantung transfusi mendominasi perjalanan


penyakit sedangkan pada pasien lainnya infeksi rekuren atau memar dan pendarahan
spontan merupakan masalah klinis utama. Neutrofil, monosit, dan trombosit
seringkaliterganggu secara fungsional sehingga dapat terjadi infeksi spontan pada
beberapa kasus atau memar/pendarahan yang tidak sebanding dengan beratnya
sitopenia.

Limpa biasanya tidak membesar kecuali pada CMML pada keadaan ini juga dapat
terjadi hipertrofi gusi dan limfadenopati

G. Pemeriksaan Laboratorium
1) Penurunan kadar Hb, jumlah leukosit, dan jumlah trombosit.
2) Hasil pemeriksaan yang paling khas adalah kelainan diferensiasi (displasia) yang
mengenai
ketiga garis-turunan sel darah (eritroid, mieloid dan megakariosit).
 Garis turunan eritroid:
Sideroblas bercincin, eritroblas dengan mitokondria yang penuh zat besi danterlihat
sebagai granul perinuklear pada pewarnaan Prussian blue.
 Maturasi megaloblastoid yang menyerupai gambaran yang terlihat pada defisiensi
vitamin B12 atau folat.
Kelainan pembentukan tunas nukleus yang memproduksi nukleus salah bentuk dan
sering dengan garis polipoid.
Garis turunan granulositik:
Sel-sel neutrofil dengan berkurangnya jumlah granul sekunder, granulasi toksik atau
Dohle bodies(badan Dohle).
Sel-sel pseudo-Pelger-Huet (sel-sel neutrofil dengan dua lobus nukleus saja).
Mieloblas mungkin meningkat tetapi berdasarkan definisi terdiri kurang dari
20%keseluruhan selularitas sumsum tulang.
Garis turunan megakariositik:
megakariositik dengan lobus nukleus yang tunggalatau nukleus multiple yang terpisah
(megakariosit”pawn ball”).
Darah perifer: darah perifer sering mengandung sel-sel pseudo-Pelger-Huet,trombosit
raksasa, makrosit, poikilosit dan monositosis relatif atau absolut.Biasanya mieloblas
membentuk kurang dari 10% leukosit perifer.

H. Penatalaksanaan Medis
Beberapa regimen terapi telah digunakan pada pasien MDS, tetapi sebagian besartidak
efektif di dalam merubah perjalanan penyakitnya. Karena itu pengobatan pasienMDS
tergantung dari usia, berat ringannya penyakit dan progresivitas penyakitnya.Pasien
dengan klasifikasi RA dan RAEB pada umumnya bersifat indolent sehingga tidak
perlu pengobatan spesifik, cuma suportif saja.
1. Cangkok Sumsum Tulang (Bone Marrow Transplatation)

Cangkok sumsum tulang alogenik merupakan pengobatan utama pada MDS terutama
dengan usia < 30 tahun, dan merupakan terapi kuratif, tetapi masih merupakan pilihan
< 5% dari pasien.

2. Kemoterapi

Pada fase awal dari MDS tidak dianjurkan untuk diberikan kemoterapi, umumnya
diberikan pada tipe RAEB, RAEB-T, CMML. Sejak tahun 1968 pengobatan ARA-
Cdosis rendah yang diberikan pada pasien MDS dapat memberikan respon antara 50-
75% dan respons ini tetap bertahan 14 bulan setelah pengobatan. DosisARA-C yang
direkomendasikan adalah 20 mg/m hari secara drip atau 10 mg/m/hari secara subkutan
setiap 12 jam selama 21 hari.
3. GM-CSF atau G-CSF
Pada pasien MDS yang mengalami pansitopeni dapat diberikan GM-CSF atau G-CSF
untuk merangsang diferensiasi dari hematopoetic progenitor cells. GM-CSF diberikan
dengan dosis 30–500 mcg/m ²/hari atau G-CSF 50– 1600 mcg/m²/hari (0,1– 0,3
mcg/kgBB/hari/subkutan) selama 7- 14 hari.
Piridoksin, androgen, danazol, asam retinoat dapat digunakan untuk pengobatan
pasien MDS. Piridoksin dosis 200 mg/hari selama 2 bulan kadang-kadang dapat
memberikanrespon pada tipe RAEB walaupun sangat kecil. Danazol 600 mg/hari/oral
dapat memberikan response rate 21– 33 % setelah 3 minggu pengobatan. Tujuan
pengobatan adalah mengontrol gejala, meningkatkan kualitas hidup (Qol),
meningkatkan survival,dan mengurangi transformasi menjadi AML.
a) Pada sindrom mielodisplastik resiko rendah
Pasien yang memiliki jumlah sel blas kurang dari 5% dalam sumsum tulang
didefinisikan sebagai penderita sindrom mielodisplastik resiko rendah. Sehingga
ditangani dengan konservatif dengan transfusi eritrosit, trombosit, atau pemberian
antibiotik sesuai keperluan. Upaya memperbaiki fungsi sumsum dengan faktor
pertumbuhan hemopoietik sedang dilakukan. Eriotropoietin dosis tinggi
dapatmeningkatkan konsentrasi Hb sehingga transfusi tidak perlu dilakukan.
Siklosporin atauglobulin antilimfosit (GAL) kadang membuat pasien lebih baik
terutama pasien dengansumsum hiposelular. Untuk jangka panjang penimbunan besi
transfusi berulang harusdiatasi dengan chelasi besi setelah mendapat transfusi 30-
50unit. Pada pasien usia mudakadang transplantasi alogenik dapat memberikan
kesembuhan permanen.

Perlu diperhatikan pada pasien yang memerlukan banyak transfusi RBC adalah
levelserum ferritin yang dapat berakibat disfungsi organ dan harus dikontrol
<1000mcg/L. dan ada 2 macam chelasi besi seperti deferoxamine IV dan deferasirox
per oral. Pada kasus yang jarang, deferasirox dapat menyebabkan gagal ginjal dan hati
yang berakhir pada kematian.

b) Pada sindrom mielodisplastik resiko tinggi

Pada pasien yang memiliki jumlah sel blas lebih dari 5% dalam sumsum dapat diberi
beberapa terapi:
1. Perawatan suportif umum sesuai diberikan untuk pasien usia tua dengan
masalahmedis mayor. Transfusi eritrosit dan trombosit, terapi antibiotik dan obat anti
jamur diberikan sesuai kebutuhan.

2. Kemoterapi agen tunggal hidroksiurea, etopasid, merkaptopurin, azasitidin,


atausitosin arabinosida dosis rendah dapat diberikan dengan sedikit manfaat pada
pasienCMML atau anemia refrakter dengan kelebihan sel blas (RAEB) atau RAEB
dalamtransformasi dengan jumlah leukosit dalam darah yang tinggi.

3. Kemoterapi intensif seperti pada AML. Kombinasi fludarabin dengan


sitosinarabinosida dosis tinggi dengan faktor pembentuk koloni granulosit (G-CSF)
(FLAG) dapat sangat bermanfaat untuk mencapai remisi pada MDS. Topetecan,ara-C,
dan G-CSF(TAG) juga dapat membantu. Remisi lengkap lebih jarangdibandingkan
pada AML de novo dan resiko pembeerian kemoterapi intensif sepertiuntuk AML
lebih besar karena dapat terjadi pansitopenia berkepajangan pada beberapa kasus
tanpa regenerasi hemopoietik yang normal, diperkirakan karena tidakterdapat sel
induk yang normal.

4. Transplantasi sel induk. Pada pasien berusia lebih muda (kurang dari 50-55tahun)
dengan saudara laki-laki atau perempuan yang HLA nya sesuai atau donor yang tidak
berkerabat tetapi sesuai HLAnya. SCT memberikan prospek kesembuhan yang
lengkap dan biasanya dilakukan MDS tanpa mencapai remisi lengkap dengan
kemoterapi sebelumnya, walaupun pada kasus resiko tinggi dapat dicoba kemoterapi
wal untuk mengurangi proporsi sel blas dan resiko kambuhnya MDS. SCT hanya
dapat dilaksanakan pada sebagian kecil pasien karena umumnya pasien MDS berusia
tua.

I. Komplikasi

Jika dibiarkan, sindrom mielodisplasia dapat menyebabkan komplikasi berupa:

1) Anemia

Jumlah sel darah merah yang rendah dapat menyebabkan kondisi anemia. Kondisi ini
menyebabkan pasien merasa lelah.

2) Infeksi berulang
Jumlah sel darah putih yang terlalu sedikit akan membuat risiko terjadinya infeksi
meningkat.

3) Perdarahan yang sulit berhenti

Sel keping darah berperan dalam pembekuan darah dan menghentikan perdarahan.
Jumlah keping darah yang rendah dapat memicu terjadinya perdarahan berlebih.

4) Peningkatan risiko kanker

Beberapa pasien dengan sindrom mielodisplasia mungkin mengalami kanker darah


(leukimia) di kemudian hari. 

J. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
A. Identitas :
1) Identitas pasien :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa,
agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan
diagnosa medik.

2) Identitas Penanggung Jawab


Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan
dengan pasien.

B. Keluhan utama
1) Sesak saat bekerja, dipsnea nokturnal paroksimal, ortopnea
2) Lelah, pusing
3) Nyeri dada
4) Edema ektremitas bawah
5) Nafsu makan menurun, nausea, dietensi abdomen
6) Urine menurun
C. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan tentang
kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat dengan gejala-gejala kongesti
vaskuler pulmonal, yakni munculnya dispnea, ortopnea, batuk, dan edema pulmonal
akut. Tanyakan juga gajala-gejala lain yang mengganggu pasien.
D. Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien apakah pasien
sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokardium, hipertensi, DM, atau
hiperlipidemia. Tanyakan juga obat-obatan yang biasanya diminum oleh pasien pada
masa lalu, yang mungkin masih relevan. Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien.

E. Riwayat penyakit keluarga


Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung, dan penyakit
keteurunan lain seperti DM, Hipertensi.

F. Pengkajian data
1) Aktifitas dan istirahat : adanya kelelahan, insomnia, letargi, kurang istirahat,
sakit dada, dipsnea pada saat istirahat atau saat beraktifitas.
2) Sirkulasi : riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites, disaritmia, fibrilasi
atrial,kontraksi ventrikel prematur, peningkatan JVP, sianosis, pucat.
3) Respirasi : dipsnea pada waktu aktifitas, takipnea, riwayat penyakit paru.
4) Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.
5) Eliminasi : penurunan volume urine, urin yang pekat, nokturia, diare atau
konstipasi.
6) Neuorologi : pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.
7) Interaksi sosial : aktifitas sosial berkurang
8) Rasa aman : perubahan status mental, gangguan pada kulit/dermatitis
G. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress, sikap
dan tingkah laku pasien.
2) Tanda-tanda Vital :
a) Tekanan Darah Nilai normalnya : Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg Nilai
rata-rata diastolik : 80-90 mmHg
b) Nadi Nilai normalnya : Frekuensi : 60-100x/menit (bradikardi atau takikkardi)
c) Pernapasan Nilai normalnya : Frekuensi : 16-20 x/menit Pada pasien : respirasi
meningkat, dipsnea pada saat istirahat / aktivitas
d) Suhu Badan Metabolisme menurun, suhu menurun
3) Head to toe examination :
a) Kepala : bentuk , kesimetrisan
b) Mata: konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak ?
c) Mulut: apakah ada tanda infeksi?
d) Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan
e) Muka; ekspresi, pucat
f) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
g) Dada: gerakan dada, deformitas
h) Abdomen : Terdapat asites, hati teraba dibawah arkus kosta kanan
i) Ekstremitas: lengan-tangan:reflex, warna dan tekstur kulit, edema, clubbing,
bandingakan arteri radialis kiri dan kanan.
4) Pemeriksaan penunjang
a) Foto thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema atau efusi
pleura yang menegaskan diagnosa Myelodysplastic syndrome

b) EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi
(jika disebabkan AMI), ekokardiogram

c) Pemeriksaan laboratorium : Hiponatremia, hiperkalemia pada tahap lanjut dari


gagal jantung, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin meningkat, peninkatan
bilirubin dan enzim hati.

K. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang telah didapat, kemudian data dikumpulkan maka
dilanjutkan dengan analisa data untuk mennetukan diagnose keperawatan. Menurut
(Doenges, 2018) Diagnosa yang ditemukan sebagai berikut:

1) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan


konsentrasi hemoglobin

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang


asupan nutrisi.

3) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedara biologis (infiltrasi leukosit


jaringan sistematik) ditandai dengan tanpak meringis, gelisah, frekuensi nadi
meningkat, mengalami gangguan tidur, sulit tidur dan proses berfikir terganggu.

4) Gangguan mobilitas fsik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot (depresi


sumsum tulang) di tandai dengan kekuatan otot menurun, mengeluh sulit mengerakan
ekstermitas.
5) Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan rasa nyaman (nyeri dan
prosedur pemeriksaan/tindakan kemoterapi) ditandai dengan mengeluh sulit tidur,
mengeluh sering terjaga dan mengeluh pola tidur berubah .

L. Perencanaan
Setelah penulis menemukan diagnosa keperawatan pada klien dengan diabetes
mellitus, maka dilanjutkan dengan menyusun perencanaan untuk masing-masing
diagnosa yang meliputi prioritas diagnosa keperawatan, penetapan tujuan dan kriteria
evalausi sebagai berikut :
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan konsentrasi hemoglobin.

Tujuan: pasien akan meningkatkan perfusi jaringan yang adekuat selama dalam
perawatan.

Kriteria hasil:

1. Pusing berkurang
2. Pucat pada seluruh badan berkurang
3. Pasien tidak lemas
4. Konjungtiva kurang anemis, capillary refill time < 2 detik
5. Hb meningkat dari 2,4 gr/dl menjadi 3 gr/dl.

Intervensinya:

1) Kaji jenis perdarahan.

2) Anjurkan pasien untuk makan makanan yang tinggi zat besi.

3) Nilai CRT.

4) ukur tanda tanda vital.

5) Kolaborasi pemberian transfusi & obat antikoagulan.

6) Pasang transfusi darah O (PRC) 20 tts/m.

7) Kolaborasi pemeriksaan laboratorium.

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd kurang


asupan nutrisi.
Tujuan : Diharapkan status nutrisi membaik
Kriteria hasil : Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
Nafsu makan membaik
Intervensi :

1. Monitor asupan makanan


2. Anjurkan makanan sedikit tapi sering
3. Timbang berat badan secara rutin
4. Kolaborasi dengan ahli gizi

3) Nyeri akut bd agen cidera biologis.

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan jam diharapkan nyeri teratasi.

Kriteria Hasil :

Tidak ada ketegangan otot

Nyeri berkurang atau hilang

Perencanaan :

a. Kaji keadaan umum klien


b. Ukur tanda-tanda vital tiap 8 jam
c. Kaji status nyeri
d. Anjurkan klien untuk tarik nafas dalam bila terasa nyeri
e. Berikan obat Bicnat 3x500mg (PO) dan injeksi Omeprazole 1x1gr (IV)

4) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot


Tujuan: Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 3x 24jam diharapkan
masalah Gangguan mobilitas fisik teratasi
Kriteria Hasil: Tidak terjadi kontraktur sendi
Bertambahnya kekuatan otot

Perencanaan :

a. Monitor kekuatan peningkatan kekuatan otot


b. Lakukan ROM aktif
c. Berikan posisi senyaman mungkin
d. Lakukan mika miki dengan rutin

5) Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan rasa nyaman

Tujuan: Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 3x 24jam diharapkan


: Masalah Gangguan pola tidur teratasi
Kriteria Hasil: Klien dapat tidur normal.
Intervensi: Ajarkan pasien dan orang terdekat mengenai faktor yang berkontribusi
terjadinya gangguan pola tidur.
Sesuaikan lingkungan misalnya: cahaya untuk meningkatkan tidur
Bantu pasien untuk membatasi tidur siang

M. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2010).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor
lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017)

N. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah
kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
anggota tim kesehatan lainnya (Padila, 2012).
Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan Keperawatan,
Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan
lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai
tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi,
2012).
Menurut (Asmadi, 2008)Terdapat 2 jenis evaluasi :

a. Evaluasi formatif (Proses) Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses


keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini meliputi 4 komponen
yang dikenal dengan istilah SOPA, yakni subjektif (data keluhan pasien), objektif
(data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori), dan
perencanaan.

b. Evaluasi sumatif (hasil) Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah
semua aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode
yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada
akhir pelayanan, menanyakan respon pasien dan keluarga terkai pelayanan
keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir layanan. 44 44 Ada tiga
kemungkinan hasil evaluasi dalam pencapaian tujuan keperawatan, yaitu : 1) Tujuan
tercapai/masalah teratasi 2) Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian 3)
Tujuan tidak tercapai/masalah belum teratasi.
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
Myelodysplastic syndrome di lantai 2 Kartika 3 di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien tersebut, penulis menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Februari 2021. Klien masuk ruang perawatan
lantai V Paviliun Darmawan pada tanggal 08 Februari 2021. Nomor register 854835
dengan diagnose medis Myelodysplastic syndrome.

1. Identitas klien
Klien bernama Tn. S, jenis kelamin laki-laki, usia 74 tahun, status perkawinan
menikah, agama Kristen, suku bangsa Batak, pendidikan SMA, bahasa yang
digunakan bahasa Medan dan bahasa Indonesia, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat
Jl kalibaru timur III Jakarta Pusat. Sumber biaya BPJS Mandiri, sumber informasi
klien, keluarga, rekam medic, dan perawat ruangan.

2. Resume
Klien bernama Tn S usia 74 tahun datang ke IGD RSPAD Gatot Soebroto pada
tanggal 05 Februari 2021 pukul 21.13 WIB diantar oleh keluarga. Klien datang
dengan keluhan Kesakitan bagian perut seperti di tusuk tusuk ,klien mengeluh lemas
sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk tidak berdahak, mengeluh sakit kepala,
mual dan jantung berdebar debar , klien mengeluh nyeri kepala sebelah kanan, nafsu
makan menurun,. Dilakukan tindakan pengukuran tanda-tanda vital dengan hasil TD:
151/80 mmHg, N: 84x/menit, S: 36,3℃, RR: 18x/menit, TB: 172 cm, BB:70 kg.
GCS=14, E:3, M:6, V:5.

Dilakukan pemeriksaan GDS One Touch didapatkan hasil 60 mg/dL, diberikan injeksi
D40% 2 flacon, pemasangan infus D10% 10 tpm. Dilakukan pemeriksaan
laboratorium dengan hasil Hb: 10,3 ; Ht: 31; Eritrosit: 3,6; leukosit: 18.130;
trombosit: 300.000; MCV: 81; MCH: 26, MCHC: 32, ureum: 90; kreatinin: 6,2;
eGFR (formula MDRD): 7,37; GDS: 51; Natrium (Na): 137; Kalium (K): 5,5;
Klorida (Cl): 104. Klien dipindahkan ke ruang perawatan lantai 2 Paviliun Kartika 3
RSPAD Gatot Soebroto pada tanggal 07 Februari 2021 pukul 06.00 untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut.

3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama klien adalah klien mengatakan Klien mudah lelah dan sesak. Faktor
pencetus nya yaitu terlalu banyak aktivitas dan pola hidup yang kurang baik.
Timbulnya keluhan yaitu secara bertahap. Lamanya sekitar 1 tahun yang lalu. Upaya
mengatasi dengan cara berhenti merokok.

b. Riwayat kesehatan masa lalu


Klien tidak mempunyai riwayat penyakit

c. Riwayat kesehatan keluarga

HT DM HT

70 th 50 th

68 60 30 th

74 68 th

50 46
t
Keterangan :

: Perempuan

: Laki-laki

: Klien

: : Meninggal

: tinggal serumah

d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor
resiko

Istri Klien mengatakan keluarga udah ada yang meninggal dan menderita DM dan
Hipertensi.

e. Riwayat Psikososial dan Spiritual

Orang yang dekat dengan klien adalah Istri klien. Pola komunikasi dua arah, pembuat
keputusan Istri klien dengan meminta persetujuan dari klien, dalam mengambil
keputusan klien berunding, kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan oleh klien yaitu
mengikuti kerja bakti di rumah. Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah
keluarga cemas tetapi sudah pasrah. Masalah yang mempengaruhi klien saat ini
adalah klien merasa Sedih, mekanisme koping terhadap stress klien memilih untuk
tidur. Hal yang sangat dipikirkan klien saat ini adalah klien mengatakan Ingin cepat
pulang. Harapan setelah menjalani perawatan adalah klien mengatakan ingin cepat
sembuh dan bisa kembali beraktivitas seperti biasa, perubahan yang dirasakan klien
setelah jatuh sakit yaitu tubuh terasa lemas, BB turun ±5 kg dalam 1 bulan. Nilai-nilai
yang bertentangan dengan kesehatan tidak ada, aktivitas agama yang biasa dilakukan
adalah berdoa, kondisi lingkungan rumah klien mengatakan tidak ada masalah.

f. Pola kebiasaan
A. Pola nutrisi

Sebelum sakit : klien makan 2x/hari, nafsu makan baik, makan habis 1 porsi, semua
makanan suka terutama makanan yang pedas dan manis, tidak ada makanan yang
membuat alergi, tidak ada pengunaan obat sebelum makan dan tidak ada pengunaan
alat bantu makan (NGT,dll).

Di rumah sakit : klien makan 3x/hari, klien mengatakan mual, makan habis 1 porsi,
menyukai makanan yang manis, tidak ada makanan yang membuat alergi dan tidak
menggunakan alat bantu makan NGT.

B. Pola eliminasi

Sebelum sakit : klien mengatakan BAK 3x/24 jam, warna keluhan banyak BAK di
malam hari, tidak ada penggunaan alat bantu (kateter, dll), klien BAB 1x/hari,
waktunya pagi, warna kuning, konsistensi lunak, tidak ada keluhan, tidak ada
peggunaan laxative.

Di rumah sakit : klien mengatakan BAK 5-7x/24 jam, warna kuning jernih, tidak ada
keluhan, klien menggunakan kateter. Klien BAB 1x/hari, waktunya pagi, warna
kuning, konsistensi lunak, tidak ada keluhan, tidak ada peggunaan laxative.

C. Pola personal hygiene

Sebelum sakit : klien mandi 2x/hari, pagi dan sore, sikat gigi 2x/hari waktunya pagi
dan sore, cuci rambut 3x/minggu.

Di rumah sakit : klien mandi 1x/hari, pagi hari, oral hygiene 1x/hari, klien harus
dibantu keluarga

D. Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit : tidur siang 2 jam/hari, lama tidur malam 5-6jam/hari, kebiasaan
sebelum tidur adalah berdoa.

Di rumah sakit : lama tidur siang 3 jam/hari, lama tidur malam 5 jam/hari, kebiasaan
klien sebelum tidur adalah berdoa.
E. Pola aktivitas dan latihan

Sebelum sakit : klien beraktivitas pada pagi hari, klien berolahraga 1x/minggu, jenis
olahraga yang dilakukkan adalah jalan santai. Tidak ada keluhan saat beraktivitas.

Di rumah sakit : klien tidak beraktivitas, keluhan klien mudah sesak nafas,mudah
lelah karena ada pembekakan di perut

F. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

Sebelum sakit : klien merokok. Klien tidak mengkonsumsi minuman keras/NAPZA.

Di rumah sakit : klien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman


keras/NAPZA.

4. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan fisik umum

BB klien saat ini : 62 kg, sebelum sakit : 65 kg, TB : 171 cm, keadaan umum lemah,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

b. Sistem penglihatan

Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata abnormal,
konjungtiva ananemis, kornea keruh/berkabut, sclera anikterik, pupil isokor, tidak ada
kelainan otot-otot mata, fungsi penglihatan kabur, tidak ada tanda-tanda peradangan,
tidak ada pemakaian kacamata, tidak ada pemakaian kontak lensa, reaksi terhadap
cahaya baik, pupil mengecil +/+.

c. Sistem pendengaran

Daun telinga normal, telinga simetris, terdapat serumen berwarna kuning, konsistensi
lunak dengan bau khas, tidak ada cairan dari telinga, tidak ada rasa penuh ditelinga,
tidak ada tinitus, fungsi pendengaran baik, tidak ada gangguan keseimbangan, tidak
ada pemakaian alat bantu dengar.

d. Sistem wicara

Sistem wicara normal

e. Sistem pernafasan
Jalan nafas terhambat, pernafasan sesak, terdapat secret berlebih, ada penggunaan otot
bantu pernafasan, frekuensi 24x/menit, irama teratur, kedalaman pernafasan dalam,
jenis pernafasan spontan, tidak batuk, tidak ada sputum, tidak terdapat darah, suara
nafas vesikuler, tidak nyeri saat bernafas, tidak menggunakan alat bantu nafas.

f. Sistem kardiovaskuler

Sirkulasi peripher : nadi 80x/menit, irama teratur, denyut kuat, TD:130/80mmHg,


tidak ada distensi vena jugularis kanan dan kiri, temperature kulit hangat S:36,5 oC ,
warna kulit kemerahan, pengisian kapiler 2 detik, tidak terdapat edema.
Sirkulasi jantung : kecepatan denyut nadi apical 87 x/menit, irama teratur, tidak sakit
dada.

g. Sistem hematologi

Klien tidak pucat dan tidak ada perdarahan.

h. Sistem syaraf pusat

Tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran composmentis, GCS 14, E:3 M:6
V:5, tidak ada peningkatan TIK, tidak ada gangguan persyarafan, reflek fisiologis
normal, tidak ada reflek patologis.

i. Sistem pencernaan

Gigi klien terdapat caries, tidak ada penggunaan gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah
tidak kotor, salifa normal, tidak ada muntah, nyeri di ulu hati, P: nyeri pada saat
terlambat makan, Q: nyeri seperti terbakar, R: nyeri dirasakan pada bagian ulu hati, S:
skala nyeri 6 dari 1-10, T: nyeri berlangsung ±5 menit, lalu berhenti, lalu muncul
kembali, nyeri bertambah hebat jika klien terlambat makan, terdapat nyeri tekan pada
epigastrium, bising usus 8x/menit, tidak ada diare, tidak terjadi konstipasi, hepar tidak
teraba, abdomen lembek.

j. Sistem endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

k. Sistem urogenital

Balance cairan. Intake : 2700cc/24 jam, Output : 2725cc/24 jam, balance cairan -25cc/
24 jam, pola kemih klien nokturia, bak warna kuning jernih, tidak ada distensi
kandung kemih, keluhan sakit pinggang ada.
l. Sistem integument

Turgor kulit elastic, temperature kulit hangat, warna kulit kemerahan, keadaan kulit
ulkus pada jari kaki kiri dengan kondisi nekrosis, tidak ada kelainan kulit, tidak ada
tanda-tanda infeksi pada lokasi pemasangan infuse, tekstur rambut baik, kebersihan
baik.

m. Sistem musculoskeletal

Kesulitan dalam pergerakan, sakit pada daerah perut, sendi, dan kulit, tidak ada
kelainan struktur tulang belakang, keadaan tonus otot baik.

5. Data pengkajian spesifik


a) Skirining Gizi: Ada penurunan berat badan sebanyak 5kg selama 6 bulan terakhir

total skor 2.

b) Pengkajian nyeri dengan skor 2.


c) Risiko tinggi jatuh: cedera sedang.
d) Barthel Index : 14 (ketergantungan ringan).
6. Data Penunjang

Pemeriksaan laboratorium tanggal 10 Februari 2021 :


Hb : 9,2 (13,0-18,0 gr/dL)
Ht : 26* (40-52%)
Eritrosit : 3,2(4.3-6,0 juta/uL)
Leukosit : 12.670 (4.800-10.800/uL)
Trombosit : 25.000(150.000-400.000/uL)
Basofil : 3 (0-1 %)
Eosinofil :1* (1-3%)
Neutrofil : 14* (20-40%)
Limfosit : 71 * (50-70%)
Monosit : 11* (2-8 %)
MCV : 83 (80-96 fL)
MCH : 35 (32-36 pg
MCHC : 34 (32-36 pg)
RDW : 16,70 (11,5-14,5 %)
Albumin : 2,7* (3,5-5,0g/dL)
Ureum : 120* (20-50 mg/dL)
Kreatinin : 3,4** (0,5-1,5 mg/dL)

7. Data focus

Data subjektif : Klien mengatakan lemas, Klien mengatakan nyeri pada bagian perutnya
Klien mengatakan nyeri skala 5-6 dirasakan hilang timbul sekitar 2 menit dan tidak
menyebar P: nyeri pada saat bergerak, Q: nyeri seperti terbakar, R: nyeri dirasakan pada
bagian ulu hati, S: skala nyeri 6 dari 1-10, T: nyeri berlangsung ±5 menit. Klien
mengatakan nafsu makannya menurun. Klien mengatakan terkadang merasa mual. Klien
mengatakan berat badannya menurun, Klien mengatakan sulit menggerakan ekstremitas.

Data objektif : Wajah klien tampak meringis kesakitan,Tingkat keparahan nyeri berat
dengan skala 6, Asites pada abdomen dengan lingkar abdomen 96 cm, Pemeriksaan fisik
hati teraba juga terdapat nyeri tekan dan hepatomagali dengan ukuran 15 cm. Pasien tampak
pucat, Pasien tampak lemah, Akral dingin, Nadi 92 x/m , Hb 6,3 g/d. Kekuatan otot kanan
atas 3, kanan bawah 3, kiri atas 5 dan kiri bawah 5

Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1. DS: Ketidakefektifan Penurunan Konsentrasi
klien mengatakan lemes perfusi jaringan Hemogblobin
DO: perifer
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak lemah
-Akral dingin
- Nadi 92 x/m
- Hb 6,3 g/d

T
2. DS: Agen cedera biologis
klien mengatakan lemes Nyeri akut
DO:
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak lemah
-Akral dingin
- Nadi 92 x/m
- Hb 6,3 g/d
Ds:

- Pasien mengatakan
nyeri pada bagian
perutnya
- Pasien mengatakan
nyeri skala 5-6
dirasakan hilang
timbul sekitar 2
menit dan tidak
menyebar P: nyeri
pada saat terlambat
makan, Q: nyeri
seperti terbakar, R:
nyeri dirasakan pada
bagian ulu hati, S:
skala nyeri 6 dari
1-10, T: nyeri
berlangsung ±5
menit
Do:
-Wajah klien tampak
meringis kesakitan
-Tingkat keparahan nyeri
berat dengan skala 6
-Asites pada abdomen
dengan lingkar abdomen
96 cm
-Pemeriksaan fisik hati
teraba juga terdapat nyeri
tekan dan hepatomagali
dengan ukuran 15 cm

3. Ds: Ketidakseimbangan Kurang asupan makan


nutrisi kurang dari
- Pasien mengatakan
kebutuhan tubuh
nafsu makannya
menurun
- Pasien mengatakan
terkadang merasa
mual
- Pasien mengatakan
berat badannya
menurun
Do:
- Klien tampak tidak
nafsu makan
- Klien tampak lemah

4. Ds: Gangguan mobilitas Penurunan kekuatan otot


Pasien mengatakan sulit fisik
menggerakan ekstremitas
Do:

- Pasien tampak lemah

- Kekuatan otot kanan


atas 3, kanan bawah
3, kiri atas 5dan kiri
bawah 5

B. Diagnosa Keperawatan

Setelah dianalisa data diagnosa keperawatan yang sesuai prioritas sebagai berikut:

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubugan dengan penurunan konsentrasi


hemoglobin
2. Nyeri akut bd agen cidera biologis
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd kurang asupan nutrisi
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot

C. Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi

Setelah diagnosa keperawatan ditetapkan, selanjutnya penulis membuat perencanaan,


dilanjutkan dengan pelaksanaan dan evaluasi untuk setiap diagnosa sesuai dengan
prioritas masalah sebagai berikut :

1) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan


konsentrasi hemoglobin.

Tujuan: pasien akan meningkatkan perfusi jaringan yang adekuat selama dalam
perawatan.

Kriteria hasil:

Pusing berkurang

Pucat pada seluruh badan berkurang

Pasien tidak lemas

Hb meningkat dari 2,4 gr/dl menjadi 3 gr/dl.

Intervensinya:

1) Kaji jenis perdarahan.

2) Anjurkan pasien untuk makan makanan yang tinggi zat besi.

3) Nilai CRT.

4) ukur tanda tanda vital.

5) Kolaborasi pemberian transfusi & obat antikoagulan.

6) Pasang transfusi darah O (PRC) 20 tts/m.

7) Kolaborasi pemeriksaan laboratorium.

10 Februari 2021
Pukul 08.00 Mengkaji jenis perdarahan, hasil: Golongan darah klien O. Pukul 09.00
Menganjurkan pasien untuk makan makanan yang tinggi zat besi, hasil: Klien mau
makan. Pukul 10.00 Mengkolaborasi pemberian transfusi & obat antikoagulan, hasil:
klien tampak rileks. Pukul 11.00 Pasang transfusi darah O (PRC) 20 tts/m, hasil: klien
mengalami penurunan 3 kg. Pukul 12.00 memberi obat antimeik, hasil: Transfusi
jalan lancar. Pukul 12.00 Menkolaborasi pemeriksaan laboratorium, hasil: klien
mengikuti perawat

11 Februari 2021

Pukul 09.00 Menganjurkan pasien untuk makan makanan yang tinggi zat besi, hasil:
Klien mau makan. Pukul 10.00 Mengkolaborasi pemberian transfusi & obat
antikoagulan, hasil: klien tampak rileks. Pukul 11.00 Pasang transfusi darah O (PRC)
20 tts/m, hasil: klien mengalami penurunan 3 kg. Pukul 12.00 memberi obat antimeik,
hasil: Transfusi jalan lancar. Pukul 12.00 Menkolaborasi pemeriksaan laboratorium,
hasil: klien mengikuti perawat

12 Februari 2021

Pukul 10.00 Mengkolaborasi pemberian transfusi & obat antikoagulan, hasil: klien
tampak rileks. Pukul 11.00 Pasang transfusi darah O (PRC) 20 tts/m, hasil: klien
mengalami penurunan 3 kg. Pukul 12.00 memberi obat antimeik, hasil: Transfusi
jalan lancar. Pukul 12.00 Menkolaborasi pemeriksaan laboratorium, hasil: klien
mengikuti perawat

Evaluasi tanggal 13 Februari 2021

S : Klien mengatakan lemes

O : Pusing berkurang

Pucat pada seluruh badan berkurang

Pasien tidak lemas

Hb meningkat dari 2,4 gr/dl menjadi 3 gr/dl.

A : Tujuan tercapai, masalah teratasi

P : Tindakan keperawatan dihentikan


2. Nyeri akut bd agen cidera biologis.

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan jam diharapkan nyeri teratasi.

Kriteria Hasil:

Tidak ada ketegangan otot

Nyeri berkurang atau hilang

Perencanaan :

Kaji keadaan umum klien


Ukur tanda-tanda vital tiap 8 jam
Kaji status nyeri
Anjurkan klien untuk tarik nafas dalam bila terasa nyeri
Berikan obat aspirin (PO) , injeksi Omeprazole 1x1gr (IV) dan obat fentalyn

Pelaksanaan :

10 Februari 2021

Pukul 08.00 WIB mengukur TTV, hasil TD: 130/80 mmHg, N: 80x/menit, S: 36,5℃,
RR: 20x/menit, pukul 08.15 WIB mengkaji status nyeri, hasil : klien mengatakan
masih nyeri, pukul 08.20 WIB mengajarkan klien untuk tarik nafas dalam bila terasa
nyeri, hasil : klien memahami yang diajarkan. Pukul 12.00 WIB memberikan injeksi
omeprazole 1 gr via IV, hasil: obat masuk via bolus, tidak terjadi alergi. Pukul 13.00
WIB memberikan obat aspirin 500 mg per oral, hasil: obat di minum. Pukul 14.00
WIB mengukur tanda-tanda vital, hasil TD: 120/80 mmHg, S:36,3℃, N: 78x/menit,
RR: 18x/menit, skala nyeri 2. Pukul 20.00 WIB mengukur TTV: hasil TD: 130/80
mmHg, S:36,5℃, N: 82x/menit, RR: 18x/menit. Pukul 21.00 WIB memberikan obat
Bicnat 500 mg per oral, hasil: obat di minum.

Tanggal 11 Februari 2021

Pukul 05.00 WIB memberikan obat Aspirin per oral, hasil: obat di minum. Pukul
08.00 WIB mengukur TTV, hasil TD: 130/70 mmHg, N: 85x/menit, S: 36,2℃, RR:
19x/menit, pukul 09.30 mengkaji status nyeri dan menganjurkan klien menggunakan
teknik relaksasi jika nyeri, hasil: nyeri masih terasa dan klien mengikuti anjuran.
Pukul 12.00 WIB memberikan injeksi omeprazole 1 gr via IV, hasil: obat masuk via
bolus, tidak terjadi alergi. Pukul 13.00 WIB memberikan obat Bicnat 500 mg per oral,
hasil: obat di minum. Pukul 14.00 WIB mengukur tanda-tanda vital, hasil TD: 140/80
mmHg, S:36,5℃, N: 85x/menit, RR: 20x/menit. Pukul 20.00 WIB mengukur TTV:
hasil TD: 140/80 mmHg, S:36,5℃, N: 80x/menit, RR: 20x/menit. Pukul 21.00 WIB
memberikan obat Bicnat 500 mg per oral, hasil: obat di minum

Tanggal 12 Februari 2021

Pukul 05.00 WIB memberikan obat Aspirin per oral, hasil: obat di minum. Pukul
08.00 WIB mengukur TTV, hasil TD: 160/90 mmHg, N: 80x/menit, S: 36,6℃, RR:
20x/menit. Pukul 11.00 WIB mengkaji status nyeri dan menganjurkan klien untuk
tarik nafas dalam bila terasa nyeri, hasil : klien mengatakan nyeri berkurang dan klien
mengikuti anjuran. Pukul 12.00 WIB memberikan injeksi omeprazole 1 gr via IV,
hasil: obat masuk via bolus, tidak terjadi alergi. Pukul 13.00 WIB memberikan obat
Bicnat 500 mg per oral, hasil: obat di minum. Pukul 14.00 WIB mengukur tanda-
tanda vital, hasil TD: 130/70 mmHg, S:36,4℃, N: 80x/menit, RR: 22x/menit. Pukul
21.00 WIB mengukur TTV: hasil TD: 130/80 mmHg, S:36,5℃, N: 80x/menit, RR:
20x/menit. Pukul 21.00 WIB memberikan obat Bicnat 500 mg per oral, hasil: obat di
minum.

Evaluasi tanggal 13 Februari 2021

S :Klien mengatakan nyeri berkurang

O : Klien tampak rileks, Skala nyeri 1, klien tampak tidak mual TD: 130/90 mmHg,
N: 90x/menit, S: 36,6 ℃, RR: 20x/menit

A : Tujuan tercapai sebagian, masalah belum teratasi

P : Tindakan keperawatan dilanjutkan

3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd kurang asupan


nutrisi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam


diharapkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi.

Kriteria Hasil :

a. Asupan makanan secara adekuat


b. Nafsu makan meningkat
c. Tidak ada mual dan muntah
Perencanaan :

1. Tentukan status gizi pasien

2. Identifikasi perubahan nafsu makan

3. Monitor adanya mual muntah

4. Identifikasi adanya penurunan berat badan

5. Beri obat-obatan sebelum makan seperti antimeik

Pelaksanaan :

10 Februari 2021

Pukul 08.00 menentukan status gizi pasien, hasil: status gizi pasien dibawah normal.
Pukul 09.00 mengidentifikasi perubahan nafsu makan, hasil: nafsu makan klien
rendah. Pukul 10.00 memonitor adanya mual muntah, hasil: klien mual dan muntah
1x sehari. Pukul 11.00 mengidentifikasi adanya penurunan berat badan, hasil: klien
mengalami penurunan 3 kg. Pukul 12.00 memberi obat antimeik, hasil: obat diminum
klien tidak ada efek samping.

11 Februari 2021

Pukul 14.00 mengukur TTV, hasil TD: 130/70 mmHg, N: 85x/menit, S: 36,2℃, RR:
19x/menit. Pukul 15.00 menentukan status gizi pasien, hasil: status gizi pasien
menjadi normal. Pukul 16.00 mengidentifikasi perubahan nafsu makan, hasil: nafsu
makan klien meningkat. Pukul 17.00 memonitor adanya mual muntah, hasil: klien
mual dan muntah 1x sehari. Pukul 17.30 mengidentifikasi adanya penurunan berat
badan, hasil: klien mengalami kenaikan 1 kg. Pukul 18.00 memberi obat antimeik,
hasil: obat diminum klien tidak ada efek samping.

12 Februari 2021

Pukul 08.00 mengukur TTV, hasil TD: 130/70 mmHg, N: 85x/menit, S: 36,2℃, RR:
19x/menit. Pukul 09.00 menentukan status gizi pasien, hasil: status gizi pasien
menjadi normal. Pukul 09.30 mengidentifikasi perubahan nafsu makan, hasil: nafsu
makan klien meningkat. Pukul 11.00 memonitor adanya mual muntah, hasil: klien
muasih mual namun tidak muntah. Pukul 12.30 mengidentifikasi adanya penurunan
berat badan, hasil: klien mengalami kenaikan 1 kg.

Evaluasi tanggal 13 Februari 2021


S : Klien mengatakan lemes

O : Nafsu makan meningkat, klien tampak masih mual

A : Tujuan tercapai sebagian, masalah belum teratasi

P : Tindakan keperawatan dilanjutkan

4. Gangguan mobilitas fisik bd penurunan kekuatan otot


Tujuan: Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 3x 24jam diharapkan
masalah Gangguan mobilitas fsik teratasi
Kriteria Hasil: Tidak terjadi kontraktur sendi
Bertambahnya kekuatan otot
Perencanaan :
a. Monitoring peningkatan kekuatan otot
b. Lakukan ROM aktif
c. Bantu dalam pemenuhan kebutuhan
d. Lakukan mika miki secara rutin
e. Kolaborasi dengan ahli terapis

Pelaksanaan :

Tanggal 10 Februari 2021

Pukul 08.00 WIB memonitoring peningkatan kekuatan otot, hasil: klien sulit memilih
aktivitas. Pukul 09.00 melakukan ROM aktif, hasil: klien kooperatif. Pukul 10.00
membantu dalam pemenuhan kebutuhan, hasil: keluarga klien membantu klien
makan. Pukul 11.00 melakukan rom pasif dan aktif, hasil: klien mengikuti perawat
untuk mika-miki.
Tanggal 11 Februari 2021
Pukul 12.00 WIB memonitoring peningkatan kekuatan otot, hasil: klien sulit memilih
aktivitas. Pukul 13.00 melakukan ROM aktif, hasil: klien kooperatif. Pukul 14.00
membantu dalam pemenuhan kebutuhan, hasil: keluarga klien membantu klien
makan. Pukul 14.30 melakukan rom pasif dan aktif, hasil: klien mengikuti perawat
untuk mika-miki.
.
Tanggal 12 Februari 2021
Pukul 08.00 WIB memonitoring peningkatan kekuatan otot, hasil: klien sulit memilih
aktivitas. Pukul 09.00 melakukan ROM aktif, hasil: klien kooperatif. Pukul 10.00
membantu dalam pemenuhan kebutuhan, hasil: keluarga klien membantu klien
makan. Pukul 11.00 melakukan rom pasif dan aktif, hasil: klien mengikuti perawat
untuk mika-miki. Pukul 12.00 memberikan posisi senyaman mungkin, hasil: klien
tampak nyaman tidur terlentang .

Evaluasi tanggal 13 Februari 2021

S :Klien mengatakan sudah dapat melakukan aktivitas

O : Tidak terjadi kontraktur sendi


Bertambahnya kekuatan otot
A : Tujuan tercapai, masalah teratasi

P : Tindakan keperawatan dihentikan


BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan akan dijelaskan mengenai kesenjangan data antara teori dan kasus,
faktor penunjang dan penghambat dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian antara teori dan kasus, ditemukan tidak adanya kesenjangan.
karena klien dan keluarga sangat kooperatif dan saat diberikan pertanyaan dapat
memberikan jawaban yang jelas, serta data-data yang dibutuhkan sudah cukup
lengkap dan perawat ruangan juga sudah cukup membantu dalam memberikan
informasi yang dibutuhkan.

B. Diagnosa keperawatan
Pada teori ditemukan 5 (Lima) diagnosa keperawatan dan pada kasus ditemukan 4
(empat) diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang ditemukan diteori tapi tidak ditemukan dikasus adalah:
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan rasa nyaman. Hal ini
dikarenakan pada saat pengkajian, Klien sudah tidak ada masalah gangguan pola
tidur
C. Perencanaan
Menurut teori langkah-langkah perencanaan meliputi prioritas masalah, menetapkan
tujuan, menentukan kriteria hasil serta menyusun rencana tindakan. Perencanaan
pada kasus sudah dibuat berdasarkan SMART (Spesifik, Measurable, Achievable,
Realistic, dan Timing) serta sudah disususn secara sistematis (dari tindakan mandiri
sampai kolaborasi) dan operasional agar memudahkan dalam penulisan evaluasi.
Dalam perencanaan penulis tidak mengalami hambatan karena setiap rencana
disusun sesuai dengan kondisi klien dan mengacu pada teori serta mendapat
dukungan dan kerjasama dari klien, keluarga dan perawat ruangan

D. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan semua rencana dilakukan secara kerjasama antara penulis dengan
perawat ruangan. Semua tindakan yang dilakukan dan respon klien terhadap setiap
tindakan didokumentasikan pada catatan keperawatan, selain itu juga setiap perawat
yang melakukan tindakan mencatat diagnosa keperawatan yang diintervensi, waktu
pelaksanaan tindakan dan menandatangani catatan keperawatan yang dilakukan.
Tindakan pada diagnosa keperawatan semuanya dapat dilakukan. Dalam melakukan
pelaksanaan penulis tidak menemukan hambatan. Faktor penunjang dalam
memberikan asuhan keperawatan yaitu klien dan keluarga yang sangat kooperatif
sehingga dapat menerima setiap tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien.

E. Evaluasi
Setelah melakukan tindakan keperawatan, maka langkah yang terakhir adalah
evaluasi terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien. Dari empat
diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien yaitu,Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi haemoglobin, Nyeri
akut berhubungan dengan agen cidera biologis, Ketidakesimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan, Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
Tujuan tercapai sebagian dan masalah belum teratasi sehingga intervensi
dilanjutkan sedangkan dua diagnosa yaitu Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan penurunan kekuatan otot dan Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin masalah teratasi sehingga
intervensi dihentikan.
BAB V
PENUTUP

Pada bab ini penulis akan menyimpulkan hasil pembahasan yang telah dilakukan.
Untuk selanjutnya memberikan masukan berupa saran yang nantinya dapat
bermanfaat.

A. Kesimpulan
Setelah memberikan asuhan keperawatan dan melakukan pembahasan antara teori dan
kasus, maka penulis dapat membuat kesimpulan, sebagai berikut:

1. Pada pengkajian data yang ditemukan sesuai dengan klien terhadap


penyakitnya. Hal ini memberikan pengalaman bagi penulis bahwa respon klien
terhadap penyakitnya berbeda, tergantung tingkat keparahan dan penerimaan klien
terhadap penyakitnya. Selain itu kerjasama klien, keluarga dan perawat ruangan
sangat membantu sehingga dalam pengkajian tidak menemukan hambatan.
2. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus disesuaikan dengan data
yang diperoleh pada pengkajian sebagai respon klien terhadap penyakitnya sehingga
pada kasus hanya ditemukan empat diagnosa keperawatan yang perlu diatasi oleh
perawat.
3. Perencanaan dibuat sesuai dengan kondisi klien, mulai dari penentuan
prioritas, penetapan tujuan dan kriteria hasil, serta menyusun rencana tindakan.
4. Pelaksanaan pada kasus disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat dan
semua tindakan yang dilakukan didokumentasikan pada catatan keperawatan.
5. Evaluasi asuhan keperawatan dari empat diagnosa yang ditemukan,empat
diagnose masih perlu di intervensi ulang dan dua diagnosa sudah teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Besa, E.C., Nagalla, S. Medscape (2018). Myelodysplastic Syndrome. Diakses pada


tanggal 03 Juni 2018 dari https://emedicine.medscape.com/article/207347-
overview.

Diyantini, N.K. (2011). Laporan Pendahuluan Leukemia Myeloid Akut (LMA). Diakses
pada tanggal 03 Juni 2018 dari https://updoc.tips/download/free-pdf-ebook-lp-aml-
6.

Jacobus, D. J. (2016). Proses Autoimun Terkait Myelodisplastic syndrome. CDK-


240/vol. 43 no. 5. Diakses pada tanggal 02 Juni 2018 dari
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/ viewFile/63/60.

Mathew, P., Grawe, G.H. Medscape (2015). Pediatric Myelodysplastic Syndrome.


Diakses pada tanggal 03 Juni 2018 dari
https://emedicine.medscape.com/article/988024-overview.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:  MediAction.

Thaha,Wiradewi, L.AA,Sutirta, Y. (2014). Diagnosis, Diagnosis Differensial dan


Penatalaksanaan Immunosupresif dan Terapi Sumsum Tulang pada Pasien
Anemia Aplastik. Sanglah Denpasar: Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai