DENGAN SYNCOPE
DI LANTAI V BEDAH
RSPAD GATOT SOEBROTO
JAKARTA
DISUSUN OLEH:
M RAIHAN HIDAYAT
1834037
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang latar belakang, tujuan penulisan, ruang
A. Latar Belakang
Terminologi sinkop berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari kata “syn” dan
“koptein” yang berarti memutuskan. Secara medis, definisi dari sinkop adalah
kehilangan kesadaran dan kekuatan postural tubuh serta kemampuan untuk berdiri
karena pengurangan aliran darah ke otak. Prognosis dari sinkop sangat bervariasi
bergantung dari diagnosis dan etiologinya. Individu yang mengalami sinkop termasuk
sinkop yang tidak diketahui penyebabnya memiliki tingkat mortalitas yang lebih tinggi
Di Amerika diperkirakan 3% dari kunjungan pasien di gawat darurat disebabkan
oleh sinkop dan merupakan 6% alasan seseorang datang kerumah sakit. Angka
rekurensi dalam 3 tahun diperkirakan 34%. Sinkop sering terjadi pada orang
mendapatkan sinkop sering pada umur 15-19 tahun, lebih sering pada wanita dari pada
pada laki-laki dan 3,5% pada wanita, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
wanita.
Penelitian Framingham di Amerika Serikat tentang kejadian sinkop dari tahun 1971
sampai 1998 (selama 17 tahun) pada 7814 individu, bahwa insiden sinkop
pertama kali terjadi 6,2/1000 orang/tahun. Sinkop yang paling sering terjadi adalah
sinkop vasovagal (21,1%), sinkop kardiak (9,5%) dan 36,6% sinkop yang tidak
diketahui penyebabnya.
Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan evaluasi dan pengobatan pasien
dengan sinkop tersebut dapat mencapai 800 juta dolar Amerika, Sedangkan di Eropa
diperlukan, kecuali sinkop yang disebabkan karena kelainan jantung atau sinkop
pemasangan pacu jantung, dan terapi bedah diperlukan bila penyebab sinkop
Prognosis dari sinkop sangat bervariasi tergantung dari diagnosis etiologinya. Individu
mempunyai tingkat mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak pernah
angka kematian.
Karena tingginya angka kematian yang disebabkan oleh sinkop kardiak, maka perlu
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
klien dengan diagnosa Sinkop di lantai V Paviliun Darmawan RSPAD Gatot Soebroto
2. Tujuan Khusus
serta justifikasinya.
proses keperawatan.
C. Ruang Lingkup
Tn. S dengan Sinkop di lantai V Paviliun Darmawan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta
yang dilaksanakan selama tiga hari mulai tanggal 15 Februari 2021 sampai 18
Februari 2021.
D. Metode Penulisan
1. Metode deskriptif, tipe studi kasus dimana penulis mengelola salah satu kasus
dengan cara wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Sumber data yang
digunakan adalah data primer yang diperoleh langsung dari klien, data sekunder
diperoleh dari keluarga sedangkan data tersier diperoleh dari tenaga kesehatan dengan
2. Studi kepustakaan, yaitu penulis mempelajari buku sumber dan jurnal yang
E. Sistematika Penulisan
Bab satu : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang
lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab dua : Tinjauan Teori yang
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Bab tiga : Tinjauan Kasus yang
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Bab lima : Penutup yang terdiri dari
TINJAUAN TEORI
Pada bab ini penulis akan menguraikan tinjauan teori asuhan keperawatan pada klien
evaluasi. Teori-teori ini disusun secara singkat dan jelas, terkait dengan judul dan akan
A. Pengertian
Syncope atau yang biasa dikenal dengan istilah pingsan merupakan kondisi dimana
terjadi penurunan bahkan kehilangan kesadaran yang terjadi secara tiba-tiba dan
bersifat sementara yang disebabkan oleh aliran darah di otak yang tidak tercukupi. Hal
sehingga menimbulkan hipotensi.Onset dari syncope ini cepat, durasi singkat, dan
pemulihan terjadi secara spontan dan sempurna. Penyebab lain kehilangan kesadaran
yang perlu dibedakan dari syncope yaitu kejang, iskemik vertebrobasilar, hipoksemia,
danhipoglikemia.(Longo, 2012)
Syncopal prodrome (presyncope) merupakan suatu kondisi yang umum terjadi dimana
penurunan kesadaran mungkin terjadi tanpa ada gejala peringatanapapun. Gejala khas
dari pre syncope yaitu pusing, pingsan, lemah, lelah serta gangguan penglihatan dan
pendengaran.
darah ke otak dan biasanya terjadi secara mendadak dan sebentar atau kehilangan
kesadaran dan kekuatan postural tubuh serta kemampuan untuk berdiri karena
pengurangan aliran darah ke otak. Pingsan, "blacking out", atau syncope juga bisa
diartikan sebagai kehilangan kesadaran sementara yang diikuti oleh kembalinya
kesiagaan penuh. Pingsan merupakan suatu bentuk usaha terakhir tubuh dalam
B. Etiologi
Penyebab syncope dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu: (1) Syncope yang
dimediasi oleh syaraf (2) Syncope akibat hipotensi ortostatik dan (3) Syncope
1. Syncope yang dimediasi oleh syaraf terdiri dari sekelompok heterogen gangguan
fungsional yang ditandai oleh perubahan sementara pada refleks yang bertanggung
bradikardi yang terjadi pada berbagai kombinasi. Adapun pada pasien dengan
kontrol otonom.
Terdapat perbedaan yang sangat jelas pada gambaran klinis, dasar mekanisme
C. Patofisiologi
Syncope merupakan konsekuensi dari hipopefusi serebral secara global dan dengan
Adapun faktor yang bertanggung jawab atau autoregulasi dari aliran darah otak antara
lain faktor myogenik, metabolit lokal, serta kontrol neurovaskular otonom. Dalam
keadaan normal, rentang aliran darah otak sekitar 50-60 ml/menit per 100 gram
jaringan otak dan tetap relatif konstan selama tekanan perfusi mmulai 50-150 mmHg.
Jika terjadi penghentian aliran darah selama 6-8 menit maka akan menyebabkan
hilangnya kesadaran, sedangkan penurunan kesadaran akan terjadi saat aliran darah
Dari sudut pandang klinis, penurunan tekanan darah sistolik sistemik dibawah 50
mmHg akan menyebabkan syncope. Penurunan kardiak output dan atau resistansi
vaskuar sistemik (faktor penentu tekanan darah) merupaka hal yang mendasarai
jantung yaitu penurunan efektif volum darah yang bersirkulasi, peningkatan tekanan
disfungsi miokardia.
Dalam posisi berdiri memberikan beban stres fisiologis yang unik pada manusia.
Posisi ini dapat dikatakan membebankan karena pada posisi berdiri akan terjadi
splanknikus. Oleh karena hal inilah, umumnya periode syncope sering terjadi pada
saat berdiri. Pada saat terjadi penumpukan aliran darah pada ekstremitas bawah, akan
terjadi penurunan aliran balik vena ke jantung dan mengurangi pula pengisian
diprakarsai oleh baroreseptor di sinus karotis dan arkus aorta, sehingga menghasilkan
kompensasi ini membuat peningkatan resistensi perifer, aliran darah dari vena
kembali ke jantung dan kardiak output, sehingga dapat membatasi penurunan tekanan
darah. Namun, jika respon kompensasi ini gagal maka hipoperfusi serebral akan
terjadi, seperti pada neurally mediated syncope dan orthostatic hypotension. (Morag,
2013)
D. Klasifikasi
Syncope dimediasi saraf merupakan syncope tersering yang ada pada orang yang tidak
memiliki riwayat penyakit jantung. Syncope yang dimediasi oleh saraf ini merupakan
jalur terakhir yang ditempuh dari refleks sistem saraf sentral dan perifer. Terdapat
perubahan yang bersifat cepat dan sementara pada aktivitas autonom eferen yang
Terkadang neurally mediated syncope disebut juga vasovagal syncope dan atau
pada beberapa kondisi yaitu pada saat pungsi vena, berkemih, batu, menelan,
Gejala yang timbul pada syncope yang dimediasi saraf antara lain pusing, lelah, pucat,
predisposisi yang dapat menyebabkan syncope yaitu berdiri tegak dalam waktu yang
sedikit 20 mmHg atau tekanan darah diastolik minimal 10 mmHg dalam waktu 3 menit
saat berdiri. Kondisi ini merupakan suatu manifestasi yang muncul akibat disfungsi
kompensasi pada denyut jantung meskipun terjadi hipotensi, sedangkan pada kegagalan
parsial otonom, denyut jantung dapat meningkat sampai batas tertentu, tetapi tidak
Gejala khas yang muncul pada syncope hipotensi ortostatik antara lain pusing,
presyncope yang terjadi jika terdapat perubahan postural yang mendadak. Ada juga
gejala non spesifik lainnya seperti kelelahan, perlambatan kognitif, atau sakit kepala.
Penglihatan juga mungkin kabur karena retina atau lobus oksipital mengalami iskemi.
Selain itu juga mungkin terjadi dyspnea ortostatik yang diduga disebabkan oleh
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi karena tidak adekuatnya perfusi dari apeks paru.
c) Syncope Kardiovaskular
Kondisi ini dapat terjadi dalam kombinasi karena penyakit struktural jantung membuat
Aritmia merupakan penyebab utama dari bradikardi dan takikardi. Bradiaritmia dapat
menyebabkan syncope karena terjadi disfungsi nodus sinus yang parah dan
Jika ventricular rate dibawah 200 denyut permenit, kondisi ini cenderung tidak
menyebabkan syncope.
kontraksi ventrikular yang tidak efektif, menurunnya pengisian diastolik karena waktu
Syncope dapat disebabkan oleh kelainan struktural jantung dengan cara mengganggu
volum curah jantung. Beberapa contoh penyakit jantung struktural yang menyebabkan
syncope yaitu penyakit katup, iskemia miokard, hipertropi, masa jantung dan efusi
perikardial. Selain mengganggu curah jantung, penyakit struktural jantung ini juga
dapat menyebabkan syncope melalui mekanisme patofisiologis lainnya. Sebagai contoh
yaitu, gangguan struktural seperti stenosis aorta dan kardiomiopati dapat menyebabkan
terjadinya refleks vasodilatasi sehingga memicu syncope, contoh lainnya yaitu pada
pengobatan agresif gagal jantung dengan menggunakan diuretik dan atau vasodilator
E. Manifestasi Klinis
Tanda gejala syncope bisa dilihat dalam 3 fase yaitu fase pre syncope, fasesyncope dan
1. Fase presyncope
Pasien mungkin merasa mual, perasaan tidak nyaman, berkeringat dingin dan lemah.
Mungkin ada perasaan dizziness (kepeningan) atau vertigo (dengan kamar yang
kabur, dan mungkin ada pendengaran yang meredam dan sensasi-sensasi kesemutan
dalam tubuh. Fase pre-syncope atau hampir pingsan, gejala-gejala yang sama akan
terjadi, namun pada fase ini tekanan darah dan nadi turun dan pasien tidak sungguh
kehilangan kesadaran.
2. Fasesyncope
Fase syncope ditandai dengan hilangnya kesadaran pasien dengan gejala klinis berupa:
c. Nadi teraba lemah dan gerakan konvulsif pada otot lengan, tungkai dan wajah. Pada
fase ini pasien rentan mengalami obstruksi jalan napas karena terjadinya relaksasi otot
Fase terakhir adalah fase post syncope yaitu periode pemulihan dimana pasien kembali
pada kesadarannya. Pada fase awal postsyncope pasien dapat mengalami disorientasi,
mual, dan berkeringat. Pada pemeriksaan klinis didapatkan nadi mulai meningkat dan
teraba lebih kuat dan tekanan darah mulai naik.Setelah episode pingsan, pasien harus
kembali ke fungsimental yang normal, meskipun mungkin ada tanda-tanda dan gejala-
gejala lain tergantung pada penyebab yang mendasari pingsan. Contohnya, jika pasien
dada.
F. Pemeriksaan Diagnostic
Selain pemeriksaan fisik, tanda vital dan anamnase, klien syncope juga memerlukan
yaitu:
Untuk mengetahui adanya gangguan listrik jantung dan sumbatan pada jantung.
2. Holtermonitor
Untuk mengetahui perubahan dan fluktuasi kondisi jantung serta mengetahui irama dan
denyut jantung yang abnormal yang mungkin terungkap sebagai penyebab yang
dilakukan dengan cara menempatkan pasien diatas meja, kemudian meja dimiringkan
secara bertahap dari posisi horisontal hingga posisi vertikal. Selama pemeriksaan
tekanan darah dan nadi terus dipantau sesuai dengan posisi-posisi yang berbeda.
4. Masase Carotis
Masase carotis dapat mendeteksi penyebab syncope, salah satu dugaannya yaitu aritmia
(takikardi). Masase carotis dapat dilakukan untuk menurunkan heart rate. Pemijatan
dilakukan di salah satu arteri carotis selama 10 menit dengan maksud untuk
Untuk mengetahui adanya lesi dalam otak dan sebagai pencitraan otak.
7. Tes Laboratorium diantaranya: Complete Blood Count, tes elektrolit, glukosa darah,
G. Penatalaksanaan
dapat merespon baik secara verbal maupun non-verbal berarti airway & breathing
penderita baik.
b. Circulation dapat dinilai dengan memonitor nadi arteri radialis dan pengukuran
tekanan darah. Tekanan darah sistolik, meskipun turun, pada umumnya masih berada
di atas 70 mmHg. Sebaliknya, pada penderita yang mengalami syok tekanan darah
dapat menurun secara drastis sampai di bawah 60 mmHg. Pada hipotensi berat
semacam itu dapat terjadi hilangnya kesadaran dimana pnderita tidak memberikan
respon dengan rangsang verbal. Hilangnya kesadaran dapat dipastikan dengan tidak
c. Apabila terjadi penurunan atau kehilangan kesadaran yang disertai hipotensi maka
segera lakukan posisi supine, dimana kepala dan tungkai diletakkan lebih tinggi
daripada kepala.
d. Pada penderita yang hilang kesadarannya perlu dilakukan intervensi selain intervensi
tsb penderita dapat diberikan oksigen murni 100% melalui face mask dengan kecepatan
aliran 6-8 liter per menit. Bila intervensi dapat dilakukan segeran maka biasanya
kesadaran penderita akan kembali dalam waktu relatif cepat.
e. Untuk membebaskan jalan nafas yaitu dengan chin lift dan head tilt yang bertujuan
a. Menempatkan penderita pada posisi supine atau shock position. Kedua manufer
b. Setelah kesadaran pulih tetap pertahankan penderita pada posisi supine, jangan
tergesa-gesa mendudukkan penderita pada posisi tegak karena hal ini dapat
1. Pengkajian Keperawatan
A. Identitas :
1) Identitas pasien :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa,
agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan
diagnosa medik.
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan
dengan pasien.
B. Keluhan utama
2) Lelah, pusing
3) Nyeri dada
6) Urine menurun
vaskuler pulmonal, yakni munculnya dispnea, ortopnea, batuk, dan edema pulmonal
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien apakah pasien
sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokardium, hipertensi, DM, atau
hiperlipidemia. Tanyakan juga obat-obatan yang biasanya diminum oleh pasien pada
masa lalu, yang mungkin masih relevan. Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien.
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung, dan penyakit
F. Pengkajian data
1) Aktifitas dan istirahat : adanya kelelahan, insomnia, letargi, kurang istirahat, sakit
4) Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.
5) Eliminasi : penurunan volume urine, urin yang pekat, nokturia, diare atau
konstipasi.
6) Neuorologi : pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.
G. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress, sikap dan
2) Tanda-tanda Vital :
a) Tekanan Darah Nilai normalnya : Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg Nilai
4) Pemeriksaan penunjang
a) Foto thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema atau efusi
gagal jantung, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin meningkat, peninkatan
I. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang telah didapat, kemudian data dikumpulkan maka
oksigen
J. Perencanaan
Setelah penulis menemukan diagnose keperawatan pada klien dengan New Syncope, maka
dilanjutkan dengan menyusun perencanaan untuk masing masing diagnose yang meliputi
prioritas diagnose keperawatan, penetapan tujuan dan kriteria evaluasi sebagai berikut :
Intervensi:
oksigen
Kriteria hasil : Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi :
Intervensi:
K. Implementasi Keperawatan
setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2010). Implementasi
membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
L. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan
yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
Syncope and collap di lantai V Bedah di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Dalam
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 15 Februari 2021. Klien masuk ruang perawatan
lantai V Paviliun Darmawan pada tanggal 08 Februari 2021. Nomor register 854835
1. Identitas klien
Klien bernama Tn. S, jenis kelamin laki-laki, usia 74 tahun, status perkawinan
menikah, agama Kristen, suku bangsa Batak, pendidikan SMA, bahasa yang
digunakan bahasa Medan dan bahasa Indonesia, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat
Jl kalibaru timur III Jakarta Pusat. Sumber biaya BPJS Mandiri, sumber informasi
2. Resume
Klien bernama Tn S usia 74 tahun datang ke IGD RSPAD Gatot Soebroto pada
tanggal 14 Februari 2021 pukul 21.13 WIB diantar oleh keluarga. Klien datang
dengan keluhan lemas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk tidak berdahak,
mengeluh sakit kepala, mual dan jantung berdebar debar , klien mengeluh nyeri
kepala sebelah kanan, nafsu makan menurun,. Dilakukan tindakan pengukuran tanda-
tanda vital dengan hasil TD: 151/80 mmHg, N: 84x/menit, S: 36,3℃, RR: 18x/menit,
Dilakukan pemeriksaan GDS One Touch didapatkan hasil 60 mg/dL, diberikan injeksi
laboratorium dengan hasil Hb: 7,9; Ht: 25; Eritrosit: 3,0; leukosit: 14.820; trombosit:
630.000; MCV: 81; MCH: 26, MCHC: 32, ureum: 90; kreatinin: 6,2; eGFR (formula
MDRD): 7,37; GDS: 51; Natrium (Na): 137; Kalium (K): 5,5; Klorida (Cl): 104.
Soebroto pada tanggal 08 Maret 2021 pukul 06.00 untuk mendapatkan penanganan
lebih lanjut.
3. Riwayat Keperawatan
Keluhan utama klien adalah klien mengatakan Klien mudah lelah. Faktor pencetus
nya yaitu terlalu banyak aktivitas. Timbulnya keluhan yaitu secara bertahap. Lamanya
sekitar 3 tahun yang lalu. Upaya mengatasi dengan cara berhenti merokok.
Klien mempunyai riwayat penyakit sebelumnya yaitu Prostat kista dari tahun 2017,
tidak ada riwayat alergi terhadap obat, makanan, binatang maupun lingkungan, dan
61 th
56 HT 58
55
th
61 th
65
HT
33 30 th 22
27
th
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Klien
: : Meninggal
: tinggal serumah
d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor
resiko
Istri Klien mengatakan keluarga udah ada yang meninggal dan menderita Hipertensi.
e. Riwayat Psikososial dan Spiritual
Orang yang dekat dengan klien adalah Istri klien. Pola komunikasi dua arah, pembuat
keputusan Istri klien dengan meminta persetujuan dari klien, dalam mengambil
keputusan klien berunding, kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan oleh klien yaitu
mengikuti kerja bakti di rumah. Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah
keluarga cemas tetapi sudah pasrah. Masalah yang mempengaruhi klien saat ini
adalah klien merasa Sedih, mekanisme koping terhadap stress klien memilih untuk
tidur. Hal yang sangat dipikirkan klien saat ini adalah klien mengatakan Ingin cepat
pulang. Harapan setelah menjalani perawatan adalah klien mengatakan ingin cepat
sembuh dan bisa kembali beraktivitas seperti biasa, perubahan yang dirasakan klien
setelah jatuh sakit yaitu tubuh terasa lemas, BB turun ±5 kg dalam 1 bulan. Nilai-nilai
yang bertentangan dengan kesehatan tidak ada, aktivitas agama yang biasa dilakukan
adalah sholat dan berdoa, kondisi lingkungan rumah klien mengatakan tidak ada
masalah.
f. Pola kebiasaan
A. Pola nutrisi
Sebelum sakit : klien makan 2x/hari, nafsu makan baik, makan habis 1 porsi, semua
makanan suka terutama makanan yang pedas dan manis, tidak ada makanan yang
membuat alergi, makanan pantangan yaitu makanan yang banyak mengandung gula
tetapi klien tidak mengikuti anjuran, makanan diet nasi merah, brokoli, bayam, susu
rendah lemak tetapi klien tidak mengukiti anjuran diet yang diberikan, tidak ada
pengunaan obatsebelum makan dan tidak ada pengunaan alat bantu makan (NGT,dll).
Di rumah sakit : klien makan 3x/hari, klien mengatakan mual, makan habis 1 porsi,
menyukai makanan yang manis, tidak ada makanan yang membuat alergi dan
B. Pola eliminasi
Sebelum sakit : klien mengatakan BAK 3x/24 jam, warna keluhan banyak BAK di
malam hari, tidak ada penggunaan alat bantu (kateter, dll), klien BAB 1x/hari,
waktunya pagi, warna kuning, konsistensi lunak, tidak ada keluhan, tidak ada
peggunaan laxative.
Di rumah sakit : klien mengatakan BAK 5-7x/24 jam, warna kuning jernih, tidak ada
keluhan, klien menggunakan kateter. Klien BAB 1x/hari, waktunya pagi, warna
kuning, konsistensi lunak, tidak ada keluhan, tidak ada peggunaan laxative.
Sebelum sakit : klien mandi 2x/hari, pagi dan sore, sikat gigi 2x/hari waktunya pagi
Di rumah sakit : klien mandi 1x/hari, pagi hari, oral hygiene 1x/hari, klien harus
dibantu keluarga
Sebelum sakit : tidur siang 2 jam/hari, lama tidur malam 5-6jam/hari, kebiasaan
Di rumah sakit : lama tidur siang 3 jam/hari, lama tidur malam 5 jam/hari, kebiasaan
olahraga yang dilakukkan adalah jalan santai. Tidak ada keluhan saat beraktivitas.
Di rumah sakit : klien tidak beraktivitas, keluhan klien mudah sesak nafas,terdapat
keras/NAPZA.
4. Pengkajian Fisik
BB klien saat ini : 62 kg, sebelum sakit : 65 kg, TB : 164 cm, keadaan umum lemah,
b. Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata abnormal,
konjungtiva ananemis, kornea keruh/berkabut, sclera anikterik, pupil isokor, tidak ada
kelainan otot-otot mata, fungsi penglihatan kabur, tidak ada tanda-tanda peradangan,
tidak ada pemakaian kacamata, tidak ada pemakaian kontak lensa, reaksi terhadap
c. Sistem pendengaran
Daun telinga normal, telinga simetris, terdapat serumen berwarna kuning, konsistensi
lunak dengan bau khas, tidak ada cairan dari telinga, tidak ada rasa penuh ditelinga,
tidak ada tinitus, fungsi pendengaran baik, tidak ada gangguan keseimbangan, tidak
e. Sistem pernafasan
Jalan nafas terhambat, pernafasan sesak, terdapat secret berlebih, ada penggunaan otot
jenis pernafasan spontan, tidak batuk, tidak ada sputum, tidak terdapat darah, suara
nafas vesikuler, tidak nyeri saat bernafas, tidak menggunakan alat bantu nafas.
f. Sistem kardiovaskuler
tidak ada distensi vena jugularis kanan dan kiri, temperature kulit hangat S:36,5 oC ,
Sirkulasi jantung : kecepatan denyut nadi apical 87 x/menit, irama teratur, tidak sakit
dada.
g. Sistem hematologi
Tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran composmentis, GCS 14, E:3 M:6
V:5, tidak ada peningkatan TIK, tidak ada gangguan persyarafan, reflek fisiologis
i. Sistem pencernaan
Gigi klien terdapat caries, tidak ada penggunaan gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah
tidak kotor, salifa normal, tidak ada muntah, nyeri di ulu hati, P: nyeri pada saat
terlambat makan, Q: nyeri seperti terbakar, R: nyeri dirasakan pada bagian ulu hati, S:
skala nyeri 2 dari 1-10, T: nyeri berlangsung ±5 menit, lalu berhenti, lalu muncul
kembali, nyeri bertambah hebat jika klien terlambat makan, terdapat nyeri tekan pada
epigastrium, bising usus 8x/menit, tidak ada diare, tidak terjadi konstipasi, hepar tidak
j. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Nafas tidak berbau keton, poliuri, polidipsi,
k. Sistem urogenital
Balance cairan. Intake : 2700cc/24 jam, Output : 2725cc/24 jam, balance cairan -25cc/
24 jam, pola kemih klien nokturia, bak warna kuning jernih, tidak ada distensi
l. Sistem integument
Turgor kulit elastic, temperature kulit hangat, warna kulit kemerahan, keadaan kulit
ulkus pada jari kaki kiri dengan kondisi nekrosis, tidak ada kelainan kulit, tidak ada
tanda-tanda infeksi pada lokasi pemasangan infuse, tekstur rambut baik, kebersihan
baik.
m. Sistem musculoskeletal
Kesulitan dalam pergerakan, tidak sakit pada tulang, sendi, dan kulit, tidak ada
fracture, tidak ada kelainan struktur tulang belakang, keadaan tonus otot baik, terdapat
luka pada jari kaki kiri dengan kondisi nekrosis. Klien mengatakan baru mengetahui
mempunyai penyakit Syncope pada tahun 2013, sebelum itu belum mengetahui. Klien
mengatakan Ibu nya sudah meninggal. Klien mengatakan awal mula terjadi karena
a) Skirining Gizi: Ada penurunan berat badan sebanyak 5kg selama 6 bulan terakhir
total skor 2.
6. Data Penunjang
Ht : 36* (37-47%)
Trombosit : 529.000(150.000-400.000/uL)
Basofil : 0 (0-1 %)
Limfosit : 10 * (20-40%)
Monosit : 1* (2-8 %)
MCH : 27 (27-32 pg
Kesan :
Kardiomegali ringan
7. Data focus
Data subjektif : Klien mengatakan sesak nafas, Klien mengatakan mudah lelah,
Klien mengatakan badan terasa lemah. Klien mengatakan nafsu makannya menurun.
mmHg N : 84 x/mnt S : 32 , RR : 26 x/mnt Sesak nafas Terpasang O2 nasal kanule 3-5 lpm
Wajah tampak pcat CRT > 3 detik. Piting edema tingkat 2+ menghilang 10 detik. Nafsu
makan menurun. Klien tampak pucat, TD: 140/90mmHg N: 90x/mnt S: 37.0 C RR:
38x/mnt. Klien terpasang NGT. Pasien mendapat terapi diit DH1 dengan jenis
makanan cair Total protein: 6,2 g/dl, Albumin : 2,6 g/dl. Klien tampak bedrest.
Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat. Pasien terpasang infuse pada
Do:
Keadaan: lemah
Kesadaran:composmentis
GCS : 4 5 6 TTV TD : 90/50
mmHg N : 84 x/mnt S : 32 ,
RR : 26 x/mnt Sesak nafas
Terpasang O2 nasal kanule 3-
5 lpm Wajah tampak pucat,
CRT > 3 detik. Piting edema
tingkat 2+ menghilang 10
detik. Nafsu makan menurun
N
2. Ds: Ketidakefektifan Kurang suplai oksigen
- Pasien mengatakan
perfusi jaringan ke jaringan
mudah lelah
perifer
- Pasien mengatakan
badan terasa lemah
Do:
- Pasien tampak lemah
pucat
- TD : 140/90 mmHg
- N : 90 x/menit
- S : 37,5 C
P: RR 38 x/menit
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah dianalisa data diagnosa keperawatan yang sesuai prioritas sebagai berikut:
kiri.
dilanjutkan dengan pelaksanaan dan evaluasi untuk setiap diagnosa sesuai dengan
Kriteria Hasil :
Perencanaan :
Pelaksanaan :
Pukul 08.00 Mengidentifikasi tanda atau gejala penurunan curah jantung, Hasil: tidak
ada edema. Pukul 09.00 Memonitor intake dan output cairan, Hasil: cairan intake dan
output Intake : 2700cc/24 jam, Output : 2725cc/24 jam. Pukul 10.30 Memberikan
Pukul 08.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD:
130/80 mmHg, N: 80x/menit, S: 36,5℃, RR: 20x/menit, keadaan umum lemah. Pukul
09.00 Mengidentifikasi tanda atau gejala penurunan curah jantung. Hasil tidak ada
edema. Pukul 10.00 Memonitor intake dan output cairan. Hasil cairan intake dan
output cairan normal. Pukul 10.30 Memberikan terapi relaksasi. Hasil klien tampak
Pukul 14.00 WIB mengukur TTV dan mengkaji keadaan umum klien, hasil TD:
120/70 mmHg, N: 80x/menit, S: 36,6℃, RR: 20x/menit, keadaan umum lemah. Pukul
15.00 Mengidentifikasi tanda atau gejala penurunan curah jantung. Hasil kekuatan
nadi perifer meningkat. Pukul 15.30 Memonitor intake dan output cairan. Hasil cairan
intake dan output cairan normal. Pukul 16.30 Memberikan terapi relaksasi. Hasil
O : Klien tampak nyaman, kekuatan nadi perifer meningkat, tidak ada edema
Kriteria Hasil:
Perencanaan :
Pelaksanaan :
15 Februari 2021
a. Pukul 08.00 WIB mengukur TTV, hasil TD: 130/80 mmHg, N: 80x/menit, S:
36,5℃, RR: 20x/menit, pukul 08.15 WIB mengkaji keadaan umum, hasil : klien
tampak lemah, pukul 08.20 WIB memonitor posisi pasien untuk masuknya
oksigen, hasil : posisi klien semifowler tidak ada kendala. Pukul 12.00 WIB
Pukul 13.00 WIB mengukur TTV, hasil TD: 140/80 mmHg, N: 85x/menit, S:
36,5℃, RR: 20x/menit, pukul 13.00 WIB mengkaji keadaan umum, hasil : klien
tampak lemah, pukul 14.00 WIB memonitor posisi pasien untuk masuknya
oksigen, hasil : posisi klien semifowler tidak ada kendala. Pukul 15.00 WIB
ada reaksi saat diberi rangsangan nyeri. Pukul 20.00 WIB Memonitor penggunaan
Tanggal 17 Februari
Pukul 08.00 WIB mengukur TTV, hasil TD: 130/80 mmHg, N: 80x/menit, S: 36,5℃
, RR: 20x/menit, pukul 20.00 WIB memonitor posisi pasien untuk masuknya
oksigen, hasil : posisi klien semifowler tidak ada kendala. Pukul 21.00 WIB
Memonitor adanya perubahan kehilangan sensasi rangsangan, hasil: klien tidak ada
reaksi saat diberi rangsangan nyeri. pukul 22.30 WIB mengkaji keadaan umum,
hasil : klien tampak lemah Pukul 23.00 WIB Memonitor penggunaan oksigen saat pasien
aktivitas
O : Keadaan umum lemah, klien tampak tidak ada reaksi saat di beri rangsangn
asupan nutrisi.
Kriteria Hasil :
Perencanaan :
Pelaksanaan :
15 Februari 2021
Pukul 08.00 menentukan status gizi pasien, hasil: status gizi pasien dibawah normal.
Pukul 09.00 mengidentifikasi perubahan nafsu makan, hasil: nafsu makan klien
rendah. Pukul 10.00 memonitor adanya mual muntah, hasil: klien mual dan muntah
1x sehari. Pukul 11.00 mengidentifikasi adanya penurunan berat badan, hasil: klien
mengalami penurunan 3 kg. Pukul 12.00 memberi obat antimeik, hasil: obat diminum
Pukul 14.00 mengukur TTV, hasil TD: 130/70 mmHg, N: 85x/menit, S: 36,2℃, RR:
19x/menit. Pukul 15.00 menentukan status gizi pasien, hasil: status gizi pasien
menjadi normal. Pukul 16.00 mengidentifikasi perubahan nafsu makan, hasil: nafsu
makan klien meningkat. Pukul 17.00 memonitor adanya mual muntah, hasil: klien
mual dan muntah 1x sehari. Pukul 17.30 mengidentifikasi adanya penurunan berat
badan, hasil: klien mengalami kenaikan 1 kg. Pukul 18.00 memberi obat antimeik,
17 Februari 2021
Pukul 08.00 mengukur TTV, hasil TD: 130/70 mmHg, N: 85x/menit, S: 36,2℃, RR:
19x/menit. Pukul 09.00 menentukan status gizi pasien, hasil: status gizi pasien
menjadi normal. Pukul 09.30 mengidentifikasi perubahan nafsu makan, hasil: nafsu
makan klien meningkat. Pukul 11.00 memonitor adanya mual muntah, hasil: klien
muasih mual namun tidak muntah. Pukul 12.30 mengidentifikasi adanya penurunan
Kriteria Hasil :
3. Mampu berpakaian
Perencanaan :
1. Bantu klien untuk memilih aktivitas dan pencapaian tujuan melalui aktivitas
yang konsisten
Pelaksanaan :
Pukul 08.00 WIB membantu klien untuk memilih aktivitas dan pencapaian tujuan
melalui aktivitas yang konsisten, hasil: klien sulit memilih aktivitas. Pukul 09.00
aktivitas sehari-hari. Pukul 10.00 menciptakan lingkungan aman, hasil: keluarga klien
berhasil membuat suasana lingkungan yang aman. Pukul 11.00 melakukan rom pasif
dan aktif, hasil: klien mengikuti perawat untuk mika-miki. Pukul 12.00 meningkatkan
tirah baring dan waktu istirahat pasien, hasil: klien mengikuti instruksi perawat.
Tanggal 16 Februari 2021
Pukul 12.00 WIB membantu klien untuk memilih aktivitas dan pencapaian tujuan
melalui aktivitas yang konsisten, hasil: klien memilih aktivitas nonton tv. Pukul 13.00
aktivitas sehari-hari. Pukul 14.00 menciptakan lingkungan aman, hasil: keluarga klien
berhasil membuat suasana lingkungan yang aman. Pukul 15.00 melakukan rom pasif
dan aktif, hasil: klien mengikuti perawat untuk mika-miki. Pukul 16.00 meningkatkan
tirah baring dan waktu istirahat pasien, hasil: klien mengikuti instruksi perawat.
Pukul 08.00 WIB membantu klien untuk memilih aktivitas dan pencapaian tujuan
melalui aktivitas yang konsisten, hasil: klien memilih aktivitas nonton tv. Pukul 09.00
keluarga klien berhasil membuat suasana lingkungan yang aman. Pukul 11.00
melakukan rom pasif dan aktif, hasil: klien mengikuti perawat untuk mika-miki.
Pukul 12.00 meningkatkan tirah baring dan waktu istirahat pasien, hasil: klien
PEMBAHASAN
Pada pembahasan akan dijelaskan mengenai kesenjangan data antara teori dan kasus,
A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian antara teori dan kasus, ditemukan tidak adanya kesenjangan. karena
klien dan keluarga sangat kooperatif dan saat diberikan pertanyaan dapat memberikan
jawaban yang jelas, serta data-data yang dibutuhkan sudah cukup lengkap dan perawat
ruangan juga sudah cukup membantu dalam memberikan informasi yang dibutuhkan.
B. Diagnosa keperawatan
Pada teori ditemukan 4 (empat) diagnosa keperawatan dan pada kasus ditemukan 4
Diagnosa keperawatan yang ditemukan diteori tapi tidak ditemukan dikasus adalah:
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus tetapi tidak ditemukan pada
teori adalah:
Faktor penunjang dalam penentuan diagnosa keperawatan yaitu klien dan keluarga yang
sangat kooperatif dalam menjawab pertanyaan dan dukungan dari pembimbing yang
memberikan arahan dan informasi sesuai dengan kebutuhan penulis, sehingga penulis
C. Perencanaan
tujuan, menentukan kriteria hasil serta menyusun rencana tindakan. Perencanaan pada
kasus sudah dibuat berdasarkan SMART (Spesifik, Measurable, Achievable, Realistic, dan
Timing) serta sudah disususn secara sistematis (dari tindakan mandiri sampai kolaborasi)
Dalam perencanaan penulis tidak mengalami hambatan karena setiap rencana disusun
sesuai dengan kondisi klien dan mengacu pada teori serta mendapat dukungan dan
D. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan semua rencana dilakukan secara kerjasama antara penulis dengan
perawat ruangan. Semua tindakan yang dilakukan dan respon klien terhadap setiap
tindakan didokumentasikan pada catatan keperawatan, selain itu juga setiap perawat yang
asuhan keperawatan yaitu klien dan keluarga yang sangat kooperatif sehingga dapat
E. Evaluasi
Setelah melakukan tindakan keperawatan, maka langkah yang terakhir adalah evaluasi
terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien. Dari empat diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada klien yaitu Penurunan curah jantung berhubungan
dari kebutuhan tubuh bd kurang asupan nutrisi, intoleransi aktivitas bd kelemahan fisik.
Tujuan tercapai sebagian dan masalah belum teratasi sehingga intervensi dilanjutkan
sedangkan satu diagnosa yaitu Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan menyimpulkan hasil pembahasan yang telah dilakukan. Untuk
A. Kesimpulan
Setelah memberikan asuhan keperawatan dan melakukan pembahasan antara teori dan
1. Pada pengkajian data yang ditemukan sesuai dengan klien terhadap penyakitnya. Hal ini
memberikan pengalaman bagi penulis bahwa respon klien terhadap penyakitnya berbeda,
tergantung tingkat keparahan dan penerimaan klien terhadap penyakitnya. Selain itu
kerjasama klien, keluarga dan perawat ruangan sangat membantu sehingga dalam
2. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus disesuaikan dengan data yang
diperoleh pada pengkajian sebagai respon klien terhadap penyakitnya sehingga pada kasus
hanya ditemukan empat diagnosa keperawatan yang perlu diatasi oleh perawat.
3. Perencanaan dibuat sesuai dengan kondisi klien, mulai dari penentuan prioritas,
4. Pelaksanaan pada kasus disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat dan semua
5. Evaluasi asuhan keperawatan dari empat diagnosa yang ditemukan, tiga diagnose
dan kekurangan yang ada, maka selanjutnya penulis menyampaikan saran yang ditujukan
1. Kerjasama dengan klien dan keluarga agar tetap dipertahankan dan ditingkatkan
agar asuhan keperawatan yang diberikan pada klien akan lebih optimal.
rumah sakit.
3. Kepada perawat ruangan yang sudah memberikan asuhan keperawatan kepada klien
Hermawati, D.R., & Candra, H,A. (2014). Berkat Herbal Penyakit Jantung Koroner.
Jakarta: F Media.
https://www.academia.edu/33411421/KONSEP_PENYAKIT_JANTUNG_KORONER
Nasional Veteran.
Kurniadi, Helamu. 2013. Stop! Gejala Penyakit Jantung Koroner. Yogyakarta: Familia.
Lemone, priscilla, et al. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Panthee, B, Kritpracha C. 2011. Review: Anxiety And Quality Of Life Patients With
Prabowo, E., & Pranata, A. E. 2017. Keperawatan Medikal Bedah Dengan Gangguan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI.