Disusun Oleh :
TAHUN 2023
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan masalah yang universal sebagai salah satu pembunuh di
dunia, sedangkan di negara maju maupun berkembang seperti di Indonesia, stroke
memiliki angka kecacatan dan kematian yang cukup tinggi. Angka kejadian stroke
di dunia di perkirakan 200 per100.000 penduduk, dalam setahun (Muslihah S U,
2017). Stroke dapat menyerang otak secara mendadak dan berkembang cepat yang
berlangsung lebih dari 24 jam ini disebabkan oleh iskemik maupun hemoragik di
otak sehingga pada keadaan tersebut suplai oksigen keotak terganggu dan dapat
mempengaruhi kinerja saraf di otak, yang dapat menyebabkan penurunan
kesadaran.
Pada pasien stroke didapatkan peningkatan intra kranial dengan tanda klinis
berupa nyeri kepala yang tidak hilang dan semakin meningkat, berupa nyeri kepala
yang tidak hilang dan semakin meningkat. Peningkatan tekanan intrakranial (TIK)
merupakan kasus gawat darurat dimana cedera otak irrevesibel atau kematian dapat
dihindari dengan intervensi tepat pada waktinya (Hisam, 2013). Risiko perfusi
serebral tidak efektif rentan mengalami penurunan sirkulasi otak yang dapat
mengganggu kesehatan yang berisiko terjadinya neoplasma otak (Herdman, 2015).
2
Penyakit stroke telah menjadi masalah yang besar bagi Negara Indonesia
sehingga para ahli epidemiologi menyatakan bahwa saat ini ataupun saat nanti,
setiaap penduduk yang berumur 35 tahun keatas dari 12 juta penduduk indonesia
akan beresiko mengalami serangan stroke (yayasan stroke Indonesia, 2011). Hal
tersebut sesuai dengan hasil Riskedas tahun 2018, dimana prevalensi penyakit
stroke di Indonesia meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus tertinggi yang
terdiagnosis terdapat pada usia 75 tahun keatas(54,22%) dan terendah pada
kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar (0,70%), prevalansi stroke berdasarkan
jenis kelamin lebih banyak perempuan (10,67%) dibandingkan laki laki (8,99%),
berdasarkan tempat tinggal prevalensi stroke di Perkotaan (15,13%) lebih tinggi
dibandingkan di pedesaan (7,4%).
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah:
1. Bagaimana konsep teori pada kasus pasien dengan gangguan sistem persarafan: Resiko perfusi
jaringan Cerebral tidak efektif dengan Stroke Non Haemorragik?
2. Bagaimana gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan gangguan
sistem persarafan: Resiko perfusi jaringan Cerebral tidak efektif dengan Stroke Non
Haemorragik di Rumah Sakit dr. Kariadi ?
3. Bagaimana perbandingan antara konsep dan teori dengan praktek dilapangan dalam
penatalaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan gangguan sistem persarafan: Resiko
perfusi jaringan Cerebral tidak efektif dengan Stroke Non Haemorragik di RumahSakit
dr.Kariadi ?
4. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. S
dengan gangguan sistem persarafan: Resiko perfusi jaringan Cerebral tidak efektif dengan
Stroke Non Haemorragik di Rumah Sakit dr.Kariadi?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan studi kasus ini adalah memberikan gambaran pelaksanaan
asuhan keperawatan pada Tn. S dengan gangguan sistem persyarafan: Resiko perfusi jaringan
Cerebral tidak efektif akibat Stroke Non Hemorragik di Rumah Sakit dr.Kariadi.
2. Tujuan Khusus
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c. Aterosklerosis aorta
d. Diseksi arteri
e. Fibrilasi atrium
f. Tumot otak
g. Stenosis karotis
h. Miksoma atrium
i. Aneurisma serebri
j. Koagulopati
k. Dilatasi kardiomiopati
5
l. Embolisme
m. Cedera kepala
n. Hiperkolesteronemia
o. Hipertensi
p. Endokarditis infektif
q. Katup prostetik mekanis
r. Stenosis mitral
s. Neoplasma otak
t. Infark miokard akut
2. Kondisi klinis terkait
a. Stroke
b. Cedera kepela
c. Aterosklerotik aortik
d. Infark miokard akut
e. Embolisme
f. Endokarditis infektif
g. Fibrilasi atrium
h. Hiperkolesterolemia
i. Hipertensi
j. Dilatasi kardiomiopati
k. Koagulasi intravaskuler diseminata
l. Miksoma atrium
m. Neoplasma otak
n. Segmen ventrikel kiri akinetik
o. Sindrom sick sinus
p. Stenosis karotid
q. Stenosis mitral
6
B. Stroke Non Hemoragik
1. Definisi
Stroke adalah gangguan fungsional yang terjadi secara mendadak
berupa tanda-tanda klinis baik lokal maupun global yang berlangsung
lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian yang disebabkan
gangguan peredaran darah ke otak, antara lain peredaran darah sub
arakhnoid, peredaran intra serebral dan infark serebral (Nur’aeni, 2017)
Stroke adalah gangguan yang menyerang otak secara mendadak
dan berkembang cepat yang berlangsung lebih dari 24 jam ini disebabkan
oleh iskemik maupun hemoragik di otak sehingga pada keadaan tersebut
suplai oksigen keotak terganggu dan dapat mempengaruhi kinerja saraf di
otak, yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Penyakit stroke
biasanya disertai dengan adanya peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK)
yang ditandai dengan nyeri kepala dan mengalami penurunan kesadaran
(Ayu R D, 2018).
Stroke non hemoragik biasa disebut dengan stroke iskemik atau
emboli dan trombus yaitu tertutupnya pembuluh darah oleh bekuan darah
atau gumpalan hasil terbentukbya trombus. (Nurarif, 2015). Berdasarkan
definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa stroke non hemoragik adalah
penyumbatan pembuluh darah diotak yang disebabkan oleh bekuan dari
sehingga menghalangi suplai oksigen ke otak.
2. Etiologi
Stroke disebabkan oleh adanya arteri yang tersumbat pada
pembuluh darah otak ( stroke iskemik). Beberapa orang mungkin
mengalami gangguan sementara aliran darah ke otak (transient ischemic
attack atau TIA) yang tidak menyebabkan kerusakan permanen. Sekitar
80 % kasus stroke adalah stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi ketika
arteri ke otak menyempit atau terhambat, menyebabkan aliran darah
sangat berkurang (iskemia) (Haryono, Utami, & Sari, 2019).
Penyebab stroke dibagi menjadi 3, yaitu menurut (Dellima D R, 2019):
1) Trombosis serebral
2) Emboli serebri
3) Hipoksia Umum
4) Hipoksia setempat
7
3. Anatomi Fisiologi Sistem Persarafan
Dalam mengatur dan mempertahankan homeostatis tubuh, sistem
saraf tidak bekerja sendiri tetapi dibantu oleh sistem endokrin. Sistem
saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta
terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan
internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur (Manurung, 2018).
Adapun anatomi dari sistem persyarafan menurut susilo (2019)
menjelaskan bahwa anatomi dari system persarafan meliputi :
a. Sistem saraf pusat
1. Otak
Otak terbagi atas tiga bagian yaitu sebagai berikut :
a) Otak besar (Cerebrum)
Otak besar merupakan bagian otak terbesar serta yang paling
menonjol dari keseluruhan organ otak. Cerebrum menempati 2/3
dari massa otak dan terletak dibagian atas rongga tengkorak.
Bagian luar dari otak besar ini dilindungi oleh lapisa tipis jaringan
abu-abu yang disebut korteks celebral.
Otak besar memiliki fungsi untuk memproses semua kegiatan
intelektual, seperti berfikit, mengingat, membayangkan,
merencanakan sesuatu, sensasi sentuhan, memahami bahasa,
menentukan kecerdasan, dan menentukan kepribadian. Otak besar
dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian otak kanan dan bagian
otak kiri.
Kedua belahan otak terhubung oleh corpus callomsum, yaitu
massa materi putih besar yang terdiri dari ikatan serat yang
menghubungkan materi putih dari dua belahan otak.
Setiap belahan otak besar terbagi dalam empat lokasi, yaitu
sebagai berikut :
1)Lobus frontal
2)Lobus parietal
3)Lobus temporal
4)Lobus occipital
b) Otak kecil (Cerebellum)
Otak kecil merupakan bagian terbesar dari otak belakang.
Letaknya berada pada atas batang otak dan dibawah
8
oksipital serebrum. Otak kecil berukuran sebesar bola kasti dan
memiliki permukaan yang berlekuk-lekuk. Otak kecil berfungsi
membantu meningkatkan sistem motorik seperti koordinasi
gerakan otot. Oleh karena itu saat otak kecil mengalami cedera,
kondisi tersebut dapat mempengaruhi pada gerakan tubuh yang
tak terkoordinasi. Hal ini adalah akibat terganggunya sikap serta
koodinasi gerak otot.
c) Batang otak (Brainstem)
Batang otak merupakan bagian otak yang menghubungkan
otak dengan sumsum tulang belakang batang otak terletak
didasar rongga kepala yang memanjang hingga ke tulang
punggung. Batang otak berfungsi untuk mengkoordinasikan sinyal
kontrol motor yang dikirim dari otak menuju tubuh. Selain itu,
batang otak menjadi tempat melekatnya keseluruhan saraf
kranial, kecuali saraf I dan saraf II yang terletak menempel pada
otak besar (cerebrum).
2. Saraf tulang belakang
Saraf tulang belakang atau medulla spinalis atau spinal cord
adalah sebuah kolom jaringan saraf yang menjalar dari dasar
tengkorak ke punggung. Saraf ini dikelilingi oleh tigas selaput
pelindung (meninges tulang belakang) dan terlindung di dalam
vatebrata (tulang belakang). Saraf tulang belakang dan otak
membentuk sistem saraf pusat.
Pada manusia terdapat 31 pasang saraf tulang belakang yang
muncul dari jaringan saraf dan keluar dari kolom vertebral untuk
melayani daerah tubuh terdekat. Secara umum berfungsi sebagai
alat komunikasi antar saraf, sebagai bentuk gerak tubuh dan kerja
organ, serta reflek pada manusia.
b. Sistem saraf tepi
Sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf sadar (saraf kranial dan
saraf spinal dan sistem saraf tak sadar (otonom).
1) Saraf kranial
Saraf kranial berhubungan dengan kepala san leher kecuali
pada saraf vagus. Saraf- saraf ini terlibat dalam transmisi informasi
sensorik dan motorik menuju otak. Terdapat 12 pasang saraf kranial
9
yaitu sebagai berikut :
a) Saraf kranial I (olfaktorius) adalah saraf sensorik yang
fungsinya pada penciuman.
b) Saraf kranial II (optikus) adalah saraf sensorik yang fungsinya
pada penglihatan, input refleks, dan kontruksi pupil di limbik.
c) Saraf kranial III (Okulomotorius) adalah saraf motorik yang
fungsinya pada bola mata , elevasi alis, kontraksi pupil dan
menfokuskan lensa.
d) Saraf kranial IV (Trochlearis) adalah saraf motorik yang
fungsinya pada pergerakan bola mata kebawah.
e) Saraf kranial V (Trigeminus) adalah saraf motorik dan sensorik
yang fungsinya pada mata, dagu, lidah, gerakan mengunyah dan
lain sebagainya.
f) Saraf kranial VI (Abdusen) adalah saraf motorik yang fungsinya
pada pergerakan mata ke lateral.
g) Saraf kranial VII (Fasialis) adalah saraf motorik dan sensorik
yang menerima rangsangan dari bagian anterior lidah untuk
diproses di otak sebagai sensasi rasa, dan juga mengendalikan
otot wajah untuk menciptakan ekspresi.
h) Saraf kranial VIII (Vestikubulocochlearis) adalah saraf sensorik
yang fungsinya untuk keseimbangan dan pendengaran.
i) Saraf kranial IX (Glossofaringeus) adalah saraf motorik dan
sensorik yang fungsinya membantu menelan dan menerima
rangsangan dari bagian posterior lidah untuk diproses diotak
sebagai sensasi rasa.
j) Saraf kranial X (Vagus) adalah saraf motorik dan sensorik yang
fungsinya menerima rangsangan dari organ dalam dan
mengendalikan organ dalam.
k) Saraf kranial XI (Aksesorius ) adalah saraf motorik yang
berfungsi mengendalikan pergerakan kepala.
l) Saraf kranial XII (Hipoglosus) adalah saraf motorik yang
fungsinya pada pergerajab lidah saat bicara, dan mengunyah.
2) Saraf spinal
Terdapat 31 pasang saraf spinal yang diberi nama
sehubungan dengan lokasinya masing-masing pada sumsum tulang
10
belakang. Semua saraf ini adalah saraf campuran, sehingga setiap
saraf terdiri dari komponen ventral (motorik) dan akar dorsal
(sensorik). Saraf ini berfungsi membawa implus saraf dari sumsum
tulang belakang menuju keseluruh bagian tubuh.
11
5. Paththway
2019)
12
6. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif A. H,(2016),manifestasi klinis stroket
meliputi :
a. Tiba –tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separuh badan.
b. Tiba – tiba hilang rasa peka.
c. Bicara pelo.
d. Gangguan bicara dan bahasa.
e. Gangguan penglihatan.
f. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai.
g. Gangguan daya ingat.
h. Nyeri kepala hebat.
i. Vertigo.
j. Kesadaran menurun
k. Proses kencing terganggu
l. Gangguan fungsi otak.
7. Komplikasi
Menurut Andra & Yessie (2013)
a. Berhubungan dengan imobilisasi
b. Infeksi pernafasan
c. Nyeri berhubungan dengan daerah yang tertekan
d. Konstipasi
e. Tromboflebitis
13
8. Pemeriksaan diagnostic
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan stroke menurut Wijaya dan Mariza (2013) dalam
Santoso, L.E (2018).
a. Penatalaksanaan Medis
1)Trombolitik (streptokinase)
2)Antikoagulan (heparin)
3)Hemorragik (pentoxyfilin)
4)Antagonis serotonin (noftidrofuryl)
5)Antagonis kalsium (nomodipin, piracetam)
6) Antagonis serotonin (noftidrofuryl)
7) Antagonis kalsium (nomodipin, piracetam)
b. Penatalaksanaan Khusus/Komplikasi
1) Atasi kejang (anti konvulsan)
2) Atasi dekompresi (kraniotomi)
c. Penatalaksanaan faktor resiko
1) Atasi hiper uresemia
2) Atasi hipertensi
3) Atasi hiperglikemi.
14
C. Asuhan Keperawatan (Pengkajian, Diagnosis Keperawatan, Perencanaan
Keperawatan, Pelaksanaan dan Evaluasi)
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk,
tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa
medik, alamat, semua data mengenai identitaas
klien tersebut untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak
sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi.
2) Riwayat penyakit sekarang
15
Serangan stroke non hemoragik seringkali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi
nyeri kepala, mual, muntah , disamping gejala kelumpuhan separoh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
16
17
18
19
20
21
22
23
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus,
penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat
anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif,
kegemukan.
5) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal.
Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan
dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor
biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan
pikiran klien dan keluarga.
c) Pola eliminasi
24
pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus.
25
j) Pola penanggulangan stress
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
4) Pemeriksaan dada
26
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas
terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas
tambahan, pernafasan tidakteratur akibat penurunan
refleks batuk dan menelan.
5) Pemeriksaan abdomen
1) Pemeriksaan radiologi
27
a) CT scan: didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang
masuk ventrikel atau menyebar ke permukaan otak.
b) MRI untuk menunjukkan area yang mengalami
infark, hemoragik.
2) Pemeriksaan laboraturium
2. Diagnosa keperawatan
28
c) Defisit perawatan diri berhubungan dengan
gangguan neuromuskular
3. Intervensi
29
(1) Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK.
(2) Monitor tekanan darah
(3) Monitor tingkat kesadaran
(4) Monitor status pernapasan
(5) Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang tenang
b) Terapeutik
(1) Berikan posisi semi fowler
(2) Pertahankan suhu tubuh normal
c) Kolaborasi
(1) Kolaborasi pemberian terapi obat
b) Gangguan mobilitas fisik berhubungan
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x
pertemuan diharapkan masalah gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan kelemahan dapat membaik.
2) Kriteria hasil
3) Rencana tindakan
Dukungan mobilisasi
a) Observasi
(1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
(2) Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai mobilisasi
(3) Monitor kondisi umum selama mobilisasi
30
b) Terapeutik
(1) Fasilitasi melakukan pergerakan ROM (Range
of motion
(2) Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatan pergerakan
(3) Fasilitasi melakukan pergerakan jika perlu
(4) Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
c) Edukasi
1) Tujuan
2) Kriteria hasil
3) Rencana
tindakan
31
a) Observasi:
4.IMPLEMENTASI
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari
perencanaan keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien
secara optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Nasrul Effendy,
1995 dalam Judha & Rahil, 2011). Pencatatan
pendokumentasian ini terfokus pada metode Dar
yaitu data (D) adalah data yang berisi tentang data
subjektif dan objektif yang mendukung
dokumentasi asuhan keperawatan, action/tindakan
(A) adalah tindakan keperawatan yang dilakukan
berdasarkan
32
masalah, dan response (R) adalah menyediakan
keadaan respon klien terhadap tindakan
keperawatan. (Judha & rahil,2011)
5.Evaluasi
33
masalah teratasi, teratasi sebagian atau tidak
teratasi. Dan yang terakhir planning adalah rencana
keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
diagnosa
34
35
73
BAB III
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Klien berinisial tn.S lahir di Semarang 15 Februari 1956 berjenis
kelamin laki laki yang sudah menikah dan beragama islam Tn.S
sebagai karyawan swasta yang beralamat di Semarang, Saudara yang
mudah untuk dihubungi berinisial Tn. S yang beralamat di Semarang,
dilakukan pengkajian pada tanggal 22 November 2023 di RS
dr.Kariadi . Tn. S dengan diagnose medis stroke non hemorogik.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan berjalan terasa sempoyongan sampai mau
terjatuh,mulut merot.
1) Lamanya
Klien mengatakan 1 minggu yang lalu berjalan terasa
sempoyongan sampai mau terjatuh,mulut merot.
2) Faktor predisposisi
klien mengatakan
Punya riwayat stroke tidak minum obat teratur
74
3) Tindakan pengobatan
Pada saat penulis pengkajian Klien mengatakan sudah pernah
bawa ke dokter atau keklinik didekat rumahnya
4) Harapan klien terhadap pemberi perawatan
Pada saat penulis melakukan pengkajian klien
mengatakan berharap cepat sembuh dan dapat bekerja seperti
biasanya.
c. Riwayat kesehatan yang lalu
1) Penyakit
(a). Kecelakaan dan Hospital:
Klien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan dan
ini pertama kalinya dirawat dirumah sakit
(b).Operasi:
i. Pola latihan
Di rumah: klien mengatakan beraktivitas dirumah seperti
bermain dengan cucu
Di rumah sakit: klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas
seperti mandi, dan makan
j. Pola nutrisi
Sebelum sakit : klien mengatakan klien sarapan pagi, makan siang dan
makan malam sendiri. Porsi makan klien dengan 1 piring penuh yang
kadang dan nasi.-kadang ditambah dengan menu makan lauk pauk
Sesudah sakit : klien mengatakan bahwa klien makan tetap 3 x sehari
dan harus dibantu dengan anaknya .
k. Pola kerja
Di rumah : klien mengatakan klien tidak melalukan perkerjaan, klien
hanya menemani cucunya bermain
Di rumah sakit : klien mengatakan klien tidak melakukan aktivitas
hanya ditempat tidur saja
l. Riwayat keluarga
1) Kesehatan anggota keluarga:
Keluarga klien mengatakan anggota keluarganya sehat
2) Faktor risiko penyakit dalam keluarga:
Keluarga klien mengatakan didalam keluarganya tidak
memiliki penyakit seperti darah tinggi, jantung ataupun stroke.
3) Genogram
76
Gambar 3.1
Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Kien
: Tinggal Satu Rumah
77
m. Riwayat lingkungan
1) Kebersihan
Keluarga klien mengatakan rumah klien tampak bersih.
2) Bahaya kesehatan:
Keluarga klien mengatakan tidak ada bahaya kesehatan disekitar
lingkungan tempat tinggal.
3) Polutan :
Keluarga klien mengatakan tidak ada adanya bahaya polutan
karena jauh dari jalan raya serta tidak membakar sampah dan pula
tidak berdekatan dengan pabrik ataupun tempat pembuangan
sampah
e. Riwayat psikososial
1) Bahasa yang di gunakan:
klien mengatakan bahwa bahwa bahasa sehari hari klien
menggunakan bahasa jawa dan Indonesia
2) Organisasi di masyarakat
klien mengatakan mengikuti organisasi seperti gotong royong.
3) Sumber dukungan di masyarakat:
Klien mengatakan mendapatkan respon baik dan dukungan dari
masyarakat sekitar
4) Suasana hati:
Pasien mengatakan suasana hati saat ini sedih mengenai penyakit
yang dideritanya
5) Tingkat perkembangan:
Klien pada tingkat perkembangan lansia
f. Pemeriksaan
fisik TD :142
/83 N:80
S:36,5
78
1) Kepala
Inspeksi: bentuk kepala simetris, tidak ada lesi, kebersihan
rambut terjaga, warna rambut hitam putih, distribusi rambut
merata.
Palpasi: tidak ada massa, tidak ada lesi dan tidak ada nyeri
tekan.
2) Mata
Inspeksi: kedua bentuk mata simetris, konjungtiva anemis,
respon cahaya pupil baik, terdapat benjolan dibawah mata
sebelah kiri di area pipi. Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan pada
area mata ataupun dibenjolan tersebut
3) Hidung
Pada saat penulis melakukan pengkajian inspeksi : hidung
tampak simetris dengan bentuk yang normal, tidak adanya polip,
tidak adanya pernafasan cuping hidung serta tidak adanya
secret. Palpasi: saat di palpasi tidak adanya pembesaran, tidak
adanya nyeri saat ditekan.
4) Telinga
inspeksi: telinga tampak simetris dengan dua belah telinga
disisi kanan dan kiri. Terdapat serumen di dalam telinga tidak
ada jejas dan lesi. Palpasi : saat dipalpasi tidak adanya nyeri
saat ditekan
5) Mulut dan tenggorokan
inspeksi : tampak bibir tidak simetris ,bibir merot ke kanan
Palpasi : saat dipalpasi tidak adanya pembesaran, tidak adanya
nyeri
6) Leher
Inspeksi bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, dan kelenjar vena jugularis. Palpasi tidak terdapat nyeri
tekan pada area leher.
79
7) Kelenjar Linfe
Inspeksi tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe. Palpasi tidak
terdapat nyeri tekan pada kelenjar limfe
8) Paru-Paru
inspeksi : dada tampak simetris, tidak ditemukan jejas dan lesi
pada permukaan dada klien. Auskultasi: terdengar suara
vesikuler pada paru, RR 20 Kali permenit Palpasi : saat
dilakukan palpasi tidak adanya nyeri saat ditekan. Perkusi :
tidak adanya pembesaran atau kelainan paru, suara paru saat
dilakukan perkusi vesikular tampak jernih dan tidak putus-putus.
9) Jantung
pengkajian inspeksi : tidak adanya jejas dan lesi disekitar area
dada klien, tidak adanya nyeri. Tekanan darah 142/83mmHg.
Palpasi : tidak adanya nyeri saat dilakukan palpasi. Auskultasi :
tidak adanya bunyi tambahan s3 dan s4, bunyi jantung normal s1
dan s2. Perkusi : tidak adanya pembesaran organ, suara perkusi
jantung dullnes
10) Abdomen/perut
Inspeksi: bentuk perut datar, tidak terdapat lesi.
Auskultasi: terdengar bising usus 14 kali
permenit. Perkusi: terdengar suara timpani.
Palpasi: tidak ada massa, cubitan pada perut kembali cepat < 2
detik.
11) Eliminasi bowel
Di rumah : buang air besar kira kira 2 hari sekali diwaktu
yg kadang pagi dan malam hari. Buang air besar klien dengan
fases yang padat dan berwarna kuning.
Di rumah sakit : klien mengatakan buang air besar normal
1kali sehari dalam sehari
12) Ekstremitas atas
ekstremitas atas : tangan kiri m a s i h b i s a
d i g e r a k k a n , dan tangan kanan masih dapat
bergerak. Ekstermitas bawah:
Kaki kiri dan kanan masih bisa di gerakkan tapi berjalan
80
sempoyongan , tidak ada lesi, dan tidak ada edema.
13) Tonus Otot
5555 5555
4444 4444
g. Data penunjang
1) Laboratarium
Hasil pemeriksaan kimia klinik tanggal 22 November 2023
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Glukosa darah 260 Mg/dl 80-160
sewaktu
Ureum 43 Mg/dl 15-39
Creatinim 1,1 Mg/dl L:0,6-1,3,p:0,5-11
magnesium 1 Mg/dl 0.74-0.99
h. Pengobatan
Obat Dosis Rute
1. Analisa Data
Setelah dilakukan pengkajian pada tangal 22 November 2023, maka di lakukan
analisa data sebagai berikut :
a. Data subjektif :Klien mengatakan tidak terasa pusing, tidak adanya mual
muntah. klien mengatakan berjalan sempoyongan ,mulut merot.
Data objektif : Klien tampak memiliki kesadaran compos mentis berbicara
dengan jelas. Tekanan darah142 / 83mmHg.
Masalah Keperawatan : Resiko perfusi selebral tidak efektif berhubungan
dengan penurunan sirkulasi darah ke otak.
b. Data subjektif : keluarga klien mengatakan tidak dapat menggerakan anggota
tubuhnya diarea tangan kiri dan kaki kiri.
Data objektif : tampak ekstremitas atas, tangan kiri terdapat kelemahan otot
tidak dapat digerakan, dan tangan kanan masih dapat bergerak . kaki kiri tidak
dapat bergerak dan kaki kanan dapat digerakan.
Tonus otot :
5555 5555
4444 4444
Masalah keperawatan : gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
gangguan neuromuskular.
83
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengumpulan data, dapat disimpulkan masalah – masalah .
Tn.S yaitu sebagai berikut :
a. Resiko perfusi jaringan serebral berhungan dengan penurunan sirkulasi darah ke
otak
Data subjektif :Klien mengatakan tidak terasa pusing, tidak adanya mual
muntah. klien mengatakan berjalan sempoyongan dan mulut merot.
Data objektif : Klien tampak memiliki kesadaran compos mentis berbicara
dengan jelas. Tekanan darah142 / 83mmHg.
Data subjektif :Klien mengatakan tidak terasa pusing, tidak adanya mual muntah.
klien mengatakan berjalan sempoyongan ,mulut merot
Data objektif : Klien tampak memiliki kesadaran compos mentis,dari hasil MSCT stroke infark.
85
(1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan perfusi jaringan
serebral kembali normal
2) Kriteria hasil
a) Dapat mempertahankan tingkat kesadaran, fungsi kognitif dan
motorik atau sensorik membaik.
b) Menunjukan tanda-tanda vital yang stabil mis, tekanan darah 120/80 mmhg
c) Tidak kekambuhan defisit (sensori,bahasa, intelektual dan emosi).
3) Rencana tindakan
Manajeman peningkatan tekanan intrakanial (siki)
Observasi
a) Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK.
b) Monitor tekanan darah
c) Monitor tingkat kesadaran
d) Monitor status pernapasan
e) Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
Terapeutik
a) Berikan posisi semi fowler
b) Pertahankan suhu tubuh normal
c) Kolaborasi pemberian terapi obat
86
Action :
a) Memonitor tanda dan gejala peningkatan TIK dengan cara dilakukannya
pengkajian pada klien dan dilakukannya pengukuran tanda-tanda vital.
Evaluasi (SOAP)
Data subjektif :Klien mengatakan tidak terasa pusing, tidak adanya mual
muntah.Keluarga klien mengatakan klien berjalan sempoyongan,mulut merot.
Data objektif : Klien tampak memiliki kesadaran compos mentis. Tekanan
darah126 /80 mmHg.
Planning : intervensi dilanjutkan
a) Monitor tanda dan gejala peningkatan tik, serta mengukur tanda tanda vital
klien.
b) Berikan posisi semi fowler menggunakan bantal yang lebih lembuh dan
empuk.
c) Kolaborasi pemberian terapi obat
d) Minimalkan aktivitas yang memicu keributan dengan
menyediakan lingkungan yang tenang.
88
Data objektif : tampak ekstremitas atas, tangan kiri dapat digerakan, dan
tangan kanan masih dapat bergerak . berjalan sempoyongan
b. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 diharapkan , Klien
mampu melaksanakan aktivitas fisik
sesuai dengan kemampuannya.
2) Kriteria hasil
a) Pergerakan ekstremitas kekuatan otot rentang gerak (ROM)
meningkat.
b) Klien tidak mengeluhkan nyeri.
c) Cemas klien menurun
d) Tidak adanya kaku sendi
3) Rencana tindakan
Observasi
mobilisasi Terapeutik
a) Fasilitasi melakukan pergerakan ROM (Range of motion
b) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatan pergerakan
c) .Fasilitasi melakukan pergerakan jika perlu
d) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
90
Edukasi
Data objektif : tampak ekstremitas atas, tangan kiri dapat digerakan, dan tangan
kanan masih dapat bergerak . berjalan sempoyongan
Action :
a) Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi.
b) Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
misalnya duduk dari tempat tidur, saat berbaring dapat miring
kanan dan miring kiri
c) Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
d) Menfasilitasi melakukan pergerakan yang dilakukan
klien
91
Evaluasi (SOAP)
Data subjektif : keluarga klien mengatakan dapat menggerakan anggota
tubuhnya
Edukasi
93
Action
a) Memonitor serta memantau kemandirian k l i e n .
b) Mendampingi serta membantu Tn.S dalam melakukan
aktivitas.
Evaluasi (SOAP)
94