DI SUSUN OLEH :
116076
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke menjadi salah satu masalah kesehatan utama bagi masyarakat. Hampir di
seluruh dunia stroke menjadi masalah yang serius dengan angka morbiditas dan
fisik dan mental serta kematian, baik pada usia produktif maupun lanjut usia
Stroke dapat dibedakan menjadi dua yaitu Stroke Hemoragik dan Stroke Non
Hemoragik (stroke iskemik). Stroke Non Hemoragik adalah stroke yang terjadi
sebagian atau keseluruhan terhenti. Hampir 83% pasien mengalami stroke jenis
ini. Stroke Non Hemoragik dibedakan menjadi tiga yaitu Stroke Trombotik
adalah pembuluh arteri yang tertutup oleh bekuan darah. Hipoperfusion Sistemik
adalah gangguan denyut jantung yang disebabkan oleh aliran darah ke seluruh
penduduk umur >15 tahun sebesar 10,9%, atau diperkirakan sebanyak 2.120.362
Beberapa faktor risiko yang menyebabkan tingginya angka kejadian stroke non
hemoragik adalah faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia, ras, gender,
genetik, dan riwayat Transient Ischemic Attack sedangkan faktor yang dapat
Surakarta, sebagian besar pasien stroke non hemoragik atau stroke iskemik
Gejala yang timbul akibat stroke non hemoragik adalah nyeri kepala hebat secara
tiba-tiba, kehilangan keseimbangan, rasa kebas atau kesemutan pada satu sisi
tubuh, dan mengalami kelemahan otot pada satu sisi tubuh (Sari et al., 2016).
mobilitas fisik. Gangguan mobilitas fisik dapat ditegakkan pada pasien stroke
non hemoragik dikarenakan adanya tanda gejala mayor seperti mengeluh sulit
mobilitas fisik menurut PPNI (2018) adalah monitor frekuensi jantung dan
Dari data diatas menunjukkan bawah stroke non hemoragik dapat disebabkan
pada otak dan mengakibatkan iskemik pada jaringan otak. Iskemik pada jaringan
dan gangguan pada aktivitas sehari-hari. Maka dari itu penulis tertarik membuat
laporan kasus yang berjudul “Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Pada Tn. S
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
non hemoragik
C. Manfaat
Laporan kasus ini dapat digunakan sebagai acuan perawat untuk menambah
3. Pelayanan Pasien
Laporan kasus ini dapat menjadi acuan perawat dalam memberikan asuhan
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Stroke adalah penyakit atau gangguan otak akut fokal maupun global akibat
otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan
2. Etiologi
sebagai berikut :
biasanya TIA dapat ditangani, namun apabila sampai tiga jam juga
mengalami infark.
fungsi kontrol otak. Genangan darah bisa terjadi pada otak sekitar
hemorage) bila ini terjadi stroke bisa sangat luas dan fatal bahkan
yang sudah rapuh (aneurisma). Pembuluh darah yang sudah rapuh ini,
akibat tertimbun plak atau arteriosklerosis akan lebih parah lagi apabila
4. Patofisiologi
yang memberi vaskularisasi pada otak atau oleh emboli dari pembuluh darah
diluar otak yang tersangkut di arteri otak. Saat terbentuknya plak fibrosis
Trombus dan emboli di dalam pembuluh darah akan terlepas dan terbawa
berkurangnya aliran darah yang menuju ke otak sehingga sel otak akan
menjadi dua, yaitu pada arteri serebral anterior dan arteri serebral media
defisit neurologis yang bersifat akut. Tanda dan gejala stroke antara lain
nervus VII (fasialis) dan nervus XII (hipoglosus) yang bersifat sentral,
adanya kerusakan pada salah satu sisi otak, akan menyebabkan hemiparesis.
kontralateral, yaitu jika kelemahan otot terjadi pada sisi tubuh yang
Area Broca merupakan bagian dari otak manusia yang terletak di gyrus
frontalis superior pada lobus frontalis korteks otak besar. Area ini berperan
stroke non hemoragik yang mengalami gangguan pada area Broca dapat
mengalami afasia. Afasia dapat diartikan suatu keadaan pada pasien yang
Selain terjadi afasia penderita stroke biasanya juga akan mengalami disfagia
area otak yang mengatur fungsi menelan. Gangguan juga bisa terjadi bila
dapat timbul dari gangguan menelan adalah risiko defisit nutrisi (Brunner &
Suddarth, 2013).
5. Pathway
Hipoksia
Disatria, afasia,
Disfagia
amourasis fulgaks
Hemiplegia Hemiparesis
GANGGUAN
GANGGUAN KOMUNIKASI
RESIKO GANGGUAN MOBILITAS RISIKO DEFISIT
VERBAL
INTEGRITAS KULIT/ FISIK NUTRISI
JARINGAN
Menurut Sari et al (2016) gejala dan tanda stroke sering muncul secara tiba-
tiba dan cepat. Beberapa gejala stroke antara lain sebagai berikut :
e. Kesulitan bicara secara tiba-tiba, mulut terlihat tertarik ke satu sis atau
perot
f. Kehilangan keseimbangan
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto Thorax
memperburuk prognosis.
b. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
c. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
intrakranial.
d. CT Scan
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya
secara pasti.
e. MRI
perdarahan otak.
f. EEG
8. Komplikasi
b. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
diberikan dalam 48jam, nutrisi oral hanya boleh diberikan setelah tes
fungsi menelan baik. Bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran
stabil, control buang air besar dan kecil, pemeriksaan penunjang lain,
b. Penatalaksanaan Keperawatan
(ROM)
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
b. Keluhan utama
nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain
f. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran
soporo coma, hingga coma dengan GCS < 12 pada awal terserang
2) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
b) Nadi
c) Pernapasan
d) Suhu
stroke
3) Rambut
4) Wajah
Tidak semetris, wajah pucat. Pada pemeriksaan nervus V
pasien coma, ketika diusap kornea mata dengan kapas halus klien
5) Mata
biasanya luas pandang baik 90⸰, visus 6/6. pada nervus III
dan anisokor, palpebra dan refleks kedip dapat dinilai jika pasien
kanan.
6) Hidung
ada yang bisa menyebutkan bau yang diberikan perawat namun ada
juga yang tidak, dan biasanya ketajaman penciuman antara kiri dan
kanan berbeda dan pada nervus VIII ( akustikus) : pada pasien yang
tidak lemah anggota gerak atas, dapat Melakukan keseimbangan
dan kanan, bibir simetris, dan dapat menyebutkan rasa manis dan
berbicara.
8) Telinga
Daun telinga kiri dan kanan sejajar titik pada pemeriksaan nervus
hanya dapat mendengar jika suara keras dan dengan artikulasi yang
jelas.
9) Leher
10) Thorak
a) Paru-paru
b) Jantung
11) Abdomen
12) Ekstremitas
a) Atas
reflek, saat siku diketuk tidak ada respon apa-apa dari siku,
(+).
2. Diagnosa Keperawatan
otot
neuromuskular
3. Intervensi Keperawatan
kekuatan otot
Tindakan :
Observasi
1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
ambulasi
Terapeutik
ambulasi
Edukasi
Tindakan :
Observasi
Terapeutik
sensitif
Edukasi
luar rumah
neuromuskular
Tindakan :
Observasi
dengan bicara
bicara
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis
teratasi,
Tindakan :
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
SOAP, yaitu :
A. Pengkajian
RS pada tanggal 08 September 2020 dan dilakukan pengkajian pada pukul 12.00
WIB. Diagnosa medis yang ditetapkan pada Tn. S adalah Cerebral Infarction.
(jalan napas) tidak mengalami sumbatan jalan napas, dan tidak terdapat sekret.
Breathing pada saat di inspeksi gerakan dada simetris, tidak terdapat retraksi otot
dapatkan vocal fremitus kanan dan kiri seimbang, saat di perkusi di dapatkan
bunyi pernapasan sonor, dan pada saat dilakukan auskultasi tidak terdapat suara
napas tambahan. Yang ketiga circulation, di dapatkan data tekanan darah 150/90
mmHg, Nadi 80 x/menit, suhu 37, pernapasan 20 x/menit, akral hangat. Yang
hemiparesisi pada kaki kiri. Yang ke lima pada pengkajian eksposure, tidak
Pada pengkajian sekunder, didapatkan keluhan utama Tn. S mengatakan kaki kiri
sulit di gerakan. Tn. S mengatakan kaki kirinya tiba-tiba saja terasa berat dan
kesehatannya di klinik nilai GDS mencapai 300 mg/dL, dan Tn. S mengatakan
keluarga nya tidak ada yang menderita penyakit menular, dan penyakit
keturunan.
GDS 223 mg/dL, terdapat kelemahan pada kaki kiri dengan nilaikekuatan otot 2
yang artinya hanya mampu bergeser saja. Terapi yang didapatkan oleh Tn. S
antara lain infus RL 20 tpm, injeksi brainact 2x1 gr, injeksi esomax 1x1 gr,
pada nucleus caudatus anterior, capsula eksterna, crus anterior - crus posterior -
23,5 %.
B. Diagnosa Keperawatan
otot. Masalah keperawatan ini dapat muncul dengan didapatkan data subyektif,
Tn. S mengatakan kaki sebelah kiri tidak bisa digerakan. Data obyektif
didapatkan tekanan darah 150 mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi 20 x/menit,
akral hangat, dan kekuatan otot pada kaki kiri bernilai dua.
menjadi 5), rentang gerak ( ROM) meningkat ( dari 3 menjadi 5). Intervensi
frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambul monitor kondisi
dilakukan.
kirinya tidak bisa digerakkan, pasien bertanya tentang tujuan ambulasi dini
dan pengertian tentang ROM. Data objektif yang didapatkan yaitu tekanan
kekuatan otot pada kaki kiri bernilai 2, pasien juga mengatakan sudah
mengerti tentang tujuan ambulasi dini dan pengertian ROM. Hasil evaluasi
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
halaman rumahnya pada pukul 06.00 WIB. Kaki sebelah kiri pasien tidak
bisa digerakan yang disebabkan karena adanya trombus/ emboli pada otak
mobilitas fisik, yang artinya keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau
lebih ekstremitas secara mandiri. Yang didukung engan tanda gejala mayor
2018). selain itu juga bisa memberikan tindakan keperawatan latihan ROM
maupun pasif (Perry & Potter, 2010). Tujuan dilakukannya ROM (Range Of
kirinya tidak bisa digerakkan, pasien bertanya tentang tujuan ambulasi dini
dan pengertian tentang ROM. Data objektif yang didapatkan yaitu tekanan
kekuatan otot pada kaki kiri bernilai 2, pasien juga mengatakan sudah
PENUTUP
A. Simpulan
1. Pengkajian pada analisis data yang penulis lakukan sudah sesuai dengan
teori tang ada serta tidak ada kesenjangan antara kondisi yang dialami
pasien dengan teori. Pengkajian berfokus pada pasien stroke non hemoragik
3. Intervensi yang telah disusun oleh penulis sudah sesuai dengan diagnosa
yang muncul dan kondisi pasien saat itu. Intervensi yang telah ditetapkan
sudah sesuai dengan teori yang ada, meliputi tujuan harus SMART, terdapat
2. Bagi Mahasiswa
3. Bagi Pasien
Brunner, & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Kemenkes RI 2019.
https://doi.org/10.23917/biomedika.v5i2.264
Sari, W., Indrawati, L., & Dewi, C. S. (2016). STROKE : Cegah dan Obati Sendiri
Suzanne, C., Smeltzer, & Bare, B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medical
Bedah Volume 3 - Brunner dan Suddarth. EGC.
Wardhana, A. W. (2011). Strategi mengatasi & bangkit dari stroke. Pustaka Pelajar.