KTI
Nurilla Tunisa
NIM. P1337420515048
KTI
Nurilla Tunisa
NIM. P 1337420515048
i
ii
iii
iv
PRAKATA
atas rahmat dan karunia serta hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan laporan
kasus tentang “Asuhan Keperawatan Fraktur Ekstremitas Bawah Pada Sdr. K dan
penulisan ini dapat diselesaikan berkat adanya dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
5. Bapak Slamet Yuwono dan Ibu Sumarti, orang tua saya tercinta yang selalu
mendukung secara moral dan materi dan mendoakan saya setiap waktu
tanpa kenal lelah, terima kasih untuk semua kasih sayang yang telah
v
6. Kakak tercinta saya, Usamah Fuadi, Widyaning Purwandari, Danu Yuli
Kurniawan, dan Viarika Nur Airin, untuk segala dukungan moral serta
materi.
Husain Suryo Atmojo, dan M. Rezky Irvan Arfiansyah yang selalu ada saat
Penulis berharap, semoga proposal kasus ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak, khususnya untuk pengelolaan klien dengan fraktur yang mengalami masalah
kecemasan. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan karya ilmiah pada masa
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN.......................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................... iv
KATA PENGANTAR............................................................................................. v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ..............................................................1
B. BATASAN MASALAH................................................................................8
C. RUMUSAN MASALAH...............................................................................8
D. TUJUAN PENULISAN.................................................................................8
1. Tujuan Umum...........................................................................................8
1. Definisi ...................................................................................................11
3. Klasifikasi ...............................................................................................14
4. Etiologi ...................................................................................................19
vii
5. Manifetasi Klinis ....................................................................................21
6. Patofisiologi............................................................................................22
7. Pathways .................................................................................................26
8. Komplikasi Fraktur.................................................................................27
9. Penatalaksanaan......................................................................................29
1. Definisi ...................................................................................................34
1. Pengkajian ..............................................................................................43
2. Diagnosa .................................................................................................52
5. Evaluasi ..................................................................................................56
viii
G. Pengumpulan Data .......................................................................................60
A. HASIL .......................................................................................................... 65
B. PEMBAHASAN........................................................................................... 91
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................108
A. SIMPULAN ...............................................................................................108
B. SARAN ......................................................................................................110
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Kemajuan zaman yang serba canggih, cepat dan modern ini, membuat
bidang. Namun, mobilitas yang serba cepat ini menimbulkan banyak risiko
yang serius salah satunya kepadatan lalu lintas yang kian meningkat. Hal ini
muskuloskeletal.
Salah satu masalah yang terjadi adalah fraktur atau patah tulang. Fraktur
mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Penyebab fraktur yang paling
sering yaitu akibat dari kecelakaan lalu lintas. Mobilitas yang tinggi dan faktor
Kecelakaan lalu lintas menewaskan hampir 1,3 juta jiwa di seluruh dunia atau
3000 kematian setiap hari dan menyebabkan cedera sekitar 6 juta orang setiap
1
2
Menurut Suratun, dkk, (2008) masalah yang sering muncul segera setelah
operasi, pasien telah sadar dan berada di ruang perawatan dengan edema atau
kemampuan untuk ambu lasi dan berjalan karena luka bekas operasi dan luka
bekas trauma. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat nyeri dengan
tingkat kecemasan pada pasien dengan fraktur tulang panjang. Selain nyeri
pada pasien.
aktivitas pasca bedah, nyeri pasca bedah ortopedi berada pada skala 4 sampai
kegelisahan. Kecemasan terbagi menjadi dua yaitu state anxiety dan trait
3
anxiety. State Anxiety adalah gejala kecemasan yang timbul apabila seseorang
kecemasan yang menetap pada diri seseorang dan merupakan pembeda antara
aspek emosional pasien dengan fraktur pada saat pre dan post operasi.
penderita tidak dapat bekerja dan beraktivitas secara normal. Kecemasan yang
post operasi dan tidak teratasi dengan baik, maka akan berpengaruh pada
dan tidak diatasi dengan baik akan berpengaruh pada proses rehabilitasi. Hal
Menurut data yang diakses dari website resmi Korlantas Polri pada hari
Jumat tanggal 27 Oktober 2017, sampai saat ini tercatat ada 24.921 total
1.061 orang, korban luka berat 27 orang, dan korban luka ringan sejumla h
4
dan Pengembangan Depkes tahun 2013 di Indonesia terjadi kasus fraktur yang
disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan
orang untuk semua umur. Adapun responden yang pernah mengalami cedera
84.774 orang dan tidak cedera 942.984 orang. Proporsi cedera patah tulang atau
Tengah prevalensi kasus fraktur pada tahun 2013 sebanyak 305 kasus (6,2%)
Menurut data yang diambil dari bagian Rekam Medik RSUD Kabupaten
ekstremitas bawah sendiri tercatat ada 150 kejadian dengan berbagai jenis
fraktur ekstremitas bawah. Dapat dilihat, 57% dari total kejadian fraktur di
ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2016 yang tercatat ada 212 kejadian
fraktur.
stres psikologis dalam bentuk cemas. Thomas & D’Silva (2012) mencatat 87%
dari 60 orang yang mengalami fraktur ekstremitas bawah dan menjalani operasi
5
kecemasan pasien pre operasi pada 21 responden dengan hasil pasien yang
pendidikan perioperatif termasuk ambu lasi dini dan bagaimana pengaruh nyeri
membuat Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan pada Fraktur
psikologis pasien terkait gejala yang dirasakan pasien. Setelah itu mengajarka n
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Arina Maliya dengan judul
mengalami cemas sedang. Uji beda tingkat kecemasan dengan terapi musik
Uji beda tingkat kecemasan dengan terapi murottal diperoleh nilai t terhitung,
sebesar 10,920 (p : 0,000 < 0,05) sehingga Ho ditolak artinya pemberian terapi
kecemasan dengan terapi musik dan murotal diperoleh nilai t terhitung, sebesar
terapi musik.
yang dialami pasien dengan fraktur ini masih belum terlalu diperhatikan oleh
emosional pasien pun perlu dikaji dan selanjutnya ditangani agar proses
B. BATASAN MASALAH
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan pada
C. RUMUSAN MASALAH
D. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Temanggung
Temanggung
9
Temanggung
Temanggung
E. MANFAAT PENULISAN
1. Secara Teoretis
2. Secara Praktis
kecemasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. FRAKTUR
1. Definisi
tenaga fisik (Noor, 2016). Menurut Syamsuhidayat & Wim (2014), fraktur
menurut Price & Wilson (2006) menyebutkan bahwa fraktur adalah patah
tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan
dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri dan jaringa n
disebabkan oleh trauma fisik, rudapaksa, atau tekanan pada tulang, dan
Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat
badan, dan otot menyusun kurang lebih 50%. Kesehatan dan baiknya
otak, jantung, dan paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat
kalsium, fosfor, magnesium, dan fluor. Lebih dari 99% kalsium tubuh total
terdapat dalam tulang. Sumsum tulang merah yang terletak dalam tulang
menghasilkan sel darah merah dan putih dalam proses yang dinamaka n
meliputi: tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, tulang tak beraturan,
tulang sesamoid, dan tulang sutura. Bentuk tulang panjang biasanya relatif
panjang silinder. Tulang panjang bisa ditemukan di lengan, paha, kaki, jari
tangan dan kaki. Bentuk tulang pendek menyerupai bentuk kotak yang
terdapat seperti pada tulang-tulang karpal dan tarsal. Bentuk tulang pipih
tipis dan permukaannya paralel. Contoh tulang pipih adalah pada atap
13
permukaan luas untuk melekatnya suatu otot. Bentuk tulang tak beraturan
tulang ini adalah tulang belakang. Tulang sesamoid berbentuk kecil, tipis,
dan seperti biji-bijian. Contoh tulang ini adalah patela. Sementara tulang
sutura berbentuk kecil, tipis, tidak beraturan, dan tersebar di antara tulang
3. Klasifikasi
berikut :
kulit, integritas kulit masih utuh. Kulit tidak ditembus oleh fragme n
jaringan subkutan.
merupakan fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan
menjadi :
yang ekstensif
lainnya membengkak.
16
Menurut Noor (2016), fraktur ini tidak stabil dan cukup sulit
diperbaiki.
tulang belakang).
13) Avulsi, fraktur karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya
pada tulang.
menjauh)
1) 1/3 proksimal
2) 1/3 medial
3) 1/3 distal
18
Gambar 2.4. Fraktur berdasarkan posisi patah Gambar 2.5. Fraktur berdasarkan pergeseran
19
4. Etiologi
Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur
c. Kekerasan akibat tarikan otot. Patah tulang akibat tarikan otot sangat
(Wijaya (2013).
kontraksi otot ekstremitas, organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya
yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang. Tulang bersifat
relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
dapat patah pada tempat yang terkena, dan jaringan lunak juga akan
20
tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang
Pada tulang, dapat terjadi retak. Seperti halnya pada logam dan benda
ini paling sering ditemukan pada tibia, fibula, atau metatarsal, terutama
pada atlet, penari, dan calon tentara yang berbaris dalam jarak jauh.
c. Fraktur patologik
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah
(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada
penyakit paget).
21
5. Manifestasi Klinis
warna (Smeltzer 2002 dalam Lukman 2009). Gejala fraktur adalah rasa
fragmen tulang.
tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa
6. Patofisiologi
anak-anak dan dewasa muda. Apabila tulang melemah, patah tulang dapat
terjadi hanya akibat trauma minimal atau tekanan ringan. Sewaktu tulang
hebat timbul setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulas i
dan pembersihan sisa – sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk
apabila hematom fraktur atau kalus rusak sebelum tulang sejati terbentuk
atau apabila sel-sel tulang baru rusak selama proses kalsifikasi dan
tulang yang patah dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung
a. Pembentukan Hematoma
persediaan darah, akan mati sepanjang satu atau dua milimeter. Sel-
sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan
b. Proliferasi Seluler
Pada stadium ini terjadi proliferasi dan diferensiasi sel menjadi fibro
fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah
c. Pembentukan Kallus
osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai
mengabsorpsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan
tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada
d. Konsolidasi
tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses
yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat
e. Remodeling
25
Masalah yang muncul pada pasien dengan fraktur tidak hanya masalah
7. Pathways
Trauma Kondisi patologis
Fraktur
Diskontinuitas Kerusakan
Perdarahan Inflamasi
tulang jaringan
Tindakan pembedahan
Ansietas
8. Komplikasi Fraktur
a. Komplikasi awal
1) Kerusakan arteri
2) Kompartement syndrome
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan
terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel
tachypnea demam.
4) Infeksi
28
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
5) Avaskuler nekrosis
6) Shock
1) Delayed Union
2) Nonunion
kurang.
3) Malunion
9. Penatalaksanaan
a. Rekognisi
b. Reduksi
(Muttaqin, 2008).
(Muttaqin, 2008).
d. Rehabilitasi
kembali. Dalam fase ini, pasien harus diyakinkan bahwa ambu lasi
a. Penatalaksanaan konservatif
1) Proteksi
31
konsolidasi radiologis.
adalah:
dipertahankan
imobilisasi.
c) Terdapat fraktur yang tidak stabil dan oblik; fraktur spiral atau
b. Penatalaksanaan pembedahan
dengan K-Wire.
yaitu:
olekranon patella.
radius dan ulna disertai mal posisi yang hebat (fraktur yang tidak
stabil).
1. Definisi
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini
menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang disertai gejala fisiolo gis
2. Tingkat Kecemasan
kegelisahan. Kecemasan terdiri dari dua jenis yaitu state anxiety dan trait
(Carducci, 2009).
a. Ansietas ringan
dan kreativitas.
b. Ansietas sedang
perhatian segera.
c. Ansietas berat
36
perhatian pada yang detail, tidak yang lain. Semua perilaku ditujuka n
d. Panik
tersinggung
Generalized Anxiety Disorder. Secara klinis selain gejala cemas yang biasa,
1) Gemetar
37
2) Tegang
3) Letih
5) Kening berkerut
6) Muka tegang
7) Gelisah
1) Berkeringat berlebihan
2) Jantung berdebar-debar
3) Rasa dingin
(apprehensive expectation)
orang lain
d. Kewaspadaan berlebihan
1) Sukar konsentrasi
2) Sukar tidur
3) Tidak sabar
38
(somatik) pada setiap orang tidak sama. Dalam arti tidak seluruhnya gejala
itu harus ada. Bila diperhatikan gejala-gejala kecemasan ini mirip dengan
orang yang mengalami stres, bedanya bila pada stres didominasi gejala fisik
a. Respons fisiologis
1) Kardiovaskuler
2) Pernafasan
3) Neuromuskuler
4) Gastrointestinal
5) Tractus Uriarius
6) Kulit
b. Respons Perilaku
c. Respons Kognitif
kontrol, takut pada gambaran visual dan takut pada cedera atau kematian.
d. Respons Afektif
angka/nomor yang terdiri dari angka 1-10 dengan penilaian dari garis
perasaan cemas yang dialami saat itu (Elkins, et al, 2004). Pengukuran
dengan NVAAS (Numeric Visual Analog Anxiety Scale) pada nilai nol
dikatakan tidak ada kecemasan, nilai 1-3 dikatakan sebagai cemas ringan,
nilai antara 4-6 cemas sedang, diantara 7-9 cemas berat, dan 10 dianggap
alat ukur yang cukup reliabel untuk digunakan pada pengukuran cemas
(Davey, 2005).
Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing- mas ing
masing kelompok gejala diberi penilaian angka antara 0-4 yang artinya
tidak ada gejala, gejala ringan, gejala sedang, gejala berat, dan gejala berat
6. Penatalaksanaan kecemasan
a. Penatalaksanaan Farmakologi
2005).
1) Distraksi
2) Relaksasi
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
nomor registrasi.
b. Keluhan Utama
berjalan karena luka bekas operasi dan luka bekas trauma. Pasien merasa
Pada pasien fraktur atau patah tulang dapat disebabkan oleh trauma atau
yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan
(Wahid, 2013).
f. Riwayat psikososial
45
yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa,
yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar
3) Pola eliminasi
begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses
pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji
ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak. Biasanya salah satu tanda
hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur pasien. Selain
5) Pola aktivitas
banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah
Tingkat Kategori
Aktivitas/Mobilisasi
0 Mampu merawat diri sendiri secara
penuh
distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul ganggua n.
juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur yang mungkin membuat pasien
merasa cemas.
keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami pasien. Selain itu
lama perkawinannya.
Pada pasien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu
h. Pemeriksaan Fisik
seperti :
maupun bentuk.
2) Secara sistemik
a) Integumen
b) Sirkulasi
pembedahan ORIF).
c) Pernafasan
e) Eliminasi
aktivitas
f) Integritas Ego
g) Higiene
h) Neuromuskuler
Skala Karakteristik
0 Paralisis sempurna
i) Keamanan
j) Interaksi Sosial
i. Pemeriksaan Diagnostik
jaringan lunak.
ginjal.
a. Definisi
otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
b. Batasan karakteristik
1) Perilaku
a) Gelisah
b) Insomnia
hidup
2) Afektif
b) Gelisah
c) Ketakutan
e) Sangat khawatir
3) Fisiologis
a) Gemetar
b) Peningkatan keringat
c) Peningkatan ketegangan
d) Tremor
e) Wajah tegang
4) Simpatis
a) Gangguan pernapasan
b) Jantung berdebar-debar
c) Kedutan otot
d) Lemah
h) Vasokonstriksi superfisial
i) Wajah memerah
5) Parasimpatis
c) Letih
6) Kognitif
a) Gangguan perhatian
b) Melamun
1) Ancaman kematian
6) Stresor
(NANDA, 2015)
b. Berada di sisi pasien untuk meningkatkan rasa aman dan mengura ngi
ketakutan
secara verbal
(Bulechek, 2013)
(Moorhead, 2013)
Pengurangan kecemasan
keperawatan paliatif
5. Evaluasi Ansietas
a. Pasien dapat menyampaikan tidak ada kecemasan, rasa takut, dan rasa
c. Vital sign pasien dalam batas normal, postur tubuh, ekspresi wajah,
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
masalah penting dalam kasus yang dipilih yaitu asuhan keperawatan pada
B. Subjek Penelitian
sampai sedang
menjadi responden
C. Fokus Studi
D. Definisi Operasional
E. Instrumen Penelitian
kepada pasien dan dibantu dengan melihat beberapa data dari data
SOP yaitu SOP latihan nafas dalam pada pre dan post operasi, SOP
G. Pengumpulan Data
berikut:
1. Wawancara
2. Observasi langsung
mengamati perilaku verbal dan non verbal pasien dilihat dari cara
3. Pemeriksaan fisik
apakah ada hasil yang tidak normal, dan apakah itu dipengaruhi oleh
4. Studi dokumentasi
pasien sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Lalu data disajikan
secara narasi dan juga dengan ungkapan verbal dari subjek penelitia n
I. Etika Penelitian
penelitian.
diskriminasi walau pasien drop out dari studi kasus). Subjek harus
(Nursalam, 2008).
BAB IV
A. HASIL
Pada bab ini akan membahas tentang hasil dari studi kasus
Sdr. K dilakukan pada tanggal 8-11 Januari 2018 di ruang Cempaka 1 RSUD
1. Pengkajian
Pasien I
pasien.
b. Riwayat Keperawatan
WIB.
c. Riwayat Kesehatan
sakit pada paha kiri dan setelah kejadian tersebut pasien dibawa
Pasien mengatakan takut jika tidak bisa sembuh lagi dan tidak
4) Riwayat Alergi
5) Riwayat Psikososial
sakit.
makan pada hari Minggu tanggal 7 Januari 2018 jam 17.00 WIB.
tidak tahu maksud dari instruksi perawat untuk puasa. Saat ini
berat badan pasien 60 kg, tinggi badan 163 cm, IMT 22,5 kg/m2 .
g/dL, Hct 45%. Mukosa bibir pasien tampak kering, warna pucat.
3) Pola eliminasi
karena takut turun dari tempat tidur dan takut sakit pada paha
merasa sakit pada daerah patah tulang yaitu di paha dan merasa
5) Pola aktivitas
terasa kesemutan.
menikah.
yang membuat ia takut tentunya ialah kondisi frakturnya saat ini dan
Pasien mengatakan takut tidak bisa sembuh seperti sedia kala lagi.
yang akan dijalani pasien. Pasien Sdr. K menjawab hanya diberi tahu
berada pada angka 5 dari 0 sampai 10, yang artinya berada pada
f. Pemeriksaan fisik
berwarna hitam, berminyak, rambut tidak tertata rapi, dan ada sedikit
ketombe. Mata pasien simetris antara kiri dan kanan, pupil isokor,
tidak ada lesi, tidak ada polip, dan tidak menggunakan alat bantu
kiri dan kanan. Ada sedikit serumen, dan tidak menggunakan alat
bantu pendengaran.
hasil inspeksi: ekspansi dada simetris, maksimal, tidak ada jejas atau
lesi di daerah dada pasien, palpasi: tidak ada krepitus, tidak ada nyeri
tekan, vokal vremitus teraba kanan dan kiri sama, perkusi: sonor,
auskultasi: suara paru vesikuler di paru kanan dan kiri, tidak ada suara
Pada pemeriksaan abdomen, dari hasil inspeksi: tidak ada jejas, tidak
bising usus 16x per menit, palpasi: tidak ada nyeri tekan dan nyeri
normal, tidak ada gangguan fungsi. Pada tangan kiri terpasang infus
ekstremitas kiri kekuatan otot 2. Terlihat ada balutan kasa elastis pada
daerah fraktur.
g. Pemeriksaan diagnostik
trombosit 336x103 /uL, MCV 85,4 fL, MCH 29,2 pg, MCHC 34,2
mg/dL, kreatinin 0,81 mg/dL, SGOT 16,1 U/L, SGPT 12,9 U/L,
2) Hasil Rontgen
h. Terapi
Pasien II
b. Riwayat Keperawatan
75
WIB.
c. Riwayat Kesehatan
sembuh, dan ingin sekolah lagi. Pasien merasa cemas jika terjadi
4) Riwayat Alergi
5) Riwayat Psikososial
sakit, maka pasien mau dibawa periksa ke rumah sakit oleh orang
tuanya.
sehari. Saat di rumah sakit, pasien terakhir makan pada hari ini,
Rabu tanggal 10 Januari 2018 jam 07.00 WIB. Saat ini berat
badan pasien 45 kg, tinggi badan 155 cm, IMT 18,75 kg/m2 .
merah muda.
3) Pola eliminasi
sebelum tidur.
5) Pola aktivitas
terasa kesemutan.
menikah.
tampak tegang.
pasien merasa cemas atau takut atau khawatir. Pasien menjawab ya,
pasien merasa cemas dan takut. Pasien mengatakan takut fraktur yang
saat ini tingkat kecemasannya berada pada angka 6 dari 0 sampai 10,
setelah operasi, akan terjadi hal-hal yang berbeda pada anggota tubuh
pasien.
f. Pemeriksaan fisik
saat diperiksa tidak ada lesi, rambut tersebar berwarna hitam, sedikit
berminyak, rambut tertata rapi, dan tidak ada ketombe. Mata pasien
simetris antara kiri dan kanan, pupil isokor, konjungtiva tidak anemis,
penglihatan. Hidung pasien terlihat simetris, tidak ada lesi, tidak ada
mulut pasien, tidak ada stomatitis, lidah bersih, mukosa bibir lembap,
gigi lengkap, simetris. Telinga pasien simetris antara kiri dan kanan.
pendengaran.
hasil inspeksi: ekspansi dada simetris, maksimal, tidak ada jejas atau
lesi di daerah dada pasien, palpasi: tidak ada krepitus, tidak ada nyeri
tekan, vokal vremitus teraba kanan dan kiri sama, perkusi: sonor,
auskultasi: suara paru vesikuler di paru kanan dan kiri, tidak ada suara
Pada pemeriksaan abdomen, dari hasil inspeksi: tidak ada jejas, tidak
bising usus 16x per menit, palpasi: tidak ada nyeri tekan dan nyeri
normal, tidak ada gangguan fungsi. Pada tangan kiri terpasang infus
g. Pemeriksaan diagnostik
jumlah trmbosit tinggi yaitu 592x103 /uL, MCV 81,6 fL, MCH
26,3 pg, MCHC 32,2 g/dL. Hitung jenis limfosit 32,4%, MXD
9,3%, netrofil tinggi yaitu 58,3%. HbsAg non reaktif, Anti HIV
non reaktif.
2) Hasil Rontgen
3) Terapi
2. Diagnosis Keperawatan
Analisa data
Pasien I Pasien II
DS: DS:
Mengeluh cemas, takut, dan Mengeluh cemas dan takut
khawatir Mengatakan sering bangun saat
Mengatakan tidak bisa tidur tidur
Takut tidak bisa sembuh dan Takut terjadi perubahan dan tidak
berjalan normal bisa kembali normal
Mengatakan tingkat cemas 5 Mengatakan tingkat cemas 6
DO: DO:
Ekspresi wajah tegang Ekspresi wajah tegang
TD 130/80 mmHg, Nadi TD 130/90 mmHg, Nadi
88x/menit, frekuensi nafas 92x/menit, frekuensi nafas
22x/menit, suhu tubuh 36˚C 22x/menit, suhu tubuh 36,8˚C
a. Pasien I Sdr. K
pada status kesehatan dan prosedur asing yang ditandai dengan data
takut tidak bisa berjalan normal. Data obyektif yang didapatkan pada
b. Pasien II Sdr. A
3. Intervensi Keperawatan
Sdr. A :
tidak ada perasaan gelisah, tidak ada masalah perilaku, tidak ada rasa
takut yang disampaikan secara lisan, tidak ada rasa cemas yang
tekanan darah, tidak ada berkeringat dingin, tidak ada pusing, dan tidak
apa yang terjadi pada dirinya. Selanjutnya bantu pasien untuk mengatas i
masalah yang timbul akibat ansietas seperti tidak bisa tidur dengan cara
disusun oleh tim medis, secara bertahap penulis melatih ROM pasien,
dan melatih gerak pada kaki, dan persiapan untuk dilatih berjalan oleh
tindakan untuk mengetahui sejauh mana pasien dan keluarga mengeta hui
4. Implementasi keperawatan
a. Pasien I Sdr. K
musik dan relaksasi nafas dalam. Kemudian setalah pasien beristira hat,
mengajarkan pasien latihan gerak sederhana yaitu miring kanan dan kiri,
aduksi dan abduksi, fleksi dan ekstensi, sesuai dengan advis dari medis.
kecemasan pasien.
b. Pasien II Sdr. A
pendidikan kesehatan tentang ambu lasi dan ROM pasif pada pasien dan
miring kanan dan kiri, aduksi dan abduksi, sesuai dengan advis dari
untuk pasien dan keluarga tentang nutrisi pasca bedah. Dan kemudian
kecemasan pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi
Pasien I Pasien II
S: S:
Mengatakan takut dan cemas Mengatakan takut dan cemas
berkurang berkurang
O: O:
Wajah rileks, tersenyum Wajah mulai rileks
Tidak tegang, berani bicara Masih malu untuk bicara
Bicara santai
89
a. Pasien I Sdr. K
pasien mengatakan saat pre operasi, rasa takut dan cemas mulai
Evaluasi obyektif dari tindakan yang telah dilakukan pada pasien Sdr. K
b. Pasien II Sdr. A
90
pasien mengatakan saat pre operasi, rasa takut dan cemas mulai
semoga tidak ada perubahan buruk yang terjadi padanya. Setelah pasien
Evaluasi obyektif dari tindakan yang telah dilakukan pada pasien Sdr. A
B. PEMBAHASAN
ansietas (kecemasan) pada Sdr. K (pasien I) dan Sdr. A (pasien II) dengan
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan Utama
pasien merasa takut akan prosedur asing yang akan dijalani dan
operasi dan post operasi. Pada pasien fraktur timbul rasa cemas
c. Riwayat pasien
Pasien I Sdr. K jatuh dari sepeda motor karena kecelakaan lalu lintas 8
dan jaringan lunak juga akan rusak (Brunner & Suddarth, 2013).
2012).
96
d. Data fokus
pasien tidak bisa tidur karena rasa sakit yang dialami, dan juga
angka 5.
dengan skala 6.
dan pada kedua pasien mengalami nyeri pada daerah fraktur yang
dimana masih dapat dikontrol dan pasien masih dapat diberi arahan
operasi. Rasa cemas yang muncul juga terjadi karena pasien terlalu
kecemasan sesaat (state anxiety) level sedang jika dilihat dari umur,
e. Pemeriksaan fisik
pasien. Pada pasien I Sdr. K terjadi close fracture femur 1/3 distalis
sinistra dan pada pasien II Sdr. A terjadi close fracture femur 1/3
hari.
f. Pemeriksaan Penunjang
2. Perumusan masalah
100
pergeseran tekanan darah dan suhu, relaksasi otot polos pada kandung
kemih dan usus, kulit dingin dan lembap. Respon psikologis secara
yang mengarah pada kecemasan yaitu adanya keluhan takut dan cemas,
Pasien tampak tegang dan gelisah, dan saat diajak berbicara pandangan
pasien mudah beralih dan kadang kala menatap ke daerah yang terjadi
pasien tidak bisa tidur karena terpikirkan operasi yang akan dijalani
esok hari dan takut terjadi perubahan pada fisiknya. Hasil foto rontgen
merasakan sakit pada daerah kaki yang mengalami fraktur. Hasil foto
dextra.
mengganggu.
karena luka bekas operasi dan luka bekas trauma. Pada pasien I dan II,
pemberian analgesik.
3. Intervensi
teratasi dengan kriteria hasil tidak ada perasaan gelisah, tidak ada rasa
takut yang disampaikan secara lisan, tidak ada rasa cemas yang
tekanan darah, tidak ada berkeringat dingin, tidak ada pusing, tidak ada
kepada musik dan hal lain yang menjadi hobi pasien untuk mengatas i
meliputi ambu lasi, ROM pasif dan ROM aktif. Kemudian untuk
pasca operasi.
4. Pelaksanaan
pasien sehingga pasien dapat mengetahui apa saja yang akan dijalani
pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap cemas yang
aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih
aktif dan pasif pada ekstremitas bawah kanan dan kiri. Kemudian
membantu membuat jadwal ROM dan alih baring. Pada pasien I, ROM
dilakukan 2x sehari pada pukul 08.00 WIB dan 13.00 WIB, pada pasien
II ROM dilakukan pada pukul 09.00 WIB dan 14.00 WIB sedangkan
5. Evaluasi
106
didapatkan data :
Pasien I Pasien II
S: S:
O:
O:
Pasien tampak tersenyum
Pasien tampak tersenyum malu
Tidak ada ekspresi tegang
Tidak ada ekspresi tegang
Tidak ada gelisah
Tidak ada gelisah
Tidak ada berkeringat
Tidak ada berkeringat
Pasien tampak antusias saat
Pasien mendengarkan dengan
berbicara dengan penulis, dengan
beberapa kali mengajuka n seksama yang dikatakan oleh
penulis.
pertanyaan.
Pasien masih malu dan kurang
aktif.
telah teratasi menurut NOC dengan kriteria hasil antara lain tidak ada
107
perasaan gelisah, tidak ada rasa takut yang disampaikan secara lisan,
tidak ada rasa cemas yang disampaikan secara lisan, tidak ada
dingin, tidak ada pusing, tidak ada gangguan tidur, dan menurunnya
Dilihat dari pasien I Sdr. K dan pasien II Sdr. A, tindakan yang lebih
respon cemas yang berat dibandingkan kelompok umur dewasa. Hal ini
yang mempengaruhinya.
108
C. KETERBATASAN PENELITIAN
dalam penyusunan studi kasus ini karena dalam pelaksanaan penelitian ini
A. SIMPULAN
Berdasarkan Asuhan Keperawatan yang telah didokumentasikan oleh
penulis dan dilakukan sejak tanggal 8-11 Januari 2018 (pasien I Sdr. K) serta
ansietas berhubungan dengan adanya stresor yaitu perubahan besar pada status
ekstremitas bawah yang dialaminya, serta ditambah lagi pasien harus menjala ni
pasien I Sdr. K, didapatkan hasil bahwa pasien mengalami close fracture femur
1/3 distalis sinistra yang terlihat dari hasil foto rotgent tanggal 7 Januari 2018.
kembali seperti sedia kala. Hasil pengkajian pada pasien II Sdr. A, didapatkan
hasil bahwa pasien mengalami close fracture femur 1/3 distalis dextra yang
dapat dilihat pada pemeriksaan foto rotgent tanggal 10 Januari 2018. Pasien
pasien I dan pasien II diharapkan masalah ansietas teratasi dengan kriteria hasil
tidak ada perasaan gelisah, tidak ada masalah perilaku, tidak ada rasa takut
yang disampaikan secara lisan, tidak ada rasa cemas yang disampaikan secara
lisan, tidak ada peningkatan frekuensi nadi dan tekanan darah, tidak ada
berkeringat dingin, tidak ada pusing, dan tidak ada gangguan tidur.
emosional pasien, dan bagaimana yang dirasakan pasien saat mengeta hui
satu yang menyebabkan kecemasan pasien adalah tindakan operasi. Pada post
operasi, pasien didampingi berlatih ambu lasi dan ROM aktif dan pasif untuk
dan pasien II tingkat kecemasan menjadi 0 atau tidak cemas pada saat pre dan
post operasi, tidak ada keluhan cemas, tidak ada wajah yang tegang, tampak
ekspresi rileks pada pasien, dan saat diajak bicara pasien tampak senang dan
B. SARAN
perioperatif atau perioperative care kepada pasien yang meliputi relaksasi dan
distraksi pre operasi, latihan batuk efektif, latihan ambu lasi dan mobilisa s i
pada post operasi, serta memberikan discharge planning pada pasien mampu
mengurangi rasa cemas, takut, dan khawatir yang dirasakan pasien dengan
kesehatan yang diberikan pada pasien akan memberikan pasien lebih banyak
informasi sehingga tindakan yang akan dilakukan pada pasien tidak menjadi
hal yang asing lagi untuk pasien. Pada pasien I dan pasien II, keduanya
mengatakan bahwa baru pertama kali masuk rumah sakit dan akan menjala ni
membuat perasaan cemas yang dialami pasien berkurang dan bahkan hilang.
fisik secara mendalam, akan tetapi juga melakukan pengkajian emosional atau
Brunner, & Suddarth. (2013). Buku Ajar Kepeerawatan Medikal Bedah. Edisi 12.
Jakarta: EGC.
Direja, Ade Herman. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Kemenkes. (2013). Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013. Jakrta:
Kemenkes.
Kustiawan, Ridwan dan Angga Hilmansyah. (2013). Kecemsan Pasien Pre Operasi
Bedah Mayor. E-Journal Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya. 13(1): 60-66.
Lukman, dan Nurna Ningsih. (2009). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal Jakarta: Salemba Medika.
Maisyaroh, Seviya Gani, Urip Rahayu, dan Siti Yuyun Rahayu. (2015). Tingkat
Kecemasan Pasien Post Operasi yang Mengalami Fraktur Ekstremitas.
Research Gate. 3(2): hal 77-87.
Maliya, Arina dan Firman Faradisi. (2011). Perbedaan Efektivitas Pemberian
Terapi Murotal dengan Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Pada Pasicn Pre Operasi Fraktur Ekstremitas di Rumah Sakit
dr. Moewardi Surakarta. Jurnal Unimus.
Morris, B.A, et al. (2010). Clinical Practice Guidelines for Early Mobilization
Hours After Surgery. Journal of Orthopaedic Nursing.
Roh, Y. H., dkk. (2014). Effect of Anxiety and Catastrophic Pain Ideation on Early
Recovery After Surgery for Distal Radius Fractures. The Journal of Hand
Surgery.
Stuart dan Sundeen. (2007). Buku Keperawatan (alih bahasa): Achir Yani S.
Hamid. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Suliswati, dkk (2008). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Thomas, A.A., & D’Silva, F. (2012). Pain, Anxiety & Functional Status Of Patients
With Lower Limb Fracture And Dislocation After Open Reduction. Nitte
University Journal of Health Science.
Wijaya, A. S., dan Yessie Mariza P. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika.
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
Pertanyaan :
1. Saat ini, Anda direncanakan menjalani operasi, apakah yang Anda rasakan?
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6. Apa yang Anda rasakan dengan kondisi Anda sekarang terkait dengan
kegiatan sehari-hari?
Temanggung,
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ti da k Cema s
cema s bera t tak
Cemas ringan Cemas sedang Cemas berat terkontrol
terkontrol
SOP LATIHAN NAFAS DALAM PRE DAN POST OPERASI
B. TAHAP ORIENTASI
1. Memberi salam dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
C. TAHAP KERJA
1. Menjaga privasi pasien
2. Mengatur posisi pasien fowler penuh
3. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada
dan 1 tangan di abdomen
4. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik
nafas dalam melalui hidung hingga 3 hitunga n,
jaga mulut tetap tertutup)
5. Meminta pasien merasakan mengembangnya
abdomen (cegah lengkungan pada punggung)
6. Meminta pasien menahan nafas hingga 3
hitungan
7. Meminta pasien menghembuskan nafas
perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir
seperti meniup)
8. Meminta pasien merasakan mengempis nya
abdomen dari kontraksi otot
9. Meminta kepada pasien untuk mengula ng
prosedur 3-4 kali
10. Menjelaskan kepada pasien untuk melakukan
prosedur saat mulai merasa tidak tenang saat
sebelum operasi
11. Menjelaskan kepada pasien untuk melakukan
prosedur 3-4 kali setiap 2 jam setelah operasi
12. Untuk pasien post operasi, boleh menahan
daerah post operasi dengan handuk besar.
13. Observasi status pernafasan klien sebelum dan
sesudah prosedur.
D. TAHAP TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Mencuci tangan
4. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
SOP MANAJEMEN NYERI RELAKSASI DISTRAKSI
SOP PENGAJARAN PERIOPERATIF
B. TAHAP ORIENTASI
1. Memberikan salam sebagai pendekatan
terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan
dilakukan
C. TAHAP KERJA
Pre-operasi
Waktu : 30 menit
1. Pengertian nutrisi
E. Proses
F. Evaluasi
1. Prosedur
2. Jenis test
Test yang dilakukan adalah test secara lisan dan demonstrasi ulang
3. Soal :
G. Lampiran Materi
1. Pengertian
Nutrisi adalah makanan yang mengandung cukup nilai gizi dan tenaga
sebagai berikut:
b. Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain
Setelah pasien sadar dan rasa mual hilang serta setelah diperiksa ada tanda
c. Cukup vitamin
d. Mudah dicerna
a. Yaitu makanan yang terlalu manis : Dodol, cake tart, gula – gula
(membuat kembung).
7. Contoh menu:
b. Siang: nasi, telur dadar, sayur sop, ayam, buah apel, pisang, susu
d. Malam: nasi, ikan laut, sayur lodeh, terung, buah jeruk, susu
Sumber :