Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN TUTORIAL

PENYAKIT STROKE PADA TN.P

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah : Keperawatan Komunitas 2


Koordinator : Meivi Sesanelvira, M.Kep, Ns, Sp.Kep.Kom
Fasilitator : : Nadirawati S.Kp., M.Kep

Di susun oleh : Kelompok F

Ketua Tutorial : Sri Dayani 213117055


Scriber 1 : Tassa Talita 213117038
Scriber 2 : Anisa Nur Hasanah 213117123

Anggota :
Filda Yolandita P 213117007 Dewi Rizki Utami 213117100
Narita Desianti 213117014 Khoelina Maulidiah 213117108
Ai Lesti Martiani 213117029 Nufikhi Haqqi A 213117109
Sarah Nurhaliza D.P 213117033 M. Ramdansyah 213117114
Tiarasafitri N.D 213117053 Rizki Robianto 213117119
Vina Ashri E 213117062 Anisa Nur H 213117123
Dhea Putri P.W 213117064 Rahman Rizki H 213117126

Ilza Nurhalisa LF 213117080

PRODI ILMU KEPERAWATAN (S1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat
dan Hidayah-Nya, yang telah memberikan kemudahan dalam menyusun laporan
ini. Laporan yang di buat ini berisi tentang Laporan Tutorial Kasus. Adapun
maksud dan tujuan membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas. Kami tak
lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyusun laporan ini.

Sebagaimana adanya, makalah ini telah tersusun namun dipastikan disana-


sini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu dengan kerendahan hati kami
mengharapkan suatu kritik membangun agar kedepan dapat lebih memperoleh
gambaran untuk penyempurnaan laporan selanjutnya.

Akhir kata semoga laporan yang telah di susun ini dapat diterima oleh
Dosen dan mendapat penilaian yang terbaik dan semoga Allah SWT memberikan
kekuatan dan kemudahan kepada kita semua.

Cimahi, 10 April 2020

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di
dunia penyakit stroke meningkat seiring dengan modernisasi. Di Amerika
Serikat, stroke menjadi penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit
jantung dan kanker. Diperkirakan ada 700.000 kasus stroke di Amerika
Serikat setiap tahunnya, dan 200.000 diantaranya dengan serangan
berulang. Menurut WHO, ada 15 juta populasi terserang stroke setiap
tahun di seluruh dunia dan terbanyak adalah usia tua dengan kematian
rata-rata setiap 10 tahun antara 55 dan 85 tahun. (Goldstein,dkk 2006;
Kollen,dkk 2006; Lyoyd-Jones dkk,2009).
Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari
tahun ke tahun. Stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan
setelah jantung dan kanker. Disamping itu, stroke juga merupakan
penyebab kecatatan. Sehingga keadaan tersebut menempatkan stroke
sebagai masalah kesehatan yang serius.
Rendahnya kesadaran akan faktor risiko stroke, kurang dikenalinya
gejala stroke, belum optimalnya pelayanan stroke dan ketaatan terhadap
program terapi untuk pencegahan stroke ulang yang rendah merupakan
permasalahan yang muncul pada pelayanan stroke di Indonesia. Keempat
hal tersebut berkontribusi terhadap peningkatan kejadian stroke baru,
tingginya angka kematian akibat stroke, dan tingginya kejadian stroke
ulang di Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
1.2 Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu mengetahui konsep penyakit :
- Definisi
- Klasifikasi
- Etiologi
- Manifestasi klinik
- Faktor resiko
- Patofisiologi
- Komplikasi
- Pemeriksaan penunjang
- Manajemen terapi/penatalaksanaan
2. Mahasiswa mampu mengetahui konsep asuhan keperawatan :
- Pengkajian
- Diagnosa keperawatan
- Perencanaan/intervensi
BAB 2
KAJIAN TEORI

2.1 Kasus Tutorial 1


Seorang perawat melakukan kunjungan rumah pada Keluarga
Tn.P. Tn.P usia 44 tahun tinggal bersama Ny.N(istri) usia 43 tahun dan
tiga orang anaknya, yaitu An.F (laki-laki) usia 16 tahun, An.A
(perempuan) usia 14 tahun dan An.F (laki-laki) usia 7 tahun. Perawat
melakukan pengkajian pada Tn.p dan didapatkan hasil TD : 150/100
mmHg, terdapat kelelahan dan keterbatasan gerak pada ekstermitas kiri
bagian atas dan bawah, dan kekuatan otot kanan 4/4. Dan kiri 3/3. Tn.P
menggunakan tongkat saat beraktivitas dan terlihat lemah dan lambat saat
berjalan. Tn.P tidak mengetahui tekanan darah tinggi dan terkadang suka
pusing ataupun nyeri punduk dan terjadi kelumpuhan. Keluarga tampak
bingung mengatasi masalah kesehatan pada Tn.P. keluarga tidak
mengetahui bagaimana cara untuk untuk menyembuhkan Tn.p. keluarga
tidak dapat memodivikasi lingkungan untuk meningkatkan kesehatan pada
Tn.P. Keluarga jarang pergi ke Puskesmas dan keluarga suka membeli
obat warung jika pusing. Keharmonisan keluarga berkurang, karena
semenjak Tn.P sakit dan tidak bekerja, Ny N mengeluhkan kondisi rumah
tangga yang semakin sulit dan bertambahnya beban perawatan Tn. P.
Selain itu Ny N mengeluhkan suka marah dengan Tn.P yang sulit diatur,
tidak patuh minum obat dan melakukan perilaku merokok.
2.2 STEP 1 ( Identifikasi dan klasifikasi hal-hal yang tidak diketahui )
1. Kelumpuhan ( Anisa )
2. Memodivikasi ( Sri Dayani )
Jawaban
1. - Kelumpuhan atau paralisis adalah kondisi ketika satu atau
beberapa bagian tubuh tidak dapat digerakkan ( Ilza )
- Kondisi ini dapat disebabkan oleh gangguan pada otot atau saraf,
akibat cedera atau penyakit tertentu. Kelumpuhan yang terjadi
dapat berlangsung sementara atau permanen, baik pada penderita
yang hanya mengalami kelemahan maupun sama sekali tidak
dapat menggerakkan bagian tubuh tertentu ( Tassa dan Vina )
2. - Modivikasi secara umum dapat diartikan sebagai hampir segala
tindakan yang bertujuan mengubah perilaku ( Narita )
- Yang dapat menyatukan atau mengubah suatu tindakan,
keberadaan atau suatu pengalaman ( Dewi )
- Modivikasi merupakan suatu perubahan dalam penyusunan
rencana atau perubahan terhadap sesuatu dalam konsep awal
( Ai Lesti )
2.3 STEP 2 ( Diskusi dan analisa masalah )
1. Kenapa terdapat kelemahan dan keterbatasan gerak pada ekstermitas
kiri bagian atas dan bawah ? ( Tiara )
2. Masalah apa yang mucul untuk fungsi afektif pada keluarga Tn.P ?
( Anisa )
3. Bagaimana cara memodivikasi lingkungan agar dapat meningkatkan
kesehatan pasien ? ( Dhea )
4. Dalam kisaran berapa tekanan darah dikatakan tinggi ? adakah cara
untuk mengontrol tekanan darah yang tinggi ? ( Narita )
5. Dapatkah terjadi komplikasi dari hipertensi yang dialami klien ? apa
saja komplikasi yang mungkin terjadi ? ( Filda )
6. Termasuk tipe keluarga apa Tn.P ? ( Nufikhi )
7. Termasuk ke dalam keluarga usia apakah dari kasus tersebut ?
( Sri Dayani )
8. Termasuk keluarga sejahtera kategori apa pada Tn.P ? ( Rizki )
2.4 STEP 3 ( Identifikasi/penjelasan )
1. Kelemahan dan keterbatasan gerak yang terjadi pada Tn.P mungkin
dapat terjadi karena komplikasi dari penyakit hipertensi pada Tn.P
yang menyebabkan stroke. Stroke bisa terjadi saat aliran darah kaya
oksigen ke sebagian area otak terganggu, misalnya karena ada
sumbatan atau ada pembuluh darah yang pecah. Penyumbatan ini
terjadi karena adanya aterosklerosis dalam pembuluh darah. Pada
orang yang punya hipertensi, stroke mungkin terjadi ketika tekanan
darah terlalu tinggi sehingga pembuluh darah di salah satu area otak
pecah. Gejala stroke meliputi kelumpuhan atau mati rasa pada wajah,
tangan dan kaki, kesulitan berbicara, kesulitan gerak ekstermitas dan
kesulitan melihat. Kelemahan dan keterbatasan gerak yang terjadi pada
Tn.P juga mungkin dapat terjadi karena Hemiplegia, yaitu keadaan
kelumpuhan pada lengan dan tungkai pada satu sisi tubuh ( Tassa )
2. - Masalah yang muncul untuk fungsi afektif pada keluarga Tn.P
1) Gangguan proses keluarga
Yaitu keadaan dimana sebuah keluarga yang normalnya berfung
si secara efektif mengalami disfungsi
- Ny N mengeluh kondisi rumah tangga yang sulit dan
bertambahnya beban perawata Tn.P
- Keharmonisan yang berkurang
2) Koping keluarga tidak efektif,melemah
Yaitu bila dukungan, bantuan, kenyamanan atau dorongan
keluarga yang melemah bisa mengubah kompetensi anggota
keluarga dalam melakukan tugas adaptif
- Tn.P sulit diatur dan membuat Ny N marah ( Sarah )
3) Gangguan menjadi orang tua.
Yaitu bila kemampuan dari figur pengasuhan untuk
menciptakan lingkungan yang meingkatkan pertumbuhan dan
perkembangan manusia lain yang optimal menjadi lemah.
- Keharmonisan keluarga yg berkurang ( Dewi )
3. - Karena Tn. P memiliki keluhan kelemahan dan keterbatan gerak
pada ekstremitas kiri bagian atas dan bawah, serta terjadi
kelumpuhan maka Tn. P berisiko jatuh, sehingga untuk menghindari
hal tersebut dapat dengan memodifikasi lingkungan rumah yg
meminimalkan risiko jatuh, selain itu dapat pula memodifikasi
lingkungan dengan menanam tumbuhan herbal di area rumah yang
berkhasiat menurunkan tekanan darah ( Ilza )
- Bisa juga memodivikasi lingkungan dengan memberikan lingkungan
yg aman, nyaman untuk klien, mengurangi kebisingan agar klien
tidak kembali pusing ( Anisa )
- Lantai kamar mandi yang tidak licin dan sabun2 di hindari dari
tempat yang kemungkinan jatuh dan berceceran ,karena resiko jatuh
paling sering dikamar mandi karena lantainya yang licin ( Sarah )
4. Prahipertensi 120-139 (sistolik) 80-89 (diastolik)
Hipertensi derajat1 140-159 (sistolik) 90-99 (diastolik)
Hipertensi derajat2 >1 60 (sistolik) >100 (diastolik)
Cara mengontrol tekanan darah bisa dengan :
1) Makan makanan yang sehat
2) Olahraga secara teratur
3) Menjaga BB yang sehat
4) Mengelola stress
5) Berhenti merokok dan minum alkohol
6) Minum obat hipertensi sesuai resep dokter
7) Rutin cek tekanan darah ( Tiara )
8) Menerapkan pola makan sehat rendah garam
9) Istirahat yang teratur ( Khoelina )
Klasifikasi hipertensi menurut WHO :
Tingkat 1 (hipertensi ringan) : sistol 140-159 diastol 90-99
Tingkat 2 (hipertensi sedang) : sistol 160-179 diastol 100-108
Tingkat 3 (hipertensi berat) : sistol >180 diastol >110 ( Tassa )
5. - Hipertensi yang dialami klien bisa saja terjadi komplikasi.
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi :
1) pada jantung dan pembuluh darah : Serangan jantung, gagal
jantung, aneurisma, penyakit arteri perifer.
2) Masalah pada otak : Stroke ringan atau Transient Ischemic
Attack (TIA), stroke, aneurisma otak, penurunan daya ingat.
3) Kerusakan mata
4) Gangguan ginjal
5) Sindrom metabolik
6) Disfungsi seksual ( Vina )
- 1) Penyakit jantung
2) Gagal ginjal
3) Gangguang penglihatan
4) Perubahan kognitif
5) Berujung kematian ( Ai lesti )
6. Termasuk keluarga inti karena hanya terdiri dari suami istri dan 3
orang anak kandung yg masih tinggal satu rumah ( Ramdan )
7. Termasuk kedalam keluarga dengan anak usia remaja. Karena anak
pertama berusia 16 tahun. ( Khoelina )
8. Termasuk keluarga pra sejahtera, Yaitu keluarga yang belum dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need) secara minimal, seperti
kebutuhan akan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan
( Nufikhi )
2.5 STEP 4 ( Hipotesa/skema )
Tn.P
( 44 tahun )

DS DO
- Tn.P mengeluh sering pusing - TD 150/100 mmHg
dan nyeri punduk - Kelemahan pada ekstremitas
- Istri Tn.P, Ny.S sering marah atas dan bawah bagian kiri
akibat Tn.P tidak patuh - Menggunakan tongkat
dalam minum obat - Kekuatan otot
Ka
nan
Kiri
4 3

Stroke

- Keluarga tampak - Keluarga tidak


- Tn.P tidak
bingung mengatasi mengetahui
mengetahui tentang masalah kesehatan bagaimana cara
masalah kesehatan pada Tn.P untuk
- Kemampuan ( Tugas 2 ) menyembuhkan
keluarga mengenal Tn.P
masalah kesehatan
( Tugas 3 )
( Tugas 1 )

- Keluarga tidak dapat - Keluarga jarang pergi


memodivikasi ke puskesmas dan
lingkungan untuk keluarga suka membeli
meningkatkan kesehatan obat warung jika
pada Tn.P pusing
( Tugas 4 ) ( Tugas 5 )
2.6 STEP 5 ( Rumusam/Tujuan Pembelajaran )
1. Mahasiswa mampu mengetahui konsep penyakit :
- Definisi
- Klasifikasi
- Etiologi
- Manifestasi klinik
- Faktor resiko
- Patofisiologi
- Komplikasi
- Pemeriksaan penunjang
- Manajemen terapi/penatalaksanaan
2. Mahasiswa mampu mengetahui konsep asuhan keperawatan :
- Pengkajian
- Diagnosa keperawatan
- Perencanaan/intervensi
2.7 STEP 6 ( Belajar Mandiri )

Rabu, 8 April 2020 Pembagian Tugas.

Jumat, 10 April 2020 Pengumpulan Materi.

Sabtu, 11 April 2020  Penyusunan laporan tutorial.


 Finishing step 6-7.
 Finishing Kesimpulan dan
Daftar Pustaka.

2.8 STEP 7 ( Sintesi )


A. Konsep Penyakit
1. Definisi ( Tassa )
Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi
secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam
beberapa jam) dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun
global yang berlangsung lebih dari 24 jam, disebabkan oleh
terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke
hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan
tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian (Junaidi, 2011).
Stroke diklasifikasikan menjadi stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Kurang lebih 83% dari seluruh kejadian stroke berupa
stroke iskemik, dan kurang lebih 51% stroke disebabkan oleh
trombosis arteri, yaitu pembentukan bekuan darah dalam arteri
serebral akibat proses aterosklerosis. Trombosis dibedakan menjadi
dua subkategori, yaitu trombosis pada arteri besar (meliputi arteri
karotis, serebri media dan basilaris), dan trombosis pada arteri kecil.
Tiga puluh persen stroke disebabkan trombosis arteri besar,
sedangkan 20% stroke disebabkan trombosis cabang-cabang arteri
kecil yang masuk ke dalam korteks serebri (misalnya arteri
lentikulostriata, basilaris penetran, medularis) dan yang
menyebabkan stroke trombosis adalah tipe lakuner. Kurang lebih
32% stroke disebabkan oleh emboli, yaitu tertutupnya arteri oleh
bekuan darah yang lepas dari tempat lain di sirkulasi. Stroke
perdarahan frekuensinya sekitar 20% dari seluruh kejadian stroke.
2. Klasifikasi Stroke (Tassa)
a. Berdasarkan penyebabnya, stroke dapat dibagi menjadi duajenis
yaitu :
1) Stroke Iskemik Hampir 85% stroke di sebabkan oleh,
sumbatan bekuan darah, penyempitan sebuah arteri atau
beberapa arteri yang mengarah ke otak, atau embolus
(kotoran) yang terlepas dari jantung atau arteri ekstrakranial
(arteri yang berada di luar tengkorak). Ini di sebut sebagai
infark otak atau stroke iskemik.Pada orang berusia lanjut
lebih dari 65 tahun, penyumbatan atau penyempitan dapat
disebabkan oleh aterosklerosis (mengerasnya arteri).Hal
inilah yang terjadi pada hampir dua pertiga insan stroke
iskemik.
Emboli cenderung terjadi pada orang yang mengidap
penyakit jantung (misalnya denyut jantung yang cepat tidak
teratur, penyakit katub jantung dan sebagainya) secara rata-
rata seperempat dari stroke iskemik di sebabkan oleh
emboli, biasanya dari jantung (stroke kardioembolik) bekuan
darah dari jantung umumnya terbentuk akibat denyut
jantung yang tidak teratur (misalnya fibrilasi atrium),
kelainan katup jantung (termasuk katub buatan dan
kerusakan katub akibat penyakit rematik jantung), infeksi di
dalam jantung (di kenal sebagai endocarditis) dan
pembedahan jantung. Penyebab lain seperti gangguan darah,
peradangan dan infeksi merupakan penyebab sekitar 5-10%
kasus stroke iskemik, dan menjadi penyebab tersering pada
orang berusia muda.namun, penyebab pasti dari sebagian
stroke iskemik tetap tidak di ketahui meskipun telah
dilakukan pemeriksaan yang mendalam.
Sebagian stroke iskemik terjadi di hemisfer otak,
meskipun sebagian terjadi di serebelum (otak kecil) atau
batang otak. Beberapa stroke iskemik di hemisfer
tampaknya bersifat ringan (Sekitar 20% dari semua stroke
iskemik) stroke ini asimptomatik (tidak bergejala, hal ini
terjadi ada sekitar sepertiga pasien usia lanjut) atau hanya
menimbulkan kecanggungan, kelemahan ringan atau
masalah daya ingat. Namun stroke ringan ganda dan
berulang dapat menimbulkan cacat berat, penurunan kognitif
dan dimensia(Irfan, 2012). Biasanya terjadi saat setelah lama
beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari ( Wijaya &
Putri, 2013).
2) Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik di sebabkan oleh perdarahan ke dalam
jaringan otak (disebut hemoragia intraserebrum atau
hematom intraserebrum) atau ke dalam ruang subaraknoid
yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan yang menutupi otak (disebut hemoragia
subaraknoid). Ini adalah jenis stroke yang paling mematikan,
tetapi relative hanya menyusun sebgian kecil dari stroke
total, 10-15% untuk perdarahan intraserebrum dan 5% untuk
perdarahan subaraknoid(Irfan, 2012). Biasanya kejadianya
saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
terjadi saat istirahat ( Wijaya & Putri, 2013).
b. Bedasarkan defisit neurologisdibagi menjadi empatjenis yaitu :
1) Transient Ischemic Attack (TIA)
Merupakan gangguan pembuluh darah otak yang
menyebabkan timbulnya defisit neurologis akut yang
berlangsung kurang kurang dari 24 jam. Stroke ini tidak
akan meninggalkan gejala sisa sehingga pasien tidak terlihat
pernah mengalami serangan stroke. Akan tetapi adanya TIA
merupakan suatu peringatan akan serangan stroke
selanjutnya sehingga tidak boleh di abaikan begitu saja.
(Irfan, 2012)
2) Reversible Ischemic Neurological Deficid (RIND).
Kondisi RIND hampir sama dengan TIA, hanya saja
berlangsung lebih lama, maksimal 1 minggu (7 hari). RIND
juga tidak meninggalkan gejala sisa.(Irfan, 2012)c.Complete
Stroke Merupakan gangguan pembuluh darah otak yang
menyebabkan deficit neurologis akut yang berlangsung lebih
dari 24 jam. Stroke ini akan meninggalkan gejala sisa.(Irfan,
2012)d.Stroke in Evolution (Progressive Stroke)Stroke ini
merupakan jenis yang terberat dan sulit di tentukan
prognosanya.Hal ini disebabkan kondisi pasien yang
cenderung labil, berubah-ubah, dan dapat mengarah ke
kondisi yang lebih buruk.
c. Berdasarkan klinisnya, stroke dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Lacunar Syndromes (LACS)
Terjadi penyumbatan tunggal pada lubang arteri
sehingga menyebabkan area terbatas akibat infark yang
disebut dengan lacune. Istilah lacune adalah salah satu yang
patologis dan akan tetapi terdapat beberapa kasus di
literature yang memiliki kolerasi patologi dengan
klinikoradiologikal. Mayoritas lacune terjadi di area seperti
nucleus lentiform dan gejala klinisnya tidak di
ketahui.Terkadang terjadi kemunduran kognitif pada
pasien. Lacunar yang lain juga dapat mengenai kapsula
interna dan pons di mana akan mempengaruhi traktus
asendens dan desendens yang menyebabkan defisit klinis
yang luas.
Bila di ketahui lebih awal tentang dasar pola
neuovaskuler, lesi tersebut dapat di kurangi sehingga
mempunyai tingkat kognitif dan fungsi visual yang lebih
tinggi. Jadi LACS memiliki defisit maksimal dari gangguan
pembuluh darah tunggal, tanpa gsnggusn visual, tidak ada
gangguan pada level fungsi kortikal yang lebih tinggi serta
tidak ada tanda gangguan pada batang otak(Irfan M. ,
2012).
2) Posterior Circulation Syndromes (POCS)
Menyebabkan kelumpuhan bagian saraf cranial
ipsilateral (tunggal maupun majemuk) dengan kontralateral
defisit snsorik meupun motoric.Terjadi pula defisit
motorik-motorik bilateral.Gangguan gerak bola mata
(horizontal maupun vertical), gangguan cerebellar tanpa
defisit traktus bagian ipsilateral, terjadi hemianopia atau
kebutaan kortikal.POCS merupakan gangguan fungsi pada
tingkatan kortikal yang lebih tinggi atau sepanjang yang
dapat di kategorikan sebagai POCS.
3. Etiologi ( Tassa )
Stroke iskemik biasanya disebabkan adanya gumpalan
yangmenyumbat pembuluh darah dan menimbulkan hilangnya
suplai darah keotak.Gumpalan dapat berkembang dari akumulasi
lemak atau plak aterosklerotik di dalam pembuluh darah. Faktor
resikonya antara lain hipertensi, obesitas, merokok, peningkatan
kadar lipid darah,diabetes dan riwayat penyakitjantung dan vaskular
dalam keluarga.Stroke hemoragik enam hingga tujuh persen terjadi
akibat adanya perdarahan subaraknoid (subarachnoid hemorrhage),
yang mana perdarahan masuk ke ruang subaraknoid yang biasanya
berasal dari pecarnya aneurisma otak atau AVM (malformasi
arteriovenosa). Hipertensi, merokok, alkohol, dan stimulan adalah
faktor resiko dari penyakit ini.Perdarahan subaraknoid bisa
berakibat pada koma atau kematian.Pada aneurisma otak, dinding
pembuluh darah melemah yang bisa terjadi kongenitalatau akibat
cedera otak yang meregangkan dan merobek lapisan tengah dinding
arteri (Terry & Weaver, 2013).
4. Manifestasi Klinis ( Sarah )
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi
pendarahan dan jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya
muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan sering selama aktivitas.
Gejala mungkin sering muncul dan menghilang, atau perlahan-lahan
menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
Gejala stroke hemoragik bisa meliputi :
1) Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma)
2) Kesulitan berbicara atau memahami orang lain
3) Kesulitan menelan
4) Kesulitan menulis atau membaca
5) Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur,
membungkuk, batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba
6) Kehilangan koordinasi
7) Kehilangan keseimbangan
8) Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti
kesulitan menggerakan salah satu bagian tubuh, atau penurunan
keterampilan motorik
9) Mual atau muntah
10) Kejang
11) Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti
penurunan sensasi, baal atau kesemutan
12) Kelemahan pada salah satu bagian tubuh
5. Faktor Resiko ( Sarah )
a) Seseorang menderita stroke karena memiliki perilaku yang
dapat meningkatkan faktor risiko stroke. Gaya hidup yang tidak
sehat seperti mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi
kolesterol, kurang aktivitas fisik dan kurang olahraga,
meningkatkan risiko terkena penyakit stroke. Gaya hidup sering
menjadi penyebab berbagai penyakit yang menyerang usia
produktif, karena generasi muda sering menerapkan pola makan
yang tidak sehat dengan seringnya mengkonsumsi makanan
tinggi lemak dan kolesterol tapi rendah serat. Selain banyak
mengkonsumsi kolesterol, mereka mengkonsumsi gula yang
berlebihan sehingga akan menimbulkan kegemukan yang
berakibat terjadinya penumpukan energi dalam tubuh
(Dourman, 2013).
b) Menurut hasil penelitian Bhat, et.al (2008), merokok merupakan
faktor risiko stroke pada wanita muda. Merokok berisiko 2,6
kali terhadap kejadian stroke pada wanita muda. Merokok dapat
meningkatkan kecenderungan sel-sel darah menggumpal pada
dinding arteri, menurunkan jumlah HDL, menurunkan
kemampuan HDL dalam menyingkirkan kolesterol LDL yang
berlebihan, serta meningkatkan oksidasi lemak yang berperan
dalam perkembangan arterosklerosis.
c) Mutmainna dkk (2013) dalam penelitiannya menyebutkan
bahwa faktor risiko kejadian stroke pada usia muda adalah
perilaku merokok, riwayat diabetes mellitus, riwayat hipertensi,
riwayat hiperkolesterolemia. Variabel jenis kelamin bukan
merupakan faktor risiko kejadian stroke pada dewasa awal.
Sedangkan hasil penelitian Handayani (2013) menyebutkan
bahwa insiden stroke lebih tinggi terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan. Berdasarkan Guideline Pencegahan
Stroke Primer oleh Goldstein (2009
d) Usia
Stroke dapat terjadi pada semua orang dan pada semua usia,
termasuk anak-anak. Kejadian penderita stroke iskemik
biasanya berusia lanjut (60 tahun keatas) dan resiko stroke
meningkat seiring bertambahnya usia dikarenakan
mengalaminya degeneratif organ-organ dalam tubuh (Nurarif et
all, 2013). Status umur berpengaruh terhadap tingkat kecemasan
ibu. Semakin bertambah umur maka penalaran dan pengetahuan
semakin bertambah. Tingkat kematangan seseorang merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan
dimana individu yang matang mempunyai daya adaptasi yang
besar terhadap stresor yang muncul. Sebaliknya individu yang
berkepribadian tidak matang akan bergantung dan peka terhadap
rangsangan sehingga sangat mudah mengalami gangguan
kecemasan (Maslim, 2004). Berikut kategori umur menurut
Depkes RI (2009) :
a. Usia Muda 18-40 tahun
b. Usia Tua 41- 65 tahun
e) Jenis kelamin
Pria memiliki kecenderungan lebih besar untuk terkena stroke
pada usia dewasa awal dibandingkan dengan wanita dengan
perbandingan 2:1. Insiden stroke lebih tinggi terjadi pada laki-
laki daripada perempuan dengan rata-rata 25%-30% Walaupun
para pria lebih rawan daripada wanita pada usia yang lebih
muda, tetapi para wanita akan menyusul setelah usia mereka
mencapai menopause. Hal ini, hormon merupakan yang
berperan dapat melindungi wanita sampai mereka melewati
masa- Masa melahirkan anak (Burhanuddin, Wahidudin,
Jumriani, 2012).
Usia dewasa awal (18-40 Tahun) perempuan memiliki
peluang yang sama juga dengan laki-laki untuk terserang stroke.
Hal ini membuktikan bahwa resiko laki-laki dan perempuan
untuk terserang stroke pada usia dewasa awal adalah sama. Pria
memiliki risiko terkena stroke iskemik atau perdarahan intra
sereberal lebih tinggi sekitar 20% daripada wanita. Namun,
wanita memiliki resiko perdarahan subaraknoid sekitar 50%.
Sehingga baik jenis kelamin laki-laki maupun perempuan
memiliki peluang yang sama untuk terkena stroke pada usia
dewasa awal 18-40 Tahun (Handayani, 2013).
f) Genetik (herediter)
Beberapa penelitian menunjukkan terdapat pengaruh genetik
pada risiko stroke. Namun, sampai saat ini belum diketahui
secara pasti gen mana yang berperan dalam terjadinya stroke.
g) Ras dan etnis
Insiden stroke lebih tinggi pada orang berkulit hitam daripada
berkulit putih setelah dilakukan kontrol terhadap hipertensi, dan
diabetes mellitus.
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi :
h) Hipertensi
Hipertensi mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak
sehingga timbul perdarahan otak. Hipertensi dapat
mempengaruhi hampir seluruh organ tubuh, terutama otak,
jantung, ginjal, mata, dan pembuluh darah perifer.
Kemungkinan terjadinya komplikasi tergantung kepada
seberapa besar tekanan darah itu, seberapa lama dibiarkan,
seberapa besar kenaikan dari kondisi sebelumnya, dan kehadiran
faktor risiko lain. Insiden stroke dapat bertambah dengan
meningkatnya tekanan darah dan berkurang bila tekanan darah
dapat dipertahankan di bawah 140/90 mmHg, baik pada stroke
iskemik, perdarahan intrakranial, maupun perdarahan
subaraknoid.
i) Hiperkolestrolemia
Secara alamiah tubuh kita lewat fungsi hati membentuk
kolesterol sekitar 1000 mg setiap hari dari lemak jenuh. Selain
itu, tubuh banyak dipenuhi kolesterol jika mengkonsumsi
makanan berbasis hewani, kolesterol inilah yang menempel
pada permukaan dinding pembuluh darah yang semakin hari
semakin menebal dan dapat menyebabkan penyempitan dinding
pembuluh darah yang disebut aterosklerosis. Bila di daerah
pembuluh darah menuju ke otot jantung terhalang karena
penumpukan kolesterol maka akan terjadi serangan jantung.
Sementara bila yang tersumbat adalah pembuluh darah pada
bagian otak maka sering disebut stroke (Burhanuddin et all,
2012).
Kolestrol merupakan zat di dalam aliran darah di mana
semakin tinggi kolestrol semakin besar kolestrol tertimbun pada
dinding pembuluh darah. Hal ini menyebabkan saluran
pembuluh darah menjadi lebih sempit sehingga mengganggu
suplai darah ke otak. Hiperkolestrol akan meningkatkanya LDL
(lemak jahat) yang akan mengakibatkan terbentuknya
arterosklerosis yang kemudian diikuti dengan penurunan
elastisitas pembuluh darah yang akan menghambat aliran darah
(Junaidi, 2011).
j) Diabetes Mellitus (DM)
Diabetes melitus mempercepat terjadinya arteriskelorosis baik
pada pembuluh darah kecil maupun pembuluh darah besar atau
pembuluh darah otak dan jantung. Kadar glukosa darah yang
tinggi akan menghambat aliran darah dikarenakan pada kadar
gula darah tinggi terjadinya pengentalan darah sehingga
menghamabat aliran darah ke otak. Hiperglikemia
dapatmenurunkan sintesis prostasiklin yang berfungsi
melebarkan saluran arteri, meningkatkanya pembentukan
trombosis dan menyebabkan glikolisis protein pada dinding
arteri.
Diabetes melitus juga dapat menimbulkan perubahan pada
sistem vaskular (pembuluh darah dan jantung), diabetes melitus
mempercepat terjadinya arteriosklerosis yang lebih berat, lebih
tersebar sehingga risiko penderita stroke meninggal lebih besar.
Pasien yang memiliki riwayat diabetes melitus dan menderita
stroke mungkin diakibatkan karena riwayat diabetes melitus
diturunkan secara genetik dari keluarga dan diperparah dengan
pola hidup yang kurang sehat seperti banyak mengkonsumsi
makanan yang manis dan makanan siap saji yang tidak
diimbangi dengan berolahraga teratur atau cenderung malas
bergerak (Burhanuddin et all, 2012).
k) PenyakitJantung
Penyakit atau kelainan jantung dapat mengakibatkan iskemia
pada otak. Ini disebabkan karena denyut jantung yang tidak
teratur dapat menurunkan total curah jantung yang
mengakibatkan aliran darah di otak berkurang (iskemia). Selain
itu terjadi pelepasan embolus yang kemudian dapat menyumbat
pembuluh darah otak. Ini disebut dengan stroke iskemik akibat
trombosis. Seseorang dengan penyakit atau kelainan jantung
beresiko terkena atroke 3 kali lipat dari yang tidak memiliki
penyaki atau kelainan jantung. (Hull, 1993)
l) Obesitas
Obesitas merupakan faktor predisposisi penyakit kardiovaskuler
dan stroke (Wahjoepramono, 2005). Jika seseorang memiliki
berat badan yang berlebihan, maka jantung bekerja lebih keras
untuk memompa darah ke seluruh tubuh, sehingga dapat
meningkatkan tekanan darah (Patel, 1995). Obesitas dapat juga
mempercepat terjadinya proses aterosklerosis pada remaja dan
dewasa muda (Madiyono, 2003). Oleh karena itu, penurunan
berat badan dapat mengurangi risiko terserang stroke.
6. Patofisiologi/patway ( Ramdan dan Tiara )

a. Stroke iskemik
Terjadi apabila terjadi oklusi atau penyempitan aliran darah
ke otak dimana otak membutuhkan oksigen dan glukosa sebagai
suber energi agar fungsinya tetap baik. Aliran drah otak atau
Cerebral Blood Flow (CBF) dijaga pada kecepatan konstan
antara 50-150 mmHg (Price, 2006). Aliran darah ke otak
dipengaruhi oleh: a. Keadaan pembuluh darah Bila menyempit
akibat stenosis atau ateroma atau tersumbat oleh trombus atau
embolus maka aliran darah ke otak terganggu. b. Keadaan darah
14 Viskositas darah meningkat, polisitemia menyebabkan aliran
darah ke otak lebih lambat, anemia yang berat dapat
menyebabkan oksigenasi otak menurun. c. Tekanan darah
sistemik Autoregulasi serebral merupakan kemampuan intrinsik
otak untuk mempertahankan aliran darah ke otak tetap konstan
walaupun ada perubahan tekanan perfusi otak. d. Kelainan
jantung Kelainan jantung berupa atrial fibrilasi, blok jantung
menyebabkan menurunnya curah jantung. Selain itu lepasnya
embolus juga menimbulkan iskemia di otak akibat okulsi lumen
pembuluh darah. Jika CBF tersumbat secara parsial, maka
daerah yang bersangkutan langsung menderita karena
kekurangan oksigen. Daerah tersebut dinamakan daerah
iskemik. Infark otak, kematian neuron, glia, dan vaskular
disebabkan oleh tidak adanya oksigen dan nutrien atau
terganggunya metabolisme (Robbins, 2007).
b. stroke hemoragic
Perdarahan intrakranial meliputi perdarahan di parenkim
otak dan perdarahan subaraknoid. Insiden perdarahan
intrakranial kurang lebih 20 % adalah stroke hemoragik, dimana
masing-masing 10% adalah perdarahan subaraknoid dan
perdarahan intraserebral (Caplan, 2009). 16 Perdarahan
intraserebral biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisma
(Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling
sering terjadi di daerah subkortikal, serebelum, dan batang otak.
Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola berdiameter
100 – 400 mikrometer mengalami perubahan patologi pada
dinding pembuluh darah tersebut berupa degenerasi
lipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma
Charcot Bouchard. Pada kebanyakan pasien, peningkatan
tekanan darah yang tiba-tiba menyebabkan pecahnya
penetrating arteri. Keluarnya darah dari pembuluh darah kecil
membuat efek penekanan pada arteriole dan pembuluh kapiler
yang akhirnya membuat pembuluh ini pecah juga. Hal ini
mengakibatkan volume perdarahan semakin besar (Caplan,
2009). Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta
kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi,
menyebabkan neuron-neuron di dearah yang terkena darah dan
sekitarnya lebih tertekan lagi. Gejala neurologik timbul karena
ekstravasasi darah ke jaringan otak yang menyebabkan nekrosis
(Caplan, 2009). Perdarahan subaraknoid (PSA) terjadi akibat
pembuluh darah disekitar permukaan otak pecah, sehingga
terjadi ekstravasasi darah ke ruang subaraknoid. Perdarahan
subaraknoid umumnya disebabkan oleh rupturnya aneurisma
sakular atau perdarahan dari arteriovenous malformation
(AVM) (Caplan, 2009).
7. Komplikasi ( Khoelina )
1) Infeksi Thorax
Infeksi adalah peristiwa masuk dan penggandaan
mikroorganisme pada penjamu rentan yang terjadi melalui
kode transmisi kuman yang tertentu, cara transmisi
mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet
maupun airbone, dan dengan kontak langsung yang terjadi di
thorax.
Central Periodic Breathing(CPB), termasuk pernapasan
Cheyne-Stokesdan Central Sleep Apnea(CSA) ditemukan pada
penderita stroke. Pernapasan Cheyne-Stokes adalah suatu pola
pernapasan yang amplitudonya mula-mula naik kemudian turun
bergantian dengan periode apnea. Pola pernapasan ini sering
dijumpai pada pasien stroke,akan tetapi tidak memiliki korelasi
anatomis yang spesifik. Salah satu penelitian melaporkan CPB
terjadi pada kurang lebih 53% pasien penderita stroke. Selain
menimbulkan gangguan kontrol respirasi sentral, hemiplegi
akut pada stroke berhubungan dengan risiko kematian akibat
infeksi paru. Kemungkinan infeksi paru cukup besar pada
pasien dengan aspirasi dan hipoventilasi. Kontraksi otot
diafragma pada sisi yang lumpuh akibat stroke akan berkurang
pada pernapasan volunter, tidak berpengaruh pada pernapasan
involunter. Emboli paru juga pernah dilaporkan terjadi pada
9% kasus stroke.
2) Pneumonia
Pneumonia dalam arti umum adalah peradangan parenkim
paru yang disebabkan oleh mikroorganisme bakteri, virus,
jamur, parasit. Namun pneumonia juga dapat disebabkan oleh
bahan kimia ataupun karena paparan fisik seperti suhu atau
radiasi. Peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh
penyebab lain selain mikroorganisme (fisik, kimiawi, alergi)
sering disebut sebagai pneumonitis. Menurut gejala kliniknya,
pneumonia dibedakan menjadi pneumonia klasik dan
pneumonia atipik. Adanya batuk yang produktif adalah ciri
pneumonia klasik, sedangkan pneumonia atipik mempunyai
ciri berupa batuk nonproduktif.
Peradangan paru pada pneumonia atipik terjadi pada
jaringan interstitial sehingga tidak menimbulkan eksudat.
Menurut lingkungan kejadiannya, pneumonia dibedakan
menjadi communityacquiredpneumonia, hospital acquired,
serta pneumonia pada pasien immunocompromised. Pembagian
ini dibuat untuk memudahkan dalam menentukanjenis
mikroorganisme penyebabnya. Bakteri penyebab pneumonia
adalahStreptococcus pneumoniae, Streptococcuspyogenes,
Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas
aeruginosa, Escherichia coli, Yersinia pestis.
3) Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di
sepanjang saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat
poliferasi suatu mikroorganisme. Sebagian besar infeksi
saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi jamur dan virus
juga dapat menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering
disebabkan oleh Escherichia coli, suatu kontaminan tinja yang
sering ditemukan di daerah anus. Dikatakan terinfeksi apabila
terdapat kuman pada kultur urin >100.000/ml urin.
Infeksi saluran kemih sering terjadi pada anak perempuan
dan wanita. Salah satu penyebabya adalah uretra. Uretra wanita
yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah
memperoleh akses ke kandung kemih. Faktor lain yang
berperan meningkatkan infeksi saluran kemih adalah
kecenderungan untuh menahan urin. Pada laki laki juga dapat
terjadi infeksi saluran kemih walupun lebih jarang daripada
wanita
4) Konstipasi
Konstipasi adalah perubahan dalam frekuensi dan
konsistensi dibandingkan dengan pola defekasi individu yang
bersangkutan, yaitu frekuensi defekasi kurang dari tiga kali per
minggu dan konsistensi tinja lebih keras dari
biasanya.Konstipasi fungsional didasarkan atas tidak
dijumpainya kelainan organik ataupun patologisyang
mendasarinya walau telah dilakukan pemeriksaan objektif yang
menyeluruh.Pasien yang mengalami konstipasi memiliki
persepsi gejala yang berbeda-beda. Menurut World
Gastroenterology Organization(WGO) beberapa pasien (52%)
mendefinisikan konstipasisebagai defekasi keras, tinja seperti
pil atau butir obat (44%), ketidakmampuan defekasi saat
diinginkan (34%),atau defekasi yang jarang (33%).
Penyebab terjadinya konstipasi dapat dibedakan
berdasarkan struktur atau gangguan motilitas dan fungsiatau
gangguan bentuk pelvik. Gangguan motilitas dapat disebabkan
oleh nutrisi tidak adekuat, motilitas kolon melemah, dan faktor
psikiatri. Gangguan bentuk pelvik dapat berupa fungsi pelvik
dan sfingter melemah, obstruksi pelvik, prolapsus rektum,
enterokel, intususepsi rektum, dan rektokel.
5) Depresi
Pedoman Penggolongan dan Diagnostik Gangguan Jiwa di
Indonesia edisi III (PPDGJ-III, 1993) mendefinisikan depresi
sebagai gangguan afektif (alam perasaan) yang pada umumnya
ditandai oleh gejala-gejala :
a) Kurang nafsu makan atau penurunan berat badan yang
cukup berarti, atau penambahan nafsu makan dan
penambahan berat badan yang cukup berarti.
b) Gangguan tidur (insomnia atau hipersomnia)
c) Agitasi atau sebaliknya melambatkan psikomotor (gerak).
d) Hilang minat atau rasa senang dalam semua kegiatan
(yang biasa dikerjakannya) dan waktu senggang (hobi).
e) Berkurangnya energi, mudah lelah yang nyata oleh kerja
sedikit saja
f) Hilangnya semangat dan kegairahan hidup. Berkurangnya
aktifitas, mudah lelah oleh kerja sedikit saja.
g) Perasaan tak berguna, menyalahkan diri sendiri, atau
perasaan bersalah berlebihan dan tidak tepat.
h) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang, rasa rendah
diri.
i) Pandangan masa depan suram dan pesimistis.
j) Keluhan atau tanda tanda berkurangnya kemampuan
berfikir atau konsentrasi, perlambat proses pikir atau tidak
mampu.
k) Iritabel, mudah tersinggung atau marah. Rasa sedih,
murung, hancur luluh, putus asa, merasatak tertolong lagi.
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri sendiri,
pikiran berulang tentang kematian, gagasan bunuh diri,
keinginnan mati atau usaha bunuh diri.
6) Kejang
Kejang pasca stroke dan epilepsi merupakan penyebab
tersering dari sebagian besar pasien yang masuk rumah sakit,
baik sebagai gejala klinis ataupun sebagai komplikasi pasca
stroke. Faktor usia menjadi faktor risiko independen untuk
stroke, dengan kecenderungan terjadinya peningkatan kejadian
dan prevalensi kejang pasca stroke dan epilepsi pasca stroke.
Baku emas untuk diagnosis epilepsi adalah pemantauan vidio
EEG secara simultan, yang mengkaitkan temuan EEG dengan
serangan. Pasien dipantau 2 jam dengan radiotelemetri yang
dipasang di kepala pasien.
7) Stroke Berulang
Kejadian Stroke yang terjadi setelah stroke pertama.
Serangan stroke ulang masih sangat mungkin terjadi dalam
kurun waktu 6 bulan pasca serangan stroke yang pertama.
Serangan stroke ulang pada umumnya lebih berakibat fatal
daripada serangan stroke yang pertama.Penelitian Xu,dkk
memperlihatkan bahwa serangan stroke ulang pada tahun
pertama dijumpai pada 11,2% kasus. Pengendalian faktor
resiko yang tidak baik merupakan penyebab utama munculnya
serangan stroke ulang. Penelitian diatas menunjukkan bahwa
serangan stroke ulang pada umumnya dijumpai pada individu
dengan hipertensi yang tidak terkendali dan merokok. Pada
pengamatan selama lima tahun pasca serangan stroke, serangan
stroke ulang dijumpai pada 32 kasus. Hal ini berarti sepertiga
pasien stroke akan mengalami serangan stroke ulang dalam
lima tahun pasca serangan stroke yang pertama.
8) Dekubitus
Dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat
mengakibatkan meningkatkan biaya, lama perawatan di rumah
sakit serta memperlambat program rehabilitasi bagi penderita.
Selain itu dekubitus juga dapat menyebabkan nyeri yang
berkepanjangan, rasa tidak nyaman, meningkatkan biaya dalam
perawatan dan penanganannya serta menyebabkan komplikasi
berat yang mengarah ke sepsis, infeksi kronis, sellulitis,
osteomyelitis, dan meningkatkan prevalensi mortalitas pada
klien lanjut usia. Dekubitus sering terjadi pada pasien tirah
baring seperti pada pasien stroke. Pada pasien stroke dengan
gangguan mobilisasi, pasien hanya berbaring saja tanpa mampu
untuk mengubah posisi. karena keterbatasan tersebut. Tindakan
pencegahan dekubitus harus dilakukan sedini mungkin dan
terus menerus, sebab pada pasien stroke dengan gangguan
mobilisasi yang mengalami tirah baring di tempat tidur dalam
waktu yang cukup lama tanpa mampu untuk merubah posisi
akan berisiko tinggi terjadinya luka tekan (dekubitus).
9) Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrien. Gagal
jantung kongestif dapat disebabkan oleh :
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan
otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas
jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner, hipertensi
arterial, dan penyakit degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi
hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat).
Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan
penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi yang secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun.
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
4. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini
secara langsung merusak serabut jantung menyebabkan
kontraktilitas menurun.
5. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit
jantung yang sebenarnya, yang secara langsung
mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung
(stenosis katup semiluner), ketidakmampuan jantung untuk
mengisi darah (tamponade, perikardium, perikarditif
konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak
afterload.
8. Pemeriksaan Penunjang ( Khoelina )
1) Laboratorium : dasar rutin, gula darah, urin rutin, cairan
serebrospinal, AGD, biokimia darah, elektrolit.
2) CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya
perdarahan dan juga untuk memperlihatkan adanya, edema
hematoma, iskemia, dan adanya infark.
3) Ultrasonografi doppler : mengidentifikasi penyakit arterio vena.
4) Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke
secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
5) MRI : menunjukan darah yang mengalami infark, hemoragic.
6) EEG : memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
7) Sinar X tengkorak : menggangbarkan prubahan kelenjar
lempeng pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas,
klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosit serebral,
klasifikasi parsial dinding aneurisme pada perdarahan sub
arachhnoid.
9. Penatalaksaan/ Manajemen terapi ( Filda )
a. Stadium hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di intalasi gawat darurat
dan merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal
bertujuan agar kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada
stadium ini, pasien diberi oksigen 2 L/ menit dan cairan
kristaloid/koloid; hindari pemberian cairan dekstrosa atau salin
dalam H20. Dilakukan pemeriksaan CT-scan otak,
elektrokardiografi, photo thorax, dara perifer lengkap dan
jumlah trombosit, protombin tem/INR, APTT, glukosa darah,
kimia darah (termasuk elektrolit). Jika hipoksia dilakukan
analisis gas darah. Tindakan lain di instalasi gawat darurat
adalah pemberian dukungan mental kepada pasien serta
memberikan penjelasan pada keluarganya agar tetap tenang.
b. Stadium akut
Pada stadium ini, dilakukan penangan faktor-faktor Etiologik
maupun penyulit. Juga dilakukan tindakan terapi fisik, akupasi,
wicara, dan psikologis serta telaah sosial untu membantu
pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi kepada keluarga
pasien perlu, menyangkut dampak stroke terhadap pasien dan
keluarga serta tatacara perawatan pasien yang dapat dilakukan
keluarga.
1) Stroke iskemik
Terapi umum :
 letakan kepala pasien pada posisi 30 derajat, kepala
dan dada pada satu bidang
 ubah posisi tidur setiap 2 jam
 mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik sudah
stabil. Selanjutnya, bebaskan jalan nafas, beri oksigen
1-2L/Menit sampai didapatkan hasil analisis gas darah.
 Jika perlu dilakukan intubasi, demam diatasi dengan
kompres dan anti piretik, kemudian dicari
penyebabnya; jika kandung kemih penuh, dikosongkan
(sebaiknya dengan kateter intermiten).
 Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid
atau koloid 1500-2000 ml. Dan elektrolit sesuai
kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau
salin isotonik. Pemberian nutrisi per oral hanya jika
fungsi menelannya baik, jika didapatkan gangguan
menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan melalui
selang nasogastrik. Kadar gula darah < 150 mg% harus
dikoreksi sampei batas gula darah sewaktu 150mg%
dengan insulin drip, intravena continu selama 2-3 hari
pertama. Hipoglikemia (kadar gula < 60 Mg% atau
<80mg%) dengan gejala diatasi segara dengan
dextrosa 40% IV sampai kembali normal dan harus
dicari penyebabnya nyeri kepala atau mual dan muntah
diatasi dengan pemberian obat obatan sesuai gejala
tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali
bila tekanan sistolik < 220mmHg, diastolik <
120mmHg mean arterial blood pressure (MAP) <
130mmHg (pada 2x pengukuran dengan selang waktu
30 menit), atau didapatkan Inpark mikoard akut (gagal
jantung kongestif serta gagal Ginjal) penurunan
tekanan darah maksimal adalah 20% d
 obat yang direkomendasikan : natrium nitropusid,
penyekat reseptor, alfa beta, penyekat AC atau
antagonis Calsium. Jika terjadi hipotensi yaitu tekanan
sistolik <90 mmHg diastolok < 70 mmHg, diberi NacL
0,9% 250 ml selama 1 jam, dilakukan 500 ml Selama 4
Jam dan 500 ml selama 8 jam atau sampai hipotensi
dapat diatasi yaitu tekanan darah sistolik hipotensi
dapat diatasi. Jika belum terkoreksi, yaitu tekanan
darah sistolik masih kurang 90 mmHg. Dapat diberi
dopamin 2-20 pg/kg/menit sampai tekanann darah
sistolik >110 mmHg. Jika kejang, diberi diazepam 5-
20mg Iv pelan-pelan maksimal 100 mg/ hari.
Dialnjutkan pemberian antikonkulsan peroral (penitoin
kalbarnazepin). Jika kejang muncul setelah 2 minggu
diberi anti konpulsan peroral jangka panjang, jika
didapatkan tekanan meningkat, diberi manitol bolus
intravena 0,25- 1 g/kg/bb per 30 menit. Dan jika
dicurigain fenomena reborn atau keadaan umum
memburuk dilanjutkan 0,25 g/ Kg/bb per 30 menit
setiap 6 jam selama 3- 5 hari. Harus dilakukan
pemantauan osmolaritasi (>320 mmMol) sebagai
alternatif, dapat diberikan larutan hypertonik (naCl 3%
atau forosemid).
Terapi khusus
 ditujukan untuk referfusi dengan pemberian anti
patelet seperti aspirin dan antikoagulan, atau yang
dianjurkan dengan trombolitik Rt-PA (recombinant
tissue Plasminogen Aktivator) dapat pula diberi agen
neouroproteksi, yaitu citycolin atau pirasitam (jika
didapatkan afasia).
2) Stroke Hemoragik
Terapi umum
 Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika
volume hematoma > 30 mL, perdarahan
intraventrikuler dengan hindrosefalus,dan
keadaanklinis cenderung memburuk. Tekanan darah
harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau
15-20% bila tekanan sistolik > 180 mmHg, diastolik >
120 mmHg, MAP > 130 mmHg, dan volume
hematoma bertambah. Bila terdapat gagal jantung,
tekanan darah harus segera diturunkan denganlabetalol
Iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit) samapi 20 mg
(pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg;
enalapril Iv 0,625-1,25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali
6,25-25 mg per-oral.
 Jika didapatkan tandatekanan intrakranial meningkat,
posisi kepala dinaikkan 30‫ﹾ‬, posisi kepala dan dada di
satu bidang, pemberianmanitol dan hiperventilasi
(pCO, 20-35 mmHg). Penatalaksanaan umum sama
dengan pada stroke iskemik, tukak lambung diatasi
dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau
inhibitor pompa proton; komplikasi saluran nafas
dicegah dengan fisioterapi dan diobati dengan
antibiotik spektrum luas.
Terapi khusus
 Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat
vasodilator. Tindakan bedah mempertimbangkan usia
dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang
kondisinya kian memburuk dengan perdarahan
serebelum berdiameter > 3 cm³, hidrosefalus akut
akibat perdarahan interventrikel atau serebelum,
dilakukan VP-shunting, dan akut dan ancaman
herniasi. Pada perdarahan subaraknoid, dapat
digunakan antagonis Kalsium (nimodipin) atau
tindakan bedah (ligasi, embolisasi, ekstirpasi, maupun
gamma knife) jika penyebabnya adalah aneurisma atau
malformasi arteri-vena (arteriovenous malformation,
AVM).
3) Stadium Subakut
Tindakan medis
dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi
wicara, dan bladder training (termasuk terapi fisik).
Mengingat perjalanan penyakit yang panjang, dibutuhkan
penatalaksanaan khusus intensif pasca stroke di Rumah
Sakit dengan tujuan kemandirian pasien, mengeri,
memahami dan melaksanakan program preventif primer
dan sekunder. Terapi fase subakut antara lain:
1) Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya
2) Penatalaksanaan komplikasi
3) Restorasi/rehabilitasi yaitu fisioterapi, terapi wicara,
terapi kognitif dan terapi okupasi
4) Prevensi sekunder
5) Edukasi keluarga dan Discharge Planning
B. Asuhuan Keperawatan ( Anisa dan Sri Dayani )
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahapan suatu tahapan dimana seseorang perawat
mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota
keluarga yang dibinanya. Sumber informasi dari tahapan pengkajian
dapat menggunakan metode:
a) Wawancara keluarga
b) Observasi fasilitas rumah
c) Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (dari ujung rambut ke
ujung kaki)
d) Data sekunder: contoh hasil laboratorium, hasil X-Ray, pap
smer dll
Hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
I. Data Umum :
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1. Nama Kepala Keluarga (KK)
2. Alamat dan Telp
3. Pekerjaan Kepala Keluarga
4. Pendidikan Kepala Keluarga
5. Komposisi Keluarga dan Genogram
No Nama Jenis kelamin Hub dg KK umur Pendidikan

6. Tipe Keluarga:
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala
atau masalah masalah yang terjadi dengan jenis tipe
keluarga tersebut
7. Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait
dengan kesehatan
8. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan
9. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Status Sosial Ekonomi keluarga ditentukan oleh
pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota
keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga
ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan
oleh keluarga serta barang yang dimiliki oleh keluarga
( standar upah regional )
10. Aktifitas rekreasi Keluarga
Aktifitas rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan
saja keluarga pergi bersama sama untuk mengunjungi
tempat rekreasi tertentu namun dengan nonton TV dan
mendengarkan Radio juga termasuk aktivitas rekreasi
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga :
1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak
tertua dari keluarga inti. Sebagai contoh Klg bapak A
mempunyai 2 anak, anak pertama berumur 7 tahun dan
kedua berumur 4 tahun , maka keluarga bapak A berada
pada tahapan perkembangan keluarga dengan usia anak
sekolah
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3. Riwayat keluarga Inti
Menjelaskan mengenahi riwayat kesehatan pada keluarga
inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan , riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga , perhatian
terhadap pencegahan penyakit ( status imunisasi ), sumber
pelayanana kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman terhadap pelayanan kesehatan
4. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari
pihak suami dan istri
III. Pengkajian lingkungan
1. Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti
lantai rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat
mengurangai faktor penyebab terjadinya cedera pada
penderita stroke fase rehabilitasi.
2. Karakteristik lingkungan
Derajat kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan.
Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat
kesehatan tidak terkecuali pada hipertensi dan stroke.
(Friedman, 1998).
3. Karakter tetangga dan komunitas
Lingkungan tetangga dan komunitas yang lebih luas
memliki efektifitas yang pasti terhadap kesehatan
masyarakat. Pembentukan suatu sikap dan kebiasaan tidak
sedikit dipengaruhi adanya karakteristik-karakteristik dari
masing-masing komunitas disuatu tempat tertentu
sehingga kebiasaan yang ada dalam masyarakat sedikit
banyak berpengaruh terhadap komunitas kecil didalamnya.
(Friedman, 1998)
4. Mobilitas geografis keluarga
Meskipun lingkungan sosialnya lebih mengikuti selera
pribadi orang desa dan lingkungan tenang, nampaknya
lingkungan pedesaan mempunyai beberapa masalah unik
dan khusus. Komunitas pedesaan secara langsung
dipengaruhi oleh sumber ekonomi primer dari suatu
daerah seperti pertanian, peternakan, perhutanan.
(Friedman, 1998)
5. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Untuk memperoleh informasi tentang bagaimana
pergaulan dan transaksi dari anggota keluarga dan
kelompok komunitas referensi mereka dengan mengkaji
presepsi (perasaan dari dalam hubungannya dengan
pergaulan dengan kelompok komunitas dan organisasi.
(Friedman, 1998)
6. Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk sistim pendukung keluarga adalah jumlah
anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang
dimiliki keluarga untuk menunjangkesehtan mencakup
fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari
anggota keluarga dan fasilitassosial ataudukungan dari
masyarakat.
Berbagai usaha di lakukan untuk pengobatan stroke,
di antaranya : terapi fisik/ fisioterapi, latihan bicara,
latihan mental, terapi okupasi, psiko-terapi, memberi alat
bantu, ortotik prostetik, olahraga, dll. (Lumbantobing,
2004)
IV. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota
keluarga
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk merubah prilaku
3. Struktur peran
Anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran
yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga
puas atau tidak ada konflik dalam peran, dan sebaliknya
bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan
harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam
keluarga. (Friedman, 1998)
4. Nilai dan norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
anggota keluarga yang berhubungan dengan kesehatan
V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya
yang menderita stroke, maka akan menimbulkan stressor
tersendiri bagi penderita. Hal ini akan menimbulkan suatu
keadaan yang dapat menambah seringnya terjadi serangan
stroke karena kurangnya partisipasi keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit (Friedman, 1998)
2. Fungsi Sosialisasi
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga
yang menderita stroke dalam bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan
kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan
anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini mengancam
status emosi menjadi labil dan mudah stress.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Menuju pada kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak
mal nutrisi dengan pemberian asupan makanan yang
seimbang sehingga dengan perawatan keluarga yang
maksimal mungkin maka akan menjadikan anak sehat baik
fisik, mental, sosial maupun spiritualnya. (Effendy,1998)
Fungsi kehatan keluarga yaitu :
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan yang berhubungan dengan: kurangnya
pengetahuan keluarga tentang stroke, tentang
pengertiam, penyebab, tanda gejala dan
penatalaksanaan stroke.
2) Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil
keputusan serta dalam melakukan tindakan yang tepat
tentang stroke berhubungan dengan: tidak memahami
tentang sifat, berat dan luasnya masalah stroke,
ketidakmampuan keluarga dalam memecahkan
masalah karena kurangnya pengetahuan dan sumber
daya keluarga (latar belakang pendidikan dan
penghasialan keluarga), ketidakmampuan keluarga
memilih tindakan di antaranya beberapa alternatif
perawatan dan pengobatan terhadap stroke
3) Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit berhubungan dengan tidak
mengetahui keadaan stroke, misal: sifat stroke,
penyebab stroke, dan tanda gejala stroke
4) Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara dan
memodifikasi lingkungan rumah yang dapat
mempengaruhi stroke berhubungan dengan : kurang
pengetahuan akan manfaat dan keuntungan dan
pemeliharaan lingkungan rumah, kurangnya sumber
daya keluarga, misal : keuangan, keadaan fisik rumah,
yang kurang memenuhi syarat, ketidaktahuan tentang
pentingnya sanitasi lingkungan
5) Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada untuk pengobatan stroke
berhubungan dengan : tidak tahu bahwa fasilitas itu
ada (rumahsakit,tempat pengobatan tradisional cina,
fisioterapi) tidak memahami tentang keuntungan
dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,
tidak da fasilitas kesehatan yang di perlukan di sekitar
tempat tinggal.
4. Fungsi reproduksi: Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi
reproduksi keluarga adalah:
a. Berapa jumlah anak
b. Bagaimana keluarga merencakan jumlah anggota
keluarga
c. Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga
5. Fungsi Ekonomi: hal yang perlu dikaji,
a. Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
papan dan pangan
b. Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada
di masyarakat dalam upaya peningkatan status
kesehatan keluarga
VII. Stress dan Koping Keluarga
1. Stress jangka pendek dan jangka panjang
a. stresor jangka pendek yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu lebih kurang 6 bulan
b. stresor jangka penjang yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu lebih dari 6 bulan
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi /
stressor: hal yang dikaji adalah sejauhmana keluarga
berespon terhadap situsi / stressor
3. Srategi koping yang digunakan : strategi koping apa
yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahannya
4. Strategi adaptasi disfungsional: dijelaskan mengenahi
strategi adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan
VIII. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Kesadaran: umumnya mengelami penurunan
kesadaran
b. Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat,
denyut nadi bervariasi
c. Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu
sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara
2. Pemeriksaan integumen
a. Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak
pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor
kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji
tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang
menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed
rest 2-3 minggu
b. Kuku: perlu dilihat adanya clubbing finger,
cyanosis
c. Rambut: umumnya tidak ada kelainan
3. Pemeriksaan kepala dan leher
a. Kepala: bentuk normocephalik
b. Muka: umumnya tidak simetris yaitu mencong ke
salah satu sisi
c. Leher: kaku kuduk jarang terjadi
4. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas
terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas
tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan
refleks batuk dan menelan.
5. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed
rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.
6. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine

7. Pemeriksaan ekstremitas
didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
8. Pemeriksaan neurologi
a. Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis
VII dan XII central.
9. Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan
pada salah satu sisi tubuh.
10. Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi (gangguan sensorik
pada separuh bagian tubuh). Seperti rasa kesemutan,
rasa penebalan atau mati rasa pada bagian tubuh
tententu.
11. Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh
akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks
fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan
refleks patologis.
IX. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan
harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada
2. Diagnosa ( Robi, Nufikhi, Narita, Dhea )
a. Analisa Data
N DATA ETIOLOGI MASALAH
O
1. DS: ketidakmampuan Hambatan mobilitas
keluarga mengatakan keluarga merawat fisik
semua aktivitas dibantu anggota keluarga
oleh keluarga yg sakit
-keluarga mengatakan (tugas kesehatan
tidak mengerti apa yang keluarga nomor 3)
dikatakan klien karna
suaranya tidak jelas
-keluarga mengatakan
klien pernah jatuh
DO:
-klien tampak lemah
-ekstremitas atas dan
bawah tidak bisa
digerakkan
-keadaan otot menurun
-wajah klien tidak
simetris
2. DS: Ketidakmampuan Risiko cedera
-keluarga mengatakan keluarga
klien pernah jatuh memodifikasi
DO: lingkungan
-klien tampak lemah (tugas kesehatan
-ekstremitas atas dan nomor 4)
bawah tidak bisa
digerakkan
-keadaan otot menurun
b. Skoring ( Penapisan Masalah )
1) Diagnosis keperawatan : Hambatan mobilitas fisik b.d
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
KRITERIA SKOR BOBOT Skoring PEMBENARAN
 Sifat Masalah 3 1 3 Masalah aktual
x1
3 karena sudah
terjadi
 Kemungkinan 1 2 1 Tingkat
x2
masalah dapat 2 pengetahuan
diubah Sebagian keluarga yang
kurang
 Potensi masalah 1 1 1 Masalah sudah
x1
untuk dicegah 3 berjalan lama,
Rendah dan sudah terjadi
gangguan pada
klien
 Menonjolnya 0 1 0 Masalah
x1
masalah 2 gangguan
Masalah tidak mobilisasi fisik
dirasakan tidak dirasakan
oleh keluarga
karena sudah
berjalan lama
Total skor 1
2.3 (2 )
3
2) Diagnosis Keperawatan : Risiko cedera b.d
ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
KRITERIA SKOR BOBOT Skoring PEMBENARA
N
 Sifat masalah 2 1 2 Masalah belum
x1
Ancaman 3 terjadi tetapi
kesehatan ada riwayat
pernah jatuh,
sehingga
diperlukan
upaya
pencegahan
supaya tidak
terjadi cedera
 Kemungkinan 1 2 1 Karena
x2
masalah dapat 2 pengetahuan
diubah sebagian keluarga tentang
pemeliharaan
kesehatan
kurang,
sementara
sumber daya
keluarga cukup
 Potensi masalah 1 1 1 masalah sudah
x1
untuk dicegah 3 berlangsung
Rendah lama dan
menjadi
gangguan bagi
klien
 Menonjolnya 1 1 1 Keluarga
x1
masalah 2 mengaggap
Tidak perlu sakitnya klien
segera ditangani merupakan
masalah, tapi
tidak
memerlukan
penanganan
segera karena
sudah berjalan
lama.
Total skor 5
2.4 ( )
2
c. Diagnosa Keperawatan
1) Risiko cedera b.d ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan
2) Hambatan mobilitas fisik b.d ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit
3. Intervensi ( Lesti, Rahman, Dewi, Vina )
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Domain11: Setelah dilakukan 1. Jelaskan kepada
Keamanan/perlindun tindakan keperawatan, keluarga bahwa
gan keluarga mampu Tn. P memerlukan
memberikan dukungan bantuan anggota
Kelas 2: yang cukup terhadap keluarga lain.
Risiko cedera kondisi Tn. P dengan 2. Tentukan tujuan
kriteria hasil : pasien dan
Risiko cedera b.d 1. Keluarga mampu keluarga
ketidakmampuan memahami kondisi mengelola
keluarga Tn.P yang lingkungan dan
memodifikasi memerlukan kenyamanan yang
lingkungan (00035) bantuan anggota optimal
keluarga lain. 3. Hindari gangguan
2. Keluarga mampu yang tidak perlu
memodifikasi dan berikan waktu
lingkungan yang untuk istirahat
kondusif untuk 4. Ciptakan
mencegah cedera lingkungan yang
tenang dan
mendukung
2 Domain4: Setelah dilakukan 1. Kaji kebutuhan
Aktivitas/Istirahat tindakan keperawatan, terhadap bantuan
diharapkan pasien dapat pelayanan
Kelas2: Hambatan memperlihatkan kesehatan di
Mobilitas Fisik mobilitas yang rumah dan
dibuktikan oleh kebutuhan
Hambatan mobilitas indicator berikut : terhadap peralatan
fisik b,d 1. Gangguan ekstrem pengobatan yang
ketidakmampuan 2. Berat tahan lama.
keluarga merawat 3. Sedang 2. Ajarkan dan
anggota keluarga 4. Ringan dukung pasien
yang sakit (00085) 5. Tidak mengalami dalam latihan
gangguan ROM aktif dan
Dengan kriteria hasil: pasif
1. Tidak terjadi 3. Berikan
kontraktur sendi penguatan positif
2. Bertambahnya selama aktifitas
kekuatan otot 4. Dukung keluarga
3. Klien menunjukkan dan pasien untuk
tindakan untuk memandang
meningkatkan keterbatasan
mobilitas dengan realitas
BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan
peredaran darah di otakyang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di
otak sehingga mengakibatkanseseorang menderita kelumpuhan atau
kematian. Stroke masih merupakan masalah medisyang menjadi masalah
kesakitan dan kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 diAmerika
Serikat. Sebanyak 10% penderita stroke mengalami kelemahan
yangmemerlukan perawatan. Pengkajian yang sangat diperhatikan dalam
asuhan keperawatanstroke ini adalah pemeriksaan fisik 12 saraf kranial.
Diagnosa yang dapat diangkat padaasuhan keperawatan pasien dengan
stroke ini adalah Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
tidak adekuatnya sirkulasi darah serebral, Kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan gangguan neuromuskular, Defisit perawatan diri
berhubungandengan gangguan neuromuskular, Defisit pengetahuan:
keluarga berhubungan denganketerbatasan kognitif, Kerusakan
komunikasi verbal behubungan dengan kerusakan neuromuskular,
Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma
neurologis,Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan
psikososial dan Resiko tinggi terhadap menelan behubungan dengan
kerusakan neuromuskular.

3.2 Saran
Agar pengetahuan tentang “Askep Stroke pada keluarga” dapat di
pahami dan dimengerti sebaiknya makalah ini di pelajari dengan baik
karena dengan mengetahui “Askep Stroke pada keluarga” dapat
menambah pengetahuan dan wawasan dalam ilmu medis. Karena dengan
bertambah nya pengetahuan dan wawasan tersebut maka kita akan
temotivasi lagi untuk belajar menjadi orang yang lebih baik dalam hal
ilmu pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai