Anda di halaman 1dari 49

STUDENT PROJECT 3

KEPERAWATAN GERONTIK
“Terapi Aktivitas Kelompok Dan Sosiodrama Pada Lansia”

Oleh SGD 4:
Luh Putu Saskarawati Oktaviana 1502105001
Kadek Dwi Irmayanti 1502105010
Ni Kadek Desi Ayani 1502105018
Luh Dea Pratiwi 1502105025
Komang Hadpani 1502105027
Ni Made Sekar Sari 1502105042
Ni Made Sinta Febrina 1502105043
Made Edi Pramana Putra 1502105046
Sang Putu Angga Winata 1502105064
Ni Made Risa Dwiyani 1402105065

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
LEARNING TASK TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK DAN
SOSIODRAMA PADA LANSIA

Kasus II (Kelompok SGD 4-6)

Ketika melaksanakan Praktek Klinik di Panti Werda. Mahasiswa menemukan


Data bahwa terdapat 10 Lansia mengalami keterbatasan melakukan ADL. Lansia
mengeluh jarang ditengok oleh keluarganya sehingga mereka malas untuk
melakukan aktifitas. Disamping itu berdasarkan pengkajian ditemukan data 15
lansia menderita Hipertensi, 10 lansia menderita Depresi Sedang dan juga terdapat
lansia yang sudah mengalami dimensia.

1. Identifikasi masalah keperawatan apa yang bisa terjadi pada lansia di Desa
Selat?
2. Identifikasi Terapi Aktivitas Kelompok apa saja yang bisa dilakukan pada
lansia tersebut!
3. Buat Satuan Acara Kegiatan dan Skenario Terapi Aktivitas Kelompok dan
Sosiodrama yang bisa dilakukan pada lansia tersebut!
1. Identifikasi masalah keperawatan apa yang bisa terjadi pada lansia di
Desa Selat?
Jawab :
Beberapa masalah keperawatan yang bisa terjadi pada lansia di Desa Selat
diantaranya (NANDA, 2014) :
1) Penelantaran Diri (Self-Neglect)
Stuart dan Sundeen (dalam Mastuti, 2016) menjelaskan bahwa adanya
dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu
individu menyelesaikan masalah, adanya suatu dukungan yang
diberikan keluarga terhadap lansia maka timbul rasa percaya diri yang
tinggi dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi dengan
sendiri pun juga meningkat. Secara psikologis, lansia akan merasa
bahagia apabila mendapatkan dukungan sosial yang membuat lansia
merasa nyaman, tentram, dan damai dalam menjalani kehidupannya
(Suardiman, 2011 dalam Mastuti, 2016). Hal ini menunjukkan bahwa
jika lansia yang tinggal di Panti Werda tidak diperhatikan oleh keluarga
(tidak dijenguk dalam kasus) akan menyebabkan lansia tidak merasa
bahagia dan menyebabkan penelantaran diri sendiri.
2) Penurunan Curah Jantung (Decreased Cardiac Output)
Untuk pertimbangan gerontologi. Perubahan struktural dan fungsional
pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
3) Ketidakpatuhan (Noncompliance)
Banyak faktor yang memengaruhi keterkontrolan tekanan darah pada
usia lanjut, diantaranya faktor pasien, faktor obat, faktor tanaga
kesehatan dan faktor sistem kesehatan. Selain itu, kontrol tekanan darah
juga dinilai sangat dipengaruhi kepatuhan pasien dalam mengonsumsi
obat hipertensi. Dengan demikian, diperlukan usaha untuk
meningkatkan kepatuhan pasien hipertensi usia lanjut dalam
mengonsumsi obat antihipertensi (Khomaini dkk, 2017). Pada
penelitian (Khomaini dkk, 2017), didapatkan bahwa pemberian edukasi
terstruktur selama 90 hari pada pasien usia lanjut dengan hipertensi
dapat menurunkan tekanan darah sistolik (TDS).
4) Gangguan Regulasi Suasana Hati (Impaired Mood Regulation)
Depresi merupakan gangguan yang paling sering muncul pada masa–
masa terakhir kehidupan individu. Depresi dapat digolongkan sebagai
gangguan mood berupa gangguan emosional yang bersifat tertekan,
sedih, tidak berharga, tidak mempunyai semangat dan pesimis terhadap
hidup mereka (Alexopoulos dkk, 2011 dalam Mulyadi dkk, 2016).
5) Risiko Bunuh Diri (Risk for Suicide)
Depresi dapat mengakibatkan keadaan dimana salah satu fungsi
manusia terganggu dalam satu masa yang berkaitan dengan alam
perasaan dan terdapat gejala yang menyertainya. Gejala penyerta
depresi tersebut adalah perubahan pada pola tidur dan nafsu makan,
psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya,
serta bunuh diri (Widianingrum, 2016).
6) Gangguan Ingatan (Impaired Memory)
Lansia secara fisiologis terjadi penurunan fungsi kognitif (daya ingat)
yang bersifat ireversibel. Kondisi ini disebabkan oleh proses penuaan
dan perubahan degeneratif yang mungkin progresif (Gething et al,
2004; Lovell, 2006 dalam Kushariyadi, 2017). Perubahan neuron dan
sinaps otak sebagai pembentukan daya ingat juga mengalami penurunan
seiring bertambahnya usia (Solso et al, 2008; Wade et al, 2008 dalam
Kushariyadi, 2017)
2. Identifikasi Terapi Aktivitas Kelompok apa saja yang bisa dilakukan pada
lansia tersebut!
Jawab :
a. Senam hipertensi (Hernawan, 2017)
Senam hipertensi merupakan olah raga yang salah satunya
bertujuan untuk meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen
kedalam otot-otot dan rangka yang aktif khususnya terhadap otot
jantung. kebutuhan oksigen dalam sel akan meningkat untuk proses
pembentukan energi, sehingga terjadi peningkatan denyut jantung,
sehingga curah jantung dan isi sekuncup bertambah. Dengan demikian
tekanan darah akan meningkat. Setelah berisitirahat pembuluh darah
akan berdilatasi atau meregang, dan aliran darah akan turun sementara
waktu, sekitar 30-120 menit kemudian akan kembali pada tekanan
darah sebelum senam. Jika melakukan olahraga secara rutin dan terus
menerus, maka penurunan tekanan darah akan berlangsung lebih lama
dan pembuluh darah akan lebih elastis. Senam hipertensi dilakukan
selama 30 menit dengan tahapan 5 menit latihan pemanasan, 20 menit
gerakan peralihan dan 5 menit gerakan pendinginan dengan frekuensi 4
kali dalam 2 minggu. Pada penelitian ini didapatkan bahwa senam
hipertensi berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistol dan
diastol.
b. Pemberian edukasi terstruktur dan kepatuhan minum obat antihipertensi
(Khomaini, 2017)
Edukasi terstruktur yang dimaksud yaitu penjelasan yang diberikan
dokter kepada pasien atau pelaku rawat untuk mewujudkan kepatuhan
konsumsi obat antihipertensi, mengurangi jumlah asupan garam sampai
2 gram (Na:80 mmol) atau ½ sendok teh garam dapur perhari, dan
aktivitas olahraga ≥2 kali seminggu minimal 30 menit yang diberikan
dalam setiap kunjungan, selama 3 bulan.
Format edukasi hipertensi :
1. Apa pengertian hipertensi
2. Mengapa dapat timbul hipertensi pada usia lanjut
3. Bagaimana dampaknya terhadap bagian tubuh penderita
4. Bagaimana gejala dan sifat penyakit
5. Menjelaskan pengobatan hipertensi (menghindari kebiasaan
merokok, latihan, penurunan berat badan, diet, pengobatan
antihipertensi)
6. Menjelaskan efek samping dari pengobatan
7. Menjelaskan konsekuensi ketidakpatuhan dalam meminum obat
dan perlunya kerjasama antara dokter dan pasien
8. Rekomendasi untuk pemantauan diri sendiri (self monitoring) atau
dengan pengawas
9. Mengevaluasi kembali pemahaman pasien sesuai dengan tingkat
pendidikannya

Selain itu, pemberian lembar checklist obat antihipertensi yang


menunjukkan bahwa obat telah dikonsumsi oleh pasien dilakukan
dengan pemberian tanda centang dan menunjukkan bungkus obat yang
telah diminum setiap kontrol. Dan didapatkan hasil bahwa pemberian
edukasi terstruktur selama 90 hari pada lansia dengan hipertensi dapat
menurunkan tekanan sistolik dan diastolik.

c. Terapi Tertawa
Terapi tertawa merupakan terapi untuk mencapai kegembiraan di
dalam hati dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara tawa, atau
senyuman, perasaan hati yang lepas, dan bergembira, peredaran darah
lancar serta memelihara kesehatan (Agustin, 2015). Terapi tertawa
merupakan metode terapi denngan menggunakan humor dan tawa
dalam membantu menyelesaikan masalah ganngguan musik maupun
mental.
Dalam penelitian PKS. Tage, 2016. Mengatakan bahwa dengan
tertawa 20 menit setara dengan berolahraga ringan selama 2 jam,
dengan tertawa peredaran darah dalam tubuh menjadi lancar, kadar
oksigen meningkat, dan tekanan darah menjadi normal. Dalam
melakukan terapi tertawa terjadi pelepasan endorphin ke dalam
pembuluh darah sehingga apabila terjadi relaksasi maka pembuluh
darah mengalami vasodilatasi sehingga tekanan darah dapat turun.
d. Terapi musik
Terapi musik adalah usaha mengingkatkan kualitas fisik dan mental
dengan rangsang suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre,
bentuk dan gaya yang diorganisir sehingga tercipta music yang
bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental. Ketika music diterapkan
menjadi terapi, music dapat meningkatkan, memulihkan, dan
memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial, dan spiritual.
Sebuah penelitian yang dilakukan Supriadi. D, 2015 terdapat
pengaruh pemberian terapi music terhadap penurunan tekanan darah.
Saat mendengarkan music bertempo lambat suara masuk ke telinga
melewati telinga bagian luar, tengah, dan dalam. Dimana gelombang
suara diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang dapat diterima oleh otak
sebagai sensai suara. Saat suara didengarkan maka akan menimbulkan
penurunan pelepasan katekolamin ke dalam pembuluh darah, sehingga
tubuh mengalami relaksasi, denyut jantung berkurang dan tekanan
darah menjadi turun.
3. Buat Satuan Acara Kegiatan dan Skenario Terapi Aktivitas Kelompok
dan Sosiodrama yang bisa dilakukan pada lansia tersebut!
Jawab :
1) Satuan Acara Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok Hipertensi (SAK TAK
Hipertensi)

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


SENAM HIPERTENSI
DI PANTI WERDA SEJAHTERA DENPASAR
JUMAT, 26 OKTOBER 2018

A. JUDUL

Terapi Aktivitas Kelompok : Senam Hipertensi di Panti Werda Sejahtera


Denpasar.
B. LATAR BELAKANG
Panti Werda Sejahtera terdapat 10 lansia yang mengalami
keterbatasan dalam melakukan activity daily living (ADL). Lansia juga
mengeluh jarang ditengok oleh keluarganya sehingga mereka malas untuk
melakukan aktivitas. Berdasarkan pengkajian, ditemukan data 15 lansia
menderita hipertensi. 10 lansia menderita depresi sedang. Terdapat pula
lansia yang sudah mengalami demensia.
Proses penuaan akan memengaruhi perubahan fisik maupun
mental. Pada Proses penuaan akan mengakibatkan penurunan daya tahan
tubuh sehingga mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit.
Penyakit yang paling sering ditemukan pada lansia adalah hipertensi (Sari,
Yusuf, Wahyuni, 2014). Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan
sebuah kondisi medis dimana seseorang yang tekanan darahnya diatas
normal yaitu 140/90 mmHg dan dapat mengalami resiko kesakitan bahkan
kematian.
Senam hipertensi merupakan olah raga yang salah satunya
bertujuan untuk meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen ke dalam
otot-otot dan rangka yang aktif khususnya terhadap otot jantung.
Mahardani (2010) dalam Hernawan, dkk (2017) menyebutkan senam atau
berolahraga menyebabkan kebutuhan oksigen dalam sel akan meningkat
untuk proses pembentukan energy. Hal ini menyebabkan peningkatan
denyut jantung dan curah jantung serta isi sekuncup bertambah. Dengan
demikian tekanan darah akan meningkat. Setelah berisitirahat, pembuluh
darah akan berdilatasi atau meregang, dan aliran darah akan turun
sementara waktu. Sekitar 30-120 menit kemudian akan kembali pada
tekanan darah sebelum senam. Jika melakukan olahraga secara rutin dan
terus-menerus, maka penurunan tekanan darah akan berlangsung lebih
lama dan pembuluh darah akan lebih elastis. Selain itu, dengan melakukan
senam ataupun berolahraga yang cukup dapat menurunkan kecemasan,
stress, dan menurunkan tingkat depresi. Penurunan tersebut akan
menstimulasi kerja system saraf perifer terutama parasimpatis yang
menyebabkan vasodilatasi penampang pembuluh darah sehingga
mengakibatkan terjadi penurunan tekanan darah sistolik dan diastolic
(Safitri & Astuti, 2017).
Berdasarkan hal tersebut, kelompok tertarik untuk memberikan
terapi aktivitas kelompok : Senam Hipertensi kepada para lansia di Panti
Werda Sejahtera Denpasar.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Setelah diberikan terapi aktivitas kelompok : Senam Hipertensi
selama 1 x 45 menit diharapkan lansia dapat melakukan kegiatan
secara kontinyu, menyenangkan, dan mengembangkan kemampuan
bersosialisasi antarlansia.
2) Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok : Senam Hipertensi
selama 1 x 45 menit diharapkan lansia :
a) Mampu menyebutkan pengertian hipertensi
b) Mampu menyebutkan penyebab hipertensi
c) Mampu menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
d) Mampu menyebutkan penanganan hipertensi
e) Mampu mengikuti terapi aktivitas kelompok dengan baik.
f) Mampu melakukan aktivitas kelompok secara independent.
g) Mampu meningkatkan fungsi sosial.
D. TEMPAT
Terapi aktivitas kelompok dilakukan di Aula Panti Werda Sejahtera
Denpasar.
E. WAKTU
Hari, tanggal : Jumat, 26 Oktober 2018
Waktu : 09.00-09.45 WITA
F. SASARAN
1) Peserta
Peserta terdiri dari para lansia di Panti Werda Sejahtera Denpasar
yang mampu mobilisasi dan bersedia mengikuti kegiatan terapi
aktivitas kelompok (Senam Hipertensi)
2) Jumlah
Jumlah peserta lansia sebanyak 15 orang.
G. METODE
Metode yang digunakan dalam meakukan terapi aktivitas kelompok :
Senam Hipertensi berupa ceramah dan demonstrasi.
H. MEDIA
Media yang digunakan dalam melakukan terapi aktivitas kelompok :
Senam Hipertensi, terdiri dari :
1) Laptop
2) LCD
3) Proyektor
4) Power point
5) Sound system
6) Poster
I. PENGORGANISASIAN
1) Moderator/MC : Dwi Irmayanti
2) Penyuluh/Penceramah : Saskarawati Oktaviana
3) Demonstran/Instruktur : Dea Pratiwi
Edi Pramana

4) Observer : Risa Dwiyani


5) Fasilitator/Pendamping : Desi Ayani
Hadpani

Sekar Sari

Sinta Febrina

Angga Winata

J. SETTING TEMPAT Keterangan :


Setting Sesi Ceramah
: Moderator/MC
:
Penyuluh/Penceramah
: Proyektor dan meja
: LCD

: Observer
: Peserta
: Fasilitator/Pendamping
Setting Sesi Demonstrasi
Keterangan :

: sound system

: Demonstran/instruktur

: Observer
: Peserta
: Fasilitator/Pendamping

K. RENCANA PELAKSANAAN
1) Persiapan
a) Memilih pasien/peserta sesuai indikasi
b) Membuat kontrak waktu dengan peserta
c) Menyiapkan alat dan tempat kegiatan
2) Proses
a) Tahap orientasi
 Mengucapkan salam terapeutik
 Memperkenalkan diri
 Menanyakan perasaan peserta
 Menjelaskan kegiatan dan tujuan kegiatan
 Menjelaskan aturan main :
- Peserta harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
- Bila merasa tidak enak badan di tengah acara, peserta harus
meminta
izin kepada mahasiswa
- Lama kegiatan 45 menit
b) Tahap kerja
 Moderator menyerahkan waktu kepada
penceramah/penyuluh.
 Penceramah/penyuluh menjelaskan penyakit hipertensi
meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta
penanganan hipertensi.
 Penceramah/penyuluh melanjutkan dengan menjelaskan
terapi aktivitas kelompok, yaitu Senam Hipertensi meliputi
pengertian, manfaat, indikasi, dan kontraindikasi.
 Penceramah/penyuluh mengembalikan kepada moderator
 Moderator melakukan sesi tanya-jawab kepada peserta (3-5
pertanyaan seputar materi yang telah diberikan)
 Moderator menyerahkan waktu kepada demonstran/instruktur
untuk melakukan kegiatan terapi aktivitas kelompok : Senam
Hipertensi
 Demonstran/instruktur, fasilitator, dan peserta melakukan
Senam Hipertensi. Setelah itu waktu dikembalikan kepada
moderator
 Moderator memberi pujian dan bertepuk tangan bersama
dengan seluruh peserta kegiatan.
c) Tahap Terminasi
 Evaluasi
- Menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti TAK
- Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
 Rencana tindak lanjut
- Menganjurkan lansia untuk bisa melakukan kegiatan seperti
ini lagi di
lain waktu
 Kontrak yang akan datang
- Menyepakati TAK yang akan datang sesuai dengan
indikasi peserta.
- Menyepakati waktu dan tempat
3) Evaluasi
a) Evaluasi Struktur
 100% tempat untuk kegiatan sudah siap
 Kontrak waktu sudah dilakukan pada lansia sehari
sebelum kegiatan
 Media sesuai

b) Evaluasi Proses

 Kegiatan dimulai tepat waktu

 100% peserta hadir dalam kegiatan

 80% lansia mengikuti kegiatan dengan aktif

 80% lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

c) Evaluasi Hasil

 80% lansia mengatakan senang setelah mengikuti


kegiatan.

 80% lansia memahami tentang materi yang diberikan


L. MATERI HIPERTENSI
1. Definisi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar
dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada
dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan
cukup istirahat (tenang). Hipertensi didefinisikan oleh Joint National
Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg.
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi
berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang (AHA, 2013). Faktor
pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol
seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur. Faktor yang dapat
dikontrol seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku
merokok, pola konsumsi makanan yang mengandung natrium dan
lemak jenuh. Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti
stroke, kelemahan jantung, penyakit jantung koroner (PJK),
gangguan ginjal dan lain-lain yang berakibat pada kelemahan fungsi
dari organ vital seperti otak, ginjal dan jantung yang dapat berakibat
kecacatan bahkan kematian. Hipertensi atau yang disebut the silent
killer yang merupakan salah satu faktor resiko paling berpengaruh
penyebab penyakit jantung (cardiovascular).\
2. Penyebab
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,
yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik dan terdapat
sekitar 95 % kasus penyebab hipertensi ini (Perki, 2015). Banyak
faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi seperti genetic
(keturunan), usia, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf
simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na,
peningkatan Na dan Ca intraselular, kegemukan, alkohol, dan
merokok.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5%
kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,
hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing,
feokromositoma, koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan, dan lain-lain (Hernawan, 2017).

3. Tanda dan Gejala


Menurut American Heart Association (AHA) tahun 2013,
hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi
pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala
penyakit lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa berat
di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah lelah,
penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan.
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan
pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan),
penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil
(edema pada diskus optikus). Individu yang menderita hipertensi
kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila
ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi
yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh
darah bersangkutan (Kemenkes, 2014). Perubahan patologis pada
ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi
pada malam hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen urea darah
(BUN) dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang
bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi
(hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan bahwa sebagian besar
gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun
berupa nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan
muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial, Penglihatan
kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ketidakseimbangan
karena kerusakan susunan saraf pusat, Nokturia karena peningkatan
aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, Edema dependen dan
pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang
umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka
merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba,
tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Kamila, 2017).
4. Penatalaksanaan Hipertensi
Non farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat
menurunkan tekanan darah, dan secara umum sangat
menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan
kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat
Hipertensi tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi
pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal, yang harus
dijalani setidaknya selama 4-6 bulan. Bila setelah jangka waktu
tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan
atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat
dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi. Beberapa pola hidup
sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines adalah :
a. Penurunan berat badan.
Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan
sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat yang
lebih selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari
diabetes dan dislipidemia.
b. Mengurangi asupan garam.
Di Indonesia, makanan tinggi garam dan lemak merupakan
makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang
pula pasien tidak menyadari kandungan garam pada makanan
cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya.
Tidak jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk
mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi
derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2
gr/ hari
c. Olahraga.
Olahraga atau aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur
sebanyak 30-60 menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu dapat
membantu penurunan tekanan darah. Pasien yang tidak
memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya
tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau
menaiki tangga dalam aktivitas rutin mereka di tempat
kerjanya. Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan untuk
mengontrol tekanan darah yaitu melalui senam hipertensi.
d. Mengurangi konsumsi alkohol
Meskipun konsumsi alkohol belum menjadi pola hidup yang
umum di negara kita, namun konsumsi alkohol semakin hari
semakin meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan
dan gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alkohol
lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada
wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian
membatasi atau menghentikan konsumsi alcohol sangat
membantu dalam penurunan tekanan darah.
e. Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum
terbukti berefek langsung dapat menurunkan tekanan darah,
tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko utama
penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya dianjurkan
untuk berhenti merokok (Perki, 2015)
Terapi farmakologi
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada
pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan
darah setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien
dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi
farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan
meminimalisasi efek samping, yaitu :
a. Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal.
b. Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat
mengurangi biaya.
c. Berikan obat pada pasien usia lanjut (diatas usia 80 tahun) seperti
pada usia 55- 80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid.
d. Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme
inhibitor (ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers
(ARBs).
e. Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi
farmakologi Lakukan pemantauan efek samping obat secara
teratur (Perki, 2015)

SENAM HIPERTENSI
a. Pengertian
Senam Hipertensi adalah salah satu cara pemeliharaan kesegaran
jasmani dengan melakukan senam karena dapat merangsang
aktifitas kerja jantung untuk melakukan perubahan yang
menguntungkan dalam tubuh seseorang yang melaksanakannya.
Senam hipertensi merupakan olahraga yang ditunjukkan untuk
penderita hipertensi dan usia lanjut untuk mengurangi berat badan
dan mengelola stres (faktor yang mempertinggi hipertensi) yang
dilakukan selama 30 menit dan dilakukan seminggu minimal 3
kali.
b. Manfaat senam hipertensi
1) Meningkatkan daya tahan jantung dan paru-paru serta
membakar lemak yang berlebihan ditubuh karena aktifitas
gerak untuk menguatkan dan membentuk otot dan beberapa
bagian tubuh lainya seperti pinggang, paha, pinggul, perut
dan lain lain.
2) Meningkatkan kelenturan, keseimbangan koordinasi,
kelincahan, daya tahan dan sanggup melakukan kegiatan-
kegiatan dan olahraga lainnya (Mufidah, 2017) (Safitril, et al,
2017).
c. Indikasi dan Kontra Indikasi
Indikasi
 Lansia dengan Hipertensi
Hipertensi pada lansia diakibatkan akibat perubahan fungsi
tubuh yang mengakibatkan kekakuan pada pembuluh darah.
Aktivitas fisik seperti senam hipertensi dapat membantu
rileksasi dan mengurangi kekauan pembuluh darah sehingga
dapat menurunkan tekanan darah.
 Stress Ringan
Gerakan pada senam merangsang relaksasi dan menstimulasi
hormone-hormon seperti endorphine yang dapat menurunkan
ketegangan dan stress.
 Kelebihan berat badan
Gerakan pada senam hipertensi terdiri dari beberapa gerakan
yang bersifat dinamis (berubah-ubah) yang dapat membantu
individu dengan kelebihan berat badan untuk membakar
lemaknya.
Kontraindikasi
 Gerakan senam tidak dapat dilakukan bagi individu dengan
kelemahan umum (penyakit kronis)
 Senam tidak dapat diberikan pada individu dengan
keterbatasan fisik seperti mengalami fraktur pada bagian kaki
atau tangan yang membuat individu tidak mampu melakukan
gerakan inti pada senam (Fitriana, 2015)
d. Prinsip
1. Gerakannya bersifat dinamis (berubah-ubah)
2. Bersifat progresif (bertahap meningkat)
3. Lama latihan berlangsung 15-30 menit
4. Frekuensi latihan perminggu minimal 3 kali dan optimal 5 kali
(Fitriana, 2015)
e. Cara Senam Hipertensi
1) Gerakan Pemanasan
 Tekuk kepala ke samping lalu tahan dengan tangan pada sisi
yang sama dengan arah kepala. Tahan dengan hitungan 8-10,
lalu bergantian dengan sisi lain.
 Tautkan jari-jari kedua tangan dan angkat lurus ke atas kepala
dengan posisi kedua kaki dibuka selebar bahu. Tehan dengan
8-10 hitungan. Rasakan tarikan bahu dan punggung.
2) Gerakan Inti
 Lakukan gerakan seperti jalan di tempat dengan lambaian
kedua tangan searah dengan sisi kaku yang diangkat. lakukan
perlahan dan hindari hentakan.
 Buka kedua tangan dengan jemari mengepal dan kaki dibuka
selebar bahu. Kedua kepalan tangan bertemu dan ulangi
gerakan semampunya sambil mengatur nafas.
 Kedua kaki dibuka agak lebar lalu angkat tangan menyerong.
Sisi kaki yang searah dengan tangan sedikit ditekuk. Tangan
diletakkan dipinggang dan kepala searah dengan gerakan
tangan. Tahan 8-10 hitungan lalu ganti dengan sisi lainnya
 Gerakan hampir sama dengan sebelumnya, tapi jari mengepal
dan kedua tangan diangkat ke atas. Lakukan bergantian
secara perlahan dan semampunya.
 Hampir sama juga dengan gerakan inti 1, tapi kaki dibuang
ke samping. Kedua taangan dengan jemari mengepal ke arah
yang berlawanan. Ulangi dengan sisi bergantian.
 Kedua kaki dibuka lebar dari bahu, satu lutut agak ditekuk
dan tangan yang searah lutut di pinggang. tangan sisi yang
lain lurus ke arah lutut yang ditekuk. Ulangi gerakan kearah
sebaliknya dan lakukan semampunya.
3) Gerakan Pendinginan
 Kedua kaki dibuka selebar bahu, lingkarkan satu tangan ke
leher dan tahan dengan tangan lainnya. Hitungan 8-10 kali
dan lakukan pada sisi lainnya.
 Posisi tetap, tautkan kedua tangan lalu gerakkan ke samping
dengan gerakan setengah putaran. Tahan 8-10 hitungan yang
sama (Mufidah, 2017 & Safitril, et al, 2017).
M. EVALUASI TAK
(Lampiran)
2) Satuan Acara Kegiatan Sosiodrama (SAK Sosiodrama)

SATUAN ACARA KEGIATAN


SOSIODRAMA
“PENGONTROLAN DAN PENCEGAHAN HIPERTENSI DENGAN
TERAPI MUSIK”
DI PANTI WERDHA WANA SERAYA DENPASAR
TAHUN 2018

A. JUDUL
“Pengontrolan dan Pencegahan Hipertensi dengan Terapi Musik Pada Lansia
Di Panti Werdha Wana Seraya Denpasar”
B. LATAR BELAKANG
Lanjut usia (Lansia) adalah seserang yang mencapai usia 60 tahun ke
atas. Secara global populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan.
Jumlah lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta jiwa dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih
dari 80 juta jiwa di tahun 2050 (Khalifah, 2016). Populasi lansia di Indonesia
diprediksi meningkat lebih tinggi daripada populasi lansia di dunia setelah
tahun 2100 (Infodatin, 2016). Berdasarkan Susenas 2012, separuh lebih lansia
(52,12%) mengalami keluhan kesehatan sebulan terakhir, dan tidak ada
perbedaan lansia yang mengalami keluhan kesehatan berdasarkan jenis
kelamin (laki-laki 50,22%; perempuan 53,74%). Secara umum derajat
kesehatan penduduk lansia masih rendah, yang dapat dilihat dengan
peningkatan persentase penduduk lansia yang mengalami keluhan kesehatan
dari tahun 2005-2012 (Infodatin, 2013).
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan adanya penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stress lingkungan. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan
proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif (Khalifah,
2016). Proses penuaan akan memengaruhi perubahan fisik maupun mental
pada lansia yang akan mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh sehingga
mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit dan penyakit yang paling
sering ditemukan pada lasia adalah hipertensi (Sari, Yusuf, Wahyuni, 2014).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan sebuah kondisi medis dimana
seseorang yang tekanan darahnya diatas normal yaitu 140/90 mmHg dan
dapat mengalami resiko kesakitan bahkan kematian.
Terapi musik adalah penggunaan musik sebagai alat terapi untuk
memperbaiki, memelihara, meningkatkan keadaan mental, fisik dan emosi.
Bagi penderita hipertensi atau tekanan darah tinggi, musik dapat dijadikan
sebagai terapi yang efektif untuk menurunkan tekanan darah. Pemberian
musik dengan irama lambat akan menurunkan pelepasan katekolamin ke
dalam pembuluh darah. Katekolamin merupakan zat yang konsentrasinya
dalam plasma dapat mempengaruhi aktivasi simpatoadrenergik dan juga
menyebabkan terjadinya pelepasan hormon-hormon stres. Menurunnya
konsentrasi katekolamin dalam plasma mengakibatkan tubuh
mengalami relaksasi, tekanan darah menurun dan denyut jantung berkurang
(Ismarina, Herliawati, dan Muharyani, 2017).
Dari hasil obsevasi dan pengkajian yang dilakukan di Panti Werdha
Wana Seraya Denpasar ditemukan data 15 lansia menderita hipertensi dan 10
lansia menderita depresi sedang. Masalah kesehatan yang dialami lansia ini
tentunya akan berdampak pada aktivitas sehari-hari lansia selama berada di
Panti. Melihat hal tersebut mahasiswa PSSKPN Universitas Udayana ingin
melakukan sosiodrama terkait pengontrolan dan pencegahan hipertensi
dengan terapa musik pada lansia di Panti Werdha Wana Seraya Denpasar.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan sosiodrama selama 60 menit, diharapkan lansia mampu
mengerti dan memahami materi mengenai hipertensi dan mengetahui
cara pengontrolan dan pencegahan hipertensi dengan terapi musik
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan sosiodrama selama 60 menit, diharapkan lansia dapat:
a. Mengetahui pengertian hipertensi
b. Mengetahui tanda dan gejala hipertensi
c. Mengetahui faktor penyebab hipertensi
d. Mengetahui cara pengontrolan dan pencegahan hipertensi
e. Mengetahui komplikasi dari hipertensi
f. Mampu menerapkan terapi musik pada kehidupan sehari-hari

D. TEMPAT
Aula PSTW Wana Seraya Denpasar
E. WAKTU
Hari/Tanggal : Jumat, 26 Oktober 2018
Pukul : 09.00 – 10.00 WITA
F. SASARAN
1. Peserta : Lansia di PSTW Wana Seraya
2. Jumlah : 35 orang
G. METODE
Sosiodrama dan demonstrasi
H. MEDIA
1. Laptop
2. Sound system
3. Microphone
4. Kursi
I. PENGORGANISASIAN
Moderator : Luh Putu Saskarawati Oktaviana
Notulen dan observer : Ni Made Risa Dwiyani
Fasilitator : Ni Made Sinta Febrina
Sang Putu Angga Winata

Pemeran:
1. Narator : Luh Putu Saskawati Oktaviana
2. Perawat 1 : Ni Kadek Desi Ayani
3. Perawat 2 : Ni Made Sekar Sari
4. Lansia 1 : Kadek Dwi Irmayanti
5. Lansia 2 : Komang Hadpani
6. Lansia 3 : Luh Dea Pratiwi
7. Lansia 4 : Made Edi Pramana Putra

J. SETTING TEMPAT

Ket:

: Panggung

: Lansia

: Notulen

: Fasilitator

: Observer

: Pemeran
K. RENCANA PELAKSANAAN
No Waktu Kegiatan Peserta Pelaksana
1. 5 menit Orientasi
Mengucapkan salam Menjawab salam Moderator
Melakukan perkenalan Memperhatikan
anggota kelompok
Menyampaikan maksud Memperhatikan
dan tujuan
Mengadakan kontrak Mendengarkan
waktu
2 40 menit Tahap Kerja
Narator memulai Memperhatikan Pemeran
menceritakan alur cerita
Pemeran melakukan Memperhatikan
sosiodrama sesuai
skenario
10 menit Tanya jawab dan diskusi Memberi Moderator
pertanyaan
3 5 menit Terminasi
Menyimpulkan materi Memperhatikan Moderator
yang diberikan
Mengevaluasi jalannya Memperhatikan
kegiatan
Mengakhiri kontrak Memperhatikan
Salam penutup Menjawab salam

L. RENCANA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan materi
- Alat/media sudah disiapkan 3 hari sebelum sosiodrama dilakukan
- Naskah dan materi sosiodrama sudah disiapkan 5 hari sebelum
sosiodrama dilakukan
b. Kontrak
- Kesepakatan dengan lansia dan petugas panti tentang perencanaan
waktu dan tempat untuk pelaksanaan sosiodrama 1 minggu
sebelum sosiodrama diadakan
2. Evaluasi Proses
- Kegiatan dimulai tepat waktu
- 70% lansia hadir dalam kegiatan
- 80% lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
- Lansia antusias dan tertarik menyaksikan sosiodrama
- 80% lansia mengikuti kegiatan dengan aktif
3. Evaluasi Hasil
- Peserta mengerti 75% materi yang telah disampaikan dengan kriteria
mampu menjawab pertanyaan dalam bentuk lisan yang diberikan.
LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi lebih dikenal dengan istilah penyakit tekanan darah tinggi.
Batas tekanan darah yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan
normal atau tidaknya tekanan darah adalah tekanan sistolik dan diastolik.
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada
populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg Depkes (2013).
B. Tanda dan Gejala Hipertensi
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu
sakit kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak
nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan
sering kencing di malam hari.

C. Faktor- Faktor Risiko

1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah


a. Usia
Usia mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya
umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi
hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi ( Depkes, 20013).

b. Jenis kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria
lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan wanita, dengan
rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga
memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan
darah dibandingkan wanita (Depkes,2013)

2. Faktor risiko yang dapat diubah


Faktor risiko penyakit jantung koroner yang diakibatkan perilaku
tidak sehat dari penderita hipertensi antara lain merokok, diet rendah
serat, kurang aktifitas gerak, berat badan berlebihan/kegemukan,
komsumsi alkohol, hiperlipidemia atau hiperkolestrolemia, stress dan
komsumsi garam berlebih sangat berhubungan erat dengan hipertensi
(Depkes, 2013).
a. Kegemukan (obesitas)
Berat badan dan IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah,
terutama tekanan darah sistolik. Sedangkan, pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight)
(Depkes, 2013).

b. Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang
dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri yang mengakibatkan
proses artereosklerosis
c. Psikososial dan stress
Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi
antara individu dengan lingkungannya yang mendorong seseorang
untuk mempersepsikan adanya perbedaan antara tuntutan situasi dan
sumber daya (biologis, psikologis dan sosial) yang ada pada diri
seseorang (Depkes, 2013).
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,
dendam, rasa takut dan rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar
ginjal untuk melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung
berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan
meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha
mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau
perubahaan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi
atau penyakit maag. Diperkirakan, prevalensi atau kejadian hipertensi
pada orang kulit hitam di Amerika Serikat lebih tinggi dibandingkan
dengan orang kulit putih disebabkan stress atau rasa tidak puas orang
kulit hitam pada nasib mereka . Terapi non farmakologis yang mampu
menurunkan stress ialah terapi musik (Rahadian,2013)
D. Komplikasi Hipertensi

Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi


gangguan penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral
(otak) yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak
seperti stroke yang mengakibatkan kelumpuhan dan gangguan kesadaran
hingga koma (Fitri, 2017)

E. Cara Mengontrol dan Mencegah Hipertensi


Adapun cara mengontrol dan mencegah kondisi hipertensi adalah
sebagai berikut (Fitri, 2017) :
1. Konsumsi obat hipertensi secara teratur
2. Atur pola makan yang sehat dengan cara mengurangi makanan yang
berkalori tinggi, kurangi konsumsi natrium atau garam, serta batasi
kafein dan alcohol.
3. Aktif dalam melakukan olah raga ataupun aktivitas fisik
4. Hindari perilaku merokok
5. Mengurangi atau menghilangkan stress pikiran.
F. Terapi musik
Menurut Nilsson (2009) dalam (Rahadian 2013), musik adalah suatu
komponen yang dinamis yang bisa mempengaruhi psikologis dan fisiologis
bagi pendengarnya yang merupakan kesatuan dari kumpulan suara melodi,
ritme, dan harmoni yang dapat membangkitkan emosi. Musik adalah paduan
rangsang suara yang membentuk getaran yang dapat memberikan rangsang
pada pengindraan, organ tubuh dan emosi. Ini berarti, individu yang
mendengarkan musik akan memberi respon, baik secara fisik maupun psikis,
yang akan menggugah sistem tubuh, termasuk aktivitas kelenjar-kelenjar di
dalamnya

Menurut Rahadian (2013) manfaat dari musik adalah sebagai pengungkap


emosional, penghayatan keindahan, hiburan, sarana komunikasi, penggerak
tubuh, meningkatkan stamina, dan dapat membuat rasa nyaman. Terapi
musik sangat efektif dalam meredakan kegelisahan dan stress, mendorong
perasaan rileks, meredakan depresi dan mengatasi hipertensi. Penelitian yang
dilakukan oleh Stefan Koelsch dan Lutz Jancke (2015) dengan judul “Music
Therapy and the Heart”. Pada jurnal penelitian tersebut, dijelaskan bahwa
musik memiliki kekuatan dapat membangkitkan dan memodulasi emosi dan
suasana hati, bersama dengan perubahan aktivitas jantung, menormalkan
tekanan darah, dan pernapasan. Dalam jurnal,terapi musik diberikan kurang
lebih 5-15 menit. Pasien biasanya akan tertidur saat mendengarkan terapi
musik. Musik yang digunakan disesuaikan dengan keinginan pasien,seperti
music klasik dan music kebudayaan.
3) Skenario Terapi Aktivitas Kelompok Hipertensi (Skenario TAK
Hipertensi)

Di sebuah panti Werda lansia akan diadakan kegiatan penyuluhan dan senam
hipertensi untuk lansia. Kegiatan ini diikuti oleh 15 orang lansia yang mengalami
hipertensi sesuai dengan data yang didapatkan oleh mahasiswa. Kegiatan ini
berlangsung di aula pada pukul 09.00 WITA.

Moderator : Om Swastyastu, ninik dan pekak semuaaa


Peserta : Om Swastyastu
Moderator : Bagaimana kabarnya hari ini??
Peserta : Baik
Moderator : Jadi sebelum saya mulai kita buat kesepakatan dulu nggih.
Jika saya bilang apa kabar, ninik dan pekak semuanya jawab
LUAR BIASA!!! Setuju tidak??
Peserta : Setuju!!
Moderator : Baik kalo gitu, kita coba ya, Apa Kabar semuanya??
Peserta : LUAR BIASA!!!
Moderator : Baik semangat sekali semuanya ya.
Sebelum saya lanjut lagi perkenalkan saya Ima yang akan
memandu acara hari ini, disebelah saya ada teman-teman saya
ada Saskara, Dea, Edi, Angga, Desi, Sari, Hadpani, Sinta dan
Risa.
Sesuai dengan kontak waktu yang telah kita buat sebelumnya
bahwa hari ini selama 45 menit kami akan memberikan
informasi terkait dengan Tekanan Darah tinggi serta beberapa
kegiatan yang dapat kita lakukan untuk mengontrol tekanan
darah. Jadi tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk memberikan
informasi terkait dengan Tekanan darah serta melakukan
kegiatan secara kontinyu, menyenangkan, dan
mengembangkan kemampuan bersosialisasi ninik-ninik dan
pekak-pekak.
Berhubung kita sudah membuat kontrak waktu sebelumnya,
jadi saya harapkan ninik-ninik dan pekak-pekak dapat
mengikuti kegiatan ini dari awal hingga akhir yaa.
Lansia 1 : Bu, materinya jangan lama-lama ya, saya senangnya senam
Moderator : Nggih bu, jadi sebelum kita melakukan senam ada baiknya
kita mengetahui kenapa senam disini dapat dilakukan
sehingga penyampaian informasi mengenai hipertensi penting
bagi kita ketahui juga.
Lansia 2 : Iya bu tidak apa-apa. Berikan saja informasinya, saya tidak
keberatan asal jangan terlalu lama juga
Moderator : Baiklah kalo begitu agar tidak berlama-lama kita mulai saja
sesi penyampaian materi Tekanan Darah Tinggi nya.
Informasi ini akan disampaikan oleh teman saya. Kepada
Saskara saya persilakan.
Sesi Pemberian Materi Hipertensi
Penyaji : Baiklah ninik-ninik dan pekak-pekak tadi saya sudah
diperkenalkan oleh teman saya. Jadi sekarang saya langsung
saja ya menjelaskan mengenai Tekanan Darah tinggi. Jadi
informasi yang akan saya sampaikan berupa pengertian,
penyebab, tanda gejala, cara mengatasi tekanan darah tinggi
dengan Senam Hipertensi. Nanti saat saya menyampaikan
informasi apabila ada yang kurang dipahami bisa langsung
angkat tangan dan ditanyakan nggih

Peserta : (mengangguk)
Penyaji : Sebelum saya mulai materinya, ninik-ninik dan pekak-pekak
apakah ada yang sudah tahu atau sudah sering mendengar apa
itu tekanan darah tinggi?
Lansia 3 : Setau saya nika, tekanan darah tinggi ya tekanan darahnya
tinggi atau tidak normal. Saya lupa angkanya berapa dulu
sempat pas periksa ada yang kasitau angka normalnya tapi
sekarang lupa.
Penyaji : Nggih benar ya. Jadi, tekanan darah tinggi atau biasa disebut
dengan Hipertensi merupakan tekanan darah sistolik lebih
besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5
menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang).
Penyebab hipertensi ada 2 yaitu ada yang primer dan ada
yang sekunder. Penyebab primer disebabkan karena gaya
hidup seperti merokok, alcohol, kegemukan dan lain
sebagainya. Sedangkan hipertensi sekunder disebabkan akibat
penyakit tertentu seperti penyakit ginjal.
Selanjutnya mengenai tanda dan gejala hipertensi meliputi
adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo),
jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur,
telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan. Dari semua tanda
dan gejala yang saya sebutkan tidak semua orang dengan
hipertensi memiliki semua gejala tersebut bisa saja ninik-
ninik atau pekak-pekak hanya mengalami 2 atau 3 gejala yang
saya sebutkan tadi.
Selanjutnya saya akan menjelaskan mengenai
penatalaksanaan atau hal yang bisa dilakukan untuk
mengontrol hipertensi. Secara umum caranya ada 2 yaitu
melalui obat dan tanpa obat.
1. Obat yang biasa dikonsumsi penderita hipertensi
seperti amilodipine atau captopril. Mungkin ninik-
ninik dan pekak-pekak ada yang mengonsumsi obat
tersebut secara rutin.
2. Selanjutnya tanpa obat dapat dilakukan beberapa gaya
hidup sehat seperti menururnkan berat badan dengan
mengubah kebiasaan makan (lebih banyak sayur dan
buah), mengurangi makanan yang asin, olahraga yang
cukup, mengurangi alcohol dan tidak merokok.
Salah satu tindakan penatalaksanaan tanpa obat
dengan olahraga yaitu dengan cara senam hipertensi.
Lansia 4 : Bu bisa dijelaskan juga tidak mengenai senamnya tersebut
seperti apa??
Penyaji : Baik saya akan menjelaskan pengertian, manfaat serta siapa-
siapa saja yang bisa melakkukan dan tidak bisa melakukan
senam hipertensi ini.
Dimulai dari pengertian, senam hipertensi adalah olahraga
yang ditujukan untuk penderita hipertensi dan lansia untuk
mambantu dalam menururnkan berat badan serta menurunkan
stress yang menjadi pemicu utama peningkatan tekanan darah
tinggi. Senam ini biasanya dilakukan selama 30 menit.
Adapun manfaat dari senam ini yaitu:
1. Untuk meningkatkan daya tahan jantung dan paru
serta membantu membakar lemak tubuh yang
berlebihan melalui aktivitas fisik
2. Meningkatkan kelenturan, keseimbangan, koordinasi,
daya tahan dan kemampuan melakukan kegiatan-
kegiatan lainnya.
Siapa saja yang bisa mengikuti senam ini??
Yang bisa mengikuti senam ini yaitu ninik-ninik dan pekak-
pekak dengan masalah hipertensi, stress atau kegemukan.
Siapa saja yang tidak bisa mengikuti senam ini??
Senam ini biasanya tidak dapat dilakukan bagi mereka yang
memiliki keterbatasan fisik seperti patah pada bagian kaki
yang tidak memungkinkan melakukan beberapa gerakan
senam.
Nah, sekian pemaparan informasi dari saya selanjutnya saya
kembalikan ke moderator.
Moderator : Nah, ninik-ninik dan pekak-pekak bagaimana informasinya
apakah sudah jelas??
Peserta : Sudah…
Moderator : Dari informasi tersebut apakah ada yang ingin ditanyakan??
Peserta : Tidakk…
Moderator : Baik jika begitu saya yang bertanya yaa?? Ada tidak ninik
atau pekak yang masih ingat apa itu hipertensi??
Lansia 4 : Seingat saya tekanan darah diatas 140/90 mmHg bu
Moderator : Iya benar sekali ninik. Selanjutnya ada tidak ninik atau pekak
yang ingat tanda dan gejala hipertensi?? Sebutkan 3 saja
boleh.
Lansia 2 : Kalo seperti saya biasanya sakit pada tengguk belakang,
pengelihatan kabur dan jantung berdebar-debar.
Moderator : Iya tepat sekali, selain pekak A ada yang ingat lagi tanda dan
gejala yang lain?
Lansia 3 : Kalo menurut saya itu mudah marah, cepat tersinggung dan
fikiran biasanya mumet.
Moderator : Iya itu juga bisa nggih. nah selanjutnya ada yang tau apa saja
penyebab hipertensi?? Sebutkan minimal 3 saja ya
Lansia 4 : Seingat saya itu ada karena keturunan, umur dan makanan bu
Moderator : Iya tepat sekali ya nik. Pertanyaan selanjutnya apa saja sih
yang bisa kita lakukan untuk mengontrol tekanan darah?
Lansia 5 : Kalo saya sendiri bisanya minum obat dan dilengkapi dengan
olahraga ringan bu
Moderator : Iya kak tepat sekali ya, olahraga ringan yang bisa kita lakukan
salah satunya dengan senam hipertensi yang akan kita
lakukan nanti ya. Sebelum kita senam saya juga ingin
bertanya apa manfaat dari senam hipertensi yang akan kita
lakukan??
Lansia 6 : Menurut saya untuk mengurangi stress dan meningkatkan
daya tahan tubuh sehingga tekanan darah bisa turun.
Moderator : Iya bagus sekali ninik-ninik dan pekak-pekak. Sepertinya
semua sudah siap untuk senam, benar begitu?
Peserta : Benarr
Moderator : Baiklah jika begitu kita mulai senam ya, senam ini akan
dipandu oleh teman saya. Kepada instruktur saya persilakan.
Instruktur 1 : Baik ninik-ninik dan pekak-pekak semua, masih semangat??
Peserta : Masih
Instruktur 1 : Lebih keras lagi, masih semangat??
Peserta : Masihhhh!!
Instruktur 1 : Baik berartii ninik-ninik dan pekak-pekak masih semangat
yaaaa. Jadi sesuai dengan yang disampaikan teman saya,
sekarang saya akan mengajarkan ninik dan pekak semuanya
senam. Apakah semua sudah memakai pakai yang sudah
dikasitau sebelumnya?
Peserta : Sudah buu…
Instruktur 1 : Baiklah kalau begitu kita atur posisi dulu ya, diatur jaraknya
agar bisa bergerak dan tidak mengenai ninim atau pekak yang
lain
Peserta : (Mengatur posisi dibantu dengan fasilitator)
Instruktur 1 : Baik, apakah semua ninik-ninik dan pekak-pekak sudah
mendapatkan tempat yang nyaman??
Peserta : Sudah buu.
Instruktur 1 : Baik sebelum mulai senam saya informasikan nggih, jika ada
ninik-ninik atau pekak-pekak yang tidak mampu melakukan
gerakannya jangan dipaksakan nggih. Nanti selama senam
aka nada teman-teman saya dibelakang ikut membantu
senamnya.
Lansia 3 : Bu… perlu pemanasan dulu tidak bu??
Instruktur 1 : Didalam senamnya sudah ada gerakan pamanasan dan
pendinginan langgsing nggih ninik, jadi nanti kita senam
sudah termasuk pemanasan, gerakan inti, dan pendinginan.
Baik ninik-ninik dan pekak-pekak jika begitu kita mulai saja
ya
Peserta : Baik buu
Instruktur 2 : Baik pekak dan ninik semuanya, kita mulai dari gerakan
pemanasan ya:
1. Tekuk kepala ke samping lalu tahan dengan tangan
pada sisi yang sama dengan arah kepala. Tahan
dengan hitungan 8-10, lalu bergantian dengan sisi lain.
2. Tautkan jari-jari kedua tangan dan angkat lururs ke
atas kepala dengan posisi kedua kaki dibuka selebar
bahu. Tehan dengan 8-10 hitungan. Rasakan tarikan
bahu dan punggung.
Instruktur 2 : Selanjutnya Gerakan Inti
1. Lakukan gerakan seperti jalan di tempat dengan
lambaian kedua tangan searah dengan sisi kaku yang
diangkat. lakukan perlahan dan hindari hentakan.
2. Buka kedua tangan dengan jemari mengepal dan kaki
dibuka selebar bahu. Kedua kepalan tangan bertemu
dan ulangi gerakan semampunya sambil mengatur
nafas.
3. Kedua kaki dibuka agak lebar lalu angkat tangan
menyerong. Sisi kaki yang searah dengan tangan
sedikit ditekuk. Tangan diletakkan dipinggang dan
kepala searah dengan gerakan tangan. Tahan 8-10
hitungan lalu ganti dengan sisi lainnya
4. Gerakan hampir sama dengan sebelumnya, tapi jari
mengepal dan kedua tangan diangkat ke atas. Lakukan
bergantian secara perlahan dan semampunya.
5. Hampir sama juga dengan gerakan inti 1, tapi kaki
dibuang ke samping. Kedua taangan dengan jemari
mengepal ke arah yang berlawanan. Ulangi dengan
sisi bergantian.
6. Kedua kaki dibuka lebar dari bahu, satu lutut agak
ditekuk dan tangan yang searah lutut di pinggang.
tangan sisi yang lain lurus ke arah lutut yang ditekuk.
Ulangi gerakan kearah sebaliknya dan lakukan
semampunya.
Instruktur 2 : Selanjutnya yaitu gerakan pendinginan
1. Kedua kaki dibuka selebar bahu, lingkarkan satu
tangan ke leher dan tahan dengan tangan lainnya.
Hitungan 8-10 kali dan lakukan pada sisi lainnya.
2. Posisi tetap, tautkan kedua tangan lalu gerakkan ke
samping dengan gerakan setengah putaran. Tahan 8-
10 hitungan yang sama.
Peserta : (Diiringi dengan tepukan tangan)
Moderator: : Nah, baiklah ninik-ninik dan pekak-pekak bagaimana
senamnnya, seru tidak?
Peserta : Seru buu
Moderator : Bagaimana perasaan ninik dan pekak setelah dilakukan senam
hipertensi ini?
Lansia 1 : Kalo saya sih senang-senang saja kaarena saya suka olahraga
sekalgus meengisi waktu luang
Lansia 2 : Saya merasa lebih bersemangat 38ud an lebih rileks setelah
senam meskipun belum hapal langkahnya
Moderator : Iya jadi ninik dan pekak sudah sangat baikdalam melakukan
kegiatan ya sehingga ninik dan pekak dapat merasakan
manfaatnya. Selain itu ada yang ingin ditanyakan?
Lansia 3 : Bagaimana cara kita agar mengingat langkah-langkahnya,
saya belum hapal bu
Moderator : Nah, tenang ninik dan pekak semuanya nanti setelah ini akan
ada penempelan poster di sekitar panti buat ninik-ninik dan
pekak-pekak semua jadi bisa diingat langkahnya melalui
media itu. Senam ini dapat ninik dan pekak semua lakukan
selama 30 menit selama 3 x seminggu yaa
Nah baiklah karena senamnya sudah selesai, ninik-ninik dan
pekak-pekak semuanya apakah ada yang ingin bertanya
terkait dengan kegiatan kita hari ini?
Peserta : Tidak bu
Moderator : Baiklah jika begitu, kegiatan hari ini sudahh selesai nanti
akan ditempelkan poster disekitar tempat tinggal ninik dan
pekak semua untuk membantu mengingat langkah senam
sehingga ninik dan pekak dapat melakukan senam secara
mandiri atau berkelompok.
Jadi saya ucapkan terimakasih kepada semua ninik dan pekak
karena sudah mengikuti acara ini dengan baik, semoga
kegiatan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan kami
mohon maaf jika ada hal yang tidak berkenan nggih. Akhir
kata kami tutup dengan parama santih
Om Santih, Santih, Santih Om

4) Skenario Sosiodrama

Pembagian Peran :
1. Narator dan moderator : Luh Putu Saskarawati Oktaviana
2. Perawat 1 : Ni Kadek Desi Ayani
3. Perawat 2 : Ni Made Sekar Sari
4. Odah Ima : Kadek Dwi Irmayanti
5. Odah Hadpani : Komang Hadpani
6. Odah Dea : Luh Dea Pratiwi
7. Pekak Edi : Made Edi Pramana Putra
8. Fasilitator : Sang Putu Angga Winata
9. Fasilitator : Ni Made Sinta Febrina
10. Notulen dan observer : Ni Made Risa Dwiyani

(Opening) Om Swastyastu. Selamat pagi pekak lan odah sareng sami.


Mangkin ring kesempatan sane becik puniki, titiang sareng timpal-timpal saking
mahasiswa jurusan Ilmu Keperawatan, Universitas Udayana, jagi menampilkan
sosiodrama sane kami angkat dari kehidupan nyata sehari-hari di masyarakat,
khususnya para lansia. Sosiodrama niki dados nika sebagai wadah berupa media
untuk memberikan penyuluhan kesehatan mengenai “pengontrolan dan
pencegahan hipertensi melalui terapi musik”. Sehingga harapannya, terapi musik
puniki dapat dipakai untuk membantu meningkatkan status kesehatan lansia.
Kisah puniki bukan kisah nyata, sehingga apabila terdapat kesamaan tokoh,
tempat ataupun kejadian kami nunas ampura. Selamat menyaksikan !
Pada suatu pagi yang cerah di Panti Werdha berkumpulah beberapa lansia yang
sedang asik bercengkrama
Odah Dea : Wah, bagusnya cuaca hari ini ya gengs (sambil senyum-
senyum gembira).
Pekak Edi : iya bener rasanya ingin duduk bersantai-santai atau berkebun
deh jadinya. (sambil tersenyum dan menoleh ke odah hadpani).
Tapi kok ini ada satu anggota kita yang kelihatan lesu dan
kelihatan banyak beban pikiran ya? (sambil menunjuk ke arah
nenek hadpani).
Odah Dea : ih sajan puk. Kenapa ini odah dari tadi murung terus? Sakit ?
(sambil menyentuh pundak Odah Hadpani).
Odah hadpani : ne duur tiange sakit sajan, pusing. Di kepala bagian belakang
tiang juga sakit sekali. Kenken kaden ne sing ngerti tiang sakit
apo (sambil memijit-mijit bagian belakang kepala dan
tengkuknya).
Odah Ima : suba maan cek tensi tuni odah ke perawate?
Odah Hadpani : tonden dah, takut sing bani pedidi mepriksa
Odah Ima : Nah yan keto jani yuk rame-rame ke ruang perawat ngidih
tulung nensi odah malu pang pasti sakitne ape.
Odah Hadpani : nah yukkk
Ke-lima lansia tersebut akhirnya bersama-sama pergi ke ruang perawat untuk
memastikan kondisi kesehatan dari Odah Hadpani. Sesampainya di ruang
kesehatan di Panti Werda sudah terdapat 2 orang perawat yang berada
diruangan tersebut.
Perawat 1 : Selamat pagi odah lan pekak, perkenalkan tiang perawat Desi
yang hari ini bertugas diruang perawatan hari ini. Kalau boleh
tahu ada apa ini rame-rame datang kesini? (sambil
mempersilahkan duduk)
Pekak Edi : ini bu perawat, odah hadpani wenten keluhan penyakit
Perawat 1 : nggih kenapi niki odah ?
Odah hadpani : kene bu, uling ibi tiang merasakan sakit sajan kepala tiang,
pusing.
Perawat 1 : sakit kepala dibagian napine odah?
Odah Hadpani : Di bagian belakang kepala tiang bu, jek asane kaku jak sakit
sajan, jadinya badan saya terasa lemes juga bu.
Odah Dea : nah jek coba tensi dulu bu, tiang juga dulu punya keluhan
yang sama, jek ternyata tensi tiang tegeh.
Perawat 1 : nggih dah. Jani tiang cek dumum tensi odah nggih?
Odah Hadpani : nggih bu
(perawat 1 melakukan pengukuran tekanan darah pada Odah Hadpani).
Perawat 1 : periksa tensinya sudah selesai nggih odah, ternyata tensinya
Odah Hadpani tinggi yaitu 180/100 mmHg.
Odah Dea : odah ternyata sama kayak tiang punya tensi tegeh ya.
Perawat 1 : Odah Dea mau di cek juga tensinya ? katanya tadi bilang
biasanya tensinya tinggi?
Odah Dea : nah dadi masi bu
(perawat memeriksa tekanan darah Odah Dea)
Perawat 1 : ooh hasilnya masih bagus tensinya dah 130/80 mmHg. Odah
Dea sudah minum obat tensinya secara rutin ?
Odah Dea : Udah bu, takut tiang sakit duur biin.
Perawat 1 : oo bagus sekali odah sudah benar itu harus rutin minum
obatnya ya. Untuk Odah Hadpani belum pernah minum obat
untuk menurunkan tensi nggih ?
Odah Hadpani : Belum bu, tiang baru tau kalo punya tensi tinggi.
Perawat 1 : oke kalau begitu tiang kasi obat untuk menurunkan tensi ya
odah supaya tensinya odah tetep stabil, diminum setiap hari ya
odah, jadi kondisi hipertensinya odah tetep terkontrol.
Odah Hadpani : iya bu
Kakek Edi : Apa itu hipertensi bu ?
Perawat 1 : hipertensi pada lansia itu adalah kondisi dimana terjadinya
peningkatan tekanan darah lebih dari 160/90 mmHg
Odah Ima : berarti Odah Hadpani itu punya masalah hipertensi berarti ya
bu? Gejalanya hipertensi tu sama seperti yang dirasakan Odah
Hadpani bu?
Perawat 1 : benar sekali odah. Gejala yang menjadi ciri khas hipertensi itu
adalah nyeri di bagian kepala belakang tepatnya dibagian
tengkuk (sambil menunjuk daerah tengkuk). Selain itu gejala
lainnya juga dapat muncul seperti sakit kepala, gelisah, jantung
berdebar-debar, sulit tidur, sesak napas dll.
Pekak Edi : mimihh dewa ratuu nyeh sajan tiang puk. Trus kalau
hipertensinya tidak dirawat gimana bu?
Perawat 1 : kalau tidak dirawat itu bisa menyebabkan komplikasi yang
lebih berat kak penyakitnya. Komplikasi hipertensi tu seperti
menyebabkan gangguan jantung, saraf, perdarahan pembuluh
darah otak seperti bisa terkena stroke.
Odah Dea : wahh nakutin ya bu…
Odah Ima : sebenarnya nika apa yang menyebabkan hipertensi muncul
bu? Astungkara tiang belum ada keluhan seperti nika sih…
Perawat 1 : jadi sebelumnya saya jelaskan sedikit dulu ya tentang factor
penyebab munculnya hipertensi itu ada 2 faktor yaitu factor
yang tidak dapat diubah seperti usia yang sudah tua dan jenis
kelamin biasanya lebih banyak hipertensi niki terjadi pada
lansia pria. Nah sedangkan untuk factor lainnya adalah factor
yang dapat diubah yaitu kegemukan, perilaku merokok, pola
makan tidak baik dan stress.
Odah Hadpani : nah jani kan bu perawat sudah memberikan saya obat, kalau
mengkonsumsi obat nika saja apa sudah pasti tensi saya sing
tegeh biin bu?
Perawat 1 : untuk mengontrol hipertensi, selain dengan cara minum obat
teratur juga harus diatur pola makannya seperti mengurangi
konsumsi garam, daging merah, kopi. Selain nika juga harus
aktif berolah raga supaya tidak gemuk, jangan merokok sama
kurangin stress pikiran. Nah perilaku-perilaku tersebut selain
dapat mengontrol hipertensi bagi yang sudah menderita, juga
dapat dilakukan oleh odah dan pekak yang tidak mengalami
hipertensi.
Pekak Edi : aget tiang sing bisa meroko, trus kalau berkebun nika
termasuk olah raga nggih bu? Tiang demen soalne berkebun.
Perawat 1 : iya pekak, termasuk kok nika sebagai salah satu aktivitas fisik.
Odah Hadpani : oo stress nika ternyata berpengaruh ke tensi ya bu? Tiang
sebenarnya banyak sekali yang tiang pikirin makane agak stress
belakangan ini.
Odah Dea : sajan bu, niki Odah Hadpani jek sesai sajan murung, sedih
terus.
Perawat 1 : wenten masalah apa Odah ?
Odah Hadpani : sing nawang bu, jek mekejang tiang pikirin, kangen jak
keluarga, kesehatan tiang soalnya sering sajan sakit-sakitan, jek
pokokne apa je masalah tiang bakat pikirin.
Odah Ima : nah jani suba nawang stress itu bisa membuat tensi tinggi
jangan terlalu dipikirin lagi masalahnya odah.
Perawat 1 : bener seperti yang dibilang Odah Ima, dah. Kalau stress
dibiarkan berkembang terus nanti malah akan menjadi masalah
yang lebih parah lagi seperti salah satunya akan meyebabkan
terjadinya depresi pada odah. Depresi itu nanti akan dapat
memperburuk kondisi tensinya odah. Sekarang saya berikan
terapi musik ya untuk mengurangi stress yang odah rasakan,
mau?
Odah Dea, Ima, : kita boleh ikut juga bu ?
dan Pekak Edi
Perawat 1 : Ya boleh ayo silakan ikut. Nanti terapinya ini akan diberikan
oleh ibu perawat ini ya (sambil menunjuk perawat 2) .
Perawat 2 : baik odah lan pekak, perkenalkan saya perawat Sari yang akan
membantu pekak dan odah untuk melakukan terapi musik ya.
Jadi terapi music ini bertujuan untuk memberikan perasaan
rileks, santai dan nyaman kepada odah lan pekak sehingga
dapat mengontrol tensinya odah dan pekak sekaligus dapat
mengurangi stress yang dirasakan. Jadi terapi music ini akan
diberikan kurang lebih selama 5-15 menit. Sebelumnya odah
dan pekak mau terapi music dengan menggunakan music jenis
apa? Mau musik seperti kidung wargasari, atau gamelan seperti
gender, suling atau musik jenis lainnya ?
Kakek Edi : Nah music bali ane nganggon suling to masih dadi. Kenken
odah ane lenan nyak ?
Odah Dea : musikne gus teja to nyak?
Odah Ima : nyak sajan, luung tu musikne.
wee takonin ne masih pendapatne Odah Hadpani, kan dia yang
punya masalah kesehatan sekarang. Kenken odah, nyak music
ne keto ?
Odah Hadpani : boleh odah lan pekak, tiang masih demen ningehin.
Perawat 2 : Baik kalau sudah dipilih jenis musiknya. Sekarang sebelum
saya putar musiknya, odah dan pekak bisa tutup mata terlebih
dahulu supaya efek terapi musiknya lebih efektif. Untuk odah
dan pekak apakah perlu alat penutup mata?
Odah dan Pekak : tidak bu..
Perawat 2 : baik kalau begitu nanti ketika music telah diputar, selagi odah
dan pekak menikmati iringan music yang didengar, odah dan
pekak juga dapat sekaligus melakukan kontrol pernapasan
dengan melakukan teknik pernapasan dalam ya, yaitu dengan
cara menarik napas melalui hidung dan mengeluarkannya
melalui mulut. Teknik pernapasan tersebut dapat dilakukan
selama terapi music ini berlangsung. Baik sebelum terapi
dimulai apa ada yang ingin ditanyakan ?
Odah dan pekak : tidak bu..

Perawat 2 : baik kita mulai ya (perawat 2 mulai menghidupkan music


untuk melakukan terapi music kepada para odah dan pekak).
Setelah terapi music dilakukan selama 5-15 menit
Perawat : baik odah dan pekak, terapi musiknya sudah selesai,
bagaimana perasaannya ?
Odah Hadpani : wahh tenang sekali rasanya bu setelah mendengar music
tersebut.
Odah Dea : gus teja memang terbaik
Pekak Edi : luung saja asane pikirannya setelah denger music tadi.
Perawat 2 : baik, odah dan pekak terimakasih karena sudah mau bekerja
sama selama dilakukannya terapi music tadi. Jadi karena
semuanya mengatakn menyukai terapi music yang tadi telah
diberikan, apakah odah dan pekak mau kalau terapi music ini
dimasukkan ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari odah dan
pekak?
Odah Ima : Wah mau sekali bu, saya setuju..
Odah Hadpani : saya juga setuju bu..
Odah dan pekak : saya setuju juga bu…
lainnya
Perawat 2 : baik kalau memang semuanya sudah setuju kita akan
jadwalkan terapi music ini dilakukan 3-4 kali dalam seminggu
ya. Untuk waktunya mau pagi atau sore hari dilakukannya ?
Odah Ima : seperti jam sekarang saja bu..
Perawat 2 : oke kalau begitu, kita sudah sepakat kalau terapi music ini
dijadikan sebagai salah satu jadwal kegiatan sehari-hari ya yang
dilakukan tiap pagi hari jam 10 ya, baik, kalau begitu apa ada
yang ingin ditanyakan lagi odah dan pekak?
Odah dan pekak : tidak bu, kalau begitu kami permisi, terimakasih..
Odah dan pekak meninggalkan ruang perawatan. Semenjak hari itu, terapi music
terus diberikan secara rutin selama 3-4 kali per minggunya untuk mendapatkan
efek yang positif.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, W. W. (2015). Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Tekanan Darah


Penderita Hipertensi Di Paguyuban Jantung Sehat Desa Rempoah Wilayah
Kerja Puskesmas Baturaden Ii Kabupaten Banyumas (Doctoral Dissertation,
Universitas Muhammadiyah Purwokerto). (Diakses pada 24 Oktober 2018).

American Heart Association. (2013). How High Blood Pressure Is Diagnosed.


Retrieved from: Http://Www.Heart.Org. Diakses pada 24 Oktober 2018.
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta,
EGC, 2002

Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black H.R., Cushman W.C., Green L.A., Izzo
J.L., Jr., Et Al, (2003). Jama; 289:2560-72. The Seventh Report Of The
Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation, And
Treatment Of High Blood Pressure: The Jnc 7 Report.
Depkes. (2013). Hipertensi di Indonesia. Retrieved from. www.depkes.go.id
diakses pada 24 Oktober 2018
Fitriana, A. (2015). Senam Hipertensi. Retrieved from: https://dokumen.tips.
Diakses pada 24 Oktober 2018.
Fitri, A. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pencegahan
Hipertensi Oleh Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Salido Kabupaten
Pesisir Selatan Tahun 2017. Retrieved from.
http://scholar.unand.ac.id/28345/2/BAB%20AWAL.pdf diakses pada 24
Oktober 2018

Hernawan, T., & Rosyid, F. N. (2017). Pengaruh Senam Hipertensi Lansia


terhadap Penurunan Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi di Panti Wreda
Darma Bhakti Kelurahan Pajang Surakarta. Jurnal Kesehatan, 10(1), 26-31.

Infodatin. (2013). Gambaran Ksehatan Lanjut Usia Di Indonesia. Kementerian


Kesehatan RI

Infodatin. (2016). Satuan Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia. Kementerian


Kesehatan RI
Ismarina, D., Herliawati., & Muharyani, P. W. (2017). Perbandingan Perubahan
Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi Setelah Dilakukan Terapi
Musik Klasik Dan Relaksasi Autogenik Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pembina Palembang. Jurnal Keperawatan Sriwijaya. 2(2)
Kamila. (2017). Tanda Gejala Hipertensi. Retrieved from repository.Usu.ac.id.
Diakses pada 24 Oktober 2018.
Kemenkes. (2014). Infodatin Hipertensi. Retrieved from www.depkes.go.id.
(Diakses pada 24 Oktober 2018)
Khalifah, S. T. (2014). Keperawatan Gerontik. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Khomaini, A., Setiati, S.,, Lydia, A., & Dewiasty, E. (2017). Pengaruh Edukasi
Terstruktur dan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pasien Hipertensi Usia Lanjut: Uji Klinis Acak Tersamar
Ganda. Retrieved from
http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/viewFile/106/96
(Diakses pada 25 Oktober 2018)

Koelsch, S. (2015). Therapy Music And Heart. Academic Scietific Journal.


Retrieved from. www.researchgate.net/therapy/music/neuroscientific.com
diakses pada 24 Oktober 2018

Kushariyadi. (2017). Terapi Modalitas Keperawatan Pijat Punggung Sebagai


Perawatan Daya Ingat (Bahasa) Lansia di Unit Pelaksana Teknis Panti
Sosial Lanjut Usia Kabupaten Jember. Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/197113-ID-back-massage-
modality-therapy-for-elderl.pdf (Diakses pada 25 Oktober 2018)
Mastuti, D. A. (2016). Kebahagiaan Pada Lanjut Usia Ditinjau dari Dukungan
Keluarga. Retrieved from
http://eprints.ums.ac.id/47181/4/02.%20NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
(Diakses pada 25 Oktober 2018)
Mufidah, Kamalita. (2017). Karya Tulis D III Universitas Muhamaddyah.
Penerapan senam Hipertensi untuk Menururnkan Tekanan Darah pada Pasien
Hipertensi pada Keluarga Tn. S pada Ny. K di Desa Klopogodo RT 01 RW
04 Kecamatan Gombong.
Mulyadi, R. Z., Mardijana, A., & Nurdian, Y. (2016). Gambaran Tingkat Depresi
Terhadap Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Kabupaten Jember.
Retrieved from
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=478874&val=7891&title
=Overview%20of%20Depression%20in%20The%20Elderly%20of%20UPT
%20Pelayanan%20Sosial (Diakses pada 25 Oktober 2018)

Perki. (2015). Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular.


Disusun Oleh: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
2015: Edisi 1. Retrieved from Http://www.Inaheart.Org. Diakses pada 24
Oktober 2018.
Rahadin, E. (2017). Pengaruh Terapi Suara terhadap Tekanan Darah Penderita
Hipertensi di Posyandu Lansia Sedap Malam Yogyakarta. UNY:Yogyakarta
Safitri, W., dan Hutari P.A. (2017). Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap
Penurunan Tekanan Darah di Desa Blembem Wilayah Kerja Puskesmas
Gondangreji. Jurnal KesMaDaSka, halaman 130-135.
Sari, A. P., Yusuf, A., & Wahyuni, E. D. (2014). Perubahan Tekanan Darah
Pada Lansia Dengan Hipertensi Melalui Therapeutical Gardening Di UPT
PSLU Magetan. Universitas Airlangga.
Supriadi, D., Hutabarat, E., & Monica, V. (2015). Pengaruh Terapi Musik
Tradisional Kecapi Suling Sunda Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia
Dengan Hipertensi. Jurnal Skolastik Keperawatan, 1(2), 29-35. (Diakses
pada 24 Oktober 2018).
Tage, P. K. S. (2016). Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Sistolik Terisolasi di Panti Sosial Budi
Agung Kupang. Journal Unair. http://journal. unair. ac. id/download-
fullpapers-ijchnfad7c40937full. pdf (Diakses pada 24 Oktober 2018).
Widianingrum, S. (2016). Gambaran Umum Karakteristik Lansia Dengan
Depresi di Panti Wilayah Kota Semarang. Retrieved from
http://eprints.undip.ac.id/51262/1/santi_widianingrum_proposal.pdf (Diakses
pada 25 Oktober 2018)
LEMBAR EVALUASI TAK : SENAM HIPERTENSI

Petunjuk Pengisian

1. Tulis nama lansia pada kolom yang tersedia


2. Berikan tanda () sesuai dengan respon yang ditunjukkan oleh lansia
ASPEK YANG DINILAI
Mau Mengikuti Menyatakan Memberi
NO NAMA mengikuti kegiatan senang tanggapan
kegiatan sampai mengikut kepada lansia
dengan aktif selesai kegiatan lain
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Anda mungkin juga menyukai