Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2018, III(1), hal.

31-40 31

COMPARISON OF HEAVY AIR FOOT THERAPY THERAPY AND


PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION TECHNIQUE ON
HIPERTENSION IN ELDERLY IN THE ORPHANAGE OF TRESNA
WERDHA PALEMBANG

Firdaus1 , Lilik Pranata2, Aprida Manurung


Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Katolik Musi Charitas Palembang
e-mail : 1Firdausilham506@gmail.com, 2lilikpranata390@yahoo.co.id

ABSTRAK

National Health and Nutrition Examination Survey (NHCS) di Amerika pada tahun 2011-2013
menyatakan bahwa presentase hipertensi pada lansia mencapai sekitar 64%, dan pada 2015-2016
lansia hipertensi berjumlah 65% dari total populasi. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan
yaitu dengan melakukan Terapi Rendam Kaki Air Hangat dan teknik relaksasi otot progresif.
Penelitian ini bertujuan menganalisis perbandingan terapi rendam kaki air hangat dan teknik
relaksasi otot progresif terhadap hipertensi pada lansia di panti tresna wherda palembang
Penelitian ini menggunakan metode quasi-eksperiment dengan rancangan two group pre-post
test dan sampel 24 orang. Pengambilan sampel secara Total Sampling
Hasil penelitian didapatkan Klasifikasi Hipertensi sebelum diberikan intervensi terapi rendam
kaki air hangat adalah Klasifikasi Hipertensi Stage II berjumlah 12 responden (100%) dan
Klasifikasi Hipertensi sebelum diberikan intervensi teknik relaksasi otot progresif Klasifikasi
Hipertensi Stage II berjumlah 12 responden (100%) dan Klasifikasi Hipertensi sesudah dilakukan
terapi rendam kaki air hangat menggunakan uji statistik Wilxocon diperoleh p value = 0,002 dan
teknik relaksasi otot progresif didapatkan hasil uji statistik menggunakan Wilxocon diperoleh p
value = 0,002. Klasifikasi Hipertensi sesudah dilakukan terapi rendam kaki air hangat dan teknik
relaksasi otot progresif terhadap hipertensi pada lansia didapatkan hasil uji statistik menggunakan
Mann Whitney diperoleh p value = 0,003 α < (0,05).

Kata Kunci : Lansia, hipertensi, terapi rendam kaki air hangat, teknik relaksasi otot progresif

PENDAHULUAN dari total penduduk lansia, sedangkan pada


tahun 2017 jumlah lansia sebesar 8,97% dari
Lansia adalah lanjut dari sutu proses total populasi penduduk Indonesia (BPS,
kehidupan yang ditandai dengan perubahan 2017)
dan penurunan kemampuan tubuh dalam Menurut Kementrian Kesehatan RI
beradaptasi dengan stress lingkungan (Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di
Klasifikasi lansia yang telah dijadikan Indonesia, 2013), jumlah lansia di Sumatera
patokan untuk lansia itu sendiri berbeda-beda, Selatan pada tahun 2012 sebesar 6,23%
pada umumnya berkisaran dari umur 60-65 sedangkan pada tahun 2017 sebesar 7,21 dari
tahun. Menurut World Health Organization, total penduduk lansia di Indonesia (Badan
ada empat macam tahap yaitu usia Pusat Statistik, Statistik Penduduk Lanjut
pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun, Usia Provinsi Sumatera Selatan, 2016, pp.
lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun, lanjut 49). Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi
usia tua (old) usia 75-90 tahun usia sangat tua Sumatera Selatan (Statistik Penduduk Lanjut
(very old) usia lebih dari 90 tahun (Padila, Usia Provinsi Sumatera Selatan, 2015, p. 51),
2013). jumlah lansia di kota Palembang pada tahun
Prevalensi populasi lansia di Indonesia 2015 berjumlah 6,70% sedangkan pada tahun
pada tahun 2014 jumlah lansia sebesar 7,41% 2016 sebesar 7,41% dari total populasi lansia

Firdaus dkk
32 Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2018, III(1), hal. 31-40

di Sumatera Selatan (Badan Pusat Statistik Lansia dikatakan hipertensi apabila


Provinsi Sumatera Selatan, Statistik Penduduk tekanan sistolik sama atau lebih tinggi dari
Lanjut Usia Provinsi Sumatera Selatan, 2016, 140 mmHg dan tekanan diastolik sama atau
pp. 51). Gambaran populasi di tempat lebih dari 90 mmHg (Sunaryo, et.al, 2016).
penelitian di Panti Tresna Wherda Palembang Komplikasi yang terjadi apabila hipertensi
berjumlah 60 lansia dengan, meningkatnya tidak terkontrol akan menyebabkan resiko
jumlah lansia maka dibutuhkan terjadinya stroke, gagal jantung, infark
perhatian khusus kepada lansia, demi jantung, kerusakan mata dan gagal ginjal
tercapainya kesejahteraan hidup lansia di (Triyanto, 2014). Sebagai penatalaksanaan
masa tuanya. terapi komplementer pada pasien hipertensi
Proses menua adalah proses yang tersebut dapat melibatkan perawat dalam
berkaitan dengan umur seseorang, proses melakukan intervensi keperawatan, terapi
menua ini ditandai dengan penurunan fungsi komplementer sering dikenal dengan terapi
kerja tubuh (Sunaryo, 2015) Semakin tradisional alternatif yang gunanya untuk
bertambahnya usia, manusia pasti mengalami memulihkan kesehatan orang yang sedang
perubahan pada sistem organ tubuh apa lagi sakit dan meningkatkan derajat kesehatan
pada lansia, akibat proses menua lansia masyarakat (Purwanto, 2013). Beberapa terapi
mengalami perubahan sistem organ tubuh komplementer yang dapat dilakukan oleh
salah satunya perubahan sistem perawat misalnya hidroterapi dan teknik
kardiovaskuler yang mengalami penurunan relaksasi otot progresif (Setyoadi &
efisiensi sehingga menyebabkan kekuatan Kusharyadi).
otot jantung menurun, dinding pembuluh Terapi air adalah suatu terapi
darah semakin kaku akan meningkatkan komplementer dengan menggunakan air
tekanan darah sistolik maupun diastolik dan hangat, secara ilmiah air hangat memiliki
kapasitas volume darah menurun sejalan dampak fisiologis bagi tubuh yang bisa
dengan menurun volume cairan dalam tubuh mengurangi beban pada sendi, penopang berat
sejalan dengan proses penuan pada lansia badan dan melancarkan sirkulasi peredaran
(Maryam, 2008). darah, otot jantung, paru-paru dan
hipertensi pada lansia di Indonesia pada menimbulkan rasa rileks pada tubuh (Setyoadi
tahun 2013 sebesar 25,8%, sedangkan pada & Kushariyadi, 2011).
tahun 2016 mengalami peningkatan yang Teknik relaksasi otot progresif adalah
sangat drastis sebesar 63% dari populasi teknik relaksasi yang memfokuskan pada
lansia di Indonesia (Pusat Data Informasi aktivitas otot yang dilakukan untuk
Kementrian Kesehatan RI 2016). Berdasarkan mengurangi ketegangan, kecemasan dan
pada tahun 2014, penyakit tidak menular mengatasi insomnia juga dapat menurunkan
(PTM), pada lansia adalah hipertensi dengan tekanan darah (Triyanto, 2011dan Herodes,
jumlah 47.090 jiwa. Prevalensi lansia 2010 dalam Setyoadi & Kusharyadi, 2011).
hipertensi di Palembang pada tahun 2016 Gerakan yang dapat dilakukan dalam teknik
sebesar 21% sedangkan pada tahun 2017 relaksasi otot progresif antara lain gerakan
sebesar 27% dari total penyakit yang diderita otot tangan, otot biceps, otot bahu, otot wajah,
lansia di Palembang (Dinas Kesehatan Kota otot leher, otot punggung, otot dada, otot
Palembang, 2017). Akibat dari proses penuan perut, otot paha, dan otot kaki (Triyanto,
dan perubahan pada sistem dalam tubuh, 2014).
banyak menimbulkan masalah yang dialami Berdasarkan hasil penelitian yang sudah
lansia yaitu hipertensi, gangguan tidur atau dilakukan oleh Harnani & Astri
insomnia, kecemasan, depresi, paranoid dan 2017).Tentang terapi rendam kaki air hangat
demensia, salah satu masalah yang sering kali efektif menurunkan tekanan darah pada lanjut
dialami pada lansia adalah tekanan darah usia, dari 30 responden yang hipertensi,
tinggi/hipertensi (Maryam, 2008, pp. 120). setelah dilakukan terpi rendam kaki
menggunakan air hangat terdapat 16 orang

Firdaus dkk
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2018, III(1), hal. 31-40 33

tidak mengalami hipertensi dan 4 orang masih menunjukan tidak ada perbedaan kedua
mengalami hipertensi. intervensi. Penelitian yang dilakukan oleh
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan oleh peneliti pada tanggal 10 Mei, METODE PENELITIAN
2018, peneliti melakukan studi pendahuluan
wawancara dengan melibatkan 8 orang lansia Jenis penelitian yang digunakan adalah
yang menderita hipertensi di Panti Tresna kuantitatif dengan metode penelitian quasi-
Wherda Teratai KM 6 Palembang. Selama ini ekperimen dan Rancangan yang digunakan
usaha yang dilakukan oleh lansia untuk dalam penelitian ini adalah two group pre-
menangani hipertensi yang lebih efektif post test. Penelitian dilakukan di Panti treshna
belum teratasi hanya mengkonsumsi obat werda teratai Km 6 Palembang. pengambilan
yang sering dilakukan jika gejala hipertensi sampel menggunakan teknik total sampling
timbul. Peneliti melakukan pengukuran sebanyak 30 responden sesuai dengan kriteria
tekanan darah terhadap 8 orang lansia inklusi. Alat ukur yang digunakan adalah
tersebut, ternyata 5 dari 8 orang lansia masih Sphygmomanometer aneroid untuk mengukur
mengalami hipertensi dengan tekanan darah tekanan darah sesudah dan sebelum diakukan
sistolik 150-200 mmHg dan tekanan darah rendam air hangat. Analisa univariat
diastolik 90-100 mmHg. Jadi usaha yang menggunakan distribusi frekuensi dan analisa
mereka lakukan belum begitu efektif, karena bivariat Menggunakan uji statistik Wilcoxon
mereka sudah bosan minum obat secara terus untuk mengetahui Perbandingan penurunan
menerus untuk menurunkan tekanan darah. tekanan darah antara sesudah terapi rendam
Peneliti juga mengatakan kepada lansia di kaki air hangat dan terapi relaksasi otot
Panti Tresna Wherda Teratai KM 6 progresif pada lansia di Panti Tresna Werdha
Palembang selain obat anti hipertensi terapi Palembang. Uji komparasi yang digunakan
rendam kaki air hangat dan terapi relaksasi dalam penelitian ini uji statistik Mann-
otot progresif bisa untuk menurunkan tekanan Whitney
darah pada penderita hipertensi.
Berdasarkan uraian di atas peneliti HASIL
tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Perbandingan Terapi Rendam Kaki Air Analisis Univariat dan Bivariat
Hangat dan Teknik Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Hipertensi Pada Lansia di Panti Tabel 1. Umur
Tresna Wherda Palembang. No Umur f N
1 60-69 9 37,5
KAJIAN LITERATUR DAN 2 70-79 6 25
PENGEMBANGAN HIPOTESIS 3 80-89 7 29,2
4 >90 2 8,3
Total 24 100
Hasil penelitian yang sebelumnya telah
dilakukan oleh Ikafah (2016) Didapatkan Tabel 2. Jenis Kelamin
hasil penelitin menunjukkan tidak ada Jenis
perbedaan bermakna antara terapi rendam No f N
Kelamin
kaki dan captopril tekanan darah sistolik (p= 1 Laki-laki 11 45,8
0,154 dan diastolik p= 0,675 dengan p> 0,05). 2 Perempuan 13 54,2
Pemberian terapi rendam kaki dan captopril Total 24 100
sama-sama efektif dalam menurunkan tekanan
darah pada lansia. Utari Dewi dan Ni Putu
(2016) Di dapat hasil penelitian teknik
relaksasi autogenik p=0,001 dan teknik
relasasi otot progresif p=0,005 di dapat hasil
perbandingan kedua intervensi p=0,541

Firdaus dkk
34 Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2018, III(1), hal. 31-40

Berdasarkan tabel 2 bahwa perbandingan


penurunan nilai rerata tekanan darah sebelum
Klasifikasi Hipertensi f N dan sesudah diberikan intervensi terapi
rendam kaki air hangat dapat dilihat nilai
Mean Rank tekanan darah sebelum diberikan
Sebelum
terapi rendam kaki air hangat lebih besar yaitu
Hipertensi Grade II 5 41,7
0.00 mmHg dan tekanan darah sesudah yaitu
(Hipertensi Grade II 7 58,3
6.50 mmHg, dilakukan menggunakan uji
Sesudah
statistik uji wilcoxon didapat diperoleh nilai
Prehipertensi 10 83,3
Asymp. Sig.(2-tailed p value= 0,002 < (0,005).
Hipertensi Grade I 2 16,7
Mean Wilcoxon
Variabel N
Rank P value
Sebelum
Klasifikasi Hipertensi f N Terapi 0.00 0,002
Teknik 12
Relaksasi 6.50
Sebelum Otot
Hipertensi Grade II 6 50 Progresif 12
(Hipertensi Grade II 6 50 Sesudah 12
Sesudah Terapi
Prehipertensi 6 50 Teknik
Relaksasi
Hipertensi Grade I 6 50
Otot
Progresif
Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas Total
responden berumur 60-69 tahun yaitu
sebanyak 37,5%. Mayoritas responden Tabel 3
berjenis kelamin perempuan sebanyak 54,2%. Berdasarkan tabel 3 hasil penelitian
Tekanan darah sebelum diberikan intervensi bahwa perbandingan penurunan nilai rerata
adalah Hipertensi Grade III berjumlah 7 tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan
responden dengan presentasi 58,3% dan intervensi teknik relaksasi otot progresif dapat
tekanan darah Hipertensi Grade II berjumlah dilihat nilai Mean Rank tekanan darah
5 responden dengan presentasi 41,7%, sebelum diberikan terapi rendam kaki air
sedangkan tekanan darah sesudah diberikan hangat lebih besar yaitu 0.00 mmHg dan
intervensi tekanan darah Hipertensi Grade I tekanan darah sesudah yaitu 6.50 mmHg,
berjumlah 10 responden dengan presentasi dilakukan menggunakan uji statistik uji
83,3% dan tekanan darah Hipertensi Grade II wilcoxon didapat diperoleh nilai Asymp.
berjumlah 2 responden dengan presentasi Sig.(2-tailed p value= 0,002 < (0,005).
16,7%. Tekanan darah sebelum diberikan
intervensi Hipertensi Grade I,II,III,IV sama Tabel 4
yaitu 6 responden 50%. Variabel Mann-
N Mean Whitney
Tabel 2 Rank P value
Mean Wilcoxon Sesudah
Variabel N Terapi Rendam 12 16.00 0,003
Rank P value
Sebelum Kaki Air Hangat
Terapi Rendam 12 0.00 0,002 Terapi Teknik
Kaki Air Hangat 6,50 Relaksasi Otot 12 9.00
Sesudah 12 Progresif
Terapi Redam Total 24
Kaki Air Hangat Berdasarkan tabel 4 hasil penelitian
Total 12 bahwa perbandingan penurunan nilai rerata

Firdaus dkk
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2018, III(1), hal. 31-40 35

tekanan darah sesudah diberikan intervensi Triyanto, (2011) bahwa jenis kelamin juga
terapi rendam kaki dan teknik relaksasi otot sangat erat kaitannya terhadap terjadinya
progresif dapat dilihat nilai Mean Rank hipertensi dimana pada masa muda dan
tekanan darah sesudah diberikan terapi parubaya lebih tinggi penyakit hipertensi pada
rendam kaki air hangat lebih besar yaitu 16.00 perempuan lebih tinggi setelah umur 55
mmHg dibandingkan teknik relaksasi otot tahun, dan ketika seseorang perempuan
progresif yaitu 9.00 mmHg, dilakukan mengalami masa menopause. Hal ini sejalan
menggunakan uji Mann-Whitney untuk dengan penelitian yang dilakukan oleh
melihat perbandingan kedua kelompok terapi Jannah, M, (2017) diketahui subyek penelitian
intervensi didapat nilai Asymp. Sig.(2-tailed p berjumlah 50 responden berdasarkan hasil
value= 0,003 < (0,005). analisis dari penelitian ini yang menggunakan
uji Chi-square maka nilai p value = 0,001 < α
PEMBAHASAN = 0,05 ini berarti ada hubungan antara jenis
kelamin dengan kejadian hipertensi penelitian
Analisa Univariat ini menunjukan bahwa perempuan sering kali
mengadopsi perilaku tidak sehat seperti pola
Umur makan yang tidak seimbang sehingga
menyebabkan berat badan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Berdasarkan uraian diatas peneliti
mayoritas responden berumur 60-69 tahun berasumsi bahwa faktor hormon setelah
sebanyak 9 responden. Berdasarkan teori memasuki masa menopause akan
(Maryam, 2008) menyatakan bahwa penyebab menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
hipertensi adalah salah satunya umur. Umur hormon yang memicu terjadinya hipertensi
sangat mempengaruhi munculnya penyakit dimana keseimbangan hormone progesterone
hipertensi hal ini dikarenakan ketidak dan estrogennnya dimasa usia lanjut hormone
elastisitasnya pembuluh darah, katup jantung progesteronnya dan menjadi faktor resiko
menebal, kaku, kemampuan memompah terjadinnya hipertensi.
darah menurun, menurunkan baroreseptor
menyebabkan aliran darah tidak lancar dan Karekteristik tekanan darah sebelum dan
terjadi peningkatan tekanan darah yang dapat sesudah dilakukan terapi rendam kaki air
menyebabkan hipertensi. penenliti berasumsi hangat
bahwa hipertensi terjadi adalah karna
bertambahnya umur dikarenakan umur Berdasarkan hasil yang didapatkan
subyek penelitian berumur dari 60-90 tahun, bahwa, jumlah subyek penelitian sebanyak 12
karena berresiko terjadinya arterosklerosis responden. Tekanan darah sebelum diberikan
karena semakin tua seseorang pengaturan intervensi yang paling banyak adalah
metabolisme zat kapur (kalsium) dapat Hipertensi grade 1 sebanyak 10 responden.
terganggu, sehingga menyebabkan banyak zat Berdasarkan teori (Setyoadi & Kusharyadi,
kapur yang beredar didalam darah, 2011). Terapi rendam kaki air hangat adalah
bertambahnya usia juga menyebabkan salah satu macam penggunaan air hangat
elastisitas arteri berkurang, sehingga dapat untuk pengobatan dalam terapi ini adalah
menyebabkan arteri tidak dapat lentur dan efeknya secara ilmiah, air hangat memiliki
cenderung menjadi kaku sehingga volume dampak fisiologis bagi tubuh yang
darah menjadi tidak lancar. mengurangi beban pada sendi penopang berat
badan. Menurut teori (Setyoadi &
Jenis Kelamin Kusharyadi, 2011, p. 143), pemberian
intervensi terapi rendam kaki air hangat dapat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdampak fisiologis bagi tubuh untuk
mayoritas responden adalah perempuan mengurangi beban pada sendi penopang berat
sebanyak 13 responden. Berdasarkan teori badan, melancarkan peredaran darah, otot

Firdaus dkk
36 Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2018, III(1), hal. 31-40

jantung paru-paru dan menimbulkan rasa tegang, dan menimbulkan perasaan yang
rileks pada tubuh. Berdasarkan asumsi rileks pada lansia dan dapat melebarkan
peneliti, bahwa hipertensi dapat terjadi pembuluh darah dan melancarkan peredaran
merupakan karena bahwa banyaknya darah sehingga aliran darah yang tidak lancar
penderita hipertensi muncul dari berbagai sehingga dapat menurunkan tekanan darah
faktor yang dapat menyebabkan hipertensi pada lansia.
antara lain usia, jenis kelamin perokok,
obesitas, alkoholisme, stres, kecemasan dan Analisa Univariat
konsumsi garam.
Perbandingan penurunan nilai rerata
Karekteristik tekanan darah sebelum dan tekanan darah sebelum dan sesudah
sesudah dilakukan teknik relaksasi otot diberikan intervensi terapi rendam kaki air
progresif hangat dan teknik relaksasi otot progresif

Berdasarkan hasil yang didapatkan Berdasarkan hasil penelitian bahwa


bahwa, jumlah subyek penelitian sebanyak 12 perbandingan penurunan nilai rerata tekanan
responden. Tekanan darah sebelum diberikan darah sebelum dan sesudah diberikan
intervensi Hipertensi grade I,II,III,IV sama intervensi terapi rendam kaki air hangat dapat
yaitu 6 responden. Berdasarkan teori dilihat nilai Mean Rank tekanan darah
(Muttaqin, 2009), pemberian terapi relaksasi sebelum diberikan terapi rendam kaki air
otot progresif dapat meningkatkan relaksasi hangat lebih besar yaitu 0.00 mmHg dan
dengan menurunkan aktivitas saraf simpatis tekanan darah sesudah yaitu 6.50 mmHg,
dan meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis dilakukan menggunakan uji statistik uji
sehingga terjadi vasodilatasi diameter arteriol, wilcoxon didapat diperoleh nilai Asymp.
sistemsaraf parasimpatis melepaskan Sig.(2-tailed p value= 0,002 < (0,005).
neurotransmir asetilkolin untuk menghambat Berdasarkan teori (Setyoadi & Kusharyadi,
aktivitas saraf simpatis dengan menurunkan 2011). Terapi rendam kaki air hangat adalah
kontraktilitas otot jantung, vasodilatasi salah satu macam penggunaan air hangat
arteriol dan vena kemudian menurunkan untuk pengobatan dalam terapi ini adalah
tekanan darah. Hal ini sejalan dengan hasil efeknya secara ilmiah, air hangat memiliki
penelitian yang dilakukan oleh Endar Sulis, T. dampak fisiologis bagi tubuh yang
(2015), berjudul Efektifitas relaksasi otot mengurangi beban pada sendi penopang berat
progresif terhadap tekanan darah pada badan. efek tersebut memiliki berbagai
penderita hipertensi esensial didapatkan hasil dampak, dampak pertama pada pembuluh
uji statistik pada kelompok eksperimen darah hangatnya air membuat sirkulasi darah
dengan menggunakan uji Dependent T-test menjadi lancar. Menurut teori (Setyoadi &
diperoleh p value 0,001 sistolik dan p value Kusharyadi, 2011, p. 143), pemberian
0,000 diastolik α <0,05. peneliti berasumsi intervensi terapi rendam kaki air hangat dapat
bahwa, intervensi terapi relaksasi otot berdampak fisiologis bagi tubuh untuk
progresif Relaksasi otot progresif dilakukan mengurangi beban pada sendi penopang berat
dengan cara merenggangkan dan merilekskan badan, melancarkan peredaran darah, otot
otot secara sadar, pada saat otot berkontraksi jantung paru-paru dan menimbulkan rasa
suatu implus saraf tiba pada otot terminal, rileks pada tubuh.
terjadi pelepasan asetilkolin yang akan Hal ini sejalan dengan penelitian yang
berdisfusi menyeberang sinaps, asetilkolin dilakukan oleh Desti Damayanti, (2014)
membantu mengatur memori di otak dan diketahui jumlah subyek penelitian 20 orang
memepengaruhi tindakan otot rangka dan otot tekanan darah sistolik paling rendah sebesar
polos di sitem daraf perifer, selain untuk 140 mmHg, paling tinggi 170 mmHg, tekanan
memvasodilatasi pembuluh darah juga dapat darah diastolik paling rendah sebesar 90
menurunkan ketegangan pada otot yang mmHg dan paling tinggi sebesar 110 mmHg.

Firdaus dkk
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2018, III(1), hal. 31-40 37

Tingkat subyek penelitian sebelum dilakukan polos di sitem daraf perifer, selain untuk
rendam hangat di Desa Kebondalem memvasodilatasi pembuluh darah juga dapat
Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang menurunkan ketegangan pada otot yang
menurut JNC 7 dalam kategori hipertensi tegang, dan menimbulkan perasaan yang
sedang. rileks pada lansia dan dapat melebarkan
Berdasarkan asumsi peneliti, bahwa pembuluh darah dan melancarkan peredaran
hipertensi dapat terjadi merupakan karena darah sehingga aliran darah yang tidak lancar
bahwa banyaknya penderita hipertensi sehingga dapat menurunkan tekanan darah
muncul dari berbagai faktor yang dapat pada lansia.
menyebabkan hipertensi antara lain usia, jenis
kelamin perokok, obesitas, alkoholisme, stres, Perbandingan penurunan tekana darah
kecemasan dan konsumsi garam. sesudah diberikan intervensi terapi rendam
kaki air hangat dan teknik relaksasi otot
Perbandingan penurunan nilai rerata progresif
tekanan darah sebelum dan sesudah
diberikan intervensi teknik relaksasi otot Berdasarkan hasil penelitian dapat
progresif diketahui perbandingan penurunan nilai rata-
rata tekanan darah sesudah diberikan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa intervensi terapi rendam kaki dan teknik
perbandingan penurunan nilai rerata tekanan relaksasi otot progresif dapat dilihat nilai
darah sebelum dan sesudah diberikan Mean Rank tekanan darah sesudah diberikan
intervensi teknik relaksasi otot progresif dapat terapi rendam kaki yaitu 16.00 mmHg dan
dilihat nilai Mean Rank tekanan darah teknik relaksasi otot progresif yaitu 9.00
sebelum diberikan terapi rendam kaki air mmHg, dilakukan menggunakan uji Mann-
hangat lebih besar yaitu 0.00 mmHg dan Whitney untuk melihat perbandingan kedua
tekanan darah sesudah yaitu 6.50 mmHg, kelompok terapi intervensi didapat nilai
dilakukan menggunakan uji statistik uji Asymp. Sig.(2-tailed p value= 0,003 α<
wilcoxon didapat diperoleh nilai Asymp. (0,005). Berdasarkan teori (Setyoadi &
Sig.(2-tailed p value= 0,002 < (0,005). Kusharyadi, 2011). Terapi rendam kaki air
Berdasarkan teori (Muttaqin, 2009), hangat adalah salah satu macam penggunaan
pemberian terapi relaksasi otot progresif dapat air hangat untuk pengobatan dalam terapi ini
meningkatkan relaksasi dengan menurunkan adalah efeknya secara ilmiah, air hangat
aktivitas saraf simpatis dan meningkatkan memiliki dampak fisiologis bagi tubuh yang
aktivitas saraf parasimpatis sehingga terjadi mengurangi beban pada sendi penopang berat
vasodilatasi diameter arteriol, sistemsaraf badan. efek tersebut memiliki berbagai
parasimpatis melepaskan neurotransmir dampak, dampak pertama pada pembuluh
asetilkolin untuk menghambat aktivitas saraf darah hangatnya air membuat sirkulasi darah
simpatis dengan menurunkan kontraktilitas menjadi lancar.
otot jantung, vasodilatasi arteriol dan vena Prinsip kerja dari terapi rendam kaki air
kemudian menurunkan tekanan darah. hangat secara konduksi dapat terjadi
Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi perpindahan panas dari air hangat ke tubuh
bahwa, intervensi terapi relaksasi otot sehingga terjadi pelebaran pembuluh darah,
progresif Relaksasi otot progresif dilakukan melancarkan peredaran darah dan
dengan cara merenggangkan dan merilekskan mempengaruhi tekanan arteri sehingga
otot secara sadar, pada saat otot berkontraksi merangsang saraf-saraf yang ada di telapak
suatu implus saraf tiba pada otot terminal, kaki untuk merangsang baroreseptor,
terjadi pelepasan asetilkolin yang akan baroseptor menerima rangsangan dari
berdisfusi menyeberang sinaps, asetilkolin peregangan dan menyampaikan impuls yang
membantu mengatur memori di otak dan dibawa dari serabut saraf di kaki dan semua
memepengaruhi tindakan otot rangka dan otot bagian tubuh untuk menginformasikan ke

Firdaus dkk
38 Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2018, III(1), hal. 31-40

sistem saraf pusat terhadap perubahan tekanan rendam kaki air hangat terjadi penurunan
darah, volume darah. Jika tekanan darah arteri tekanan darah dari 180/110–209/119 mmHg
meningkat baroseptor menyampaikan impuls menjadi 140/90-159/99 (Hipertensi Grade I)
dari sinus karotis dan arkus aorta ke pusat mmHg.
vasomotor sehingga merangsang aktivitas
saraf parasimpatis dan menghambat pusat SIMPULAN DAN SARAN
simpatis sehingga terjadi penurunan denyut
jantung dan kontraksi jantung (Ilkafah, 2016). Simpulan
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Priharyanti, (2016), Umur dapat disimpulkan umur sangat
dengan judul pengaruh rendam kaki mempengaruhi munculnya penyakit hipertensi
menggunakan air hangat dengan campuran hal ini dikarenakan ketidak elastisitasnya
garam dan serai terhadap penurunan tekanan pembuluh darah, katup jantung menebal,
darah pada penderita hipertensi di Wilayah kaku, kemampuan memompa darah menurun,
Podorejo RW 8 Ngaliyan, dimana didapatkan sehingga menurunkan baroreseptor
hasil Z = -8,127 (sistolik) Z = -5,587 menyebabkan aliran darah tidak lancar dan
(diastolik) dan p value = 0,000 dengan α = terjadi peningkatan tekanan darah yang dapat
0,05 <0,05 sehingga menunjukkan bahwa ada menyebabkan hipertensi.
pengaruh rendam kaki menggunakan air Jenis kelamin dapat disimpulkan bahwa
hangat dengan campuran garam dan serai jenis kelamin juga sangat erat kaitannya
terhadap penurunan tekanan darah pada terhadap terjadinya hipertensi dimana pada
penderita hipertensi. Bagi keperawatan dapat masa muda dan parubaya lebih tinggi
menggunakan intervensi nonfarmakologi penyakit hipertensi pada perempuan lebih
sebagai salah satu terapi untuk membantu tinggi setelah umur 55 tahun, dan ketika
penderita hipertensi untuk menurunkan seseorang perempuan mengalami masa
tekanan darah. menopause.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti Setelah dilakukan intervensi terapi
berasumsi bahwa hipertensi yang diderita rendam kaki air hangat dan terapi teknik
lansia dapat mengalami penurunan tekanan relaksasi otot progresif dapat disimpulkan
darah sesudah diberikan intervensi terapi terapi teknik relaksasi otot progresif lebih
rendam kaki air hangat yang menggunakan efek dalam mengontrol hipertensi dengan
suhu 400C selama 5 menit. Karena efeknya p=0,003.
terjadi vasodilatasi pembuluh darah sehingga
dapat melancarkan peredaran pembuluh darah Saran
dan mempengaruhi tekanan darah arteri
sehingga dapat merangsang baroreseptor. Bagi Lansia
Baroreseptor merupakan reseptor saraf kecil
yang dapat mendeteksi perubahan pada Penelitian ini diharapkan dapat
tekanan dalam pembuluh darah dan menambah wawasan dan pengetahuan lansia
menyampaikan perubahan tersebut kepada dalam upaya mengontrol hipertensi dengan
sistem saraf pusat (medula) sehingga melakukan terapi rendam kaki air hangat dan
merangsang saraf parasimpatis dan teknik relaksasi otot progresif.
menghambat pusat simpatis dan dapat terjadi
penurunan denyut jantung dan kontraksi Bagi Panti
jantung. Didukung dengan data observasi
yang diperoleh oleh peneliti, bahwa sebelum Penelitian ini dapat dijadikan sebagai
dilakukan intervensi rendam kaki air hangat referensi cara mengontrol dan mengatasi
banyak lansia menderita tekanan darah hipertensi pada lansia secara non farmokologi
180/110–209/119 (Hipertensi Grade III) sehingga dapat tercipta harapan hidup yang
mmHg, sesudah diberikan intervensi terapi sejahtera.

Firdaus dkk
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2018, III(1), hal. 31-40 39

Institusi Akademik Evi, I. D. & Erlisa, C (2017). Efektivitas


Hidroterapi Terhadap Penurunan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
aplikasi dalam ruang lingkup asuhan Hipertensi Di Panti Wherda AL- Islah
keperawatan pada pasien hipertensi. Malang.
Bagi mahasiswa/i dapat sebagai bahan Gilang Gumilar Permady. (2015). Pengaruh
masukan teori dari hasil penelitian yang telah Merendam Kaki Dengan Air Hangat
dilakukuan dan dapat dijadikan bahan Terhadap Kualitas Tidur Lansia di
referensi di Perpustakaan. Wilayah Kerja Puskesmas Astanalanggar
Kecamatan Losari Cirebon Jawa Barat.
Bagi Profesi Keperawatan Diakses 20 Maret, 2018.
Ilkafah. (2016). Perbedaan Penurunan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan Tekanan Darah Lansia dengan Obat Anti
sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi Hipertenssi dan Terapi Rendam Air
profesi keperawatan agar dapat memberikan Hangat di Wilayah Kerja Puskesmas
intervensi Non Farmakologis pada lansia Antara Tamalanrea Makassar. Diakses
dengan hipertensi. 25 Maret, 2018.
Kayce, Bell, June Twiggs, Bernie R. (2015).
Bagi Peneliti Selanjutnya Hypertension The Silent Killer Updated
JNC 8 Guideline
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya Recommendations.online, tersedia pada:
dapat mengembangkan penelitian ini lebih http:// www.aparx. Org diakses pada
lanjut dengan menggunakan terapi lainnya tanggal 29 April 2018.
dan dengan subyek penelitian yang lebih Mariyam, R. Siti, Mia Fatma, E, Rosidawati,
banyak. Ahmad Jubaedi, dan Irwan, B (2012).
Mengenal Usia Lanjut dan
DAFTAR PUSTAKA Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif (2009). Asuhan Keperawatan
Alie, Y. (2014). Pengaruh Latihan Relaksasi Klien dengan Gangguan Sistem
Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah Kardiovaskular. Jakarta: Salemba
Pada Lanjut Usia dengan Hipertensi di Medika
UPT PSLU Mojopahit Kabupaten National Health and Nutrition Examination
Mojokerto. Dipetik Maret 27, 2018 Survey. (2017). Hipertensi Prevalensi
Dewi, S. R. (2014). Keperawatan Gerontik. dan Pengendalian antara Dewasa
Yogyakarta: CV Budi Utama. Amerika Serikat, 2015-2016. NCHS.
Dewi, U & Ni, P. W. (2018). Ternik Relaksasi Diakses 25 Maret, 2018.
Autogenik Dan Relaksasi Otot Progresif Riset Kesehatan Dasar (2013). Jakarta:
Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia RIKESDAS
Dengan Hipertensi. Diakses 27 Maret, Riyanto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi
2018. Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Debora, O. (2011). Proses Keperawatan dan Medika
Pemeriksaan Fisik: Jakarta: Salemba Saryono, & Anggraeni, M. D. (2013).
Medika. Metodologi Penelitian Kualitatif dan
Effendi, f & M. (2009). Keperawatan Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan.
Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik Yogyakarta: Nuha Medika.
Dalam Keperawata. Jakarta: Salemba Setyoadi, & Kushariyadi. (2011). Terapi
Medika Modalitas Keperawatan pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.

Firdaus dkk
40 Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2018, III(1), hal. 31-40

Silhverthoran, Dee Unglaub. (2013). Fisiologi Siregar, S. (201). Statistik Parametrik untuk
Manusia. Jakarta: EGC. Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan
Situasi Lanjut Usia di Indonesia. (2016). Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS
Bogor: Pusat Data dan Informasi Ke 17. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kementerian RI. Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan
Statistik Penduduk Lanjut Usia Provinsi Bagi Penderita Hipertensi Secara
Sumatera Selatan. (2016). Palembang: Terpadu: Yogyakarta: Graha Ilmu.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Tyani, E.S., Utomo, W. & N, Y.H. 2015.
Selatan Efektifitas Relaksasi Otot Progresif
Statistik Penduduk Lanjut Usia. (2014). Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita
Jakarta: Badan Pusat Statistik Hipertensi Esensial. Vol.2.

Firdaus dkk

Anda mungkin juga menyukai