Disusun Oleh :
Ady Pratama
Santi Franita
Yusroh
Ketut Lastari
Teguh Pramono
Windayani
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dibidang kesehatan untuk semua usia pada tahun 2030 (SDGs, 2016).
Indonesia saat ini sedang mengalami era penduduk berstruktur lanjut usia (Aging
sekitar 7,18%. Peningkatan jumlah lansia akan meningkatkan usia harapan hidup
lansia yang diprediksi pada tahun 2020 sekitar 11,34%, dengan usia harapan hidup
yang lebih sehat pada tahun 2030 dengan program yang menjadi indikator penting
fisik. Menurunnya fisik pada lansia akan menimbulkan masalah sendiri seperti
disebut sebagai silent killer (pembunuh diam-diam) karena penyakit ini tidak
peningkatan tekanan darah sistolik >140 mmhg dan diastolik >90 mmhg (Nuraif,
2015).
masalah terbesar di dunia dengan jumlah penderita yang selalu signifikan yaitu 1
miliar orang, terutama di Afrika (WHO, 2013). Amerika Serikat sendiri menurut
The National Heart and Nutrition Examination Survey, pada tahun 2011-2014
Indonesia sendiri pada tahun 2013, penderita hipertensi mencapai 25, 8%.
Rata-rata kasus terbanyak terjadi pada usia lanjut yaitu sekitar 57,6%. Provinsi
individu lansia sebagai dampak dari peningkatan usia (proses penuaan) serta
adanya pemicu atau resiko yang turut menyertainya, seperti gaya hidup (Meiner,
200). Faktor pemicu tersebut diklasifikasikan menjadi dua, yakni faktor risiko
modifable). Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi meliputi umur, jenis
kelamin, dan riwayat keluarga. Sedangkan, faktor risiko yang dapat dimodifikasi
2006).
kepala, vertigo, dan palpitasi (Tabloski, 2014). Tanda gejala tersebut dapat
memicu masalah keperawatan yang muncul pada lansia seperti masalah gangguan
tidur dan ketidaknyamanan. Namun, pada beberapa lansia hipertensi yang diderita
masalah tidur dan ketidaknyamanan. Tanda hipertensi hanya diketahui dari hasil
Hipertensi ini biasa disebut dengan silent hypertension. Hal ini didukung oleh data
yang dikemukakan American Heart Association pada tahun 2014, bahwa 50%
2011). Hal ini menunjukkan adanya prevalensi yang cukup tinggi terkait masalah
Terdapat dua jenis panti werdha, yaitu panti werdha yang dikelola pemerintah dan
PSTW adalah suatu lembaga yang mempunyai tugas memberikan bimbingan dan
pelayanan bagi lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara wajar dalam
terlantar yang dimaksud dalam aturan tersebut tidak sebatas lansia yang tidak
memiliki keluarga dan keluyuran di jalan, tetapi juga lansia yang memiliki
lansia yang berada dipanti berjumlah 70 lansia yang terbagi dalam 14 wisma.
Terapi non farmakologis sudah banyak dikembangkan diluar negeri dan menjadi
(CAT) yang terdiri dari Alternative Medical System, Mind Body Therapy,
biological based therapy, terapi ini menggunakan bahan alami, misalnya herbal
product.
Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia.
obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di
Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan
primer (WHO, 2003). Saat ini, pengobatan tradisional atau herbal semakin
hipertensi dan diabetes memilih tanaman obat untuk mengobati penyakit mereka
tradisional dan herbal dalam asupan makanan seharihari, baik dalam bentuk
dianggap memiliki sifat obat meskipun belum ada bukti ilmiah untuk mendukung
kesehatan formal terutama dalam pelayanan kesehatan strata pertama. Tidak dapat
dipungkiri bahwa hingga saat ini, obat tradisional masih menjadi pilihan
26,68; 28,15; 30,90 dan 33,24 persen. Dari yang mengeluh sakit dan
obat unggulan yang telah diteliti atau diuji secara klinis. Sembilan tanaman obat
itu adalah : sambiloto, jambu biji, jati belanda, cabe jawa, temulawak, jahe merah,
kunyit, mengkudu dan salam (Luh, 2008). Data Riskesdas 2010 menunjukkan
bahwa tanaman obat yang paling banyak digunakan adalah jahe (50,36%), diikuti
Selain tanaman obat di atas, sebanyak 72,51 persen menggunakan tanaman obat
jenis lain. Daun salam adalah salah satu potensi tanaman obat di Indonesia.
hipertensi dan asam urat (Joshi, 2012). Dengan adanya perkembangan produk dari
cukup lama, serta harganya relatif murah. Daun salam mengandung flavonoid
yang berfungsi sebagai antioksidan yang mampu mencegah terjadinya oksidasi sel
tubuh. Semakin tinggi oksidasi sel dalam tubuh, maka semakin tinggi seseorang
kolesterol tubuh, menurunkan kadar gula darah, dan mnurunkan kadar asam urat
(Ali, et al, 2011). Di dalam tubuh, flavonoid ini bekerja pada ginjal. Menurut
Kwon, dkk (2010), flavonoid berguna untuk mengambat ACE, sehingga dari
menaikkan aktivitas sistem saraf simpatis, vasokontriksi otot polos vascular dan
meningkatkan retensi air dan natrium. Sehingga dengan adanya flavonoid tekanan
darah dapat turun. Penelitian Vania (2012) , yang berjudul Pengaruh Air Rebusan
meminum air rebusan daun salam sebesar 105,20/71,80 mmHg, lebih rendah
daripada sebelum meminum air rebusan daun salam sebesar 118,83/7,93 mmHg
(p<0,01).
mendapatkan hasil bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian air seduhan
hipertensi baik pada tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolic (p <
0,005).
Berdasarkan hasil fenomena di atas, maka dalam karya tulis ilmiah ini
Wisma AWF UPTD PSLU Tresna Werdha Natar Kabupaten Lampung Selatan
tahun 2019
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penelitian
Lansia yang Mengalami Hipertensi Di Wisma AWF UPTD PSLU Tresna Werdha
1. Tujuan Umum:
2. Tujuan Khusus:
dengan Hipertensi
Hipertensi
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
rumah.
a. Pengelola
b. Pengasuh
c. Lansia
penanganan darah tinggi yang terjadi pada lansia dan sebagai usaha
berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang
pada manusia yang telah memasuki tahap akhir dari fase kehidupannya.
Kelompok yang di katagorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang di
sebut Aging Proses atau proses penuaan. Menua (menjadi tua) adalah
Lansia (lanjut usia) merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
2011), sedangkan menurut fitrah tahun 2010 lansia atau usia lanjut adalah
tahap akhir dari proses penuaan. Pada tahap ini biasanya individu tersebut
75-90 tahun
a. Teori Biologi
Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa proses menua
selama masa hidup. Teori ini lebih menekankan pada perubahan kondisi
yaitu genetic theory, clock theory, error theory, autoimun theory, free
b. Teori Psikososial
c. Teori Lingkungan
Berikut ialah teori lingkungan yang mempengaruhi proses menua pada lansia
teori radiasi (radiation theory), teori stress (stress theory), teori polusi
a. Perubahan Fisik
pada bronkus.
kekakuan.
kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti
tanduk.
b. Perubahan Psikososial
parent.
dihemat.
tetap berwibawa
dan lingkungan.
Ada empat penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua,
yakni:
a. Gangguan sirkulasi darah, misalnya hipertensi, kelainan
lain-lain.
lainnya.
B. Konsep Penyakit
1. Definisi
diastolik >90 mmhg yang dapat beresiko pada penyakit jantung, saraf, ginjal
darah sistolik >140 mmhg dan diastolik >90 mmhg, pada pemeriksaan yang
hipertensi terisolasi yang biasanya lazim terjadi pada lansia dengan TDS >
1. Kelelahan
2. Keturunan
4. Proses penuaan
6. Sosial budaya
3. Manifestasi Klinik
1. Sakit kepala
2. Pusing
3. Lemas, kelelahan
4. Sesak nafas
5. Gelisah
6. Mual, muntah
7. Kesadaran menurun
4. Klasifikasi Hipertensi
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
pembuluh darah.
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal menyebabkan
(Smeltzer, 2007).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hb/Ht
2) BUN, kreatinin
b. CT-Scan
c. EKG
a. Genetik
genetik yang terjadi pada sel telur monozigot dan heterezigot sehingga
b. Jenis Kelamin
c. Usia
e. Konsumsi natrium
8. Penatalakasanaan
Menurut PERKI tahun 2016 pentalaksanaan hipertensi adalah :
a. Non Farmakologis
badan, asupan garam (total <5 gram/hari) asupan lemak jenuh dan alkohol
(pria<21 unit dan perempuan <14 unit per minggu), banyak makan buah
Penderita hipertensi ringan atau nilai batas tanpa komplikasi, pengaruh perubahan
2016).
b. Farmakologis
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan dara dari berbagai sumber data
alamat.
b. Riwayat Keluarga
menular.
c. Riwayat Kesehatan
Status kesehatan saat ini : adanya penyakit yang diderita saat ini
Tipe tempat tinggal, jumlah kamar, jumlah orang yang tinggal, keadaan
penataan ruang.
e. Riwayat Rekreasi
1) Aktivitas/ istirahat
2) Sirkulasi
3) Integritas Ego
4) Eliminasi
8) Pernafasan
i. Pemerikasaan Penunjang
k. APGAR Gerontik
p. Dukunga keluarga
q. Pemeriksaan Diagnostik
2. Diagnosa Keperawatan
b) Nyeri akut
c) Kurang Pengetahuan
3. Rencana Keperawatan
akut
n level management
n control 1) Kaji karakteristik nyeri
si : pengalaman sensori mfort level 2) Kontrol dengan
dan emosional akibat manajemen relaksasi
kerusakan jaringan. ia Hasil : 3) Kolaborasikan dengan
1) Mampu mengontrol dokter pemberian obat
an Karakteristik : nyeri analgetik
1) Perubahan selera 2) Melaporkan nyeri
makan berkurang
2) Perubahan frekuensi 3) Mampu mengetahui
jantung nyeri
3) Perubahan TD
4) Diaforesis
5) Perilaku distraksi
berhubungan :
1) Agen cidera biologis
4. Implementasi Keperawatan
perawat
5. Evaluasi Keperawatan
ditetapkan dengan respon prilaku klien (Craven dan Hirnle, 2000 dalam
Sunaryo, 2016 ).
yang telah dicapai (Potter dan Ferry, 2005 dalam Sunaryo, 2016).
a. SOAP
kemajuan, (Sukrillah,2016)
1) Subjek
2) Objektik
Merupakan yang yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah
3) Assessment
diagnose
4) Planning
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 5 Juli- 6 Juli 2019 terhadap 2 pasien yang mengalami
Tabel 3.1
Pengkajian
Diagnosa medis
Hipertensi Hipertensi
Keluhan Pusing Nyeri kepala
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Pemeriksaan Fisik
iksaan Fisik 1 2
-tanda vital:
1. Tekanan 160/100 mmHg 0 mmHg
Darah 100 x menit mnt
2. Nadi 24 x/menit nt
3. Respirasi 37,2o C C
4. Suhu M : 6 V: 5 M : 6 V: 5
Kesadaran
m penglihatan mata simetris, kelopak mata mata simetris, kelopak
normal, gerkan mata normal, mata normal, gerkan mata
strabismus (-), konjungtiva normal, strabismus (-),
ananemis, sklera anikterik, konjungtiva ananemis,
pandangan terkadang kabur, sklera anikterik,
tidak ada tanda peradangan, pandangan terkadang
pupil isokor, tidak pakai alat kabur, tidak ada tanda
bantu penglihatan peradangan, pupil isokor,
tidak pakai alat bantu
penglihatan
m Pendengaran telinga normal, posisi simetris, telinga dan bentuk normal
bentuk normal, tidak terdapat dengan posisi simetris,
serumen, peradangan pendengaran baik,
kebersihan cukup, fungsi peradangan (-),
pendengaran baik, tidak serumen(-), kebersihan
menggunaka alat bantu cukup, tidak pakai alat
pendengaran bantu pendengaran
m Wicara ada keluhan/masalah ada keluhan/masalah
m Pernafasan nafas bersih tidak ada sumbatan, nafas bersih tidak ada
pernafasan normal dengan RR sumbatan, pernafasan
20x/mnt, tidak pakai otot bantu normal dengan RR
pernafasan, irama nafas teratur, 20x/mnt, tidak pakai otot
batuk (-), sputum (-), Suara bantu pernafasan, irama
nafas vesikuler nafas teratur, batuk (-),
sputum (-), Suara nafas
vesikuler
m Kardiovaskuler a. Perifer a. Perifer
100x/mnt, irama nadi teratur, 90x/mnt, irama nadi
teraba kuat, tidak terjadi teratur, teraba kuat,
distensi vena jogularis, tidak terjadi distensi
temperature kulit hangat, vena jogularis,
CRT <2 dtk, Edema (-) temperature kulit
hangat, CRT <2 dtk,
b. Jantung Edema (-)
ma jantung cepat dan teratur,
tidak ada kelainan bunyi b. Jantung
jantung, nyeri dada (-), ma jantung teratur, tidak
sering merasa berdebar dan ada kelianan bunyi
cepat merasa lelah jantung, nyeri dada (-),
tidak ada keluhan
Tabel 3.4
Katz Indeks
SKORE KRITERIA
Pasien 1 :A
Pasien 2 :A
Tabel 3.5
Barthel Indeks
Tabel 3.6
+ - No. PERTANYAAN + -
Keterangan:
Status sosial lansia dapat diukur dengan menggunakan APGAR Keluarga. Penilaian: jika
pertanyaan-pertanyaan yang dijawab selalu (poin 2), kadang-kadang (poin 1), hampir tidak
pernah (poin 0)
Tabel 3.7
APGAR
APGAR Keluarga
Pemeriksaan Penunjang
Tabel 3.8
Pemeriksaan Penunjang
- - -
B. Analisa Data
Data Masalah
1
o Penurunan Jantung
- Klien mengatakan sering
merasa pusing, hilang timbul.
- Klien mengatakan keluhan
semakin berat setelah
melakukan aktivitas.
- Klien mengatakan mudah
merasa lelah
- Klien mengatakan sulit tidur di
malam hari.
Do.
1. TD 160/10 mmHg
2. N. 100 x/mnt
3. RR. 20x/mnt
4. S. 36,7oC
Intoleransi Aktivitas
- Klien mengatakan mudah
merasa lelah terutama setelah
melakukan aktivitas berat.
Do.
1. TD 160/10 mmHg
2. N. 100 x/mnt
3. RR. 20x/mnt
4. S. 37,2oC
Kurang Pengetahuan
1. Klien mengatakan tidak
mengetahui penyebab hipertensi.
2. Klien mengatakan tidak
mengetehui tentang diet hipertensi
Do.
1. Klien tidak mampu menjawab
pertanyaan perawat tentang
hipertensi
2
Nyeri Akut
ien mengatakan nyeri kepala dan terasa
berat di tengkuk. Klien
mengatakan sering merasa gelisah
dan berdebar-debar.
Do.
1. Skala 4
2. Menunjukkan lokasi nyeri
3. TD. 150/90 mmHg
4. N. 90 x/mnt
5. RR. 18x/mnt
6. S. 36,4oC
7. Menyatakan nyeri
Kurang Pengetahuan
1. Klien mengatakan tidak
mengetahui makanan
penyebab hipertensi.
2. Klien mengatakan sering
makan makanan penyebab
hipertensi.
Do.
1. Klientampak sering bertanya
tentang makanan yang dapat
menyebabkan asam urat.
2. Klien kurang menjaga
makanan yang dapat
menyebabkan asam urat
C. Diagnosa Keperawatan
Pasien 1
2. Intoleransi aktivitas
3. Kurang pengetahuan
Pasien 2
1. Nyeri akut
2. Kurang pengetahuan
D. Rencana Keperawatan
Menyebutkan
parameter membantu
dalam mengkaji
respon fisiologi
terhadap stres
aktifitas dan bila ada
merupakan indikator
dari kelebihan kerja
yang berkaitan
dengan tingkat
aktifitas.
Instruksikan pasien
tentang teknik
penghematan energi,
mis; menggunakan
kursi saat mandi,
duduk saat menyisir
rambut, atau
menyikat gigi,
melakukan aktifitas
dengan perlahan 🡪
Teknik
menghemat energi
mengurangi
penggunaan energi,
juga membantu
keseimbangan antara
suplai dan kebutuhan
oksigen.
Berikan motivasi
untuk melakukan
aktifitas/perawatan
diri bertahap jika
dapat ditoleransi.
Berikan bantuan
sesuai kebutuhan 🡪
Kemajuan aktifitas
bertahap mencegah
peningkatan kerja
jantung tiba-tiba.
Memberikan bantuan
hanya sebatas
kebutuhan akan
mendorong
kemandirian dalam
melakukan aktifitas.
NIC
Pain management
3 Nyeri akut NOC ● lakukan
Pain level pengkajian nyeri
Pain control secara
1. Klien mengatakan nyeri Comfort level komprehensif
pada daerah pergelangan Kriteria hasil termasuk
kaki serta lututnya Mampu lokasi,
2. Klien mengatakan saat nyeri mengontrol karakteristik,
sulit beraktifitas nyeri (tahu durasi, frekuensi,
3. Klien mengatakan nyeri penyebab nyeri, kualitas dan
seperti ditusuk-tusuk mampu factor presipitasi
4. Klien mengatakan menggunakan teknik ● observasi
nyeri ketika setelah non farmakologi reaksi nonverbal
melakukan aktifitas dan untuk mengurangi dari
berkurang saat isstirahat nyeri, mencari ketidaknyamanan
Do. bantuan) ● gunakan
5. Klien tampk memegang area Melaporkan bahwa teknik
yang nyeri nyeri berkurang komunikasi
6. Skala nyeri 5 dengan menggunakn teraupetik
7. TD 140/90 mmHg manajemen nyeri. untuk mengetahui
8. N. 82 x/mnt Mampu mengenali pengalaman
9. RR. 20x/mnt nyeri nyeri pasien
10. S. 36,7oC Menyatakan ● evaluasi
11. Adanya pembengkakan pengalaman
Kadar Asam Urat /uL rasa nyaman setelah nyeri masa
nyeri berkurang lampau
● kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri seperti shu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
● pilih dan
lakukan penangan
nyeri
● anjurkan teknik
non farmakologi
● berikan terapi
kompres hangat
jahe sangat baik
untuk
mengurangi nyeri
● tingkatkan
Istirahat
Pasien 2