Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA YANG

MENGALAMI HIPRTENSI DI UPTD TRESNA WERDHA NATAR


LAMPUNG SELATAN
TAHUN 2019

KARYA ILMIAH NERS

Disusun Oleh :
Ady Pratama
Santi Franita
Yusroh
Ketut Lastari
Teguh Pramono
Windayani

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2019

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sustainable Developments Goals (SDGs) merupakan progam kesehatan di

Indonesia. SDGs mempunyai program yaitu untuk menyejahterakan masyarakat

Indonesia dibidang kesehatan untuk semua usia pada tahun 2030 (SDGs, 2016).

Indonesia saat ini sedang mengalami era penduduk berstruktur lanjut usia (Aging

Structured Population) karena mempunyai penduduk dengan usia 60 tahun ke atas

sekitar 7,18%. Peningkatan jumlah lansia akan meningkatkan usia harapan hidup

lansia yang diprediksi pada tahun 2020 sekitar 11,34%, dengan usia harapan hidup

71 tahun. Usia harapan hidup yang semakin meningkat akan menimbulkan

berbagai masalah kesehatan pada lansia sehingga meningkatkan angka mordibitas

pada lansia (Fatimah, 2010).

Melalui program SDGs ini diharapkan Indonesia akan menjadi masyarakat

yang lebih sehat pada tahun 2030 dengan program yang menjadi indikator penting

seperti penanggulangan penyakit tidak menular pada lansia seperti, hipertensi,

stroke, dan penyakit kardiovaskuler lainnya. Masyarakat Indonesia akan

mengalami peningkatan kesehatan yang optimal sehingga menurunkan angka

mordibitas maupun mortilitas pada lansia (SDGs, 2016).


Lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun ke atas yang

dihadapkan pada permasalahan menurunnya produktifitas, sosial, mental, dan

fisik. Menurunnya fisik pada lansia akan menimbulkan masalah sendiri seperti

timbulnya penyakit hipertensi. Hipertensi merupakan pembunuh nomor 1 di dunia

disebut sebagai silent killer (pembunuh diam-diam) karena penyakit ini tidak

menunjukan tanda dan gejala. Lansia dikatakan hipertensi ketika terjadi

peningkatan tekanan darah sistolik >140 mmhg dan diastolik >90 mmhg (Nuraif,

2015).

World Health Organization (WHO) melihat bahwa hipertensi ini menjadi

masalah terbesar di dunia dengan jumlah penderita yang selalu signifikan yaitu 1

miliar orang, terutama di Afrika (WHO, 2013). Amerika Serikat sendiri menurut

The National Heart and Nutrition Examination Survey, pada tahun 2011-2014

jumlah penderita hipertensi usia 60 tahun ke atas 64,9%.

Indonesia sendiri pada tahun 2013, penderita hipertensi mencapai 25, 8%.

Rata-rata kasus terbanyak terjadi pada usia lanjut yaitu sekitar 57,6%. Provinsi

Lampung penderita hipertensi mencapai 24,7% (Kemenkes,2013).

Hipertensi merupakan masalah kardiovaskular yang umum terjadi pada

individu lansia sebagai dampak dari peningkatan usia (proses penuaan) serta

adanya pemicu atau resiko yang turut menyertainya, seperti gaya hidup (Meiner,

200). Faktor pemicu tersebut diklasifikasikan menjadi dua, yakni faktor risiko

yang dapat dimodifikasi (modifable) dan tidak dapat dimodifikasi (non

modifable). Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi meliputi umur, jenis
kelamin, dan riwayat keluarga. Sedangkan, faktor risiko yang dapat dimodifikasi

meliputi kebiasaan merokok, tekanan darah normal-tinggi, diet tinggi lemak,

obesitas, ketidakaktifan fisik, kebiasaan mengonsumsi alkohol dan stress (Meiner,

2006).

Hipertensi umumnya menunjukkan tanda gejala seperti kelelahan, sakit

kepala, vertigo, dan palpitasi (Tabloski, 2014). Tanda gejala tersebut dapat

memicu masalah keperawatan yang muncul pada lansia seperti masalah gangguan

tidur dan ketidaknyamanan. Namun, pada beberapa lansia hipertensi yang diderita

tidak dirasakan gejalanya serta tidak menimbulkan masalah keperawatan seperti

masalah tidur dan ketidaknyamanan. Tanda hipertensi hanya diketahui dari hasil

pemeriksaan tekanan darah yang menunjukkan angka lebih dari 130/80.

Hipertensi ini biasa disebut dengan silent hypertension. Hal ini didukung oleh data

yang dikemukakan American Heart Association pada tahun 2014, bahwa 50%

penderita hipertensi tidak merasakan tanda gejala hipertensi.

Berdasarkan survey yang dilakukan National Nursing Home Survey

diketahui 53,8% residen memiliki riwayat hipertensi (Simonson, Han, Dvidson,

2011). Hal ini menunjukkan adanya prevalensi yang cukup tinggi terkait masalah

kardiovaskular pada lansia yang tinggal di institusi perawatan jangka panjang.

Institusi perawatan jangka panjang di Indonesia biasa disebut Panti Werdha.

Terdapat dua jenis panti werdha, yaitu panti werdha yang dikelola pemerintah dan

panti werdha yang dikelola pihak swasta.


Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) di bawah naungan pemerintah daerah.

PSTW adalah suatu lembaga yang mempunyai tugas memberikan bimbingan dan

pelayanan bagi lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara wajar dalam

kehidupan bermasyarakat, yang meliputi perawatan, perlindungan, dan pembinaan

fisik, spiritual, sosial dan psikologis (Kemensos No.50/HUK/2004). Lansia

terlantar yang dimaksud dalam aturan tersebut tidak sebatas lansia yang tidak

memiliki keluarga dan keluyuran di jalan, tetapi juga lansia yang memiliki

keluarga namun pihak keluarga tidak mampu mengurus lansia dikarenakan

dengan keterbatasan finansial.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti tahun 2019 di UPTD PSLU

Tresna Werdha Natar Kabupaten Lampung, petugas panti mengatakan jumlah

lansia yang berada dipanti berjumlah 70 lansia yang terbagi dalam 14 wisma.

Diketahui penyakit-penyakit terbanyak yang diderita lansia yaitu hipertensi,

dyspepsia, rematik, gout, dan gangguan tidur.

Hipertensi membutuhkan penanganan yang tepat, baik dari segi

farmakologis maupun non farmakologis (Yuliarti, 2011 dalam Ramadi, 2012).

Terapi non farmakologis sudah banyak dikembangkan diluar negeri dan menjadi

intervensi pendamping yang dapat digunakan sebagai pengganti pengobatan

konvensional. National For Complementery And Alternative Medicine (NCAM)

mengklasifikasikan terapi ini kedalam Complementary Alternative Therapy

(CAT) yang terdiri dari Alternative Medical System, Mind Body Therapy,

Biological Based Therapy, Manipulative Body-Based Meyhod dan energy


Therapies (Lyna, dkk, 2008). Salah satu yang paling banyak digunakan adalah

biological based therapy, terapi ini menggunakan bahan alami, misalnya herbal

product.

Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia.

Menurut WHO, negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan

obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di

Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan

primer (WHO, 2003). Saat ini, pengobatan tradisional atau herbal semakin

diperhatikan. Dalam studi kohort hipertensi, Shafiq et al melaporkan bahwa

sebanyak 63,9% dari subyek hipertensi mereka di sebuah klinik di India

mengambil obat-obatan herbal, sedangkan di Maroko 80% pasien dengan

hipertensi dan diabetes memilih tanaman obat untuk mengobati penyakit mereka

(Pao, 2009). Populasi Melayu di Malaysia sering mengkonsumsi sayuran

tradisional dan herbal dalam asupan makanan seharihari, baik dalam bentuk

mentah atau sebagai rempah-rempah dalam makanan. Banyak dari tanaman

dianggap memiliki sifat obat meskipun belum ada bukti ilmiah untuk mendukung

hal tersebut (Mizaton, 2010).

Di beberapa negara, obat tradisional telah dimanfaatkan dalam pelayanan

kesehatan formal terutama dalam pelayanan kesehatan strata pertama. Tidak dapat

dipungkiri bahwa hingga saat ini, obat tradisional masih menjadi pilihan

masyarakat dalam mengobati diri sendiri. Data SUSENAS 2004-2008

menunjukkan bahwa selama lima tahun tersebut persentase penduduk Indonesia


yang mengeluh sakit dalam kurun waktu sebulan terakhir, berturutturut 26,51;

26,68; 28,15; 30,90 dan 33,24 persen. Dari yang mengeluh sakit dan

menggunakan obat tradisional untuk mengobati diri sendiri berturut-turut 32,87;

35,52; 38,30; 28,69 dan 22,6 persen. (Depkes, 2011)

Badan Pengawas Obat dan Makanan telah menetapkan sembilan tanaman

obat unggulan yang telah diteliti atau diuji secara klinis. Sembilan tanaman obat

itu adalah : sambiloto, jambu biji, jati belanda, cabe jawa, temulawak, jahe merah,

kunyit, mengkudu dan salam (Luh, 2008). Data Riskesdas 2010 menunjukkan

bahwa tanaman obat yang paling banyak digunakan adalah jahe (50,36%), diikuti

kencur (48,77%), temulawak (39,65%), meniran (13,93%) dan pace (11,17%).

Selain tanaman obat di atas, sebanyak 72,51 persen menggunakan tanaman obat

jenis lain. Daun salam adalah salah satu potensi tanaman obat di Indonesia.

Akhir-akhir ini, daun salam digunakan dalam pengobatan diabetes mellitus,

hipertensi dan asam urat (Joshi, 2012). Dengan adanya perkembangan produk dari

bahan makanan yang dirasakan nyata manfaatnya bagi kesehatan dan

perkembangan tersebut dikombinasikan dengan persepsi masyarakat "alami

adalah aman", menghasilkan kecenderungan peningkatan penggunaan produk

tumbuhtumbuhan dalam pengobatan herbal. Penggunaan daun salam sebagai obat

tradisional sudah mulai meluas di kalangan masyarakat Indonesia. Daun salam

cukup mudah untuk didapatkan, mudah dibudidayakan, mempunyai umur yang

cukup lama, serta harganya relatif murah. Daun salam mengandung flavonoid

yang berfungsi sebagai antioksidan yang mampu mencegah terjadinya oksidasi sel
tubuh. Semakin tinggi oksidasi sel dalam tubuh, maka semakin tinggi seseorang

untuk menderita penyakit degeneratif. Kandungan flavonoid pada daun salam

dapat digunakan untuk mencegah terjadinya hipertensi, menurunkan kadar

kolesterol tubuh, menurunkan kadar gula darah, dan mnurunkan kadar asam urat

(Ali, et al, 2011). Di dalam tubuh, flavonoid ini bekerja pada ginjal. Menurut

Kwon, dkk (2010), flavonoid berguna untuk mengambat ACE, sehingga dari

angiotensin I tidak dapat diubah menjadi angiotensin II yang berfungsi untuk

menaikkan aktivitas sistem saraf simpatis, vasokontriksi otot polos vascular dan

meningkatkan retensi air dan natrium. Sehingga dengan adanya flavonoid tekanan

darah dapat turun. Penelitian Vania (2012) , yang berjudul Pengaruh Air Rebusan

Daun Salam (Syzygium Polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Tekanan Darah

Laki-laki Dewasa mendapatkan hasil bahwa rata-rata tekanan darah setelah

meminum air rebusan daun salam sebesar 105,20/71,80 mmHg, lebih rendah

daripada sebelum meminum air rebusan daun salam sebesar 118,83/7,93 mmHg

(p<0,01).

Hal serupa juga diungkapkan Tetra (2014) , yang berjudul Pengaruh

Pemberian Daun Salam (Eugenia Polyantha) Terhadap Penderita Hipertensi

mendapatkan hasil bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian air seduhan

daun salam (Eugenia polyantha) terhadap penurunan tekanan darah penderita

hipertensi baik pada tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolic (p <

0,005).
Berdasarkan hasil fenomena di atas, maka dalam karya tulis ilmiah ini

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan dirumuskan masalah dengan

judul Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Lansia yang Mengalami Hipertensi Di

Wisma AWF UPTD PSLU Tresna Werdha Natar Kabupaten Lampung Selatan

tahun 2019

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperwatan Gerontik Pada Lansia yang

Mengalami Hipertensi Di Wisma AWF UPTD PSLU Tresna Werdha Natar

Kabupaten Lampung Selatan ?

C. Tujuan penelitian

Tujuan penulisan KTI dengan judul Asuhan Keperwatan Gerontik Pada

Lansia yang Mengalami Hipertensi Di Wisma AWF UPTD PSLU Tresna Werdha

Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun 2019 adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum:

Peneliti dapat menggambarkan pelaksanaan Asuhan Keperawatan Gerontik pada

Klien yang mengalami Hipertensi di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar

Kabupaten Lampung Selatan tahun 2019

2. Tujuan Khusus:

KTI ini dibuat agar penulis mampu :

a. Melakukan pengkajian pada lansia dengan Hipertensi


b. Melakukan diagnosa keperawatan pada lansia dengan Hipertensi

c. Melakukan perencanaan tindakan atau intervensi pada lansia

dengan Hipertensi

d. Melakukan implementasi keperawatan pada lansia dengan

Hipertensi

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pada lansia dengan Hipertensi

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat yang

mempunyai lansia dengan hipertensi agar dapat merawat secara mandiri di

rumah.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dan

gambaran pada mahasiswa untuk melaksanakan asuhan keperawatam

gerontik dengan Hipertensi dalam ruang lingkup keperawatan gerontik.


3. Bagi UPTD PSLU Tresna Werdha Natar

Dengan adanya penelitian ini, dapat bermanfaat bagi:

a. Pengelola

Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pengelola

dalam menangani masalah penyakit darah tinggi pada lansia.

b. Pengasuh

Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi masukan/referensi untuk

melakukan penanganan masalah darah tinggi para lansia di ruangan yang

diasuhnya dapat teratasi.

c. Lansia

Dengan adanya penelitian ini dapat menungkatkan pengetahuan dalam

penanganan darah tinggi yang terjadi pada lansia dan sebagai usaha

meningkatkan kualitas kesehatan para lansia.

d. Bagi Peniliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini sebagai acuan peneliti selanjutnya dalam

melaksanakan penelitian tentang Asuhan Kperawatan Gerontik pada

Lansia yang mengalami Hipertensi dengan masalah Keperawatan yang

berbeda.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia

1. Pengertian Lansia
Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang

telah memasuki usia 60 tahun ke atas .lansia merupakan kelompok umur

pada manusia yang telah memasuki tahap akhir dari fase kehidupannya.

Kelompok yang di katagorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang di

sebut Aging Proses atau proses penuaan. Menua (menjadi tua) adalah

suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan

untuk memperbaiki diri/ mengganti dan memepertahankan fungsi

normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

memperbaiki kerusakan yang diderita (Aspiani, 2014).

Lansia (lanjut usia) merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan

yang akan dijalani semua individu, ditandai dengan penurunan

kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Azizah,

2011), sedangkan menurut fitrah tahun 2010 lansia atau usia lanjut adalah

tahap akhir dari proses penuaan. Pada tahap ini biasanya individu tersebut

sudah mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ tubuhnya.

2. Batasan umur lanjut usia

Menurut WHO (World Health Organization ) :

1. Usia pertengahan (middle age ) yaitu 45-59 tahun


2. Lanjut usia (elderly)yaitu 60-74 tahun c. Lanjut usia Tua (old)yaitu

75-90 tahun

3. Usia sangat tua (Very Old)yaitu 90 tahun lebih.

3. Teori Proses Penuaan

a. Teori Biologi

Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa proses menua

merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi tubuh

selama masa hidup. Teori ini lebih menekankan pada perubahan kondisi

tingkat struktural sel/organ tubuh, termasuk didalamnya adalah

pengaruh agen patologis berikut ialah teori-teori biologi pada lansia

yaitu genetic theory, clock theory, error theory, autoimun theory, free

radical theory, kolagenwear theory (Aspiani, 2014).

b. Teori Psikososial

Teori psikososial memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku

yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi

pada kerusakan anatomis sebagaimana teori psikososial berikut activity

theory, continuitass theory, dissanggement theory, teori stratifikasi usia,

teori kebutuhan manusia, jung theory, course of human life theory,

development task theory (Aspiani, 2014).

c. Teori Lingkungan
Berikut ialah teori lingkungan yang mempengaruhi proses menua pada lansia

teori radiasi (radiation theory), teori stress (stress theory), teori polusi

(pollution theory), teori pemaparan (exposure theory) (Aspiani, 2014).

4. Permasalah - Permasalahan pada Lansia

Perubahan fisiologi pada lansia menurut Maryam (2008) menjelaskan bahwa:

a. Perubahan Fisik

1) Sel: Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh

menurun,dan cairan intraseluler menurun.

2) Kardiovaskular : Katup jantung menebal kaku, kemampuan

memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume),

elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.

3) Respirasi : Otot-otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku,

elasititas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga

menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya

menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan

pada bronkus.

4) Persarafan : Saraf panca indera mengecil sehingga fungsinya

menurun serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi

khususnya yang berhubungan dengan stress. Berkurang atau


hilangnya lapisan myelin akson, sehingga menyebabkan

berkurangnya respons motorik dan reflek

5) Muskuloskeletal : Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh

(osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian membesar dan

menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut,

dan mengalami sklerosis.

6) Pendengaran : Membra timbani atrofi sehingga terjadi

gangguan pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami

kekakuan.

7) Penglihatan : Respons terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap

gelap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang

menurun, dan katarak.

8) Kulit : Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut

dalam hidung dan telingga menebal. Elastisitas menurun,

kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti

tanduk.

b. Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial menurut Maryam (2008), yaitu:

1) Peran : Post power syndrome, single woman, dan single

parent.

2) Keluarga, Emptiness : Kesendirian, kehampaan.


3) Teman : Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan

kapan akan meninggal. Berada di rumah terus- menerus akan

cepat pikun (tidak berembang).

4) Abuse : Kekerasan berbentuk verbal (dibentuk) dan nonverbal

(dicubit, tidak diberi makan).

5) Masalah hukum :Berkaitan dengan perlindungan asset dan

kekayaan pribadi yang dikumpulkan sejak masih muda.

6) Pensiun : Kalau menjadi PNS aka nada tabungan (dana pensiun).

Kalau tidak, anak dan cucu yang akan member uang.

7) Ekonomi : Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok

bagi lansia dan income security.

8) Rekreasi : Untuk ketenangan batin.

9) Keamanan : Jatuh, terpleset.

10) Transportrasi :Kebutuhan akan system transportasi yang

cocok bagi lansia

11) Politik : Kesempatan yang sama untuk terlibat dan

memberikan masukan dalam system politik yang berlaku.

12) Pendidikan : Berkaitan dengan pengetasan buta aksara dan

kesempatan untuk tetap belajar sesuai dengan hak asasi manusia.

13) Agama : Melaksanakan ibadah

14) Panti jompo : Merasa dibuang/diasingkan.


c. Perubahan Mental

Perubahan mental menurut Nugroho (2014) yaitu:

1) Dibidang mental atau psikis pada lanjut usia, perubahan

dapat berupa sikap yang semakin egoisentri k, mudah

curiga, bertambah pelit/tamak bila memiliki sesuatu

2) Yang perlu dimengerti adalah sikap umum yang

ditemukan pada hamoir setiap lanjut usia, yakni

keinginan berumur panjang, tenaganya sedapat mungkin

dihemat.

3) Mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat

4) Ingin mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin

tetap berwibawa

5) Jika meninggalpun, mereka ingin meninggal secara

terhormat dan masuk surge

Faktor yang mempengaruhi perubahan mental: Perubahan

fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan(hereditas),

dan lingkungan.

5. Penyakit Umum pada Lanjut Usia

Ada empat penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua,

yakni:
a. Gangguan sirkulasi darah, misalnya hipertensi, kelainan

pembuluh darah, gangguan pembuluh darah di otak, dan

lain-lain.

b. Gangguan metabolisme hormonal, misalnya diabetes mellitus

dan gangguan tyroid

c. Gangguan pada persendian, misalnya osteoarthritis, gout

arthritis, reumathoid arthritis ataupun penyakit kolagen

lainnya.

d. Berbagai macam penyakit neoplasma (Nugroho, 2008).

B. Konsep Penyakit

1. Definisi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik >140 mmhg dan

diastolik >90 mmhg yang dapat beresiko pada penyakit jantung, saraf, ginjal

dan pembuluh darah ( Nuraif, 2015). Hipertensi adalah peningkatan tekanan

darah sistolik >140 mmhg dan diastolik >90 mmhg, pada pemeriksaan yang

berulang (PERKI, 2016). Hipertensi pada lansia dibagi menjadi 2 yaitu

hipertensi esensial atau disebabkan oleh faktor genetik ditandai dengan

peningkatan sistolik sebesar >160 mmhg dan diastolik 90 mmhg dan

hipertensi terisolasi yang biasanya lazim terjadi pada lansia dengan TDS >

140 mmhg dan TDD >90 mmhg (Fatimah, 2010).


2. Etiologi

Menurut Nuraif tahun 2015 hipertensi dapat disebabkan oleh interaksi

bebagai macam faktor yaitu :

1. Kelelahan

2. Keturunan

3. Stres dan cemas

4. Proses penuaan

5. Diet yang tidak seimbang

6. Sosial budaya

3. Manifestasi Klinik

Menurut Nuraif tahun 2015 manifestasi klinik hipertensi adalah :

1. Sakit kepala

2. Pusing

3. Lemas, kelelahan

4. Sesak nafas

5. Gelisah

6. Mual, muntah

7. Kesadaran menurun
4. Klasifikasi Hipertensi

Menurut PERKI tahun 2016 hipertensi diklasifikasikan sebagai berikut :

Klasifikasi Sistolik Diastolik


Optimal <120 Dan <80
Normal 120-129 Dan/Atau 80-84
Normal Tinggi 130-139 Dan/Atau 84-89
Hipertensi derajat 1 140-159 Dan/Atau 90-99
Hipertensi derajat 2 160-179 Dan/Atau 100-109
Hipertensi derajat 3 ≥180 Dan/Atau ≥110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 Dan <90

Menurut The Joint National Commitee on Prevention, Detection,

Evaluation, and Treatment og High Bloodpressure (JNC VII) dan

WHO/International Society of Hypertension guidlines subcommites klasifikasi

hipertensi umur ≥18 tahun adalah :

JNC VII Umur Tekanan darah Dan/atau Tekanan darah


Kategori sistolik diastolik
tekanan (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi 60-69 tahun 130-139 Atau 85-89
Hipertensi 70-79 tahun 140-159 Atau 90-99
derajat 1
Hipertensi 80-89 tahun ≥160 atau ≥100
derajat 2
5. Patofisiologi

Mekanisme yang berfungsi mengontrol konstriksi dan relaksasi

pembuluh darah terletak dipusat vasomotor pada medulla di otak. Dari

pusat vasomotor ini bermula saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis

di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke

ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin

yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah

dimana dengan dilepaskannya norepineprin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.

Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepineprin. Pada saat

bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktifitas vasokonstriksi. Medulla adrenal

mensekresi epineprin yang menyebabkan vasokonstriksi.

Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya yang dapat

memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan


rennin.Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian

diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon

ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal menyebabkan

peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini cenderung

mencetuskan keadaan hipertensi.

Pertimbangan gerontologi, perubahan struktural dan fungsional

pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan

darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi

aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam

relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada gilirannya menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,

aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi

volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),

mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer

(Smeltzer, 2007).

6. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nuraif 2015 pemeriksaan penunjang pada penderita hipertensi adalah :

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Hb/Ht
2) BUN, kreatinin

3) Glukosa dan urinalisa

b. CT-Scan

c. EKG

7. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hipertensi pada Lansia

a. Genetik

Menurut penelitian yang dilakukan Aris Sugiharto tahun 2007

bahwa genetik mempengaruhi terjadinya hipertensi karena proses sifat

genetik yang terjadi pada sel telur monozigot dan heterezigot sehingga

menyebabkan hipertensi esensial yang berkembang 30-50 tahun tanpa

tanda dan gejala.

b. Jenis Kelamin

Berkesinambungan dengan penelitian Aris Sugiharto bahwa jenis

kelamin juga mempengaruhi hipertensi. Menurut MN. Bustan bahwa

wanita lebih banyak menderita hipertensi dibanding pria karena pengaruh

hormon estrogen. Arif Mansjoer mengatakan pria dan wanita memiliki

resiko yang sama untuk kejadian hipertensi.

c. Usia

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kiki Melissa Andria pada

tahun 2013 di Posyandu Sukolilo, Surabaya bahawa usia sangat


berpengaruh pada kejadian hipertensi karena pada usia lansia akan terjadi

penurunan fungsi organ dan elastisitas otot sehingga menyebabkan

naiknya tekanan darah.

d. Stres atau cemas

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yimmie Syavardie pada

tahun 2014 bahwa stres dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi pada

lansia yang ada di Puskesmas Bukittinggi.Stres dapat meningkatkan

ketegangan yang terjadi pada otot tengkuk sehingga mengakibatkan

tekanan darah tinggi apabila berkelanjutan akan terjadi tekanan darah

tinggi yang menetap.

e. Konsumsi natrium

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Djauhar Arif tahun 2013

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi bahwa

konsumsi natrium yang berlebih pada lansia akan mengakibatkan

hipertensi, karena pada lansia pengolahan natrium kurang sempurna

karena menurunnya fungsi organ.

8. Penatalakasanaan
Menurut PERKI tahun 2016 pentalaksanaan hipertensi adalah :

a. Non Farmakologis

Semua pasien/individu dengan riwayat keluarga hipertensi perlu

dinasehati mengenai perubahan gaya hidup, seperti menurunkan berat

badan, asupan garam (total <5 gram/hari) asupan lemak jenuh dan alkohol

(pria<21 unit dan perempuan <14 unit per minggu), banyak makan buah

dan sayuran (minimal 7 porsi/hari), tidak merokok dan olahraga teratur,

menghindari stres semua ini terbukti dapat merendahkan tekanan darah

dan dapat menurunkan penggunaan obat-obatan

Penderita hipertensi ringan atau nilai batas tanpa komplikasi, pengaruh perubahan

dapat dievaluasi dengan pengawasan selama 4-6 bulan pertama (PERKI,

2016).

b. Farmakologis

Secara umum, terapi farmakologi penurunan tekanan darah sesuai dengan

kepatuhan dan meminimalisasi efek samping adalah:

1) Bila memungkinkan beikan dosis tunggal

2) Berikan obat generik

3) Berikan obat pada lansia dengan memperhatikan komorbid

4) Jangan mengkombinasikan dengan angiotensin

5) Berikan edukasi dengan terapi farmokologi

6) Lakukan pemantauaan efek samping obat secara teratur


C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu

proses yang sistematis dalam pengumpulan dara dari berbagai sumber data

untuk mengevaluasi dan mengidetifikasi status klien. (Padila, 2013).

a. Identitas/Data Biografi Klien

Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, suku , status perkawinan,

alamat.

b. Riwayat Keluarga

Riwayat penyakit keturunan seperti DM, hipertensi, asma, dan penyakit

menular.

c. Riwayat Kesehatan

Status kesehatan saat ini : adanya penyakit yang diderita saat ini

Riwayat kesehatan lalu : adanya penyakit kronik yang diderita.

Riwayat Pekerjaan : pekerjaan saat ini serta sebelumnya, sumber pendapatan,

dan kecukupan pendapatan.

d. Riwayat Lingkungan Hidup

Tipe tempat tinggal, jumlah kamar, jumlah orang yang tinggal, keadaan

lingkungan rumah, sumber pencemaran, privasi, resiko injuri, dan

penataan ruang.

e. Riwayat Rekreasi

f. Hobby/minat, liburan, dan kegiatan organisasi.


g. Sumber/Sistem Pendukung.

h. Pemeriksaan head to toe

1) Aktivitas/ istirahat

Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton

Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung

2) Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi,penyakit jantung koroner

Tanda : Kenaikan tekanan darah,takikardi,disritmia.

3) Integritas Ego

Gejala: ansietas, depresi, marah kronik, faktor stres Tanda: letupan

suasana hati, gelisah, otot mulai tegang.

4) Eliminasi

Riwayat penyakit ginjal

5) Makanan/cairan Gejala : makanan yang disukai tinggi natrium,

kolesterol, maupun penggunaan obat diuretik. Tanda : obesitas

atau berat badan normal.


6) Neurosensori Gejala : pusing berdenyut, sakit kepala, gangguan

penglihatan Tanda : status mental, proses berpikir, memori.

7) Nyeri Gejala : angina, nyeri hilang timbul pada tengkuk

8) Pernafasan

Gejala : dyspnue, takipnue

Tanda : bunyi nafas tambahan, distres respirasi, sianosis

i. Pemerikasaan Penunjang

j. Obat- Obat yang diminum

k. APGAR Gerontik

l. Masalah kesehatan kronis

m. Fungsi kognitif n. Status fungsional

o. Status Fungsinal (skala depresi)

p. Dukunga keluarga

q. Pemeriksaan Diagnostik

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon lansia terhadap masalah kesehatan, baik

aktual maupun potensial yang diantisipasi oleh perawat. (Nugroho, 2008).

a) Penurunan curah jantung

b) Nyeri akut

c) Kurang Pengetahuan
3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan adalah kumpulan tindakan yang disusun oleh perawat

bersama lansia dan dilaksanakan untuk memecahkan masalah kesehatan

dan masalah keperawatan yang telah diidentifikasi.(Nugroho, 2008).

o agnosa Keperawatan uan dan Kriteria Hasil Intervensi


Definisi :
akadekuatan darah yang
dipompa jantung. 1) Cardiac Pump ac Care
Effectivennes 1) Evaluasi adanya nyeri
an karakteristik : 2) Circulation status dada
1) Perubahan 3) Vital sign status 2) Catat penurunan
frekuesi/irama cardiac output
jantung ia Hasil : 3) Monitor status
2) Perubahan preload a) Tanda vital dalam kardiovaskuler
3) Perubahan afterload rentang normal 4) Anjurkan menurunkan
4) Perubahan b) Dapat mentoleransi stres
kontraktilitas aktivitas
c) Tidak ada edema Sign Monitoring
Faktor yang paru,perifer nitor TTV
berhubungan: d) Tidak ada penurunan nitor sianosis
1) Perubahan afterload kesadaran. kultasi jantung
2) Perubahan
kontraktilitas
3) Perubahan
frekuensi jantung
4) Perubahan preload

akut

n level management
n control 1) Kaji karakteristik nyeri
si : pengalaman sensori mfort level 2) Kontrol dengan
dan emosional akibat manajemen relaksasi
kerusakan jaringan. ia Hasil : 3) Kolaborasikan dengan
1) Mampu mengontrol dokter pemberian obat
an Karakteristik : nyeri analgetik
1) Perubahan selera 2) Melaporkan nyeri
makan berkurang
2) Perubahan frekuensi 3) Mampu mengetahui
jantung nyeri
3) Perubahan TD
4) Diaforesis
5) Perilaku distraksi

berhubungan :
1) Agen cidera biologis

Kurang pengetahuan ● Kowlwdge : Teaching : disease


Definisi : disease process Process
Tidak adanya ● Kowledge : ● Jelaskan patofisiologi
atau kurangnya health Behavior dari penyakit dan
informasi kognitif bagaimana hal ini
sehubungan dengan Kriteria Hasil : berhubungan dengan
topic spesifik. ● Pasien dan keluarga anatomi dan fisiologi,
menyatakan dengan cara yang
Batasan karakteristik: pemahaman tentang tepat.
memverbalisasikan penyakit, kondisi, ● Gambarkan tanda dan
adanya masalah, prognosis dan gejala yang biasa
ketidakakuratan program pengobatan muncul pada
mengikuti ● Pasien dan keluarga penyakit, dengan cara
instruksi, perilaku mampu yang tepat
tidak sesuai. melaksanakan ● Gambarkan proses
prosedur yang penyakit, dengan cara
r yang berhubungan: dijelaskan secara yang tepat
atasan kognitif, benar ● Sediakan informasi
interpretasi terhadap dan keluarga mampu pada pasien tentang
informasi yang salah, menjelaskan kembali kondisi, dengan cara
kurangnya keinginan apa yang dijelaskan yang tepat
untuk mencari informasi, perawat/tim kesehatan ● Diskusikan perubahan
tidak mengetahui lainnya. gaya hidup yang
sumber- sumber mungkin diperlukan
informasi untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan actor dan
atau proses
pengontrolan penyakit
● Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
ng pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat

untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke

status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang

diharapkan (Gordon, 1994, dalam Wijayanti, 2016).

a. Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pelaksanaan Implementasi

1. Mengomunikasikan/menginformasikan kepada klien tentang

keputusan tindakan keperawatan yang akan dilakukan oleh

perawat

2. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaan

terhadap penjelasan yang telah diberikan oleh perawat

3. Menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan

antar manusia, dan kemempuan teknis keperawatan dalam

pelaksanaan tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat


4. Hal-hal yang perlu diperhatika pada saat pelaksanaan

tindakan adalah energy klien, pencegahan kecelakaan dan

komplikasi, rasa aman privacy, kondisi klien dan respon klien

terhadap tindakan yang telah diberikan, (Wijayanti, 2016).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan diidentifikasikan sebagai keputusan dan efektivitas

asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah

ditetapkan dengan respon prilaku klien (Craven dan Hirnle, 2000 dalam

Sunaryo, 2016 ).

Evaluasi keperawatan adalah katagori perilaku keperawatan dalam

menentukan pembuatan dan pencatatan hasil tindakan keperawatan

yang telah dicapai (Potter dan Ferry, 2005 dalam Sunaryo, 2016).

a. SOAP

Evaluasi juga dapat disusun dengan menggunakan format SOAP.

Format ini juga digunakan apabila Implemntasi keperawatan dan

evaluasi didokumentasikan dalam satu catatan yang disebut catatan

kemajuan, (Sukrillah,2016)

1) Subjek

Merupakan hal yang dikemukakan oleh klien secara subjektif

setelah dilakukan intervensi keperawatan

2) Objektik
Merupakan yang yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah

dilakukan intervensi keperawatan

3) Assessment

Merupakan analisis dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu

pada tujuan keperawatan dan kriteria hasil terkait dengan

diagnose

4) Planning

Merupakan perencanaan yang akan dilakukan berdasarkan hasil

analisis respon klien


BAB III

LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 5 Juli- 6 Juli 2019 terhadap 2 pasien yang mengalami

hipertensi, pengkajian tersebut meliputi:

Tabel 3.1

Pengkajian

Identitas Pasien Pasien 1 Pasien 2


Nama Ny. A Ny. S
Umur 70 th 60 th
Jenis kelamin Perempuan Perempuan
Pendidikan MTS SD
Agama Islam Islam
Suku Lampung Jawa
Pekerjaan Kawin Kawin
Status perkawinan Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga
Wisma Kota Agung Teluk Betung
AWF AWF

Diagnosa medis
Hipertensi Hipertensi
Keluhan Pusing Nyeri kepala

RPS Klien mengatakan Klien mengatakan nyeri


sering merasa pusing, kepala dan terasa berat di
hilang timbul, keluhan tengkuk. Klien mengatakan
semakin berat setelah sering merasa gelisah dan
melakukan aktivitas. berdebar-debar.
Klien mengatakan mudah
merasa lelah dan sulit
tidur di malam hari.
RPD Klien mengatakan Klien mengatakn mengalami
mengalami hipertensi hipertensi sejak 3 tahun yang
sejak 5 tahun yang lalu, lalu
selain hipertensi klien
juga memiliki asam urat
Riwayat penyakit Klien mengatakan Klien mengatakan dikeluarga
Keluarga keluarganya tidak ada tidak ada yang menderita
yang mendrita penyakit penyakit menular, maupun
seperti dirinya menurun

Tabel 3.2

Pola Kesehatan Klien

a Kesehatan Pasien 1 Pasien 2


Nutrisi dan Klien makan 3 kali sehari, 1 Klien makan 3 kali sehari, 1
Cairan centong nasi, sayur, lauk pauk, centong nasi, sayur, lauk pauk,
klien mempunyai pantangan klien mempunyai pantangan
makanan yaitu tinggi natrium, makanan yaitu tinggi natrium,
makanan berlemak dan tinggi makanan berlemak dan tinggi
purin karena asam urat. Tetapi, purin karena asam urat. Tetapi,
sesekali klien melanggar dan sesekali klien melanggar dan
lebih cuek terhadap diitnya. lebih cuek terhadap diitnya.
Klien minum air putih 8 Klien minum air putih 8
gelas/hari gelas/hari
BB : 60 BB : 50 kg
Kg
liminasi Klien BAK 5 kali sehari, pagi, Klien BAK 6 kali sehari, pagi,
siang, sore, dan sering terbangun siang, sore, dan malam hari,
pada malam hari untuk BAK, klien tidak ada keluhan saat
tidak ada keluhan saat BAK. BAK hanya pada malam hari
sering terbangun karena BAK
Klien BAB 1 kali sehari pada
pagi hari, konsistensi lunak Klien BAB 1 kali sehari pada
berbentuk, klien kadang pagi hari, konsistensi luak
konstipasi namun tidak berbentuk, tidak ada keluhan
guakan obat pencahar AB

ersoal Klien mengatakan mandi 2 kali Klien mandi 2 kali/hari,


Hygiene sehari pada pagi dan sore hari, meggosok gigi 2 kali/hari,
menggunakan sabun, klien mencuci rambut jarang.
mengatakan sikatan setiap mandi
dan sampo jarang-jarang,
stirahat Tidur Klien tidur malam 5 jam kadang Klien tidur 6 jam pada malam
sering bangun di malam hari. hari dan kadang sulit tidur
Klien tidur siang 1 jam. Klien Klien mengatakan jarang tidur
mengatakan sulit tidur saat siang
malam hari dan sering
memikirkan masalah yang
dihadapinya
Aktivitas dan Klien mengatakan aktifitas Klien mengatakan aktifitas
Latihan sehari-hari hanya duduk-duduk sehari-hari menyapu halaman
saja di wisma, dan mengobrol dan jalan-jalan santai di
dengan penghuni wisma yang lingkungan panti, setiap hari
lain, saat hari jumat biasanya jumat klien mengikuti senam
klien mengikuti senam jika kaki lansia.
nya tidak sakit

Tabel 3.3

Pemeriksaan Fisik

iksaan Fisik 1 2

-tanda vital:
1. Tekanan 160/100 mmHg 0 mmHg
Darah 100 x menit mnt
2. Nadi 24 x/menit nt
3. Respirasi 37,2o C C
4. Suhu M : 6 V: 5 M : 6 V: 5
Kesadaran
m penglihatan mata simetris, kelopak mata mata simetris, kelopak
normal, gerkan mata normal, mata normal, gerkan mata
strabismus (-), konjungtiva normal, strabismus (-),
ananemis, sklera anikterik, konjungtiva ananemis,
pandangan terkadang kabur, sklera anikterik,
tidak ada tanda peradangan, pandangan terkadang
pupil isokor, tidak pakai alat kabur, tidak ada tanda
bantu penglihatan peradangan, pupil isokor,
tidak pakai alat bantu
penglihatan
m Pendengaran telinga normal, posisi simetris, telinga dan bentuk normal
bentuk normal, tidak terdapat dengan posisi simetris,
serumen, peradangan pendengaran baik,
kebersihan cukup, fungsi peradangan (-),
pendengaran baik, tidak serumen(-), kebersihan
menggunaka alat bantu cukup, tidak pakai alat
pendengaran bantu pendengaran
m Wicara ada keluhan/masalah ada keluhan/masalah

m Pernafasan nafas bersih tidak ada sumbatan, nafas bersih tidak ada
pernafasan normal dengan RR sumbatan, pernafasan
20x/mnt, tidak pakai otot bantu normal dengan RR
pernafasan, irama nafas teratur, 20x/mnt, tidak pakai otot
batuk (-), sputum (-), Suara bantu pernafasan, irama
nafas vesikuler nafas teratur, batuk (-),
sputum (-), Suara nafas
vesikuler
m Kardiovaskuler a. Perifer a. Perifer
100x/mnt, irama nadi teratur, 90x/mnt, irama nadi
teraba kuat, tidak terjadi teratur, teraba kuat,
distensi vena jogularis, tidak terjadi distensi
temperature kulit hangat, vena jogularis,
CRT <2 dtk, Edema (-) temperature kulit
hangat, CRT <2 dtk,
b. Jantung Edema (-)
ma jantung cepat dan teratur,
tidak ada kelainan bunyi b. Jantung
jantung, nyeri dada (-), ma jantung teratur, tidak
sering merasa berdebar dan ada kelianan bunyi
cepat merasa lelah jantung, nyeri dada (-),
tidak ada keluhan

m Persyarafan Kesadaran Komposmentis, Kesadaran


dengan GCS 12 (E4, M6, V5) Komposmentis, dengan
tidak ada tanda PTIK, GCS 12 (E4, M6, V5)
tidak ada tanda PTIK,
m Pencernaan Keadaan mulut cukup bersih, Keadaan mulut cukup
stomatitis (-), gigi cukup bersih, bersih, stomatitis (-), gigi
tidak ada perdarahan gusi, nyeri cukup bersih, tidak ada
perut (-), bising usus 8x/mnt, perdarahan gusi, nyeri
tidak ada luka, tidak ada massa perut (-), bising usus
10x/mnt, tidak ada luka,
tidak ada massa, asites (-)
m Emdokrin Tidak ada tanda-tanda Tidak ada tanda-tanda
polipagi, polidipsi, poli uri, polipagi, polidipsi, poli
gangrene (-), tidak ada masalah, uri, gangrene (-), tidak ada
tidak ada pembesaran thyroid masalah, tidak ada
pembesaran thyroid
m Urogenital Tidak ada keluhan dalam Tidak ada keluhan dalam
berkemih, frekuensi 5-6x berkemih, frekuensi 5-6x
sehari, jumlah banyak, warna sehari, jumlah banyak,
kekuningan, tidak ada nyeri warna kekuningan, tidak
ada nerd
m Integumen Keadaan Rambut kurang Keadaan Rambut kurang
bersih, rambut berwarna putih, bersih, rambut berwarna
kuku tidak dipotong, kuku tidak putih, kuku rapih
rapuh, tugor kulit kurang elastis dipotong, kuku tidak
(keriput), tidak ada lesi, tidak rapuh, tugor kulit kurang
ada ulkus, tidak gatal-gatal elastis (keriput), tidak ada
lesi, tidak ada ulkus, tidak
gatal-gatal
m Muskuloskeletal Sulit dalam bergerak, Mampu bergerak bebas,
menggunakan alat bantu gerak, tanpa bantuan alat, sendi
pergelangan kaki dan lutut sendi kaki dan tangan
terasa nyeri, riwayat fraktur, terasa nyeri jika di tekuk
edema pada pergekangan ataupun digerakan, tonus
ekstermitas bawah sisnistra otot baik, edema (-)

Intrumen Pengkajian Tentang Kemandirian Lansia

Tabel 3.4

Katz Indeks

Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari

SKORE KRITERIA

Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar


kecil, berpakaian dan mandi
A

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu


dari fungsi tersebut
B

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi, dan satu fungsi tambahan
C
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
D

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi, berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
E

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi, berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi
F
tambahan

G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut

Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di


klasifikasikan sebagai C, D, E atau F
Lain-lain

Pasien 1 :A

Pasien 2 :A

Tabel 3.5

Barthel Indeks

No Action Dengan Mandiri Pasien Pasien


Bantuan 1 2
1 Makan (jika makanan perlu dipotong= 5 10 10 10
dengan bantuan)
2 Transfer/ bergerak/ berpindah dari 5 – 10 15 15 15
kursi roda ke tempat tidur dan
kembali (termasuk duduk ditempat
tidur)
3 Kebersihan diri (mencuci muka, 0 5 5 5
menyisir rambut, mencukur jenggot,
membersihkan gigi)
4 Masuk dan keluar kloset/ WC/ toilet 5 10 10 10
(melepas/ memakai pakaian,
mengusap, membersihkan, menyiram
WC)
5 Mandi senidri 0 5 5 5
6 Berjalan di permukaan datar (jika 0 5 5 5
tidak mampu jalan, mampu
menggunakan kursi roda sendiri)
7 Naik dan turun tangga 5 10 5 10
8 Memakai baju / berpakaian (termasuk 5 10 10 10
mengikat tali sepatu, mengencangkan
baju/ aksesoris)
9 Mengontrol buang air besar 5 10 10 10
(mengontrol anus)
10 Mengontrol buang air kecil 5 10 10 10
(mengontrol kandung kemih)
Catatan : Diberikan nilai nol bila pasien tidak dapat melakukan criteria yang telah ditentukan

Pengkajian Status Mental

Tabel 3.6

Short Portable Status Quesioner SPSMQ

Skor Pasien 1 Skor Pasien 2

+ - No. PERTANYAAN + -

√ 1. Tanggal berapa hari ini ? √

√ 2. Hari apa sekarang ini ? √

√ 3. Apa nama tempat ini ? √


4. Berapa nomor telpon Anda ?

√ 4.a. Dimana alamat Anda ? √

(tanyakan bila tidak memiliki


telpon)

√ 5. Berapa umur Anda ? √

√ 6. Kapan Anda lahir ? √

√ 7. Siapa Presiden Indonesia sekarang ? √

√ 8. Siapa Presiden sebelumnya ? √

√ 9. Siapa nama ibu Anda ? √

√ 10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap √


pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara menurun ?

7 3 Jumlah Kesalahan Total 9 1

Keterangan:

1. Kesalahan 0 – 2 Fungsi intelektual utuh

2. Kesalahan 3 – 4 Kerusakan intelektual Ringan

3. Kesalahan 5 – 7 Kerusakan intelektual Sedang

4. Kesalahan 8 – 10 Kerusakan intelektual Berat

Pengkajian Status Sosial

Status sosial lansia dapat diukur dengan menggunakan APGAR Keluarga. Penilaian: jika

pertanyaan-pertanyaan yang dijawab selalu (poin 2), kadang-kadang (poin 1), hampir tidak

pernah (poin 0)
Tabel 3.7

APGAR

APGAR Keluarga

No Fungsi Uraian Skore Pasien Skor Pasien


1 2

1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali


pada keluarga (teman-teman) saya untuk
1 2
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya

2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga


(teman-teman) saya membicarakan sesuatu
2 2
dengan saya dan mengungkapkan masalah
dengan saya

3. Pertumbuha Saya puas bahwa keluarga (teman-teman)


n saya menerima dan mendukung keinginan
2 1
saya untuk melakukan aktivitas atau arah
baru

4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga


(teman-teman) saya mengekspresikan
1 1
afek dan berespons terhadap
emosi-emosi saya, seperti marah, sedih atau
mencintai

5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman saya 2 1


dan saya menyediakan waktu bersama-sama

Pemeriksaan Penunjang

Tabel 3.8
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Pasien 1 Pasien 2

- - -

B. Analisa Data

Data Masalah
1
o Penurunan Jantung
- Klien mengatakan sering
merasa pusing, hilang timbul.
- Klien mengatakan keluhan
semakin berat setelah
melakukan aktivitas.
- Klien mengatakan mudah
merasa lelah
- Klien mengatakan sulit tidur di
malam hari.

Do.
1. TD 160/10 mmHg
2. N. 100 x/mnt
3. RR. 20x/mnt
4. S. 36,7oC

Intoleransi Aktivitas
- Klien mengatakan mudah
merasa lelah terutama setelah
melakukan aktivitas berat.
Do.
1. TD 160/10 mmHg
2. N. 100 x/mnt
3. RR. 20x/mnt
4. S. 37,2oC

Kurang Pengetahuan
1. Klien mengatakan tidak
mengetahui penyebab hipertensi.
2. Klien mengatakan tidak
mengetehui tentang diet hipertensi

Do.
1. Klien tidak mampu menjawab
pertanyaan perawat tentang
hipertensi

2
Nyeri Akut
ien mengatakan nyeri kepala dan terasa
berat di tengkuk. Klien
mengatakan sering merasa gelisah
dan berdebar-debar.
Do.
1. Skala 4
2. Menunjukkan lokasi nyeri
3. TD. 150/90 mmHg
4. N. 90 x/mnt
5. RR. 18x/mnt
6. S. 36,4oC
7. Menyatakan nyeri
Kurang Pengetahuan
1. Klien mengatakan tidak
mengetahui makanan
penyebab hipertensi.
2. Klien mengatakan sering
makan makanan penyebab
hipertensi.

Do.
1. Klientampak sering bertanya
tentang makanan yang dapat
menyebabkan asam urat.
2. Klien kurang menjaga
makanan yang dapat
menyebabkan asam urat
C. Diagnosa Keperawatan

Pasien 1

1. Resiko penurunan curah jantung

2. Intoleransi aktivitas

3. Kurang pengetahuan

Pasien 2

1. Nyeri akut

2. Kurang pengetahuan

D. Rencana Keperawatan

o Diagnosa NOC NIC


n1

1 Penurunan curah jantung 1) Cardiac Pump ac Care


Effectivennes 1) Evaluasi adanya
2) Circulation status nyeri
3) Vital sign status dada
2) Catat penurunan
Kriteria Hasil : cardiac output
a) Tanda vital dalam 3) Monitor status
rentang normal kardiovaskuler
b) Dapat mentoleransi 4) Anjurkan
aktivitas menurunkan stres
c) Tidak ada edema
paru,perifer Sign Monitoring
d) Tidak ada nitor TTV
penurunan nitor sianosis
kesadaran. 3) Auskultasi jantung
2 Intoleransi Aktivitas Kaji respon pasien
Pasien akan terhadap aktifitas,
berpartisipasi dalam perhatikan frekuensi
aktifitas yang nadi > 20 x/menit
diinginkan. diatas frekuensi
istirahat, peningkatan
Melaporkan TD yang nyata
peningkatan dalam selama/sesudah
toleransi aktifitas aktifitas (tekanan
yang dapat diukur. sistolik meningkat 40
mmHg atau tekanan
Menunjukkan diastolik meningkat
penurunan dalam 20 mmHg), dispneu,
tanda-tanda atau nyeri dada,
intoleransi fisiologi. keletihan, dan
kelemahan yang
berlebihan,
diaforesis, pusing
atau pingsan

Menyebutkan
parameter membantu
dalam mengkaji
respon fisiologi
terhadap stres
aktifitas dan bila ada
merupakan indikator
dari kelebihan kerja
yang berkaitan
dengan tingkat
aktifitas.

Instruksikan pasien
tentang teknik
penghematan energi,
mis; menggunakan
kursi saat mandi,
duduk saat menyisir
rambut, atau
menyikat gigi,
melakukan aktifitas
dengan perlahan 🡪
Teknik
menghemat energi
mengurangi
penggunaan energi,
juga membantu
keseimbangan antara
suplai dan kebutuhan
oksigen.

Berikan motivasi
untuk melakukan
aktifitas/perawatan
diri bertahap jika
dapat ditoleransi.
Berikan bantuan
sesuai kebutuhan 🡪
Kemajuan aktifitas
bertahap mencegah
peningkatan kerja
jantung tiba-tiba.
Memberikan bantuan
hanya sebatas
kebutuhan akan
mendorong
kemandirian dalam
melakukan aktifitas.

NIC
Pain management
3 Nyeri akut NOC ● lakukan
 Pain level pengkajian nyeri
 Pain control secara
1. Klien mengatakan nyeri  Comfort level komprehensif
pada daerah pergelangan Kriteria hasil termasuk
kaki serta lututnya  Mampu lokasi,
2. Klien mengatakan saat nyeri mengontrol karakteristik,
sulit beraktifitas nyeri (tahu durasi, frekuensi,
3. Klien mengatakan nyeri penyebab nyeri, kualitas dan
seperti ditusuk-tusuk mampu factor presipitasi
4. Klien mengatakan menggunakan teknik ● observasi
nyeri ketika setelah non farmakologi reaksi nonverbal
melakukan aktifitas dan untuk mengurangi dari
berkurang saat isstirahat nyeri, mencari ketidaknyamanan
Do. bantuan) ● gunakan
5. Klien tampk memegang area  Melaporkan bahwa teknik
yang nyeri nyeri berkurang komunikasi
6. Skala nyeri 5 dengan menggunakn teraupetik
7. TD 140/90 mmHg manajemen nyeri. untuk mengetahui
8. N. 82 x/mnt  Mampu mengenali pengalaman
9. RR. 20x/mnt nyeri nyeri pasien
10. S. 36,7oC  Menyatakan ● evaluasi
11. Adanya pembengkakan pengalaman
Kadar Asam Urat /uL rasa nyaman setelah nyeri masa
nyeri berkurang lampau
● kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri seperti shu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
● pilih dan
lakukan penangan
nyeri
● anjurkan teknik
non farmakologi
● berikan terapi
kompres hangat
jahe sangat baik
untuk
mengurangi nyeri
● tingkatkan
Istirahat
Pasien 2

1 akut b.d agen injury biologis NOC NIC


ditandai dengan  Pain level Pain management
 Pain control ● lakukan
● Klien Mengatakan nyeri pada  Comfort level pengkajian nyeri
sedi-sendi kaki dan tangan Kriteria hasil secara
seperti pergelangan  Mampu komprehensif
kaki/tangan, mengontrol termasuk
● Klien mengatakan nyeri yang nyeri (tahu lokasi,
dirasakan seperti penyebab nyeri, karakteristik,
ditusuk-tusuk, mampu durasi, frekuensi,
● klien mengatakan nyeri di menggunakan teknik kualitas dan
rasakan saat malam hari, non farmakologi factor presipitasi
saat klien bangun tidur, saat untuk mengurangi ● observasi
kakinya atau tangannya di nyeri, mencari reaksi nonverbal
tekuk dan saat klien bantuan) dari
beraktifitas berat dan nyeri  Melaporkan bahwa ketidaknyamanan
berkurang saat klien nyeri berkurang ● gunakan
beristirahat dengan menggunakn teknik
manajemen nyeri. komunikasi
Do.  Mampu mengenali teraupetik
● Skala 4 nyeri untuk mengetahui
● Menunjukkan lokasi nyeri  Menyatakan pengalaman
● TD. 140/80 mmHg rasa nyaman setelah nyeri pasien
● N. 80 x/mnt nyeri berkurang
● RR. 18x/mnt ● evaluasi
● S. 36,4oC pengalaman
● Kadar AU /uL nyeri masa
● Edema (-) lampau
● Menyatakan nyeri ● kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri seperti shu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
● pilih dan
lakukan penangan
nyeri
● anjurkan teknik
non farmakologi
● berikan terapi
kompres hangat
jahe sangat baik
untuk
mengurangi nyeri
● tingkatkan
Istirahat
2 Kurang pengetahuan b.d kurang ● Kowlwdge : ● Mengukur
terpapar sumber informasi disease process Tanda-Tanda Vital
Ditandai dengan ● Kowledge :
. health Behavior ● Jelaskan
patofisiologi dari
● Klien mengatakan Kriteria Hasil : penyakit dan
tidak mengetahui ● Pasien dan bagaimana hal ini
makanan penyebab asam keluarga berhubungan
urat. menyatakan dengan anatomi
● Klien mengatakan pemahaman dan fisiologi,
sering makan makanan tentang penyakit, dengan cara yang
penyebab asam urat. kondisi, prognosis tepat.
● Klien tidak tahu cara dan program
penanaganan asam urat pengobatan ● Melakukan Terapi
yang benar ● Pasien dan jus bengkoang
keluarga mampu untuk menurunkan
Do. melaksanakan berat badan
● Klien tampak sering prosedur yang ● Mengajarkan
bertanya tentang dijelaskan secara relaksasi nafas
makanan yang dapat benar dalam untuk
menyebabkan asam urat. Pasien dan keluarga mengurangi nyeri
● Klien kurang menjaga mampu menjelaskan ● Melakukan
makanan yang dapat kembali apa yang tindakan kompres
menyebabkan asam urat dijelaskan hangat
perawat/tim kesehatan ● menggunakan
lainnya jahe untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi
tindakan keefektifan
dari tindakan
mengontrol saat
nyeri

Anda mungkin juga menyukai