Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit hipertensi atau tekanan darah banyak dialami oleh lanjut

usia. Dengan disertai beberapa penyakit karena disebakan oleh faktor-

faktor tertentu. seperti gaya hidup yang kurang sehat, faktor usia, pola

makan yang kurang baik, mengalami stress berat dan juga faktor

keturunan (genetic). Banyaknya lansia yang mengalami hipertensi atau

tekanan darah yang tidak terkontrol dan semakin meningkat. Penyakit

degenerative merupakan penyakit kronik menahun yang banyak

mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seorang (Nisak,

Maimunah, Admadi, 2018). Salah satu penyakit degenerative pada lansia

yang sering timbul tanpa gejala adalah hipertensi (Kholifah, 2016).

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang dapat

menyebabkan kematian. Word Health Organization (WHO)

mengategorikan penyakit ini sebagai the silent disease karena penderita

tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksa tekanan

darahnya. Data WHO menunjukkkan terdapat 9, 4 juta orang dari 1 miliar

didunia yang meninggal akibat akibat komplikasi hipertensi. Prevalensi

hipertensi di Asia Tenggara sebanyak 36 persen dari populasi dewasa

(WHO, 2013). Rata-rata prevalensi kejadian hipertensi pada umur ≤ 18


2

tahun di Indonesia sebanyak 25, 8 persen (Riskesdas, 2013). Provinsi

Sulawesi Utara termasuk dalam delapan besar provinsi dengan kasus

hipertensi terbanyak dengan angka prevalensi kejadian di Sulawesi utara

sebanyak 27, 1 persen (Kementrian Kesehatan, 2013).

Data (WHO) menyatakan hipertensi adalah salah penyakit jantung dan

stroke. Penyebab kematian dan kecacatan nomor satu di dunia (WHO,

2012). Di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% orang di seluruh

dunia mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat

menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta

berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara berkembang,

termasuk Indonesia (Yonata, 2016).

Penyakit terbanyak pada usia lanjut berdasarkan Riset Kesehatan

Dasar tahun 2013 adalah hipertensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia

45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan 63,8% pada

usia ≥ 75 tahun (Infodatin Kemenkes RI, 2014). Hasil Riset Kesehatan

Dasar menunjukkan sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum

terdiagnosis (Riskesdas, 2013). WHO juga menyatakan bahwa pasien

hipertensi terbanyak ada di negara berkembang. Data Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas, 2013) menunjukkan bahwa hipertensi di Indonesia

memiliki prevalensi tertinggi sebesar 25, 8% dibandingkan dengan

penyakit yang lain (kanker, diabetes mellitus,penyakit jantung coroner,

gagal jantung, stroke dan gagal ginjal).


3

Hasil survei Indikator Kesehatan Nasionaltahun016 menunjukkan

bahwa prevalensi hipertensi meningkatkan menjadi 32, 4% (Kemenkes RI,

2017). Angka prevalensi hipertensi akan terus meningkat secara global dan

diprediksikan pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh

dunia akan mengalami hipertensi (Kemenkes RI, 2017). Hipertensi yang

tidak mendapatkan penanganan yang baik akan menyebabkan komplikasi

penyakit lain. Data WHO (2012) menyebutkan bahwa hipertensi

merupakan kondisi berisiko tinggi yang menyebabkan kematian akibat

stroke (51%) dan jantung coroner (45%). Hal ini menjadi sangat penting

untuk diperhatikan agar komplikasi hipertensi dapat dicegah dan kualitas

kesehtan pasien hipertensi dapat ditingkatkan.

Hipertensi merupakan penyebab kematian dini di seluruh dunia yang

sebenarnya dapat dicegah (Katherina; Joshua; Tanika,et al,2016). Di

Indonesia Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama utama

mortalitas dan morbiditas, sehingga tatalaksana penyakit ini merupakan

intervensi yang sangat umum dilakukan diberbagai fasilitas Indonesia

( Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia, 2015).

Penyakit hipertensi sering juga disebut dengan silent killer karena bisa

muncul tanpa gejala atau tanda-tanda peringatan, sehingga banyak uang

tidak menyadarinya (Brunner & Suddarth, 2013). Sehingga terkontrolnya

tekanan darah kurang ditangani dengan baik dikarena kebanyakan

sesorang akan dating ke pelayanan kesehatan ketika sudah terjadi

komplikasi akibat penyakit hipertensi atau terlambatnya penanganan


4

kesehatan mengenai tekanan darah meningkat diatas batas normal.

Seseorang baru akan merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika terjadi

komplikasi yang menyebabkan gangguan fungsi jantung coroner dan

stroke (Wibowo & Wahyuningsih, 2011).

Penurunan tekanan darah dapat menurunkan resiko penyakit jantung

coroner sekitar 20-25 persen dan stroke sekitar 35-40 persen (Pujasari,

2015). Penatalaksanaan hipertensi pada dasarnya dapat dilakukan dengan

cara terapi farmakologi dan non farmkologi, pada penelitian sebelumnya

didapati bahwa faktor yang berpengaruh terhadap penatalaksanaan

hipertensi yaitu tingkat pendidikan terakhir, lama menderita hipertensi,

tingkat pengetahuan tentang hipertensi, dukungan keluarga, peran petugas

kesehatan serta motivasi berobat (Puspita, 2016). Melaksanakan pola

hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah serta

dapat mencegah terjadinya penyakit kardiovaskuler (Soenarta, 2015).

Kepatuhan dalam menjalani penatalaksaan hipertensi menjadi sangat

penting untuk dilakukan seperti tidak merokok, minum alcohol, aktivitas

fisik, pengaturan makanan, perawatan penyakit serta pengobatan untuk

menyembuhkan hipertensi (Novian 2013; Dukomalamo, 2016).

Perawat sebagai petugas kesehatan memiliki peran sebagai educator

atau pendidik (Kozier, 2010). Berdasarkan penelitian Hastuti dan Lestari

dalam Firmawati (2014) pengetahuan pasien tentang hipertensi masih

dalam kategori kurang (61.6%), perilaku penderita hipertensi yang masih

kurang baik. Pengetahuan penderita hipertensi yang kurang dikarenakan


5

kurangnya informasi yang diperoleh oleh penderita, baik dari petugas

kesehatan, media cetak maupun elektronik. Perilaku penderita hipertensi

yang kurang patuh dikarenakan kejenuhan serta tidak terbiasanya

penderita hipertensi untuk melakukan perawatan hipertensi (Agrina &

Hairitama, 2011). Adanya informasi yang benar dapat meningkatkan

pengetahuan penderita hipertensi untuk melaksanakan pola hidup sehat

(Sustrani dalam Karniapuri & Supadmi, 2015). Peran educator adalah

peran yang dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan

tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit, bahkan tindakan yang

akan diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah

dilakukan pendidikan kesehatan (Aziz, 2013). Perawat sebagai pendidik

berperan dalam mengajarkan ilmu kepada individu, keluarga, masyarakat

dan tenaga kesehatan (Sudama, 2008). Perawat menjalankan perannya

sebagai pendidik dalam upaya untuk meningkatkan kesehatan melalui

perilaku yang menunjang untuk kesehatan (Asmadi, 2008). Perawat

sebagai pendidik harus mempunyai kemampuan untuk mengkaji kekuatan

dan akibat yang ditimbulkan dari pemberian informasi dan perilaku yang

diinginkan oleh individu (Nursalam, 2008).

Edukasi atau pendidikan merupakan segala upaya yang direncanakan

untuk mempengaruhi orang lain yang baik individu, kelompok, atau

masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku

pendidikan (Notoatmodjo, 2010). Penyuluhan merupakan salah satu cara

yang dapat dilakukan untuk menambah pengetahuan atau informasi bagi


6

masyarakat. Penyuluhan dengan bertatap muka dan memberikan informasi

secara langsung diharapkan dapat lebih efektif dibandingkan dengan

tindakan penyuluhan melalui media massa (Wowiling et al, 2013).

Pendekatan edukasi dengan promosi kesehatan merupakan salah satu cara

terbaik untuk memberikan informasi dan motivasi yang dapat dipercaya

pada masyarakat dan membantu individu mengembangkan kemampuan

membuat keputusan dan memberikan pencitraan pada masyarakat untuk

menggali dan mengembangkan sikap dan tindakan yang semestinya

(Darmawan & Zulfa, 2013).

Penelitian dari Machado et al (2017) di Brazil menunjukkan bahwa

intervensi pendidikan (promosi kesehatan) terhadap masyarakat khususnya

lansia telah menunjukkan strategi yang tepat untuk mendorong masyarakat

untuk belajar dan berpartisipasi dalam pengobatan hipertensi. Selain itu,

hal ini dapat meningkatkan kapasitas pengambilan keputusan terkait

pengobatan. Dengan demikian, kegiatan promosi kesehatan dapat

diintegrasikan khususnya lansia dengan hipertensi.

Hasil penelitian sebelumnya menjelaskan adanya hubungan antara

dukungan keluarga dengan kepatuhan diet hipertensi, perilaku

pengendalian hipertensi dan perilaku perawatan hipertensi (Dewi, K. C.

C., Prapti, N. k. G., 7 Saputra, 2016: Herlinah, L., Wiarsih, W., &

Rekawati, 2013; Susriyanti, 2014). Pasien hipertensi yang dapat

mendukung keluarga yang tinggi, akan meningkatkan perilaku perawatan

hipertensi (Susriyanti, 2014). Akan tetapi hal ini memerlukan penelitian


7

lebih kanjut untuk memastikan bentuk dukungan keluarga yang

berhubungan dengan persepsi pasien tentang perilaku perawatan hipertensi

oleh keluarga di rumah pada populasi yang berbeda.

Hasil penelitian lainnya yang terkait menunjukkan bahwa tindakan

mempromosikan kesehatan dalam dua kelompok menunjukkan adanya

perbedaan signifikan. Dalam konteks ini, pendidikan masyarakat (promosi

kesehatan) bisa efektif digunakan terutama untuk pasien kardiovaskuler

dalam meningkatkan kesehatan, terutama dalam tanggung jawab untuk

berperilaku sehat, beraktivitas fisik, dan manajemen stress (Mahmoudi et

al 2018).

Hasil wawancara dan observasi di Desa Banyuurip didapatkan

masyarakat dengan mengalami penyakit hipertensi atau meningkatnya

tekanan darah pada tanggal 19 November 2020 dengan 20 responden

dengan rata-rata umur 50 tahun keatas. Jumlah responden tersebut

mengalami penyakit hipertensi, 5 responden perempuan dengan usia 53-58

tahun mengalami hipertensi dengan tekanan darah 160/100mmHg dengan

disertai sakit kepala dan stress. 6 responden perempuan dengan umur 55-

60 tahun mengalami hipertensi dengan tekanan darah 163/110mmHg

dengan komplikasi adanya penurunan penglihatan disertai dengan sakit

kepala teratur namun ringan, 6 responden laki-laki dengan usia 50-60

mengalami penyakit hipertensi dengan tekanan darah 145/98mmHg

sampai 160/100mmHg mengalami komplikasi pada pencernaan karena

pola hidup yang kurang sehat seperti merokok, minum kopi, kurangnya
8

berolahraga, kebiasaan mengkonsumsi garam berlebihan, stress hingga

disertai dengan sakit asam urat dan kolesterol. 2 responden laki-laki

berusia 57-60 tahun mengalami hipertensi dengan tekanan darah 168/110

mmHg dengan disertai komplikasi stroke, penurunan penglihatan,

gangguan syaraf pada ektremitas atas dan bawah. 1 responden perempuan

dengan usia 60 tahun mengalami hipertensi dengan tekanan darah lebih

dari 160/110mmHg dengan disertai komplikasi stroke, penurunan

penglihatan penurunan kesadaran, gangguan syaraf pada ekstremitas atas

dan bawah sehingga harus melakukan pengobatan yang rutin dan

memperhatikan pola hidup yang lebih sehat.

Hasil dari fenomena menunjukkan bahwa masyarakat dengan

menglami penyakit hipertensi atau peningkatan tekanan darah

160/100mmHg hingga lebih dan disertai dengan komplikasi tertentu.

Karena kurang pengetahuan tentang penyakit hipertensi, kurangnya

pengetahuan tentang perawatan hipertensi, kurangnya datang ke pelayanan

kesehatan untuk melakukan pengobatan yang lebih rutin, kebiasaan pola

hidup yang kurang sehat, kurangnya pengetahuan penyebab mengenai

hipertensi. Hal tersebut menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Hubungan Peran Perawat dengan Terkontrolnya

Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Desa Banyuurip Kecamatan

Ngampel.

B. Rumusan Masalah
9

Hipertensi atau peningkatan tekanan darah memang harus

diperhatikan dan dikontrol dengan baik. Karena hipertensi merupakan

penyakit yang secara diam-diam mematikan, pasien yang mengalami

hipertensi tidak mengetahui dan tidak dirasa sehingga terjadi peningkatan

tekanan darah. Dengan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurangnya

pengetahuan dan perawatan mengenai hipertensi atau peningkatan tekanan

darah sehingga mengalami beberapa komplikasi hingga mengalami stroke.

Peran perawat sebagai edukator sangat berperan penting didalam

lingkungan masyarakat, mampu memberikan arahan, pandangan, dan

memperhatikan bagaimana cara pencegahan serta pengobatan kesehatan

mengenai hipertensi atau peningkatan tekanan darah. Fenomena

menjunjukkan bahwa pasien yang mengalami penyakit hipertensi atau

peningkatan tekanan darah yang kurang diperhatikan dan kurang

terkontrol dengan baik. Dengan beberapa faktor penyebabnya kurangnya

pengetahuan mengenai penyakit hipertensi, pola hidup yang kurang sehat,

stress dan juga disertai dengan komplikasi penyakit lainnya. Data dan

fakta dari latar belakang yang telah dissebutkan, peneliti mengambil

rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah Hubungan Peran Perawat

Edukator dengan Terkontrolnya Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum
10

Tujuan umum penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan peran perawat edukator dengan terkontrolnya tekanan darah

pada lansia hipertensi.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini meliputi:

a. Mengidentifikasi karakteristik responden (usia, jenis kelamin dan

tekanan darah)

b. Mengidentifikasi peran perawat (edukator).

c. Mengidentifikasi tekanan darah pada lansia.

d. Menganalisis hubungan antara peran perawat sebagai edukator

dengan terkontrolnya tekanan darah pada lansia hipertensi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberikan

gambaran atau wacana untuk masyarakat mengenai hubungan peran

perawat edukator dengan terkontrolnya tekanan darah pada lansia

hipertensi. Sehingga masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan

tentang penyakit hipertensi, agar masyarakat yang mengalami

hipertensi dapat lebih memperhatikan kebiasaan pola hidup yang sehat,

melakukan pengobatan di pelayanan kesehatan agar hipertensi

terkontrol dengan baik. Fenomena ini juga dapat dijadikan sebagai


11

dasar evaluasi untuk meningkatkan pengetahuan dan perawatan

masyarakat yang mengalami hipertensi pada lansia.

Manfaat secara praktis yang kedua adalah bagi tenaga

keperawatan peran penting didalam lingkungan masyarakat, penelitian

ini juga dapat dijadikan gambaran dan wacana mengenai hubungan

peran perawat edukator dengan terkontrolnya hipertensi pada lansia,

dan dasar tenaga keperawatan memberikan pelayanan kesehatan pada

masyarakata yang mengalami penyakit hipertensi.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diaharpakan dapat memberikan

sumbangan gambaran, wacana pemikiran dalam memperluas wawasan

konsep terutama tentang hubungan peran perawat edukator dengan

terkontrolnya tekanan darah pada lansia hipertensi, sehingga dapat

dijadikan sumber informasi bagi masyarakat.

3. Manfaat Metodologis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau

dikembangkan lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang

sejenis yang dapat dijadikan bahan acuan untuk melakukan penelitian-

penelitian yang lain yang berhubungan dengan peran perawat edukator

dengan terkontrolnya tekanan darah pada lansia hipertensi.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang “Hubungan Peran Perawat Edukator dengan

Terkontrolnya Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Desa Banyuurip


12

Kecamatan Ngampel” belum pernah dilakukan sebelumnya tetapi

penelitian yang sejenis pernah dilakukan. Beberapa penelitian sebelumnya

yang sejenis dapat dilihat selengkapnya pada tabel 1.1 berikut ini :

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Nama Judul Tahun Metodologi Hasil Perbedaan


Peneliti Peneliti Penelitian Penelitian

Erick Hubungan 2018 Penelitian ini Hasil Perbedaannya terletak


Johan peran menggunakan penelitian ini pada:
Manapo, perawat penelitian menunjukkan a. Penelitian
Gresty sebagai kuantitatif peran perawat dilakukan di
M. Masi, edukator analitik dengan sebagai Puskesmas
Wico dengan rancangan edukator Tahuna Timur
Silolonga kepatuhan metode cross dikategorikan b. Penelitian
penatalaksa sectional bsaik sebanyak menggunakan
naan 77 responden penelitian
hipertensi di (74,8%) dan kuantitatif
Puskesmas kurang baik analitik dengan
Tahuna sebanyak 26 rancangan
Timur responden metode cross
(25,2%) sectional
kepatuhan dengan jumlah
penatalaksanaa responden 103
n hipertensi
dikategorikan
patuh
sebanyak 97
esponden
(94,2%) dan
tidak patuh
sebanyak 6
responden
(5,8%)
13

Jeini Pengaruh 2019 Penelitian ini Hasil Perbedaannya terletak


Ester penyuluhan menggunakan penelitian ini pada :
Nelwan kesehatan jenis penelitian adalah a. waktu dan
terhadap one grup pre menunjukkan tempat
perubahan -post test bahwa adanya pelaksanaanya
pengetahua perubahan b. Judul
n pengetahuan c. Metodolog
masyarakat responden penelitian
tentang untuk tingkat
hipertensi di pengetahuan
kota baik dari
Manado 56,5% (pre-
test) menjadi
70 % post test
Triyas Pengaruh 2018 Penelitian ini Hasil dari Perbedaannya terletak
sulistyon peran menggunakan penelitian ini pada :
ingsih, perawat pre-post adalah a. Judul
sri sebagai experimental kecemasan b. Waktu dan
mudayati edukator keluarga tempat
ningsih, terhadap pasien stroke c. Metodologi
wahyu kecemasan sebelum (pre) penelitian
dini keluarga dilakukan
metrikay pasien edukasi paling
anto stroke di banyak adalah
unit rumah kecemasan
sakit panti berat dan
waluya kecemasan
malang keluarga
pasien sesudah
(post)
dilakukan
edukasi paling
banyak.
Elly Hubungan 2020 Penelitian ini Hasil dari Perbedaanya terletak
Daziah, antara menggunakan penelitian ini pada :
Sri dukungan penelitian adanya a. Judul
Rahayu keluarga korelasional hubungan yang penelitian
dengan dengan signifikan b. Waktu dan
perilaku pendekatan antara tempat
perawatan cross-sectional dukungan pelaksanaanya
hipertensi keluarga c. Variabel
yang dengan d. Metodologi
dilakukan perilaku penelitian
oleh perawatan
keluarga hipertensi yang
14

dirumah dilakukan oleh


keluarga
dirumah.
Rea Edukasi 2020 Penelitian ini Hasil dari Perbedaannya terletak
Ariyanti, kesehatan menggunakan penelitian ini pada :
Ida Ayu dalam penelitian adalah adanya a. Judul
Preharsin upaya dengan metode peningkatan penelitian
i, pencegahan penyuluhan pemahaman b. Waktu dn
Berliany dan dan diskusi kader tempat
Venny pengendalia interaktif kesehatan pelaksanaanya
Sipolio n penyakit terkait c. Metodologi
hipertensi penyakit penelitian
pada lansia hipertensi pada
lansia
15

Anda mungkin juga menyukai