Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS JURNAL

PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA


AGREGAT LANSIA MELALUI KUNJUNGAN RUMAH

Disusun Oleh:

Qori Nia F (1910206021)


Annisa Purnama S (1910206072)
Rosalia Ratri W (1910206079)
Rukhi S (1910206082)
Nurul Fitria F (1910206053)
Laksita Feri N (1910206117)
Rizka Chibriyah (1910206106)
Imam F (1910206114)
Rima Oktaviani (1910206134)
Nofarina Masruroh (1910206132)
Turmiyanto (1910206135)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA AGREGAT
LANSIA MELALUI KUNJUNGAN RUMAH

A. Fenomena di Dusun Patukan Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta

Agregat lanjut usia (lansia) merupakan kelompok yang termasuk dalam ketegori

rentan. Stanhope dan Lancaster (1996) mendefinisikan kelompok rentan sebagai

kelompok yang memiliki peningkatan risiko mengalami masalah kesehatan yang akibat

berkurangnya kemampuan untuk menghindarkan diri dari penyakit dan tingginya paparan

faktor risiko. Sebagai kelompok rentan, lansia memiliki karakteristik terjadinya berbagai

perubahan pada seluruh aspek kehidupan yang mencakup perubahan fisiologis,

psikologis, sosial dan spiritual. Perubahan ini dapat menimbulkan masalah kesehatan

pada semua sistem organ tubuh, utamanya pada sistem kardiovaskuler yang memegang

peranan penting dalam kelangsungan hidup manusia.

Salah satu penyakit pada sistem kardiovaskuler yang paling banyak terjadi pada

lansia akibat dari proses penuaan dan dampak kumulatif dari gaya hidup lansia ketika

muda adalah hipertensi. Aziza (2007) menjelaskan berdasarkan info dasar kardiovaskular

global dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa 26,4% penduduk

lansia pada tahun 2000 mengalami hipertensi. Tingginya prevalensi kejadian hipertensi

pada lansia, menuntut perhatian masyarakat terhadap pengendalian faktor risiko

hipertensi. Fatima (2008) menyebutkan bahwa pengendalian faktor risiko hipertensi

mencakup lima hal utama yaitu menyeimbangkan gizi, menghindari rokok, menghindari

stres, mengawasi tekanan darah dan berolahraga secara teratur. Padmawinata (2001) juga

menjelaskan indikator utama untuk menilai keberhasilan pengendalian faktor risiko

hipertensi mencakup adanya pengaturan diet yang tepat, mampu meminimalisir stresor
yang terjadi dalam hidup dan menunjukkan tekanan darah yang normal pada saat

pemeriksaan kesehatan.

Pengendalian faktor risiko penyakit hipertensi pada lansia telah dilakukan oleh

petugas kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya ini

dilakukan di seluruh tatanan pelayanan kesehatan, baik institusional maupun non

institusional. Lansia yang mengalami hipertensi dan melaku-kan perawatan di institusi

pelayanan kesehatan tidak semuanya mendapatkan perawatan inap, ada juga yang

dilakukan perawatan jalan. Perawatan jalan dilakukan pada lansia karena tingkat

keparahan hipertensi yang diderita masih ringan atau karena permintaan lansia sendiri

untuk dirawat di rumah dengan alasan kenyamanan (Kowalski, 2010).

Perawat komunitas merupakan tenaga kesehatan yang berperan utama dalam

pemberian pelayanan perawatan kesehatan di rumah. Bentuk pelayanan yang digunakan

dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan agregat lansia di rumah adalah

kunjungan rumah (Rice, 2001). Pelayanan kesehatan melalui kunjungan rumah yang

diberikan antara lain pendidikan kesehatan, coaching, dan konseling, pembentukan

kelompok swabantu dan pemberian terapi keperawatan yang ditujukan kepada

masyarakat khususnya agregat lansia dengan hipertensi sesuai dengan masalah kesehatan

yang dialami. Hasil akhir pelayanan kunjungan rumah yang diharapkan adalah angka

kesakitan pada lansia meng-alami penurunan sehingga beban negara untuk pembiayaan

kesehatan lansia berkurang.

Pengendalian faktor risiko hipertensi yang mencakup pengaturan diet, pembatasan

perilaku merokok, manajemen stres, pengendalian tekanan darah dan pengaturan olahraga

bagi lansia sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kesehatan lansia terutama lansia

yang tinggal di masyarakat. Hasil dari pengen-dalian faktor risiko hipertensi ini dapat

terlihat dari tingkat stres, status gizi dan tekanan darah. Penelitian yang dilakukan oleh
Sjattar, Nurrahmah, Bahar dan Wahyuni (2011) menyatakan sampai saat ini, kunjungan

rumah secara rutin belum banyak dilakukan tenaga kesehatan khususnya perawat karena

keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki oleh institusi pelayanan kesehatan.

Kondisi ini tidak menunjang hasil kajian Departemen Kesehatan RI tahun 2000 yang

menemukann bahwa sebanyak 97,7 % menyatakan perlu dikembangkan pelayanan

kesehatan di rumah (Depkes RI, 2002). Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan

pengendalian faktor risiko hipertensi pada agregat lansia yang sudah dan belum

mendapatkan kunjungan rumah di sebuah Kelurahan di Depok, Jawa Barat.

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg

dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2013).

Menurut WHO (2014), Hipertensi adalah tekanan darah sistole ≥ 140 mmHg dan

tekanan darah diastole ≥ 90 mmHg. Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang

membutuhkan perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di negara maju

maupun berkembang. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun

2013 diketahui bahwa hipertensi sering menimbulkan penyakit kardiovaskuler, ginjal dan

stroke. Telah terdapat 9,4 juta orang dari 1 milyar orang didunia meninggal akibat

gangguan kardiovaskuler. Prevalensi hipertensi masih tergolong tinggi, di negara maju

prevalensi hiperensi sebesar 35% dari populasi dewasa dan di negara berkembang

prevalensi hipertensi sebesar 40% dari populasi dewasa.

Berdasarkan hasil pengkajian di Dusun Patukan, Ambarketawang, Gamping

Sleman. Didapatkan hasil sebagian besar riwayat penyakit pada usia dewasa adalah

penyakit hipertensi sebanyak 12,86%. Berdasarkan wawancara dengan kader posyandu

Lansia di Dusun Patukan, Ambarketawang, Gamping, Sleman, lansia dan keluarga pernah

diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi oleh petugas Puskesmas dengan

kunjungan kerumah. Oleh itu dengan adanya presentasi jurnal ini diharapkan dapat
bermanfaat dan dapat diimplementasikan oleh lansia dan keluarganya dalam melakukan

perawatan pada penderita hipertensi khususnya pada lansia.

B. Abstrak

PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA


AGREGAT LANSIA MELALUI KUNJUNGAN RUMAH1
Putu Ayu Sani Utami , Junaiti Sahar , Widyatuti
1,2* 3 3

1. PSIK, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar 80232, Indonesia


2. Program Studi Magister, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
3. Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
*E-mail: putuayusani@yahoo.com

Kunjungan rumah yang merupakan bentuk pelayanan keperawatan yang dilakukan


dirumah lansia,berfungsi untuk mengendalikan faktor risiko hipertensi pada agregat
lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengendalian faktor
risiko hipertensi pada agregat lansia yang sudah dan belum mendapatkan kunjungan
rumah di sebuah Kelurahan di Depok. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif
komparatif dengan pendekatan cross sectional. Melalui teknik cluster random
samplingdiperoleh 176 lansia yang terbagi dalam kelompok yang mendapatkan
kunjungan rumah dan yang tidak. Data dianalisis dengan chi-square, independent t-
test dan Mann Withney test. Hasil penelitian membuktikan bahwa pengaturan diet,
pembatasan perilaku merokok, manajemen stres, pengendalian tekanan darah,
pengaturan perilaku berolahraga dan status gizi lansia yang mendapatkan kunjungan
rumah lebih baik dibandingkan lansia yang tidak. Tingkat stress, tekanan darah
sistolik dan diastolik pada agregat lansia dengan hipertensi yang belum mendapatkan
kunjungan rumah lebih tinggi dibandingkan lansia yang mendapatkan kunjungan
rumah. Upaya promotif dan preventif yang dilakukan perawat komunitas melalui
kunjungan rumah dapat mengendalikan faktor risiko hipertensi pada agregat lansia.
Kata kunci: faktor risiko, hipertensi, pengendalian, perawat komunitas, status
kesehatan
Analisa Abstrak Jurnal:
- Kelebihan:
Dalam abstrak sudah dipaparkan mengenai latar belakang, tujuan penelitian,
rancangan penelitian, populasi, sampel, hasil analisa dan kesimpulan. Abstrak ini
dipaparkan dalam Bahasa Inggris.
- Kekurangan:
Kekurangan dalam abstrak ini tidak menyebutkan tahun referensi yang digunakan,
tidak dituliskan hasil penelitian dalam bentuk angka atau persentase.
C. Gap Of Knowledge

Salah satu penyakit pada sistem kardiovaskuler yang paling banyak terjadi pada lansia

akibat dari proses penuaan dan dampak kumulatif dari gaya hidup lansia ketika muda

adalah hipertensi. Hipertensi merupakan suatu keadaaan tekanan darah seorang berada

pada tingkatan di atas normal. Menurut WHO, (2014) hipertensi adalah tekanan darah

sistole ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastole ≥ 90 mmHg.

Pengendalian faktor risiko penyakit hipertensi pada lansia telah dilakukan oleh

petugas kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya ini

dilakukan di seluruh tatanan pelayanan kesehatan, baik institusional maupun non

institusional. Lansia yang mengalami hipertensi dan melakukan perawatan di institusi

pelayanan kesehatan tidak semuanya mendapatkan perawatan inap, ada juga yang

dilakukan perawatan jalan. Perawatan jalan dilakukan pada lansia karena tingkat

keparahan hipertensi yang diderita masih ringan atau karena permintaan lansia sendiri

untuk dirawat di rumah dengan alasan kenyamanan (Kowalski, 2010).

Perawat komunitas merupakan tenaga kesehatan yang berperan utama dalam

pemberian pelayanan perawatan kesehatan di rumah. Bentuk pelayanan yang digunakan

dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan agregat lansia di rumah adalah

kunjungan rumah. Pelayanan kesehatan melalui kunjungan rumah yang diberikan antara

lain pendidikan kesehatan, coaching, dan konseling, pembentukan kelompok swabantu

dan pemberian terapi keperawatan yang ditujukan kepada masyarakat khususnya agregat

lansia dengan hipertensi sesuai dengan masalah kesehatan yang dialami. Hasil akhir

pelayanan kunjungan rumah yang diharapkan adalah angka kesakitan pada lansia
mengalami penurunan sehingga beban negara untuk pembiayaan kesehatan lansia

berkurang.

D. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif komparatif dengan pendekatan cross

sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 176 responden lansia, 88 responden

telah mendapatkan kunjungan rumah dan 88 responden belum mendapatkan kunjungan

rumah. Teknik pengambilan sampel dengan probability sampling dengan metode Cluster

Random Sampling. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah lansia berusia 60 tahun

keatas, tidak tuna rungu atau tuna wicara, menderita hipertensi primer, tidak mengalami

penyakit akibat komplikasi hipertensi, berkunjung ke Posbindu, tidak demensia, tidak

mengalami gangguan jiwa, tidak mengalami penurunan kesadaran, lansia yang

mendapatkan kunjungan rumah memperoleh informasi tentang pengendalian factor risiko

hipertensi dari perawat komunitas.

Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dikembangkan dan

dimodifikasi terdiri dari 7 bagian yaitu karakteristik lansia, pengukuran kemampuan

pembatasan perilaku merokok, pengukuran kemampuan manajemen stress, pengukuran

kemampuan mengendalikan tekanan darah, pengukuran kemampuan mengatur perilaku

olahraga, pengukuran tingkat stress lansia dan food record harian selama 2 hari.

Kelebihan:

- Menggunakan metode cross sectional, sehingga data yang didapatkan memang

data saat itu juga sehingga lebih akurat

Kekuragan:
- Alat ukur dengan kuisioner sehingga tidak bisa menjangkau informasi lebih selain

yang tertuang dalam kuisioner

E. Hasil Penelitian

Hasil dari analisis penelitian jurnal ini menunjukan terdapat perbedaan

pengendalian tekanan darah pada agregat lansia antara yang sudah dengan yang belum

mendapatkan kunjungan. Dapat dijelaskan secara rinci seperti di bawah ini:

a. Hasil dari analisis jurnal pada uji statistik pertama terdapat perbedaan yang signifikan
pada pembatasan perilaku merokok, manajemen stres, pengendalian tekanan darah dan
pengaturan perilaku berolahraga antara agregat lansia yang sudah dengan yang belum
mendapatkan kunjungan rumah. Dapat disimpulkan bahwa lansia yang sudah
mendapat kunjungan rumah lebih memahami bahwa rokok dapat menjadi penyebab
hipertensi yang dialaminya dan dapat melakukan pembatasan perilaku perokok.
b. Hasil dari analisis jurnal pada uji statistic kedua terdapat perbedaan yang signifikan
pada tingkat stres dan tekanan darah sistolik antara agregat lansia yang sudah dengan
yang belum mendapatkan kunjungan rumah dan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada status gizi antara agregat lansia yang sudah dengan yang belum
mendapatkan kunjungan rumah.
c. Hasil dari analisis jurnal pada uji statistic ketiga tidak terdapat perbedaan yang sig-
nifikan pada pengaturan diet antara agregat lansia yang sudah dengan yang belum
mendapatkan kunjungan rumah dan terdapat perbedaan yang signifikan pada tekanan
darah diastolik antara agregat lansia yang sudah dengan yang belum mendapatkan
kunjungan rumah.

Kelebihan:

- Hasil penelitian memaparkan mengenai hasil kategorisasi kedua variabel yang


disajikan dalam bentuk tabel, sehingga memudahkan pembaca untuk memahaminya
- Hasil penelitian ini telah menyampaikan hasil dari penelitian secara jelas.
Kekurangan:
- Penelitian ini tidak mencantumkan informed consent dan ethical approval dari komite
etik
- Penelitian ini tidak dijelaskan hipotesa

F. Pembahasan

1. Perbedaan pembatasan perilaku merokok pada agregat lansia yang sudah dan
belum mendapatkan kunjungan rumah.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan perilaku membatasi merokok yang
signifikan pada agregat lansia dengan hipertensi antara yang sudah dengan yang
belum mendapatkan kunjungan rumah.
2. Perbedaan manajemen stres pada agregat lansia yang sudah dan belum
mendapatkan kunjungan rumah.
Hasil penelitian menunjukkan lansia mampu melakukan manajemen stres dalam
upaya mengendalikan hipertensi lebih banyak dilakukan oleh lansia yang sudah
mendapatkan kunjungan rumah dari pada yang belum mendapatkan kunjungan rumah.
3. Perbedaan pengendalian tekanan darah pada agregat lansia yang sudah dan
belum mendapatkan kunjungan rumah
Hasil penelitian menggambarkan bahwa lansia yang mendapatkan kunjungan rumah
lebih banyak yang rutin melakukan pengendalian tekanan darah dibandingkan yang
belum mendapatkan kunjungan rumah. Kegiatan self help group dan support group
dibentuk oleh mahasiswa keperawatan sebagai upaya agar keluarga dan kader dapat
lebih aktif dan secara mandiri dapat mengatasi masalah hipertensi pada lansia.
4. Perbedaan pengaturan perilaku berolahraga pada agregat lansia yang sudah
dan belum mendapatkan kunjungan rumah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang sudah mendapatkan kunjungan
rumah lebih banyak yang rutin melakukan olahraga dari pada yang belum
mendapatkan kunjungan rumah.
5. Perbedaan pengaturan diet pada agregat lansia yang sudah dan belum
mendapatkan kunjungan rumah
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pengaturan diet pada
lansia yang sudah dan belum mendaptakan kunjungan rumah. Hasil ini disebabkan
karena pencatatan food record dilakukan selama 2 hari, dan peneliti tidak melakukan
control langsung terhadap pengisian food record sehingga kemungkinan tidak semua
makanan dan minuman yang dikonsumsi tercatat secara lengkap.
6. Perbedaan status gizi pada agregat lansia yang sudah dan belum mendapatkan
kunjungan rumah
Hasil menunjukkan lansia yang sudah maupun belum mendapatkan kunjungan rumah
rata-rata status gizinya adalah normal.
7. Perbedaan tingkat stres pada agregat lansia yang sudah dan belum
mendapatkan kunjungan rumah
Hasil menunjukkan rata-rata tingkat stress lansia yang belum mendapatkan kunjungan
rumah lebih tinggi dari pada yang sudah mendapatkan kunjungan rumah.
8. Perbedaan tekanan darah pada agregat lansia yang sudah dan belum
mendapatkan kunjungan rumah
Hasil analisis bivariat menunjukkan ada perbedaan tekanan darah baik sistolik
maupun diastolic pada lansia yang sudah dengan yang belum mendapatkan kunjungan
rumah.
G. Rekomendasi

Agregat lansia merupakan kelompok yang termasuk dalam kategori rentan sehingga

lebih sulit untuk menghindarkan diri dari penyakit dan tingginya faktor resiko. Salah satu

penyakit yang banyak terjadi pada lansia akibat penuaan dan dampak kumulatif dari gaya

hidup lansia ketika muda adalah hipertensi. Pengendalian faktor resiko penyakit

hipertensi pada lansia telah dilakukan oleh petugas kesehatan melalui upaya promotif,

preventif dan kuratif serta rehabilitative. Salah satu cara yaitu dengan pemantauan lewat

kunjungan rumah oleh tenaga medis.

Menurut Bahar dan Wahyuni (2011), sampai saat ini kunjungan rumah secara rutin

belum banyak dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat karena keterbatasan

sumber daya manusia yang dimiliki oleh institusi pelayanan kesehatan.


Secara umum, hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan pada agregat

lansia antara yang sudah mendapatkan kunjungan rumah dan yang belum mendapatkan

kunjungan rumah. Baik pada aspek pembatasan perilaku merokok, manajemen stress,

pengendalian tekanan darah, pengaturan waktu olahraga. Selain itu terdapat perbedaan

pada aspek tingkat stress dan tingkat tekanan darah sistoliknya. Hal ini dikarenakan

kunjungan rumah sangat efektif untuk memberikan edukasi secara kontinyu serta dapat

menambah pengetahuan lansia tersebut.

Hal ini menandakan bahwa program kunjungan rumah dapat diimplementasikan di

masyarakat khususnya lansia yang tinggal di Dusun Patukan, Ambarketawang. Hasil

penelitian dalam jurnal ini mempunyai banyak keuntungan, yaitu:

- Dari sisi kesehatan, lansia mendapatkan pelayanan yang sangat efektif yaitu

dikarenakan adanya pemantauan secara kontinyu serta pemberian edukasi menbgenai

penyakit hipertensi yang dapat menambah wawasan pada lansia.

- Dengan adanya kunjungan rumah, perilaku dan kebiasaan gaya hidup lansia menjadi

lebih terkontrol. Mulai dari asupan gizi, perilaku merokok, tingkat stress dan aktivitas

lansia.

- Dari segi ekonomi, lansia tidak perlu mengeluarkan banyak biaya dan juga tidak

menimbulkan resiko perjalanan khususnya bagi lansia yang tidak mempunyai fasilitas

transportasi untuk mengunjungi faskes.

H. Daftar Pustaka

Kelebihan:

- Penulisan daftar pustaka sudah memenuhi kaidah penulisan

- Referensi yang digunakan banyak yang sudah sesuai yaitu dalam batas waktu kurun

10 tahun terakhir

Kekurangan:
- Terdapat salah satu literature dengan kurun waktu lebih dari 10 tahun, yaitu tahun

2002
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
Jakarta. EGC
Kowalski, R.E. (2010). Terapi hipertensi program 8 minggu: Menurunkan tekanan darah
tinggi dan mengurangi risiko serangan jantung dan stroke secara alami. Bandung:
Qanita.
Stanhope & Lancaster (1996). Community Health Nursing Promoting Health of Aggregates,
Families, and Individuals. St. Louis: Mosby

Anda mungkin juga menyukai