Disusun Oleh:
Agregat lanjut usia (lansia) merupakan kelompok yang termasuk dalam ketegori
kelompok yang memiliki peningkatan risiko mengalami masalah kesehatan yang akibat
berkurangnya kemampuan untuk menghindarkan diri dari penyakit dan tingginya paparan
faktor risiko. Sebagai kelompok rentan, lansia memiliki karakteristik terjadinya berbagai
psikologis, sosial dan spiritual. Perubahan ini dapat menimbulkan masalah kesehatan
pada semua sistem organ tubuh, utamanya pada sistem kardiovaskuler yang memegang
Salah satu penyakit pada sistem kardiovaskuler yang paling banyak terjadi pada
lansia akibat dari proses penuaan dan dampak kumulatif dari gaya hidup lansia ketika
muda adalah hipertensi. Aziza (2007) menjelaskan berdasarkan info dasar kardiovaskular
global dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa 26,4% penduduk
lansia pada tahun 2000 mengalami hipertensi. Tingginya prevalensi kejadian hipertensi
mencakup lima hal utama yaitu menyeimbangkan gizi, menghindari rokok, menghindari
stres, mengawasi tekanan darah dan berolahraga secara teratur. Padmawinata (2001) juga
hipertensi mencakup adanya pengaturan diet yang tepat, mampu meminimalisir stresor
yang terjadi dalam hidup dan menunjukkan tekanan darah yang normal pada saat
pemeriksaan kesehatan.
Pengendalian faktor risiko penyakit hipertensi pada lansia telah dilakukan oleh
petugas kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya ini
pelayanan kesehatan tidak semuanya mendapatkan perawatan inap, ada juga yang
dilakukan perawatan jalan. Perawatan jalan dilakukan pada lansia karena tingkat
keparahan hipertensi yang diderita masih ringan atau karena permintaan lansia sendiri
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan agregat lansia di rumah adalah
kunjungan rumah (Rice, 2001). Pelayanan kesehatan melalui kunjungan rumah yang
masyarakat khususnya agregat lansia dengan hipertensi sesuai dengan masalah kesehatan
yang dialami. Hasil akhir pelayanan kunjungan rumah yang diharapkan adalah angka
kesakitan pada lansia meng-alami penurunan sehingga beban negara untuk pembiayaan
perilaku merokok, manajemen stres, pengendalian tekanan darah dan pengaturan olahraga
bagi lansia sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kesehatan lansia terutama lansia
yang tinggal di masyarakat. Hasil dari pengen-dalian faktor risiko hipertensi ini dapat
terlihat dari tingkat stres, status gizi dan tekanan darah. Penelitian yang dilakukan oleh
Sjattar, Nurrahmah, Bahar dan Wahyuni (2011) menyatakan sampai saat ini, kunjungan
rumah secara rutin belum banyak dilakukan tenaga kesehatan khususnya perawat karena
keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki oleh institusi pelayanan kesehatan.
Kondisi ini tidak menunjang hasil kajian Departemen Kesehatan RI tahun 2000 yang
kesehatan di rumah (Depkes RI, 2002). Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan
pengendalian faktor risiko hipertensi pada agregat lansia yang sudah dan belum
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2013).
Menurut WHO (2014), Hipertensi adalah tekanan darah sistole ≥ 140 mmHg dan
tekanan darah diastole ≥ 90 mmHg. Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang
maupun berkembang. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun
2013 diketahui bahwa hipertensi sering menimbulkan penyakit kardiovaskuler, ginjal dan
stroke. Telah terdapat 9,4 juta orang dari 1 milyar orang didunia meninggal akibat
prevalensi hiperensi sebesar 35% dari populasi dewasa dan di negara berkembang
Sleman. Didapatkan hasil sebagian besar riwayat penyakit pada usia dewasa adalah
Lansia di Dusun Patukan, Ambarketawang, Gamping, Sleman, lansia dan keluarga pernah
kunjungan kerumah. Oleh itu dengan adanya presentasi jurnal ini diharapkan dapat
bermanfaat dan dapat diimplementasikan oleh lansia dan keluarganya dalam melakukan
B. Abstrak
Salah satu penyakit pada sistem kardiovaskuler yang paling banyak terjadi pada lansia
akibat dari proses penuaan dan dampak kumulatif dari gaya hidup lansia ketika muda
adalah hipertensi. Hipertensi merupakan suatu keadaaan tekanan darah seorang berada
pada tingkatan di atas normal. Menurut WHO, (2014) hipertensi adalah tekanan darah
Pengendalian faktor risiko penyakit hipertensi pada lansia telah dilakukan oleh
petugas kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya ini
pelayanan kesehatan tidak semuanya mendapatkan perawatan inap, ada juga yang
dilakukan perawatan jalan. Perawatan jalan dilakukan pada lansia karena tingkat
keparahan hipertensi yang diderita masih ringan atau karena permintaan lansia sendiri
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan agregat lansia di rumah adalah
kunjungan rumah. Pelayanan kesehatan melalui kunjungan rumah yang diberikan antara
dan pemberian terapi keperawatan yang ditujukan kepada masyarakat khususnya agregat
lansia dengan hipertensi sesuai dengan masalah kesehatan yang dialami. Hasil akhir
pelayanan kunjungan rumah yang diharapkan adalah angka kesakitan pada lansia
mengalami penurunan sehingga beban negara untuk pembiayaan kesehatan lansia
berkurang.
D. Metodologi Penelitian
sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 176 responden lansia, 88 responden
rumah. Teknik pengambilan sampel dengan probability sampling dengan metode Cluster
Random Sampling. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah lansia berusia 60 tahun
keatas, tidak tuna rungu atau tuna wicara, menderita hipertensi primer, tidak mengalami
olahraga, pengukuran tingkat stress lansia dan food record harian selama 2 hari.
Kelebihan:
Kekuragan:
- Alat ukur dengan kuisioner sehingga tidak bisa menjangkau informasi lebih selain
E. Hasil Penelitian
pengendalian tekanan darah pada agregat lansia antara yang sudah dengan yang belum
a. Hasil dari analisis jurnal pada uji statistik pertama terdapat perbedaan yang signifikan
pada pembatasan perilaku merokok, manajemen stres, pengendalian tekanan darah dan
pengaturan perilaku berolahraga antara agregat lansia yang sudah dengan yang belum
mendapatkan kunjungan rumah. Dapat disimpulkan bahwa lansia yang sudah
mendapat kunjungan rumah lebih memahami bahwa rokok dapat menjadi penyebab
hipertensi yang dialaminya dan dapat melakukan pembatasan perilaku perokok.
b. Hasil dari analisis jurnal pada uji statistic kedua terdapat perbedaan yang signifikan
pada tingkat stres dan tekanan darah sistolik antara agregat lansia yang sudah dengan
yang belum mendapatkan kunjungan rumah dan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada status gizi antara agregat lansia yang sudah dengan yang belum
mendapatkan kunjungan rumah.
c. Hasil dari analisis jurnal pada uji statistic ketiga tidak terdapat perbedaan yang sig-
nifikan pada pengaturan diet antara agregat lansia yang sudah dengan yang belum
mendapatkan kunjungan rumah dan terdapat perbedaan yang signifikan pada tekanan
darah diastolik antara agregat lansia yang sudah dengan yang belum mendapatkan
kunjungan rumah.
Kelebihan:
F. Pembahasan
1. Perbedaan pembatasan perilaku merokok pada agregat lansia yang sudah dan
belum mendapatkan kunjungan rumah.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan perilaku membatasi merokok yang
signifikan pada agregat lansia dengan hipertensi antara yang sudah dengan yang
belum mendapatkan kunjungan rumah.
2. Perbedaan manajemen stres pada agregat lansia yang sudah dan belum
mendapatkan kunjungan rumah.
Hasil penelitian menunjukkan lansia mampu melakukan manajemen stres dalam
upaya mengendalikan hipertensi lebih banyak dilakukan oleh lansia yang sudah
mendapatkan kunjungan rumah dari pada yang belum mendapatkan kunjungan rumah.
3. Perbedaan pengendalian tekanan darah pada agregat lansia yang sudah dan
belum mendapatkan kunjungan rumah
Hasil penelitian menggambarkan bahwa lansia yang mendapatkan kunjungan rumah
lebih banyak yang rutin melakukan pengendalian tekanan darah dibandingkan yang
belum mendapatkan kunjungan rumah. Kegiatan self help group dan support group
dibentuk oleh mahasiswa keperawatan sebagai upaya agar keluarga dan kader dapat
lebih aktif dan secara mandiri dapat mengatasi masalah hipertensi pada lansia.
4. Perbedaan pengaturan perilaku berolahraga pada agregat lansia yang sudah
dan belum mendapatkan kunjungan rumah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang sudah mendapatkan kunjungan
rumah lebih banyak yang rutin melakukan olahraga dari pada yang belum
mendapatkan kunjungan rumah.
5. Perbedaan pengaturan diet pada agregat lansia yang sudah dan belum
mendapatkan kunjungan rumah
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pengaturan diet pada
lansia yang sudah dan belum mendaptakan kunjungan rumah. Hasil ini disebabkan
karena pencatatan food record dilakukan selama 2 hari, dan peneliti tidak melakukan
control langsung terhadap pengisian food record sehingga kemungkinan tidak semua
makanan dan minuman yang dikonsumsi tercatat secara lengkap.
6. Perbedaan status gizi pada agregat lansia yang sudah dan belum mendapatkan
kunjungan rumah
Hasil menunjukkan lansia yang sudah maupun belum mendapatkan kunjungan rumah
rata-rata status gizinya adalah normal.
7. Perbedaan tingkat stres pada agregat lansia yang sudah dan belum
mendapatkan kunjungan rumah
Hasil menunjukkan rata-rata tingkat stress lansia yang belum mendapatkan kunjungan
rumah lebih tinggi dari pada yang sudah mendapatkan kunjungan rumah.
8. Perbedaan tekanan darah pada agregat lansia yang sudah dan belum
mendapatkan kunjungan rumah
Hasil analisis bivariat menunjukkan ada perbedaan tekanan darah baik sistolik
maupun diastolic pada lansia yang sudah dengan yang belum mendapatkan kunjungan
rumah.
G. Rekomendasi
Agregat lansia merupakan kelompok yang termasuk dalam kategori rentan sehingga
lebih sulit untuk menghindarkan diri dari penyakit dan tingginya faktor resiko. Salah satu
penyakit yang banyak terjadi pada lansia akibat penuaan dan dampak kumulatif dari gaya
hidup lansia ketika muda adalah hipertensi. Pengendalian faktor resiko penyakit
hipertensi pada lansia telah dilakukan oleh petugas kesehatan melalui upaya promotif,
preventif dan kuratif serta rehabilitative. Salah satu cara yaitu dengan pemantauan lewat
Menurut Bahar dan Wahyuni (2011), sampai saat ini kunjungan rumah secara rutin
belum banyak dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat karena keterbatasan
lansia antara yang sudah mendapatkan kunjungan rumah dan yang belum mendapatkan
kunjungan rumah. Baik pada aspek pembatasan perilaku merokok, manajemen stress,
pengendalian tekanan darah, pengaturan waktu olahraga. Selain itu terdapat perbedaan
pada aspek tingkat stress dan tingkat tekanan darah sistoliknya. Hal ini dikarenakan
kunjungan rumah sangat efektif untuk memberikan edukasi secara kontinyu serta dapat
- Dari sisi kesehatan, lansia mendapatkan pelayanan yang sangat efektif yaitu
- Dengan adanya kunjungan rumah, perilaku dan kebiasaan gaya hidup lansia menjadi
lebih terkontrol. Mulai dari asupan gizi, perilaku merokok, tingkat stress dan aktivitas
lansia.
- Dari segi ekonomi, lansia tidak perlu mengeluarkan banyak biaya dan juga tidak
menimbulkan resiko perjalanan khususnya bagi lansia yang tidak mempunyai fasilitas
H. Daftar Pustaka
Kelebihan:
- Referensi yang digunakan banyak yang sudah sesuai yaitu dalam batas waktu kurun
10 tahun terakhir
Kekurangan:
- Terdapat salah satu literature dengan kurun waktu lebih dari 10 tahun, yaitu tahun
2002
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
Jakarta. EGC
Kowalski, R.E. (2010). Terapi hipertensi program 8 minggu: Menurunkan tekanan darah
tinggi dan mengurangi risiko serangan jantung dan stroke secara alami. Bandung:
Qanita.
Stanhope & Lancaster (1996). Community Health Nursing Promoting Health of Aggregates,
Families, and Individuals. St. Louis: Mosby