Anda di halaman 1dari 110

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn.

B
DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER:
HIPERTENSI DI KECAMATAN TANAH MERAH,
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, RIAU
TAHUN 2020

COMPLEMENTARY NURSING CASE STUDY


SIKLUS KIAN
KEPERAWATAN KELUARGA

Oleh
DIAN SALEHA, S.Kep
1514901021

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga adalah sebuah system social terkecil yang terbuka dan terdiri

atas suatu rangkaian bagian yang saling berkesinambungan dan bergantung

serta dipengaruhi oleh struktur internal maupun eksternal (Friedman, 2010).

Sedangkan, menurut Bailon dan Maglaya 1989, berpendapat bahwa keluarga

sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah,

ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi

satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta mempertahankan

suatu budaya (Herlinawati, 2013).

Keluarga merupakan suatu sistem, sebagai system keluarga mempunyai

anggota yaitu ayah, ibu, kakak atau semua individu yang tinggal di dalam

rumah. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga

dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain dan seluruh system. Keluarga

merupakan system pendukung yang vital bagi individu (Sudiharto,2012).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas normal, baik tekanan sistolik dan atau

diastolik. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan

darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90

mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam

keadaan cukup istirahat/tenang (Sumartini, 2010).

Penyakit hipertensi sering disebut juga dengan “The Silent Killer”. Ini

disebabkan bahwa hipertensi sendiri tidak menimbulkan gejala yang spesifik.


Akan tetapi ada beberapa gejala yang berkaitan erat dengan hipertensi, seperti

sakit kepala, pusing, dan lelah. Keadaan nonspesifik seperti ini juga bisa

ditemukan pada orang dengan keadaan normal, maka sering diabaikan begitu

saja. Hipertensi biasanya diketahui seseorang setelah melakukan pemeriksaan

umum secara rutin atau meminta saran kepada petugas kesehatan terhadap

komplikasi yang dideritanya (Smaltzel & Bare, 2001).

Menurut WHO ( World Health Organizationzation), sekitar 30% terkena

hipertensi, tetapi tidak terdiagnosis hipertensi. Hal ini disebabkan tidak ada

gejala yang pasti bagi penderita hipertensi sehingga pasien hipertensi

cenderung membiarkan dan tidak mengontrol hipertensi (Bisnu, 2017).

Berdasarkan data yang didapat dari Riset Kesehatan Dasar (2013) prevelensi

hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada populasi

kelompok umur ≥18 tahun sebesar 25, 8% dari populasi atau sekitar 65 juta

jiwa yang menderita hipertensi. Daerah dengan prevelensi tertinggi terdapat

pada provinsi Bangka Belitung sebesar 30,9% dan yang paling terendah

terdapat pada provinsi Papua sebesar 16,8% (Riskesdas, 2013).

Sedangkan, Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi hipertensi

berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%.

Tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua

sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%),

umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Jadi, hipertensi

mengalami peningkatan sekitar 9,7% dalam kurun waktu 5 tahun (Riskesdas,

2018).
Berdasarkan data kunjungan orang dengan tekanan darah tinggi tidak

dapat menggambarkan persentase penduduk usia > 18 tahun dengan tekanan

darah tinggi, karena dalam satu bulan seseorang dengan tekanan darah tinggi

dapat berkunjung ke Puskesmas lebih dari satu kali. Capaian persentase

penduduk Usia > 18 tahun dengan tekanan darah tinggi berdasarkan hasil

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 untuk provinsi Riau sebesar

20,9%. %. Jika saat ini penduduk sebesar 6.358.636 jiwa maka terdapat

1.328.954 jiwa yang menderita hipertensi (LKjIP, 2018).

Hipertensi dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu hipertensi

primer dan sekunder. 90% dari semua kasus hipertensi adalah primer. Tidak

ada penyebab yang jelas tentang hipertensi primer, namun ada beberapa teori

yang menunjukkan bahwa faktor genetik dan perubahan hormon bias menjadi

fakor pendukung. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang diakibatkan

oleh penyakit tertentu (Hartutik, 2017).

Hipertensi dapat disertai gejala ataupun tanpa gejala yang memberi

ancaman terhadap kesehatan secara terus-menerus. Gejala yang sering muncul

bervariasi pasa masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala

penyakit lainnya. Berupa nyeri kepada kepala atau rasa berat pada tengkuk,

vertigo, merasa selalu berdebar-debar, merasa mudah lelah, penglihatan kabur,

telinga berdenging, serta dapat mengalami mimisan. Jika terjadi peningkatan

tekanan darah dalam kurun waktu lama dapat menyebabkan rusaknya

jaringan pada ginjal atau biasa disebut gagal ginjal, juga dapat terjadi jantung

koroner serta gangguan pada otak yang dapat menimbulkan penyakit stroke,
sehingga sangat penting untuk mendeteksi lebih awal tekanan darah agar lebih

mudah mendapatkan pengobatan (Vitahealth, 2006).

Selama ini, untuk mengatasi hipertensi dapat dilakukan berbagai upaya

yaitu dapat dilakukan pengendalian tekanan darah dengan cara pemberian

terapi non farmakologis berupa: modifikasi gaya hidup, mengurangi berat

badan, pembatasan asupan natrium, modifikasi diet rendah lemak, pembatasan

alkohol, pembatasan kafein, teknik relaksasi, dan menghentikan kebiasaan

merokok. Terapi farmakologi berupa pemberian obat dengan Jenis-jenis

medikasi anti hipertensi meliputi diuretik, penyekat betaadregenik atau beta-

blocker, vasodilator, penyekat saluran kalsium dan penghambat enzim

pengubah angiotensin (ACE) (MPPKI, 2019).

Salah satu terapi non farmakologis terhadap pencegahan hipertensi dapat

dilakukan dengan latihan Slow Deep Breathing. Menurut Joseph, et all. (2005)

Latihan Slow Deep Breathing pada pasien hipertensi primer dengan frekuensi

6 kali permenit selama 15 menit dapat meningkatkan sensitiviatas baroseptor

dari (5,8 + menjadi 10,3 + 2,0 ms/mmHg) menurunkan aktivitas system saraf

parasimpatis. Penggunaan latihan nafas (breathing exercise) khususnya latihan

Slow Deep Breathing sebagai managemen nonfarmakologi maupun intervensi

keperawata mandiri dalam menurunkan tekanan darah dan kecemasan pasien

hipertensi primer belum banyak diketahui di Indonesia. Sehingga pentingnya

peran perawat dan keluarga untuk mengoptimalkan terapi Slow Deep

Breathing agar tercapainya kesehatan yang optimal (Sepdianto, 2010)

Dalam melakukan terapi, keluarga dapat menjadi faktor yang sangat

berpengaruh dalam program pengobatan tekanan darah. Bimbingan penyuluh


dan dorongan secara terus-menerus biasanya diperlukan agar penderita

hipertensi tersebut mampu melaksanakan rencana yang dapat diterima untuk

bertahan hidup dengan hipertensi dan mematuhi aturan terapinya (Yeni,

2016).

Perilaku perawatan pada penderita hipertensi merupakan salah satu cara

penanganan yang harus dilakukan, dimana dalam melakukan perawatan

kesehatan pada penderita hipertensi dibutuhkan suatu kerjasama antara

keluarga dan tenaga kesehatan setempat, dimana kerjasama ini dapat

mendukung status kesehatan yang dimiliki oleh penderita hipertensi.

Peran perawat komunitas, membantu keluarga untuk menyelesaikan

masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga

melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga. Adapun peran

perawat dalam membantu keluarga yang anggota keluarganya menderita

penyakit hipertensi antara lain : memberikan pendidikan kesehatan kepada

keluarga agar dapat melakukan asuhan keperawatan secara mandiri,sebagai

koordinator untuk mengatur program kegiatan atau dari berbagai disiplin ilmu,

sebagai pengawas kesehatan, sebagai konsultan dalam mengatasi masalah,

sebagai fasilitator asuhan perawatan dasar pada keluarga yang menderita

penyakit hipertensi (Muhlisin, 2012).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Tn.B yang menderita

hipertensi pada bulan April 2020. Mengatakan bahwa gejala hipertensi yang

dialami Tn.B ditandai dengan sering pusing, kesemutan pada kaki, dan sulit

tidur. Jika tanda-tanda tersebut muncul Tn.B selalu beristirahat untuk

mengurangi rasa nyeri pada kepalanya.


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

melaksanakan asuhan keperawatan yang akan dituangkan dalam bentuk Karya

Ilmiah Akhir Ners dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. B Dengan

GangguanSistemKardiovaskuler: Hipertensi di Kecamatan Tanah

Merah, Kabupaten Indragiri Hilir, RIAU Tahun 2020”.

B. RumusanMasalah

Adapun rumusan masalah yang dilanjutkan dalam karya ilmiah akhir

ners ini adalah : Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Tn. B

dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi di Kecamatan Tanah

Merah, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau Tahun 2020.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan gambaran tentang hasil praktek elektif Profesi

Ners dengan mengaplikasikan Asuhan Keperawatan Pada Tn. B Dengan

Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi diKecamatan Tanah Merah,

Kabupaten Indragiri Hilir, RIAU Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

1. Mampu mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Pada Tn. B Dengan

Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi diKecamatan Tanah

Merah, Kabupaten Indragiri Hilir, RIAU Tahun 2020.


2. Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Pada Tn. B Dengan

Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi diKecamatan Tanah

Merah, Kabupaten Indragiri Hilir, RIAU Tahun 2020.

3. Mampu mengaplikasikan jurnal terkait Asuhan Keperawatan Pada Tn.

B Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi diKecamatan

Tanah Merah, Kabupaten Indragiri Hilir, RIAU Tahun 2020.

4. Mampu melakukan telaah jurnal terkait Asuhan Keperawatan Pada Tn.

B Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi diKecamatan

Tanah Merah, Kabupaten Indragiri Hilir, RIAU Tahun 2020.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai bahan untuk pelaksannan pendidikan serta

masukan dan perbandingan untuk karya ilmiah lebih lanjut asuhan

keperawatan pasien dengan gangguan system kardivaskuler: Hipertensi.

2. Bagi Institusi Pelayanan Puskesmas

Diperolehnya bahan masukan bagi puskesmas, untuk menambah

pengetahuan tenaga kesehatan dalam penatalaksanaan pada pasien dengan

gangguan sistem kardiovaskuler: Hipertensi, sehingga dapat diberikan

tindak lanjut dan peningkatan mutu perawatan pada pasien.

3. Bagi Pasien dan Keluarga

Pasien dan keluarga mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang

Asuhan Keperawatan Tn. B dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler:


Hipertensi di Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Indragiri Hilir, RIAU

Tahun 2020.

4. Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan dan

pengalaman yang lebih mendalam dalam memberikan asuhan keperawatan

khususnya pada pasien dengan gangguan system kardivaskuler: Hipertensi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat dimana

terjadi interaksi antara anak dan orang tuanya. Keluarga berasal dari

bahasa sansekerta kulu dan warga atau keluarga yang berarti anggota

kelompok kerabat (Ali, 2009).

Keluarga adalah sebuah system social terkecil yang terbuka dan

terdiri atas suatu rangkaian bagian yang saling berkesinambungan dan

bergantung serta dipengaruhi oleh struktur internal maupun eksternal

(Friedman, 2010).

Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu

rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat

(Helvie,1981)

Sedangkan, menurut (Mubarak,2009) Keluarga merupakan

perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu

berinteraksi satu dengan yang lain.

Jadi, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang saling

berkesinambungan yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau

adopsi yang saling berinteraksi satu sama lain.


2. Ciri-Ciri Keluarga

a) Menurut Robert Maclver dan Charles Horton

1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan

2) Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan

hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara

3) Keluarga mempunyai suatu system tata nama (nomenclature)

termasuk perhitungan garis keturunan

4) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh

anggota-anggota berkaitan dengan kemampuan untuk

mempunyai keturunan dan membesarkan anak

5) Keluaga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah

tangga

b) Ciri keluarga Indonesia

1) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat

gotong-royong

2) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran

3) Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemusatan

dilakukan secara musyawarah

(Hernilawati, 2013).

3. Tipe-Tipe Keluarga

Pembagian tipe ini bergantung kepada konteks keilmuan dan

orang yang mengelompokkan

a) Secara tradisional, tipe keluarga dikelompokkan menjadi 2, yaitu:


1) Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya

terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunan

atau adopsi atau keduanya.

2) Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga inti

ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai

hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).

b) Secara modern, berkembangnya peran individu dan meningkatnya

rasa individualisme maka pengelompokan tipe keluarga selain

diatas adalah:

1) Tradisional Nuclear

Keluarga inti (ayah, ibu, anak) tinggal salam stu rumah

ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan

perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah

2) Reconstituted nuclear

Pembentukan baru dari keuarga inti melalui perkawinan

kembali suami-istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah

dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan baru,

satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah.

3) Middle Age/Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, istri dirumah kedua-duanya

berkerja dirumah, anak-anak meninggalkan rumah karena

sekolah/ perkawinan/ meniti karier.

4) Dyadic Nuclear
Suami-istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak

yang keduanya atau salah satu bekerja dirumah.

5) Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian

pasangannya dan anak0anaknya dapat tinggal dirumah atau

dluar rumah.

6) Dual Carrier

Yaitu suami-istri atau keduanya orang karier atau tanpa anak.

7) Commuter Married

Suami-istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah

pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-

waktu tertentu.

8) Single adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiuru dengan tidak

adanya keinginan untuk kawin.

9) Three Generation

Yaitu tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah.

10) Institusional

Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa yang tinggal dalam

suatu panti.

11) Communal

Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang

monogamy dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam

penyediaan fasilitias.
12) Group Marriage

Yaitu suamu perumahan terdiri dari orang tua dan

keturunannya didalam satu kesaturan keluarga dan tiap

individu adalah kawin dengan yang lain dan semua ada;ah

prang tua dari anak-anak.

13) Unmarried Parent and Child

Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki,

anaknya diadopsi.

14) Cohibing Couple

Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa

kawin.

15) Gay and Lesbian Family

Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis

kelamin sama.

(Hernilawati, 2013).

4. Fungsi Pokok Keluarga

Menurut Friedman (1998) fungsi keluarga adalah:

a) fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk

mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota

keluarga berhubungan dengan orang lain.

b) Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat

melatih anak untuk berkehidupan social sebelum meninggalkan

rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.


c) Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi

dan menjaga kelangsungan keluarga.

d) Fungsi ekonomi, adalah kelaurga berfungsi untuk memenuhi

kebutuhan kelaurga secara ekonomi dan tem[at untuk

mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e) Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk

memepertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap

memiliki produktivitas tinggi.

(Hernilawati, 2013).

5. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

a) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga

c) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak

dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang

terlalu muda

d) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan

dan perkembangan kepribadian anggota keluarga

e) Mempertahankan hubungan timbal balik antara kelaurga dan

lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)

(Hernilawati, 2013).

6. Tahap dan Siklus Perkembangan Keluarga


Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Friedman

(2010) ada 8, yaitu :

a. Tahap I  : Keluarga pemula

Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap pernikahan.

Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah membangun

perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan

persaudaraan secara harmonis, merencanakan keluarga berencana.

b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai

umur 30 bulan)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk

keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan

perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan

keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan

nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar

masing-masing pasangan.

c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua

berumur 2-6 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi

kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak,

mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang

sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan

norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan

keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.


d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13

tahun)

Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan

anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan

hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan

perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik

anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak

saat menyelesaikan tugas sekolah.

e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20

tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan

kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa

dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan,

berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak,

memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan

tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.

f. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda

(mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan

rumah)

Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan

tugas perkembangan keluarga antara lain : memperluas siklus

keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat

dari hasil pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk


memperbaharui dan menyelesaikan kembali hubungan perkawinan,

membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami dan

istri.

g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau

pensiunan)

Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir

meninggalkan rumah dan berakhir atau kematian salah satu

pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika orang tua memasuki usia

45-55 tahun dan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas

perkembangannya adalah menyediakan lingkungan yang sehat,

mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arah

dengan lansia dan anak-anak, memperoleh hubungna perkawinan

yang kokoh.

h. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia

Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa

pensiun terutama berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal

dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan

keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup yang

memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,

mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap

kehilangan pasangan dan mempertahankan ikatan keluarga antara

generasi.
7. Masalah Kesehatan Berdasarkan Tahap Perkembangan Keluarga

Menurut Friedman (2010) masalah kesehatan yang muncul

berdasarkan tahap perkembangan keluarga yaitu :

a. Tahap I  : Keluarga pemula

1) Penyesuaian seksual dan peran perkawinan

2) Penyuluhan dan konseling keluarga berencana

3) Penyuluhan dan konseling prenatal

4) Komunikasi

b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai

umur 30 bulan)

1) Pendidikan maternitas yang berpusat pada keluarga

2) Perawatan bayi yang baik

3) Pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini

4) Imunisasi

5) Konseling perkembangan anak

6) Keluarga berencana

7) Interaksi keluarga

c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua

berumur 2-6 tahun)

1) Masalah kesehatan fisik yang utama adalah penyakit-penyakit

menular yang lazim pada anak, jatuh, luka bakar

2) Keracuanan

3) Kecelakaan-kecelakaan yang lain lain yang terjadi selama usia

sekolah
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13

tahun)

1) Tantangan kesehatan pada anak (misalnya penglihatan,

pendengaran dan kemampuan berbicara)

2) Kesehatan gigi

3) Penganiayaan dan pengabaian anak

4) Penyalahgunaan zat

5) Penyakit menular

6) Penyakit kronik

7) Masalah perilaku

8) Praktek kesehatan yang baik (tidur, nutrisis, olahraga)

e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20

tahun)

1) Kecelakaan (ex : mengemudi)

2) Cidera akibat olahragaa

3) Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan

4) Keluarga berencana

5) Kehamilan yang tidak dikehendaki

6) Pendidikan dan konseling seks

7) Hubungan orang tua dan remaja

f. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda

(mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan

rumah)

1) Masa komunikasi dewasa muda-orang tua


2) Transisi peran suami istri

3) Memberikan perawatan (bagi orang tua lanjut usia)

4) Kondisi kesehatan kronis misalnya kolesterol tinggi, obesitas,

tekanan darah tinggi

5) Masalah menopause

6) Efek yang berkaitan dengan gaya hidup

g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau

pensiunan)

1) Praktik kesehatan (tidur, nutrisi, olahraga)

2) Hubungan pernikahan

3) Komunikasi dan hubungan dengan anak-anak, ipar, cucu dan

orang tua lanjut usia

4) Masalah berhubungan dengan perawatan : membantu perawatan

orang tua yang lanjut usia dan tidak mampu merawat diri

h. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia

1) Disabilitas fungsional meningkat

2) Gangguan mobilitas

3) Penyakit kronik

4) Kekuatan dan fungsi fisik menghilang

5) Layanan perawatan dalam jangka panjang

6) Memberikan asuhan

7) Kerentanan psikologis
B. Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang

menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal (140/90

mmHg atau lebih) ( WHO, 2012).

Hipertensi adalah kondisi medis yang terkait akibat peningkatan

tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita

yang mempunyai tekanan darah melebihi 140/90 mmHg, diperkirakan

mempunyai tekanan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi

merupakan salah satu resiko utama penyebab stroke, serangan jantung,

gagal ginjal kronik, dan aneurisma arterial (Adib, 2009).

Hipertensi sering disebut juga dengan “The Silent Killer”. Ini

disebabkan bahwa hipertensi sendiri tidak menimbulkan gejala yang

spesifik. Akan tetapi ada beberapa gejala yang berkaitan erat dengan

hipertensi, seperti sakit kepala, pusing, dan lelah. Keadaan nonspesifik

seperti ini juga bisa ditemukan pada orang dengan keadaan normal,

maka sering diabaikan begitu saja. Hipertensi biasanya diketahui

seseorang setelah melakukan pemerksaan umum secara rutin atau

meminta saran kepada petugas kesehatan terhadap komplikasi yang

dideritanya (Smaltzel & Bare, 2002).

2. Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan diketahuinya penyebab atau tidaknya penyebab

hipertensi. Menurut (Harison, 2000) hipertensi diklasifikasikan dalam

2 kategori besar, yaitu hipertensi essensial (primer) dan sekunder.


Hipertensi essensial atau hipertensi primer adalah hipertensi yang

belum diketahui penyebabnya secara jelas. Sebagian besar orang yang

menderita hipertensi sulit mengetahui secara tepat apa yang menjadi

pemicu peningkatan tekanan darah mereka. Sedangkan hipertensi

sekunder yaitu hipertensi yang penyebabnya sudah diketahui dengan

pasti.

Menurut WHO hipertensi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a) Normotensi: < 140/90 mmHg.

b) Hipertensi (border line): > 140/90 mmHg.

c) Hipertensi berat: > 160/95 mmHg.

Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi menurut JNC- VII2013


Kategori TDS(mmHg) TDD(mmHg)
Normal <120 <80
Pra-hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99
Hipertensi tingkat 2 >160 >100
Hipertensi sistolik >140 <90
terisolasi
(Kemenkes, 2013).

3. Etiologi Hipertensi

Penyebab hipertensi pada lanjut usia adalah terjadinya perubahan-

perubahan pada jantung dan sistemnya, yang meliputi:

a) Elastisitas dinding aorta menurun

b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku

c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap ahun

sesudah berumur 20 tahun, keampuan jantung memompa darah

menurun menyebabkan menurunnya kontraksui dan volumenya.


d) Kehilangan elestisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.

e) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

(Sutanto,2010)

4. Patofisiologi Hipertensi

Pada hipertensi, arteri pulmonalis kecil (arteriol) menjadi sempit

atau mengalami obliterasi sebagai akibat hipertrofi (pembesaran) otot

polos dalam dinding kiri (yang menerima darah dari paru-paru) tetap

normal, tetapi tekanan tinggi yang dibangkitkan dalam paru-paru

dihantarkan ke ventrikel kanan (yang memasok pulmonale).

Oksigenasi terganggu tidak terlalu parah, meski terjadi hipoksia ringan

dan sianosis. Kematian akhirnya terjad akibat kor pulmonale.

Terdapat empat penyebab hipertensi pulmonal sekunder (1)

kenaikan tekanan pengisian ventrikel kiri, seperti uang terjadi pada

penyakit arteri koronaria dan penyakit katup mitral, (2) peningkatan

aliran darah melalui sirkulasi pulmonal (shunt/langsiran kanan ke kiri),

seperti yang terjadi pada defek septum, ventriker atau patent duktus

arteriosus, (3) obliterasi atau obstruksi jarring-jaring vaskuler

pulmonal (seperti: emfisema), (4) vasokonstriksi lapis vascular, seperti

yang terjadi pada hipoksemia asidosis, atau kombinasinya.

Hipertensi pulmonal sekunder dapat disembuhkan jika gangguan

primernya teratasi. Jika hipertensi menetap, akan terjadi hipertrofi

lapisan media otot polos arteriole. Arteri yang lebih besar menajdi

kaku, dan hipertensi berkembang sampai tekanan arteri pulmonalis


sebanding dengan tekanan darah sistemik, yang menyebabkan

hipertrofi ventrikel kanan dan akhirnya kor-pulmonale.

Kor-pulmonale terjadi ketika hipertensi pulmonary menimbulkan

tekanan berlebihan terus-menerus pada ventrikel kanan. Teakanan

yang berlebihan ini meningkatkan kerja ventrikel kanan dan

menyebabkan hipertrofi otot jantung yang normalnya ber pulmonary

dan mendilatsi ventrikel. Tekanan pengisian ventrikel kanan normal

sampai terjadi gagal ventrikel. Gagal ventrikel kanan biasanya terjadi

ketika tekanan arteri pulmonalis sebanding dengan tekanan darah

sistemik (Asih, 2002) .

5. Manifestasi Klinis Hipertensi

Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak

memiliki gejala khusus. Menurut (Martha,2011) gejala yang mungkin

diamati antara lain.

a) Gejala ringan, seperti pusing atau sakit kepala

b) Sering gelisah

c) Tengkuk terasa pegal

d) Mudah marah

e) Telinga berdengung

f) Sukar tidur

g) Sesak nafas

h) Rasa berat ditengkuk

i) Mudah lelah

j) Mata berkunang-kunang
k) Mimisan.

6. Komplikasi Hipertensi

Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi,

dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam

tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu :

a) Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah

tinggi di otak dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh

selain otak yang terpajan tekanan darah tinggi.

b) Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik

tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila

membentuk 12 trombus yang bisa memperlambat aliran darah

melewati pembuluh darah. Hipertensi kronis dan hipertrofi

ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi

dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

Sedangkan hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan

waktu hantaran listrik melintasi ventrikel terjadilah disritmia,

hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.

c) Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi.

Penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot

jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, disebut

dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa,

banyak cairan tertahan diparu yang dapat menyebabkan sesak nafas

(eudema) kondisi ini disebut gagal jantung.


d) Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal.

Merusak sistem penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat

membuat zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui

aliran darah dan terjadi penumpukan dalam tubuh.

(Aspiani, 2014)

7. Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu

penatalaksanaan dengan terapi farmakologi dan non farmakologi.

a) Terapi farmakologi

Bertujuan menurunkan mortalitas, menurunkan angka kejadian

stroke, penurunan angka kematian jantung mendadak, dan infark

miokard.

1) Bloker beta (atenolol, metoprolol) : menurunkan denyut

jantung, dan TD dengan bekerja antagonis terhadap sinyak

adrenergic.

2) Diuretic dan diuretic tazid seperti bendrofluazid

3) Antagonis kanal kalsium : vasodilator yang menurunkan TD,

seperti nifedipin, diltiazem, verapamil.

4) Inhibitor enzim oengubah angiotensin seperti : cetopril,

lisinopril dengan menghambat pembentukan angiostensi II

5) Antagonis resptorangiostensin II seperti : losartan, valsartan

bekerja antagonis terhadap aksi angiostensin II-renin.

6) Antagonis alfa : seperti doksazosin, bekerja antagonis terhadap

reseptor alfa adrenergic pada Pd perifer


7) Obat-obatan lain : misalnya obat yang bekerja sentral seperti

metildopa/moksonidin. Terapi awal biasa menggunakan beta

bloker dan diuretic. Pedoman terbaru menyarankan

penggunaan inhibitor ACE(angiotensin-converting enzyme)

sebagai obat line kedua (Susilo, 2011).

b) Terapi non farmakologi

Bertujuan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi. Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan

mengubah pola hidup penderita, yakni dengan cara:

1) Menurunkan berat badan sampai batas ideal

2) Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan,

atau kadar

3) koleterol darah tinggi

4) Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram

natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai

dengan asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup)

5) Mengurangi konsumsi alkohol

6) Berhenti merokok

7) Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat dan pijat refleksi kaki

(Ardiansyah, 2012)
C. Latihan Slow Deep Breathing

1. Definisi Slow Deep Breathing

Slow deep breathing ialah salah satu bagian dari latihan

relaksasi dengan teknik latihan pernapasan yang dilakukan secara

sadar. Slow deep breathing merupakan relaksasi yang dilakukan secara

sadar untuk mengatur pernapasan secara dalam dan lambat (Martini,

2006).

Latihan slow deep breathing adalah tindakan yang dilakukan

secara sadar untuk mengatur pernafasan secara lambat dan dalam

sehingga menimbulkan efek relaksasi (Tarwoto, 2011).

Relaksasi dapat diaplikasikan sebagai terapi non farmakologis

untuk mengatasi stress, hipertensi, ketegangan otot, nyeri dan

gangguan pernafasan. Terjadi perpanjangan serabut otot, menurunnya

aktivitas otak dan fungsi tubuh lain pada saat terjadinya relaksasi.

Respon relaksasi ditandai dengan penurunan tekanan darah,

menurunnya denyut nadi, jumlah pernafasan serta konsumsi oksigen

(Potter & Perry, 2006 dalam Tarwoto, 2011).

Terapi relaksasi banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari

untuk dapat mengatasi berbagai masalah, misalnya stress, ketegangan

otot, nyeri, hipertensi, gangguan pernapasan, dan lain-lain (Martini,

2006). Relaksasi secara umum merupakan keadaan menurunnya

kognitif, fisiologi, dan perilaku (Andarmoyo, 2013).

2. Manfaat Slow Deep Breathing


Manfaat Slow deep breathing Slow deep breathing memiliki

beberapa manfaat yang telah diteliti yaitu sebagai berikut :

a. Menurunkan tekanan darah

Slow deep breathing memberi manfaat bagi hemodinamik tubuh.

Slow deep breathing memiliki efek peningkatan fluktuasi dari

interval frekuensi pernapasan yang berdampak pada peningkatan

efektifitas barorefleks dan dapat mempengaruhi tekanan darah

(Sepdianto et al., 2007). Slow deep breathing juga meningkatkan

central inhibitory rhythmus sehingga menurunkan aktivitas saraf

simpatis yang akan menyebabkan penurunan tekanan darah pada

saat barorefleks diaktivasi. Slow deep breathing dapat

memengaruhi peningkatan volume tidal sehingga mengaktifkan

heuring-breurer reflex yang berdampak pada penurunan aktivitas

kemorefleks, peningkatan sensitivitas barorefleks, menurunkan

aktivitas saraf simpatis, dan menurunkan tekanan darah (Joseph et

al., 2005). Slow deep breathing meningkatkan aktivitas saraf

parasimpatis dan meningkatkan suhu kulit perifer sehingga

memengaruhi penurunan frekuensi denyut jantung, frekuensi napas

dan aktivitas elektromiografi (Kaushik et al., 2006).

b. Menurunkan kadar glukosa darah

Slow deep breathing memiliki manfaat sebagai penurunan kadar

gula darah pada penderita diabetes mellitus. Tarwoto (2012)

menyatakan Slow deep breathing member pengaruh terhadap kerja

saraf otonom dengan mengeluarkan neurotransmitter endorphin.


Neurotransmitter endorphin menyebabkan penurunan aktivitas

saraf simpatis, peningkatan saraf parasimpatis, peningkatan

relaksasi tubuh, dan menurunkan aktivitas metabolisme. Hal

tersebut menyebabkan kebutuhan tubuh terhadap insulin akan

menurun.

c. Menurunkan nyeri

Slow deep breathing merupakan metode relaksasi yang dapat

memengaruhi respon nyeri tubuh. Tarwoto (2012) menyatakan

Slow deep breathing menyebabkan penurunan aktivitas saraf

simpatis, peningkatan aktivitas saraf parasimpatis, peningkatan

relaksasi tubuh, dan menurunkan aktivitas metabolisme. Hal

tersebut menyebabkan kebutuhan otak dan konsumsi otak akan

oksigen berkurang sehingga menurunkan respon nyeri tubuh.

d. Menurunkan tingkat kecemasan

Slow deep breathing merupakan salah satu metode untuk membuat

tubuh lebih relaksasi dan menurunkan kecemasan. Relaksasi akan

memicu penurunan hormone stress yang akan memengaruhi

tingkat kecemasan(Andarmoyo, 2013).

3. Langkah-Langkah Latihan Slow deep breathing

Slow deep breathing adalah salah satu teknik pengontrolan

napas dan relaksasi. Menurut Tarwoto (2012), langkah-langkah

melakukan latihan Slow deep breathing yaitu sebagai berikut:

a. Atur pasien dengan posisi duduk atau berbaring

b. Kedua tangan pasien diletakkan di atas perut


c. Anjurkan melakukan napas secara perlahan dan dalam melalui

hidung dan tarik napas selama tiga detik, rasakan perut

mengembang saat menarik napas.

d. Tahan napas selama tiga detik

e. Kerutkan bibir, keluarkan melalui mulut dan hembuskan napas

secara perlahan selama enam detik. Rasakan perut bergerak ke

bawah.

f. Ulangi langkah a sampai e selama 15 menit

g. Latihan Slow deep breathing dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi

dan sore hari.

Jadi, slow deep breathing adalah relaxation atau relaksasi nafas

dalam merupakan teknik relaksasi yang dapat menurunkan nyeri

dengan cara merangsang susunan saraf pusat yaitu otak dan sumsum

tulang belakang untuk memproduksi endorfrin yang berfungsi sebagai

penghambat nyeri yaitu dengan menarik nafas melalui hidung selama 3

detik kemudian tahan lagi selama 3 detik dan hembuskan selama 6

detik secara perlahan.

4. Pengaruh Slow deep breathing Terhadap Tekanan Darah

Slow deep breathing berpengaruh pada system persarafan yang

mengontrol tekanan darah. Slow deep breathing berpengaruh terhadap

modulasi system kardiovaskular yang akan meningkatkan fluktuasi

dari interval frekuensi pernapasan dan berdampak pada peningkatan

efektivitas barorefleks serta dapat berkonstribusi terhadap penurunan

tekanan darah. Barorefleks akan mengaktifkan aktivitas system saraf


parasimpatis yang mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah,

penurunan output jantung dan mengakibatkan tekanan darah menurun

(Sepdianto et al., 2007).

D. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil

data/informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang

dibinanya. Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat

menggunakan metode :

a. Wawancara keluarga

b. Observasi fasilitas rumah

c. Pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to toe)

d. Data sekunder, misalnya hasil laboratorium, hasil X-ray, biopsy dan

sebagainya.

Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :

a. Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

1) Nama kepala keluarga (KK)

2) Alamat dan telepon

3) Pekerjaan kepala keluarga

4) Pendidikan kepala keluarga

5) Komposisi keluarga

6) Tipe keluarga
Menjelasakan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau

masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe tersebut.

7) Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta

mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait kesehatan.

8) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan

yang dapat mempengaruhi kesehatan.

9) Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik

dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu

status sosial ekonomi ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan

yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki

oleh keluarga.

10) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi namun dengan

menonton televisi dan mendengar radio juga merupakan aktivitas

rekreasi.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga ditentukan dari anak tertua dari

keluarga ini.

Contoh :
Keluarga bapak A mempunyai dua orang anak, anak pertama

berumur 7 tahun dan anak kedua berumur 4 tahun, maka keluarga

bapak A berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak

usia sekolah

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi

oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut

belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengnai riwayat kesehatan pada keluarag inti, yang

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-

masing anggota keluarga, perhatian biasanya digunakan terhadap

pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan

kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-

pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

4) Riwayat kesehatan sebelumnya

Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak

suami dan istri.

c. Pengakjian lingkungan

1) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe

rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,

peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic


tank dengan sumber air minum yang digunakan serta denah

rumah.

2) Karateristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas

setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,

aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang

mempengaruhi kesehatan.

3) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan

keluarga berpindah tempat.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada sejauhmana

interaksinya dengan masyarakat.

5) Sistem pendukung keluarga

Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah

anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki

keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencangkup

fasilitas fisik, fasilitas psikologi atau dukungan dari anggota

keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat

setempat.

d. Struktur Keluarga

1) Pola komunikasi keluarga


Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota

keluarga.

2) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi

orang lain untuk merubah perilaku.

3) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik

secara formal maupun informal.

4) Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga,

yang berhubungan dengan kesehatan.

e. Fungsi Keluarga

1) Fungsi efektif

Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga,

perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan

keluarga, terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana

kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana

keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

2) Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan

dalam keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin,

norma, budaya dan perilaku.

3) Fungsi perawatan kesehatan


Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,

pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit,

sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit.

Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatan

kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5

tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal

masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan

tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit,

menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan

keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat

di lingkungan setempat.

Hal-hal yang di kaji sejauh mana keluaarga melakukan pemenuhan

tugas perawatan keluarga adalah:

a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan, yang perlu dikaji  adalah sejauhmana keluarga

mengetahui mengenai fakta2 dari masalah kesehatan yang

meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan

mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.

b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan

mengenai tindakan kesehatan yg tepat, hal yang perlu dikaji

adalah:

1) Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat

dan luasnya masalah

2) Apakah masalah kesehatan di rasakan oleh keluarga


3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang

di alami

4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan

penyakit

5) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap

masalah kesehatan

6) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan

yang ada

7) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga

kesehatan

8) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap

tindakan dalam mengatasi masalah

c) Mengetahui sejauh mana keluarga mengetahui keadaan

penyakitnya (sifat,penyebaran,komplikasi,prognosa dan cara

perawatannya)

1) Sejauh mana keluar mengetahui tentang  sifat dan

perkembangan perawatan yang di butuhkan

2) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas

yang di perlukan untuk perawatan

3) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber2 yang ada

dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggungjawab,

sumber keuangan/Finansial, fasilitas fisik, psikososial)

4) Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit


d) Untuk mengetahui Sejauh mana kemampuan keluarga

memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji

adalah:

1) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber2 keluarga yang

dimiliki

2) Sejauh mana keluarga melihat keuntungan /manfaat

pemeliharaan lingkungan

3) Sejauh mana keluarga mengetahui Pentingnya higiene

sanitasi

4) Sejauh mana kekompakan antar anggota keluarga

e) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

menggunakan fasilitas /pelayanan kesehatan di masyarakat, hal

yang perlu dikaji adalah:

1) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas

kesehatan

2) Sejauh mana keluarga memahami keuntungan2 yang dapat

di peroleh dari fasilitas kesehatan

3) Sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap

petugas dan fasilitas kesehatan

4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yg kurang baik

terhadap petuga kesehatan

5) Apakah Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh

keluarga

4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu di kaji mengenai fungsi reproduksi keluarga

adalah:

a) Berapa juamlah anak

b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga

c) Metode apa yang di gunakan keluarga dalam upaya

mengendalikan jumlsh anggota keluarga

5) Fungsi Ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:

a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan

dan papan

b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di

masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga

f. Stress dan Koping keluarga

1) Stresor Jangka pendek dan panjang

a) stresor janka pendek yaitu stesor yang di alami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 Bulan

b) Stresor janka panjang yaitu stresor yang di alami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 Bulan

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor

Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon

terhadap situasi /stressor

3) Strategi koping yang di gunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan
4) Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang di

gunakan bila menghadapi permasalahan

g. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode

yang di gunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan

pemeriksaan fisik klinik.

h. Harapan Keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas kesehatan yang ada.

2. Perumusan Diagnosa keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan

menggambarkan respons manuasia. Keadaan sehat atau perubahan pola

interaksi potensial/actual dari individu atau kelompok dimana perawat

dapat menyusun intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan

status kesehatan atau untuk mencegah perubahan (Carpenito, 1998).

Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang

didapat pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan

berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi

perawatan keluarga. Diagnosis keperawatan merupakan sebuah label

singkat untuk menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi di

lapangan. Kondisi ini dapat berupa masalah - masalah aktual, resiko atau

potensial atau diagnosis sejahtera yang mengacu pada NANDA (The

North American Nursing Diagnosis Association) 2012-2014.


Menegakkan diagnosa dilakukan dua hal, yaitu analisis data yang

mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan

dengan standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.

Perumusan diagnosis keperawatan, komponen rumusan diagnosis

keperawatan meliputi: Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau

anggota keluarga. Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif

dan objektif. Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif

yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung

atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab.

Tabel 2.2
Skor Penentuan Prioritas Masalah
No. Kriteria Skor Bobot
1. Sifat Masalah
       Skala:
        Aktual (Tidak/Kurang sehat) 3
        Ancaman kesehatan 2 1
        Keadaan Sejahtera 1

2. Kemungkinan Masalah
       Skala:
        Mudah 2
        Sebagian 1 2
        Tidak dapat 0

3. Potensial Masalah untuk Dicegah


       Skala:
        Tinggi 3
        Cukup 2 1
        Rendah 1

4. Menonjolnya Masalah
       Skala:
        Masalah berat harus segera ditangani 2
        Ada masalah, tapi tidak perlu ditangani 1 1
        Masalah tidak dirasakan 0
Skoring = Skor x Bobot

Angka Tertinggi

Catatan : Skor dihitung bersama dengan keluarga

a. Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas :

1) Kriteria 1 :Sifat masalah bobot yang lebih berat diberikan pada

tidak/kurang sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera

dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.

2) Kriteria 2 : Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu

memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :

Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk

menangani masalah, Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik,

keuangan dan tenaga, Sumber daya perawat dalam bentuk

pengetahuan, keterampilan dan waktu, Sumber daya masyarakat

dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan dukungan

masyarakat.

3) Kriteria 3 : Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu

diperhatikan : Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan

penyakit atau masalah, lamanya masalah, yang berhubungan dengan

jangka waktu masalah itu ada, tindakan yang sedang dijalankan

adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah,

adanya kelompok 'high risk" atau kelompok yang sangat peka

menambah potensi untuk mencegah masalah.

4) Kriteria 4 : Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi

atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai


skor tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan

keluarga.

3. Perencanaan Keperawatan Keluarga

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan,

yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan

kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik

tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan

berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan (Friedman, 2010).

Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu

pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2004).

Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan

keperawatan.

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.

Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi

problem/masalah (P) di keluarga, sedangkan penetapan tujuan jangka

pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi

pada lima tugas keluarga.

4. Implementasi Keperawatan Keluarga

Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga

berdasarkan perencanaan mengenai diagnosis yang telah dibuat

sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup lima

tugas kesehatan keluarga menurut Friedman, 2010), yaitu:

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai

masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan


informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang

kesehatan dan mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan

tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga,

mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan

alat dan fasilitas yang ada di rumah, mengawasi keluarga melakukan

perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber

yang dapat digunakan keluarga, melakukan perubahan lingkungan

dengan seoptimal mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

ada dengan cara memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di

lingkungan keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas

kesehatan yang ada.

Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah

disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan terhadap keluarga yaitu sumber daya keluarga, tingkat

pendidikan keluarga, adat istiadat yang berlaku, respon dan penerimaan

keluarga dan sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

5. Evaluasi Keperawatan Keluarga


Evaluasi merupakan komponen terakhir dari proses keperawatan.

Evaluasi merupakan upaya untuk menentukan apakah seluruh proses

sudah berjalan dengan baik atau belum. Apabila hasil tidak mencapai

tujuan maka pelaksanaan tindakan diulang kembali dengan melakukan

berbagai perbaikan.

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilannya. Kerangka kerja evaluasi sudah terkandung

dalam rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan

perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai kriteria

evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai Evaluasi disusun

dengan menggunakan SOAP secara operasional. Tahapan evaluasi dapat

dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan

selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah

evaluasi akhir. (Friedman,2010).

Evaluasi disusun menggunakan SOAP, (Suprajitno, 2004) :

 S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif

oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

 O: Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat

menggunakan pengamatan yang obyektif.

 A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif

dan obyektif.

 P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn.B
BDENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER:
HIPERTENSI DI KECAMATAN TANAH MERAH,
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, RIAU
TAHUN 2020

A. Pengkajian Keluarga

I. Data Umum

1. Nama KK (inisial) : Tn.B

2. Alamat :Jl. Cendana, Kec. Tanah Merah, Kab. Inhil

3. Pekerjaan :Pelayaran (Karyawan Swasta)

4. Pendidikan :SLTA

5. Komposisi Keluarga : Suami, istri dan 1 orang anak.

No Nama Jk Hub Umur Pddk Status Imunisasi Ket


BCG Polio DPT Hepatitis Campak
Dg
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
Kk
1 Ny.K P Istri 55 th SLTA Sehat
2 Ny.D P Anak 23 th S1 V v V v v v v v v v v V Sehat

GENOGRAM:

Tn.J (2000) Asma Tn.A (2009) DM

X X

Tn.B X
Ny.
K

An.
D
Keterangan :
X : Laki-laki (Meninggal)
: Laki-laki (Hidup)
: Perempuan
: Pasien/klien
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
: Garis serumah

Kesimpulan: dari genogram didapatkan Tn.J (2000) meninggal dengan

penyakit asma. Memiliki 8 orang anak dengan 3 orang perempuan, dan 5

orang laki-laki. Sedangkan Tn.A (2009) meninggal dengan peyakit DM.

memiliki 5 orang anak hidup + 1 orang anak meninggal saat umur 14

hari/2minggu karna demam. Tn.B sebagai kepala keluarga memiliki

riwayat penyakit hipertensi saat berumur 57 tahun.

6. Tipe Keluarga

Tipe keluarga Tn.B adalah Keluarga tradisional yaitu Keluarga inti Inti

(Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak.

Kesimpulan: tidak ada masalah dalam masalah dalam tipe keluarga

7. Suku Bangsa

Suku bangsa Keluarga Tn.B adalah suku Banjar. Kebudayaan yang dianut

tidak bertentangan dengan masalah kesehatan, bahasa sehari-hari yang

digunakan yaitu bahasa Banjar dan Indonesia. Dan kadang menggunakan

bahasa melayu, karena tinggal di Riau yang mayoritasnya suku melayu.

Adat-istiadat yang digunakan keluarga Tn.B masih menggunakan

beberapa adat banajar. Salah satunya adalah Batimung, Batapung tawar,

Batamat Al-Qur’an, Madihin, dll.


Kesimpulan : tidak ada masalah dalam suku bangsa, karna keluarga Tn.B

menjunjung tinggi adat dan istiadat.

8. Agama

Semua anggota keluarga Tn.B beragama Islam. Setiap hari Jum’at Tn.B ke

mesjid untuk melaksanakan sholat jum’at. Semua anggota keluarga Tn.B

melaksanakan Sholat Magrib berjam’ah dilanjutkan dengan pembacaan

wirid, dsb, sampai masuk waktu Isya.

Kesimpulan: tidak ada masalah dalam agama, karna semua anggota

keluarga Tn.B melaksanakan sholat magrib dan isya secara berjama’ah

apabila sedang drumah.

9. Status Sosial Ekonomi Keluarga

Status social ekonomi keluarga termasuk dalam kategori keluarga

sejahtera tahap 3. Sumber ekonomi/pendapatan keluarga diperoleh dari

gaji Tn.B yang bekerja sebagai karyawan swasta. Untuk menambah

pendapatan lainnya Ny.K mengajar mengaji dan berdagang dirumah sambil

mengisi kekosongan waktu. Apabila ada sisa dari pendapatan digunakan untuk

menabung.

Pendapatan/bulan Pengeluaran/bulan
Penghasilan Tn.B : Rp 4.500.000,- Pendidikan anak: Rp 2.200.000,-
Penghasilan Ny.K : Rp 500.000,- Makan : Rp 1.500.000,-
PDAM : Rp 100.000,-
Listrik : Rp 400.000,-
Lain-lain : Rp 500.000,-
Rp 5.000.000,- Rp 4.700.000,-
Kesimpulan : status social ekonomi berada di kelas menengah (middle
class)

10. Aktivitas Rekreasi Keluarga


Aktivitas rutin keluarga Tn.B adalah makan bersama dimeja makan.

Reakreasi digunakan untuk mengisi kekosongan waktu dengan menonton

TV sambil bercerita. Keluarga tidak mempunyai kebiasaan rutin untuk

berekreasi keluar kota/daerah. Rekreasi dilakukan apabila ada hari special

atau hari tertentu. Pada saat sekarang ini, semua anggota keluarga Tn.B

berkumpul semua, karna adanya wabah virus korona (Covid-19) yang

mewajibkan untuk stay at home. Ini merupakan salah satu langkah untuk

mencegah terjadinya penyebaran virus korona.

Kesimpulan : biasanya dilakukan saat semua/sebagian anggota keluarga

ada. Masalahnya Tn.B bekerja di luar kota/daerah, sedangkan An.D kuliah

di luar kota/daerah.

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

11. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Tahap perkembangan keluarga Tn.B merupakan Tahap VI Keluarga yang

melepas anak usia dewasa muda.

12. Tugas Perkembangan Keluarga Yang belum Terpenuhi

Tn.B mengatakan tugas perkembangan keluarga belum terpenuhi. Dimana

Tn.B memiliki anak yang masih kuliah dan belum menikah.

Kesimpulan: kesiapan peningkatan proses keluarga sejahtera belum

terpenuhi seutuhnya

13. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti

a. Tn.B sebagai Kepala Keluarga mempunyai riwayat penyakit hipertensi

sejak 7 tahun yang lalu dan sudah membaik. Kadang-kadang penyakit


hipertensi Tn.B kambuh lagi, sehingga Tn.B sering mengontrol

kesehatannya dengan memeriksa rutin TD, dan terkadang mengontrol

makanannya. Tn.B tidak mempunyai masalah dengan istirahat, makan

maupun kebutuhan dasar lainnya, hanya saja merasa sulit tidur jika TD

nya meningkat.

Saat pengkajian :

TD : 150/90 mmhg S : 36,90C BB : 80 Kg

HR : 85 x/i RR : 22 x/i TB : 160 cm

b. Ny.K jarang sakit tidak mempunyai masalah kesehatannya. Akhir-

akhir ini Ny.K mengalami gangguan tidur merasa kurang puas akan

tidurnya semanjak 1 minggu yang lalu. Ny.K mengatakan kepikiran

dengan masalah Covid-19. Ny.K juga mudah kelelahan ketika

beraktivitas berat. Saat pengkajian :

TD : 100/70 mmhg S : 36,60C BB : 65 Kg

HR : 80 x/i RR : 18 x/i TB : 153 cm

c. An.D jarang sakit tidak mempunyai masalah dengan istirahat, makan,

tidur maupun kebutahan dasar yang lainnya.

Kesimpulan:

 Tn.B : Hipertensi

 Ny.K : tidak ada masalah kesehatan, hanya saja mengalami

gangguan pola tidur

 An.D : tidak ada masalah kesehtan

14. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya


Riwayat penyakit orang tua dari Tn.B adalah asma, sendangkan orang tua

dari Ny.K adalah DM.

Tn.B B (63 tahun) memiliki riwayat penyakit Hipertensi, karna pola hidup

kurang sehat yang dijalaninya.

Kesimpulan: Keluarga Tn.B yang lain tidak ada yang menderita penyakit

Hipertensi

III. Pengkajian Lingkungan

15. Karakteristik Rumah

Tipe rumah adalah semipermanen. Memiliki sirkulasi udara yang baik,

memiliki sistem sanitasi yang baik, dan memiliki sistem penerangan ruang

yang baik.

SEPTIC TANK
WC TEMPAT
DAPUR
WC AIR

KAMAR RUANG MAKAN

KAMAR RUANG KELUARGA

RUANG TAMU
KAMAR
TANAMAN
TERAS RUMAH
Kesimpulan : jarak septic tank + 10 meter dari sumber air/tampat

penampungan air. Hanya saja tidak ditemukan tempat pembuangan

sampah, sehingga Keluarga Tn.B masih membuah sampah/limbah rumah

tangga ke tanah.

16. Karakteristik Tetangga dan Komunitas

Hubungan antar tetangga baik, saling membantu bila ada tetangga yang

mengadakan acara/pesta, dan bila ada acara gotong royong dan kegiatan

lainnya Tn.B sering mengikutsertakan dirinya.


Kesimpulan: keluarga Tn.B memiliki hubungan baik antar tentangga dan

komunitas.

17. Mobilitas Geografis Keluarga

Sebagai penduduk asli desa Tanah merah, provinsi Riau. Tn.B pernah

merantau/bekerja di Jakarta selama + 6 tahun, dan Tn.B suka berlayar

keliling kota/daerah karena pakerjaan beliau sebagai pelayar (karyawan

swasta). An.D berkuliah/ menuntut ilmu di Sumatra Barat + 5 tahun-

sekarang.

Kesimpulan: keluarga Tn.B asli penduduk desa Tanah merah. Hanya saja

Tn.B bekerja diluar kota/daerah dan An.D menuntut ilmu di Sumatra

Barat.

18. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Komunitas

a. Tn.B bekerja sebagai pelayar (karyawan sewasta) bekerja diluar daerah.

Tn.B pulang kerumah 1x dalam sebulan.

b. Ny.K bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pada saat sore hari pukul

16.00-17.00 wib Ny.K mengajar mengaji beberapa anak

komplek+berdagang untuk mengisi waktu luang di rumah, Ny.K

mengikuti arisan 4 kali dalam sebulan.

c. An.D sedang kuliah melanjutkan studi profesi ners UFDK pulang

kerumah ketika libur panjang.

d. Interaksi keluarga dengan komunitas/masyarakat pada saat pertemuan-

pertemuan di Masjid, pengajian, gotong royong, pernikahan, arisan, dll

Kesimpulan: tidak ada masalah antara keluarga dan komunitas.

19. Sistem Pendukung Keluarga


Kluarga Tn.B mengatakan jika ada masalah mendiskusikannya dengan

keluarga inti dan keluarga besar dengan komunikasi terbuka satu sama

lain. Jika ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke Puskesmas.Rumah

keluarga Tn.B tidak jauh dari Puskesmas dapat ditempuh dalam waktu +

10 menit. Puskesmas dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Semua

anggota keluarga memiliki kartu BPJS untuk berobat.

Kesimpulan: tidak ada masalah di sistem pendukung keluarga, dan semua

anggota keluarga memiliki kartu BPJS.

IV. Struktur Keluarga

20. Pola Komunikasi Keluarga

Anggota keluarga menggunakan bahasa banjar, melayu dan indonesia

dalam berkomunikasi sehari-harinya, berkomunikasi dengan keluarga

yang jauh mengunakan handphone dengan menelphone atau videocall.

Kesimpulan : tidak ada masalah dalam berkomunikasi. Karna, keluarga

Tn.B bisa menggunakan 2 bahasa daerah + 1 bahasa Indonesia.

21. Struktur Kekuatan Keluarga

Keluarga Tn.B saling menghargai satu sama lain. Saling membantu serta

mendukung. Tn.B memiliki 1 orang anak lulusan kesehatan yang sering

memberitahu tentang kesehatan atau tentang penyakit yang sedang dialami

Keluarga Tn.B juga mempunyai beberapa keluarga yang bekerja ditenaga

kesehatan(Rumah sakit), sehingga Tn.B bisa berkonsultasi dengan

keluarga tentang penyakitnya.


Kesimpulan: tidak ditemukan masalah dalam kekuatan keluarga, karna

keluarga Tn.B ada yang berkerja sebagai tenaga kesehatan.

22. Struktur Peran (formal dan informal)

 Tn.B sebagai kepala keluarga, berperan sebagai suami dan mencari

nafkah yang utama

 Ny.K sebagai istri yang merawat keluarga dan mendidik anaknya

 An.D sebagai anak dan mahasiswa kesehatan yang bertugas

memberikan edukasi untuk keluarga tentang kesehatan keluarganya

Kesimpulan: tidak ada masalah dalam struktur peran.

23. Nilai atau Norma Keluarga

Keluarga percaya bahwa hidup ini sudah ada yang mengatur yaitu Allah

SWT demikian pula dengan sehat-sakit. Keluarga juga percaya bahwa tiap

sakit ada obatnya, bila ada keluarga yang sakit sudah beberapa hari dibawa

ke puskesmas.

Kesimpulan: tida ada masalah dalam nilai/norma keluarga

V. Fungsi Keluarga

24. Fungsi Afektif

 Tn.B mengatakan memiliki keharmonisan antar anggota keluarga,

saling menyayangi, dan menghormati. Tn.B menegaskan ke anggota

keluarga untuk selalu cerita dan berdiskusi dirumah jika ada masalah

 Ny.K mengatakantidak sungkan menegur anggota keluarga apabila ada

kesalahpahaman.
 Keluarga Tn.B sangat harmonis, rukun dan tentram. Apabila ada

anggota yang membutuhkan atau sakit maka keluarga yang lain

berusaha membantu.

Kesimpulan: tidak ada masalah dalam fungsi afektif karna keluarga

memiliki hubungan yang baik, dan saling terbuka antara keluarga shingga

tidak menimbulkan kesalahpahaman.

25. Fungsi Sosialisasi

Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang baik,

serta cukup aktif bermasyakat dengan mengikuti kegiatan yang ada di

masyarakat, anggota berperan sesuai dengan perannya masing-masing.

Kesimpulan: tidak ada masalah dalam sosialisasi.

26. Fungsi Perawatan Keluarga

 Penyediaan makanan selalu dimasak sendiri dengan komposisi, nasi,

lauk pauk, sayur dengan frekuensi 3 kali sehari, dan selalu

menyediakan buah-buahan setiap harinya.

 Kemampuan mengenal masalah kesehatan keluarga mengatakan Tn.B

sering mengeluh pusing karena penyakit darah tinggi dan takut

tensinya naik.

 Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan, Jika Tn.B sakit

langsung dibawa ke puskesmas atau menghubungi petugas kesehatan

ke rumah.

 Merawat anggota keluarga yang sakit. Dalam merawat Tn.B, Ny.K

masih memberikan makanan yang sama dengan anggota keluarga yang

lain dan kadang memilih makanan yang tidak memicu terjadinya


peningkatan tekanan darah, tetapi Tn.B terkadang tidak berselera

makan. Tn.B mengatakan sering jalan-jalan pagi untuk mengeluarkan

keringat.

 Kemampuan keluarga Tn.B memelihara lingkungan yang sehat,

keluarga membersihkan rumahnya setiap hari, lantai kamar mandi

tidak licin, bersih, dan terawat. Sedangkan, Tn.B setiap pagi nya

menyiram tanaman yang ada didepan rumah dan memotong rumput

yang ada dihalaman rumah.

 Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan

di masyarakat, keluarga selalu memeriksakan diri ke

puskesmas/petugas kesehtan bila sakit

Kesimpulan: perilaku cenderung berisiko, karena Tn.B tahu akan

penyakitnya, tatapi masih mengkonsumsi makanan yang dapat memicu

Hipertensi.

VI. Stres dan Koping Keluarga

27. Stresor jangka Pendek dan Jangka Panjang

 Stresor jangka pendek

Tn.B mengatakan kadang sering pusing, dan sering kesemutan. Tn.B

juga khawatir tentang virus corona yang semakin hari semakin

meningkat, yang menyebabkan Tn.B susah untuk bekerja.

 Stressor jangka panjang

Tn.B khawatir tensinya meningkat atau ada penyakit tambahan

lainnya. Keluarga Tn.B berharap supaya virus corona cepat hilang.


Kesimpulan: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan, karena keluarga

Tn.B mengharapkan penyakit Tn.B cepat sembuh, tetapi Tn.B jarang

mengontrol makanannya.

28. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Situasi/ Stresor

Keluarga selalu memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke puskesmas

dengan petugas kesehatan.

Kesimpulan: kesiapan peningkatan manajemen kesehatan

29. Strategi Koping Konstruktif yang digunakan

Keluarga Tn.B mengatakan jika ada masalah selalu mendiskusikan

bersama anggota keluarga sehingga masukkan keluarga dapat membantu

menyelesaikan masalah yang ada.

Kesimpulan: tidak ada masalah kesehatan

30. Strategi Adaptasi Disfungsional

Tn.B apabila merasakan pusing atau timbul gejala TD meningkat Tn.B

meminum jus daun seledri atau rebusan bawang putih.

Kesimpulan: Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan

VII. Pemeriksaan Fisik


No Pemfis Tn.B Ny.K Ny.D
1 Kepala Inspeksi : Inspeksi : Inspeksi :
simetris, rambut simetris, rambut simetris, rambut
bersih beruban, bersih sedikit bersih berwarna
penyebaran rambut beruban, penyebaran hitam, penyebaran
rata, muka tidak rambut rata, muka rambut rata, muka
pucat, lesi (-), jejas tidak pucat, lesi (-), tidak pucat, lesi (-),
(-), ketombe (-) jejas (-), ketombe (+) jejas (-), ketombe (+)
Palpasi: Palpasi: Palpasi:
pembengkakan (-), pembengkakan (-), pembengkakan (-),
nyeri tekan (-) nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)
2 Mata Konjungtiva merah Konjungtiva merah Konjungtiva merah
muda, sklera putih, muda, sklera putih, muda, sklera putih,
pupil isokor, pupil isokor, pupil isokor,
penglihatan jelas, penglihatan jelas, penglihatan jelas,
mata bersih tidak mata bersih tidak ada mata bersih tidak ada
ada kotoran, katarak kotoran, katarak (-), kotoran, katarak (-).
(-). terdapat kantong
mata.
3 Hidung Simetris, nyeri (-), Simetris, nyeri (-), Simetris, nyeri (-),
luka (-), benjolan luka (-), benjolan (-), luka (-), benjolan (-),
(-), keadaan bersih keadaan bersih keadaan bersih
4 Mulut Keadaan mulut Keadaan mulut Keadaan mulut
bersih, mukosa bersih, mukosa bersih, mukosa
mulut lembab, mulut lembab, karies mulut lembab, gigi
karies gigi (+) dan gigi (+) dan gigi masih lengkap,
ada menggunkan masih lengkap, karang gigi (+)
gigi palsu, karang karang gigi(+).
gigi (+).
5 Telinga Inspeksi: Inspeksi: Inspeksi:
Pendengaran masih Pendengaran masih Pendengaran masih
baik, luka (-), baik, luka (-), baik, luka (-),
kotoran yang keluar kotoran yang keluar kotoran yang keluar
(-), (-), (-),
Palpasi : nyeri Palpasi : nyeri tekan Palpasi : nyeri tekan
tekan (-), (-),pembengkakan(-) (-),pembengkakan(-)
pembengkakan (-)
6 Leher Pembesaran kelenjer Pembesaran kelenjer Pembesaran kelenjer
tiroid (-), kelenjer tiroid (-), kelenjer tiroid (-), kelenjer
getah bening (-) getah bening (-) getah bening (-)
7 Dada Jantung inspeksi : Jantung inspeksi : Jantung inspeksi :
letus cardis tidak letus cardis tidak letus cardis tidak
tampak, jantung tampak, jantung tampak, jantung
terkompensasi, terkompensasi, terkompensasi,
Palpasi : Palpasi : Palpasi :
letus cordis ada letus cordis ada pada letus cordis ada pada
pada spatum spatum intercosta V spatum intercosta V
intercosta V disebelah medial disebelah medial
disebelah medial sinistra, letak cordis sinistra, letak cordis
sinistra, letak cordis tidak bergeser untuk tidak bergeser untuk
tidak bergeser untuk melihat kuat atau melihat kuat atau
melihat kuat atau tidak, tidak,
tidak, Perkusi : Perkusi :
Perkusi : Kesan perkusi Kesan perkusi
Kesan perkusi jantung pekak. jantung pekak.
jantung pekak. Auskultasi: Auskultasi:
Auskultasi: Reguler Reguler
Reguler HR : 80 HR : 82
HR : 85
PARU : PARU :
PARU : Inspeksi : simetris Inspeksi : simetris
Inspeksi : simetris Palpasi : Palpasi :
Palpasi : kesimetrisan paru kesimetrisan paru
kesimetrisan paru dengan dengan
dengan menggunakan menggunakan
menggunakan telapak tangan, taktil telapak tangan, taktil
telapak tangan, premitus sama. premitus sama.
taktil premitus Perkusi : Perkusi :
sama. Batas paru hepar : Batas paru hepar :
Perkusi : ICS 4- ICS 6 ICS 4- ICS 6
Batas paru hepar : Batas atas kiri Batas atas kiri
ICS 4- ICS 6 jantung : ICS 2 - ICS jantung : ICS 2 - ICS
Batas atas kiri 3 3
jantung : ICS 2 - Batas atas kanan. Batas atas kanan.
ICS 3 jantung: ICS 2- ICS jantung: ICS 2- ICS
Batas atas kanan. 3. 3.
jantung: ICS 2- ICS Batas kiri bawah Batas kiri bawah
3. jantng linea media jantng linea media
Batas kiri bawah clavicularis ICS clavicularis ICS
jantng linea media kekiri. kekiri.
clavicularis ICS Auskultasi : Auskultasi :
kekiri. vesikuler vesikuler
Auskultasi :
Vesikuler
8 Abdomen Inspeksi : Inspeksi : Inspeksi :
Simetris, lesi (-), Simetris, lesi (-), Simetris, lesi (-),
jejas (-), benjolan (-) jejas (-), benjolan (-) jejas (-), benjolan (-)
Palpasi : Palpasi : Palpasi :
nyeri tekan (-) nyeri nyeri tekan (-) nyeri nyeri tekan (-) nyeri
lepas (-), massa (-) lepas (-), massa (-) lepas (-), massa (-)
Perkusi : Perkusi : Perkusi :
tympani pada hepar, tympani pada hepar, tympani pada hepar,
pekak pada gaster. pekak pada gaster. pekak pada gaster.
Auskultasi: Auskultasi: Auskultasi:
Bising usus (+) Bising usus (+) Bising usus (+)
9 Ekstremitas Ekstremitas atas : Ekstremitas atas : Ekstremitas atas :
tidak ada keluhan tidak ada keluhan tidak ada keluhan
pada ekstremitas pada ekstremitas atas pada ekstremitas atas
atas Ekstremirtas bawah : Ekstremirtas bawah :
Ekstremirtas Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
bawah : pada ekstremitas pada ekstremitas
Kaki sering bawah. bawah.
mengalami Kekuatan otot : penuh Kekuatan otot : penuh
kesemutan apabila
duduk lama. 5555 5555 5555 5555
Kekuatan otot : penuh 5555 5555 5555 5555

5555 5555
5555 5555
Kesimpulan : tidak ada kelainan/masalah yang identik di keluarga Tn.B

VIII. Harapan Keluarga

Keluarga berharap kepada petugas kesehatan agar meningkatkan mutu

pelayanan dan membantu masalah Tn.B. Tn.B berharap bisa mengerti tentang

penyakit hipertensi dan masih butuhj penjelasan lebih lanjut tentang perawatan/

cara mengatasi hipertensi.

Kesimpulan: tidak ada masalah kesehatan

B. Diagnosa Keperawatan Keluarga


1. Data focus
Data Subjektif Data Objektif
1. Tn.B mengatakan sering pusing 1. Tn.B terlihat memegang kakinya
2. Tn.B mengatakan takut jika tensi 2. Tn.B terlihat cemas jika tensinya
nya naik naik.
3. Tn.B mengatakan sering 3. Tn.B terlihat meminum jus daun
kesemutan seledri atau rebusan bawang putih.
4. Tn.B mengatakan mengalami 4. Ny.K terlihat memilah makanan
hipertensi sejak 7 tahun yang lalu. yang tidak memicu terjadinya
5. Tn.B mengatakan sulit tidur jika peningkatan tekanan darah, tetapi
TD nya meningkat Tn.B tidak berselera makan
6. Tn.B mengatakan apabila 5. Keluarga Tn.B terlihat
merasakan pusing atau timbul menyediakan makanan dengan
gejala TD meningkat Tn.B komposisi, nasi, lauk pauk, sayur
meminum jus daun seledri atau dengan frekuensi 3 kali sehari,
rebusan bawang putih. dan selalu menyediakan buah-
7. Ny.K mengatakan kadang buahan setiap harinya.
memilah makanan yang tidak 6. Tn.B terlihat susah untuk
memicu terjadinya peningkatan mengontrol pola makannya
tekanan darah, tetapi Tn.B tidak 7. Tn.B terlihat sering jalan-jalan
berselera makan pagi untuk mengeluarkan
8. Keluarga Tn.B mengatakan keringat.
penyediaan makanan selalu 8. Keluarga Tn.B terlihat
dimasak sendiri dengan membersihkan rumahnya setiap
komposisi, nasi, lauk pauk, sayur hari, lantai kamar mandi tidak
dengan frekuensi 3 kali sehari, licin, bersih, dan terawat
dan selalu menyediakan buah- 9. Tn.B terlihat menyiram tanaman
buahan setiap harinya. yang ada didepan rumah dan
9. Tn.B mengatakan susah untuk memotong rumput yang ada
mengontrol pola makannya dihalaman rumah setiap pagi.
10. Tn.B mengatakan sering jalan- 10. Keluarga Tn.B terlihat khawatir
jalan pagi untuk mengeluarkan tentang wabah virus corona yang
keringat. semakin hari semakin meningkat
11. Keluarga Tn.B mengatakan 11. Keluarga Tn.B terlihat banyak
membersihkan rumahnya setiap bertanya tentang virus corona
hari, lantai kamar mandi tidak 12. Ny.K terlihat kurang tidur.
licin, bersih, dan terawat 13. Terlihat kantong mata pada Ny.K
12. Tn.B setiap pagi nya menyiram 14. Ny.K terlihat kelelahan ketika
tanaman yang ada didepan rumah beraktivitas berat.
dan memotong rumput yang ada 15. TTV Tn.B
dihalaman rumah. TD : 150/90 mmhg, S : 36,90C
13. Keluarga Tn.B mengatakan BB : 80 Kg, HR : 85 x/i, RR : 22
khawatir tentang wabah virus x/i, TB : 160 cm
corona yang semakin hari 16. TTV Ny.K
semakin meningkat TD : 100/70 mmhg S : 36,60C
14. Ny.K mengatakan jarang sakit BB : 65 Kg, HR : 80 x/i, R : 18
dan tidak mempunyai masalah x/i, TB : 153 cm
pada kesehatannya
15. Ny.K mengatakan kepikiran
dengan masalah Covid-19
16. Ny.K mengatakan mengalami
gangguan tidur merasa kurang
puas akan tidurnya semanjak 1
minggu yang lalu.
17. Ny. K mengatakan juga mudah
kelelahan ketika beraktivitas
berat.

2. Analisa Data
Analisa Data Masalah Keperawatan
DS: Ketidakefektifan
1. Tn.B mengatakan sering pusing pemeliharaan kesehatan
2. Tn.B mengatakan sering kesemutan pada Tn.B dengan
3. Tn.B mengatakan takut jika tensi nya naik hipertensi
4. Tn.B mengatakan mengalami hipertensi
sejak 7 tahun yang lalu.
5. Tn.B mengatakan sulit tidur jika TD nya
meningkat
6. Ny.K mengatakan kadang memilah
makanan yang tidak memicu terjadinya
peningkatan tekanan darah, tetapi Tn.B
tidak berselera makan
7. Tn.B mengatakan susah untuk mengontrol
pola makannya
DO :
1. Tn.B terlihat memegang kakinya
2. Tn.B terlihat cemas jika tensinya naik.
3. Tn.B terlihat meminum jus daun seledri
atau rebusan bawang putih.
4. Ny.K terlihat memilah makanan yang tidak
memicu terjadinya peningkatan tekanan
darah, tetapi Tn.B tidak berselera makan
5. Tn.B terlihat susah untuk mengontrol pola
makannya
6. TTV Tn.B
TD : 150/90 mmhg, S : 36,90C, BB : 80 Kg,
HR : 85 x/I, RR : 22 x/I, TB : 160 cm
DS: Perilaku kesehatan
1. Tn.B mengatakan sering pusing cendrung beresiko
2. Tn.B mengatakan takut jika tensi nya naik
3. Tn.B mengatakan sering kesemutan
4. Tn.B mengatakan mengalami hipertensi
sejak 7 tahun yang lalu.
5. Tn.B mengatakan sulit tidur jika TD nya
meningkat
6. Tn.B mengatakan apabila merasakan
pusing atau timbul gejala TD meningkat
Tn.B meminum jus daun seledri atau
rebusan bawang putih.
7. Ny.K mengatakan kadang memilah
makanan yang tidak memicu terjadinya
peningkatan tekanan darah, tetapi Tn.B
tidak berselera makan
8. Tn.B mengatakan susah untuk mengontrol
pola makannya
9. Ny.K mengatakan mengalami gangguan
tidur merasa kurang puas akan tidurnya
semanjak 1 minggu yang lalu.
10. Ny. K mengatakan juga mudah kelelahan
ketika beraktivitas berat.
DO:
1. Tn.B terlihat memegang kakinya
2. Tn.B terlihat cemas jika tensinya naik.
3. Tn.B terlihat meminum jus daun seledri
atau rebusan bawang putih.
4. Ny.K terlihat memilah makanan yang tidak
memicu terjadinya peningkatan tekanan
darah, tetapi Tn.B tidak berselera makan
5. Tn.B terlihat susah untuk mengontrol pola
makannya
6. Tn.B terlihat sering jalan-jalan pagi untuk
mengeluarkan keringat.
7. Ny.K terlihat kurang tidur.
8. Terlihat kantong mata pada Ny.K
9. Ny. K terlihat kelelahan ketika beraktivitas
berat.
10. TTV Tn.B
TD : 150/90 mmhg, S : 36,90C BB : 80
Kg, HR : 85 x/i, RR : 22 x/i, TB : 160 cm
11. TTV Ny.K
12. TD : 100/70 mmhg S : 36,60C BB : 65
Kg, HR : 80 x/i, R : 18 x/i, TB : 153 cm
DS: Kesiapan peningkatan
1. Tn.B mengatakan apabila merasakan manajemen kesehatan
pusing atau timbul gejala TD meningkat pada keluarga Tn.B
Tn.B meminum jus daun seledri atau
rebusan bawang putih.
2. Ny.K mengatakan kadang memilah
makanan yang tidak memicu terjadinya
peningkatan tekanan darah, tetapi Tn.B
tidak berselera makan
3. Keluarga Tn.B mengatakan penyediaan
makanan selalu dimasak sendiri dengan
komposisi, nasi, lauk pauk, sayur dengan
frekuensi 3 kali sehari, dan selalu
menyediakan buah-buahan setiap harinya.
4. Tn.B mengatakan susah untuk mengontrol
pola makannya
5. Tn.B mengatakan sering jalan-jalan pagi
untuk mengeluarkan keringat.
6. Keluarga Tn.B mengatakan membersihkan
rumahnya setiap hari, lantai kamar mandi
tidak licin, bersih, dan terawat
7. Tn.B setiap pagi nya menyiram tanaman
yang ada didepan rumah dan memotong
rumput yang ada dihalaman rumah.
8. Ny.K mengatakan jarang sakit dan tidak
mempunyai masalah pada kesehatannya
9. Keluarga Tn.B terlihat khawatir tentang
wabah virus corona yang semakin hari
semakin meningkat
DO:
1. Tn.B terlihat meminum jus daun seledri
atau rebusan bawang putih.
2. Ny.K terlihat memilah makanan yang tidak
memicu terjadinya peningkatan tekanan
darah, tetapi Tn.B tidak berselera makan
3. Keluarga Tn.B terlihat menyediakan
makanan dengan komposisi, nasi, lauk
pauk, sayur dengan frekuensi 3 kali sehari,
dan selalu menyediakan buah-buahan setiap
harinya.
4. Tn.B terlihat susah untuk mengontrol pola
makannya
5. Tn.B terlihat sering jalan-jalan pagi untuk
mengeluarkan keringat.
6. Keluarga Tn.B terlihat membersihkan
rumahnya setiap hari, lantai kamar mandi
tidak licin, bersih, dan terawat
7. Tn.B terlihat menyiram tanaman yang ada
didepan rumah dan memotong rumput yang
ada dihalaman rumah setiap pagi.
8. Keluarga Tn.B terlihat khawatir tentang
wabah virus corona yang semakin hari
semakin meningkat
9. Keluarga Tn.B terlihat banyak bertanya
tentang virus corona

3. Prioritas Masalah

Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Tn.B dengan


hipertensi
No Kriteria Score Bobot Nilai Pembenaran
1 Sifat Masalah : Keluarga kurang
Skala : mampu
 Tidak/ Kurang 3 1 3/3 x 1= 1 menjalankan
sehat/ Aktual prilaku hidup
 Ancaman 2 sehat
Kesehatan/ Resiko
 Keadaan Sejahtera/ 1
Potensial
2 Kemungkinan Masalah dapat
Masalah dapat diubah diubah sebagian
Skala : dengan
 Mudah 2 2 keinginan
 Sebagian 1 ½x2=1 keluarga untuk
 Tidak Dapat 0 mencapai
kesehatan yang
baik
3 Potensial Masalah Keinginan
untuk Dicegah keluarga untuk
Skala : mencari tahu
 Tinggi 3 1 3/3 x 1 = 1 perilaku hidup
 Cukup 2 sehat untuk
 Rendah 1 terhindar dari
penyakit cukup
baik
4 Menonjolnya Masalah Keluarga
Skala : menyadari
 Masalah berat, 2 2 2/2 x 1 = 1 masalah dan
harus segera menangani agar
ditangani masalah
 Ada masalah tetapi 1 keseehatan dapat
tidak perlu teratasi
ditangani
 Masalah tidak 0
dirasakan
JUMLAH 4

Perilaku kesehatan cendrung beresiko


No Kriteria Score Bobot Nilai Pembenaran
1 Sifat Masalah : Keluarga kurang
Skala : mampu
 Tidak/ Kurang 3 1 3/3 x 1= 1 menjalankan
sehat/ Aktual prilaku hidup
 Ancaman 2 sehat
Kesehatan/ Resiko
 Keadaan Sejahtera/ 1
Potensial
2 Kemungkinan Masalah dapat
Masalah dapat diubah diubah sebagian
Skala : dengan
 Mudah 2 2 keinginan
 Sebagian 1 ½x2=1 keluarga untuk
 Tidak Dapat 0 mencapai
kesehatan yang
baik
3 Potensial Masalah Keinginan
untuk Dicegah keluarga untuk
Skala : mencari tahu
 Tinggi 3 1 perilaku hidup
 Cukup 2 2/3 x 1 = sehat untuk
 Rendah 1 0,7 terhindar dari
penyakit cukup
baik
4 Menonjolnya Masalah Keluarga
Skala : menyadari
 Masalah berat, 2 2 2/2 x 1 = 1 masalah dan
harus segera menangani agar
ditangani masalah
 Ada masalah tetapi 1 kesehatan dapat
tidak perlu teratasi
ditangani
 Masalah tidak 0
dirasakan
JUMLAH 3,7

Kesiapan peningkatan koping keluarga


No Kriteria Score Bobot Nilai Pembenaran
1 Sifat Masalah : Keluarga kurang
Skala : mampu
 Tidak/ Kurang 3 1 menjalankan
sehat/ Aktual prilaku hidup
 Ancaman 2 2/3 x 1= sehat
Kesehatan/ Resiko 0,7
 Keadaan Sejahtera/ 1
Potensial

Kemungkinan Masalah dapat


2 Masalah dapat diubah diubah sebagian
Skala : dengan
 Mudah 2 2 keinginan
 Sebagian 1 ½x2=1 keluarga untuk
 Tidak Dapat 0 mencapai
kesehatan yang
baik
3 Potensial Masalah Keinginan
untuk Dicegah keluarga untuk
Skala : mencari tahu
 Tinggi 3 1 3/3 x 1 = 1 perilaku hidup
 Cukup 2 sehat untuk
 Rendah 1 terhindar dari
penyakit cukup
baik
4 Menonjolnya Masalah Keluarga
Skala : menyadari
 Masalah berat, 2 2 1/2 x 1 = masalah dan
harus segera 0,5 menangani agar
ditangani masalah
 Ada masalah tetapi 1 keseehatan dapat
tidak perlu teratasi
ditangani
 Masalah tidak 0
dirasakan
JUMLAH 3,2
4. Diagnosa Keperawatan Keluarga
a. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Tn.B dengan hipertensi
b. Perilaku kesehatan cendrung beresiko
c. Kesiapan peningkatan koping keluarga
1

C. Format Rencana Keperawatan Keluarga

Diagnosa Keperawatan NOC/SLKI NIC/SIKI


Data
Kode Diagnosa Kode Hasil Kode Intervensi
DS: 00080 Ketidakefekti Keluarga mampu Keluarga mampu
1. Tn.B mengatakan sering pusing fan mengenal masalah : mengenal masalah :
2. Tn.B mengatakan sering pemeliharaan 1831 Pengetahuan : manajemen 5510 Pendidikan kesehatan :
kesemutan kesehatan hipertensi pengajaran proses
3. Tn.B mengatakan takut jika pada Tn.B 1802 Pengetahuan : anjuran penyakit “Hipertensi”
tensi nya naik dengan pengaturan diet hipertensi Pengajaran diet yang
4. Tn.B mengatakan mengalami hipertensi 1813 Pengetahuan : regimen tepat/ dianjurkan
hipertensi sejak 7 tahun yang pengobatan Pengajaran :
lalu. pengobatan yang
5. Ny.K mengatakan kadang ditentukan :
memilah makanan yang tidak
memicu terjadinya peningkatan Keluarga mampu Keluarga mampu
tekanan darah, tetapi Tn.B tidak memutuskan untuk memutuskan untuk
berselera makan meningkatkan atau meningkatkan atau
6. Tn.B mengatakan susah untuk memperbaiki memperbaiki
mengontrol pola makannya kesehatan: kesehatan:
DO : 1606 Berpartisipasi dalam 5250 Dukungan membuat
1. Tn.B terlihat memegang memutuskan perawatan keputusan “Langakh-
kakinya kesehatan langkah pencegahan
2. Tn.B terlihat cemas jika 2202 Kesiapan caregiver dalam hipertensi”
tensinya naik. perawatan di rumah
3. Tn.B terlihat meminum jus 1700 Kepercayaan kesehatan
daun seledri atau rebusan 2605 Partisipasi keluarga dalam
2

bawang putih. perawatan profesional


4. Tn.B mengatakan sulit tidur
jika TD nya meningkat Keluarga merawat Keluarga mampu
5. Ny.K terlihat memilah anggota keluarga untuk merawat anggota
makanan yang tidak memicu meningkatkan atau 1100 keluarga yang sakit :
terjadinya peningkatan tekanan memperbaiki kesehatan Manajemen nutrisi yang
darah, tetapi Tn.B tidak 1622 Perilaku kepatuhan: tepat “edukasi nutrisi diit
berselera makan menyiapkan diet dengan 1400 hipertensi”
6. Tn.B terlihat susah untuk tepat 0180 Manajemen nyeri
mengontrol pola makannya 1632 Perilaku kepatuhan: Pengelolahan latihan
7. TTV Tn.B melakukan aktivitas yang fisik : “latihan Slow deep
TD : 150/90 mmhg, S : 36,90C, tepat 7110 Breathing”
BB : 80 Kg, HR : 85 x/I, RR : 1605 Kontrol nyeri Peningkatan keterlibatan
22 x/I, TB : 160 cm 2205 Kemampuan keluarga
keluarga
memberikan perawatan
langsung

Keluarga mampu Keluarga mampu


memodifikasi memodifikasi
lingkungan: lingkungan :
1908 6485 Manajemen lingkungan
Deteksi resiko
2009 rumah yang aman
Dukungan keluarga selama
5440 Peningkatan support
pengobatan
1910 Menyiapkan lingkungan sistem
rumah yang aman

Keluarga mampu Keluarga mampu


memanfaatkan fasilitas memanfaatkan fasilitas
kesehatan: kesehatan :
3

1806 Pengetahuan tentang 7400 Panduan pelayanan


sumber-sumber kesehatan kesehatan
1603 Perilaku mencari 7400 Bantuan sistem
pelayanan kesehatan kesehatan
2605 Partisipasi keluarga dalam
perawatan keluarga
DS: 00188 Perilaku Keluarga mampu Keluarga mampu
1. Tn.B mengatakan sering pusing kesehatan mengenal masalah : mengenal masalah :
2. Tn.B mengatakan takut jika cenderung 1803 Pengetahuan kesehatatan 5606 Pengajaran : individu
tensi nya naik beresiko 1602 Pengetahuan tentang 5602 Pengajaran : proses
3. Tn.B mengatakan sering proses penyakit penyakit “Ganggian
kesemutan 1603 Perilaku peningkatan Istirahat tidur”
4. Tn.B mengatakan mengalami kesehatan
hipertensi sejak 7 tahun yang 1827 Mencari informasi
lalu. masalah kesehatan
5. Tn.B mengatakan sulit tidur
jika TD nya meningkat Keluarga mampu Keluarga mampu
6. Tn.B mengatakan apabila memutuskan tindakan memutuskan untuk
merasakan pusing atau timbul untuk meningkatkan meningkatkan atau
gejala TD meningkat Tn.B kesehatan : memperbaiki
meminum jus daun seledri atau 1606 Berpartisipasi dalam kesehatan:
rebusan bawang putih. memutuskan perawatan 5250 Dukungan membuat
7. Ny.K mengatakan kadang kesehatan keputusan
memilah makanan yang tidak 2605 Perawatan care giver 5310 Membangun harapan
memicu terjadinya peningkatan dalam perawatan di rumah 5270 Dukungan emosional
tekanan darah, tetapi Tn.B tidak
berselera makan Keluarga merawat Keluarga mampu
8. Tn.B mengatakan susah untuk anggota keluarga untuk merawat anggota
4

mengontrol pola makannya meningkatkan atau keluarga yang sakit :


9. Ny.K mengatakan mengalami memperbaiki kesehatan 1120 Terapi nutrisi:
gangguan tidur merasa kurang 0003 Istirahat “pentingnya nutrisi dan
puas akan tidurnya semanjak 1 0002 Pemeliharaan energy olahraga “
minggu yang lalu. 2006 Status kesehatan personal :
10. Ny.K mengatakan juga mudah kesehatan fisik
kelelahan ketika beraktivitas
berat. Keluarga mampu Keluarga mampu
DO: memodifikasi lingkungan memodifikasi
1. Tn.B terlihat memegang untuk mencegah, lingkungan :
kakinya mengurangi, atau 4350 Manajemen prilaku :
2. Tn.B terlihat cemas jika mengontrol ancaman “memperhatikan
tensinya naik. kesehatan: kecakupan waktu
3. Tn.B terlihat meminum jus 2065 Kontrol resiko hipertensi 6485 istirahat tidur”
daun seledri atau rebusan Manajemen lngkungan
bawang putih. Keluarga mampu
4. Ny.K terlihat memilah memanfaatkan fasilitas Keluarga mampu
makanan yang tidak memicu pelayanan kesehatan : memfaslitasi fasilitas
terjadinya peningkatan tekanan Partisipasi keluarga dalam 7910 pelayanan kesehatan:
darah, tetapi Tn.B tidak perawatan keluarga 7400 Konsultasi
berselera makan Bantuan sistem
5. Tn.B terlihat susah untuk kesehatan
mengontrol pola makannya
6. Tn.B terlihat sering jalan-jalan
pagi untuk mengeluarkan
keringat.
7. Ny.K terlihat kurang tidur.
8. Terlihat kantong mata pada
5

Ny.K
9. Ny.K terlihat kelelahan ketika
beraktivitas berat.
10. TTV Tn.B
TD : 150/90 mmhg, S : 36,90C
BB : 80 Kg, HR : 85 x/i, RR :
22 x/i, TB : 160 cm
11. TTV Ny.K
TD : 100/70 mmhg S : 36,60C
BB : 65 Kg, HR : 80 x/i, R : 18
x/i, TB : 153 cm
DS: D.0112 Kesiapan Keluarga mampu Keluarga mampu
1. Tn.B mengatakan apabila peningkatan mengenal masalah : mengenal masalah :
merasakan pusing atau timbul koping 09088 Status koping keluarga : 09312 Pendidikan kesehatan
gejala TD meningkat Tn.B keluarga “keterpaparan informasi” koping :Corona Virus
meminum jus daun seledri atau
rebusan bawang putih. Keluarga merawat Keluarga mampu
2. Ny.K mengatakan kadang anggota keluarga untuk memutuskan untuk
memilah makanan yang tidak Meningkatkan atau meningkatkan atau
memicu terjadinya peningkatan memperbaiki kesehatan memperbaiki
tekanan darah, tetapi Tn.B tidak 09088 Status koping keluarga : kesehatan:
berselera makan “komitmen pada 09260 Dukungan koping
3. Keluarga Tn.B mengatakan perawatan/pengobatan” keluarga :”Langkah-
penyediaan makanan selalu 09074 Ketahanan keluarga : langkah pencegahan
dimasak sendiri dengan “menggunakan strategi Covid-19”
komposisi, nasi, lauk pauk, koping yang efektif”
sayur dengan frekuensi 3 kali
sehari, dan selalu menyediakan
6

buah-buahan setiap harinya. Keluarga mampu Keluarga mampu


4. Tn.B mengatakan susah untuk memodifikasi merawat anggota
mengontrol pola makannya lingkungan: keluarga yang sakit :
5. Tn.B mengatakan sering jalan- 09074 Ketahanan keluarga : 12360 Bimbingan sistem
jalan pagi untuk mengeluarkan “mengidentifikasi dan kesehatan untuk terapi
keringat. memanfaatkan sumber komplementer : ”olah
6. Keluarga Tn.B mengatakan daya di komunitas” terapi herbal (jeruk nifis)
membersihkan rumahnya setiap yang dilakukan secara
hari, lantai kamar mandi tidak teratur
licin, bersih, dan terawat Keluarga mampu untuk meningkatkan
7. Tn.B setiap pagi nya menyiram memanfaatkan fasilitas daya tahan tubuh”
tanaman yang ada didepan kesehatan:
rumah dan memotong rumput 09074 Ketahanan Keluarga mampu
yang ada dihalaman rumah. keluarga : memodifikasi
8. Ny.K mengatakan jarang sakit “memanfaatkan 14525 lingkungan :
dan tidak mempunyai masalah tenaga kesehatan Pelibatan keluarga : cara
untuk mendapatkan
pada kesehatannya cuci tangan yang benar
informasi dan
9. Keluarga Tn.B terlihat khawatir bantuan”
tentang wabah virus corona Keluarga mampu
yang semakin hari semakin 12435 memanfaatkan fasilitas
meningkat kesehatan :
DO: Edukasi perilaku upaya
1. Tn.B terlihat meminum jus kesehatan dalam rangka
daun seledri atau rebusan menghindari covid-19
bawang putih.
2. Ny.K terlihat memilah
makanan yang tidak memicu
terjadinya peningkatan tekanan
7

darah, tetapi Tn.B tidak


berselera makan
3. Keluarga Tn.B terlihat
menyediakan makanan dengan
komposisi, nasi, lauk pauk,
sayur dengan frekuensi 3 kali
sehari, dan selalu menyediakan
buah-buahan setiap harinya.
4. Tn.B terlihat susah untuk
mengontrol pola makannya
5. Tn.B terlihat sering jalan-jalan
pagi untuk mengeluarkan
keringat.
6. Keluarga Tn.B terlihat
membersihkan rumahnya setiap
hari, lantai kamar mandi tidak
licin, bersih, dan terawat
7. Tn.B terlihat menyiram
tanaman yang ada didepan
rumah dan memotong rumput
yang ada dihalaman rumah
setiap pagi.
8. Keluarga Tn.B terlihat khawatir
tentang wabah virus corona
yang semakin hari semakin
meningkat
9. Keluarga Tn.B terlihat banyak
bertanya tentang virus corona
8

D. Nursing Case Plan (NCP)

Dx 1: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Tn.B dengan hipertensi


No Hari/tanggal Implementasi Evaluasi Paraf
1. Selasa/14 April 2020 Setelah dilakukan interaksi selama 1 x 30 menit S:
(Pertemuan 3) diharapkan keluarga mampu mengenal masalah:  Keluarga mengatakan bahwa
TUK 1 : Hipertensi adalah suatu
Pendidikan Kesehatan Tentang Proses Penyakit peningkatan tekanan darah lebih
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang dari 140/90 mmHg
pengertian Hipertensi  Keluarga mengatakan bahwa
2. Menjelaskan pengertian Hipertensi penyebab dari Hipertensi adalah
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan pola hidup kurang sehat
darah lebih dari 140/90 mmHg  Keluarga mengatakan bahwa
3. Meminta keluarga untuk mengulang tanda dan gejala Hipertensi
pengertian Hipertensi adalah gelisah, nadi cepat, sesak
4. Mendiskusikan dengan keluarga tentang nafas, sakit kepala, lemah, rasa
penyebab Hipertensi pegal di bahu, jantung berdebar
5. Meminta keluarga untuk menyebutkan debar, pandangan menjadi
penyebab Hipertensi kabur, mata berkunang-kunang
6. Meminta kembali menjelaskan tanda dan O:
gejala Hipertensi  Keluarga tampak menyebutkan
7. Promkes tentang Hipertensi pengertian dan penyebab
Hipertensi yang ada pada
keluarganya
 Keluarga menyebutkan tanda
dan gejala Hipertensi
A:
9

Keluarga dapat mengenal masalah


Hipertensi

P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK 2
yaitu memutuskan tindakan yang
tepat
2. Selasa/ 14 April 2020 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:
(Pertemuan 4) keluarga dapat memutuskan tindakan yang tepat  Tn.B mengatakan akan merawat
dalam mengatasi masalah Hipertensi. dan mengobati Hipertensinya
TUK 2 : dan memutuskan untuk
Dukungan Dalam Membuat Keputusan memeriksakan Hipertensinya ke
1. Membantu keluarga untuk mengklarifikasi fasilitas kesehatan
nilai dan harapan yang mungkin akan  Tn.B mengatakan akan
membantu dalam membuat pilihan yang mengontrol pola makannya
penting  Tn.B mengatakan akan
2. Membantu keluarga untuk mengidentifikasi melakukan diit hipertensi
keuntungan dan kerugian setiap alternative O:
pilihan  Tn.B tampak mengerti dan
3. Memfasilitasi pengambilan keputusan berpatisipasi dalam
pengambilan keputusan
 Tn.B akan mencoba mengontrol
pola makannya
A:
Tujuan Tercapai
P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK 3
tentang mengenal masalah
10

3. Rabu/ 15 April 2020 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S


(Pertemuan 5) keluarga dapat merawat anggota keluarga
dengan masalah Hipertensi. Menyebutkan cara  Keluarga mengatakan akibat
perawatan Hipertensi, menyebutkan diit pada lanjut dari hipertensi, diit
penderita Hipertensi. makanan, kontrol
TUK 3:  Keluarga mengatakan akan
Merawat Anggota Kelurga Untuk Meningkatkan mendukung Tn.B dalam
Atau Memperbaiki Kesehatan mengontrol diit hipertensi
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang cara  Keluraga mengatakan cara
perawatan Hipertensi perawatan hipertensi dengan
2. Menejelaskan tentang cara merawat anggota latihan Slow deep breathing
keluarga dengan masalah Hipertensi  Keluarga mengatakan akan
a. Diit makanan menerapkan Slow deep
b. Monitoring tekanan darah breathing sebagai terapi
c. Cegah gejala komplikasi komplementer
3. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang cara O:
perawatan keluarga
4. Cara perawatan dengan latihan Slow deep  Keluarga menyebutkan akibat
breathing lanjut dari Hipertensi
a. Atur pasien dengan posisi duduk atau  Keluarga terlihat
berbaring mempraktekkan Slow deep
b. Kedua tangan pasien diletakkan di atas breathing
perut  Terlihat dukungan keluarga
c. Anjurkan melakukan napas secara untuk mempertahankan
perlahan dan dalam melalui hidung dan kesehatan
tarik napas selama tiga detik, rasakan A:
perut mengembang saat menarik napas.
d. Tahan napas selama tiga detik Keluarga dapat memutuskan
tindakan untuk melakukan
11

e. Kerutkan bibir, keluarkan melalui mulut perawatan Hipertensi


dan hembuskan napas secara perlahan P:
selama enam detik. Rasakan perut Intervensi dilanjutkan ke TUK 4
bergerak ke bawah. tentang memodifikasi lingkungan
f. Ulangi langkah a sampai e selama 15
menit
g. Latihan Slow deep breathing dilakukan
dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari.
5. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang diit
penderita Hipertensi
6. Meminta keluarga untuk menyebutkan
kembali
4. Rabu/ 15 April 2020 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:
(Pertemuan 6) keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang  Keluarga mengatakan
sesuai dengan masalah Hipertensi. lingkungan yang sesuai dengan
TUK 4: penderita Hipertensi adalah
Mampu Memodifikasi Lingkungan a. Lingkungan rumah yang
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang nyaman
lingkungan yang sesuai dengan masalah b. Istirahat yang cukup
Hipertensi keluarga belum dapat untuk c. Lantai yang tidak licin
memodifikasi lingkungan sesuai dengan O:
masalah hipertensi.
2. Menjelaskan tentang lingkungan yang sesuai  Keluarga menyebutkan
dengan masalah Hipertensi. lingkungan yang sesuai dengan
Cara memodifikasi lingkungan bagi Hipertensi sesuai dengan
penderita Hipertensi adalah: standar
a. Lingkungan rumah yang nyaman A:
b. Istirahat yang cukup Keluarga dapat memodifikasi
12

c. Lantai yang tidak licin yang bisa lignkungan yang sesuai dengan
menyebabkan jatuh masalah Hipertensi
3. Meminta keluarga untuk mengulang P:
menjelaskan tentang lingkungan yang sesuai Intervensi dilanjutkan ke TUK 5
dengan Hipertensi tentang fasilitas kesehatan yang
dapat dikunjungi

5. Kamis/ 16 April 2020 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:


(Pertemuan 7) keluarga dapat memanfaatkan fasilitas  Keluarga mengatakan bahwa
kesehatan yang ada. fasilitas kesehatan yang akan di
TUK 5: kunjungi adalah puskesmas,
Mampu Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan karena adanya dokter serta ada
yang ada obat yang di berikan dan bisa
langsung di ambil di apotik
1. Mendiskusikan dengan keluarga tentang pelengkap.
fasilitas kesehatan yang tersedia untuk O:
penderita Hipertensi. Fasilitas yang tersedia Keluarga memilih salah satu
adalah: fasilitas kesehatan yang tersedia
a. Puskesmas ( setiap hari senin s/d sabtu dengan alasannya
pukul 08.00 s/d 12.00 WIB, jum’at pukul A:
08.00-11.00) Keluarga dapat memanfaatkan
b. Rumah Sakit / poliklinik penyakit dalam fasilitas kesehatan yang ada
( setiap senin s/d sabtu pukul 08.00 s/d P:
12.00 ) Intervensi di hentikan
c. Bidan setiap hari kerja kecuali hari libur
( pukul 16.00 s/d 21.00 WIB )
d. Praktek dokter setiap hari kerja kecuali
hari libur ( pukul 16.00 s/d 21.00 WIB )
13

Dx 2 : Perilaku kesehatan cenderung beresiko

No Hari/tanggal Implementasi Evaluasi Paraf


1. Kamis/ 16 April 2020 Setelah dilakukan interaksi selama 1 x 30 menit S:
(Pertemuan 8) diharapkan keluarga mampu mengenal masalah: Keluarga Tn.B mengatakan
TUK 1 : mengerti tentang istirahat dan tidur
Pendidikan Kesehatan Tentang Proses Penyakit O:
 Memberikan penjelasan tentang istirahat dan A:
tidur Keluarga dapat menjelaskan tentang
istirahat dan tidur
P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK 2
yaitu memutuskan tindakan yang
tepat
2. Jum’at/ 17 April 2020 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:
(Pertemuan 9) keluarga dapat memutuskan tindakan yang tepat Keluarga Tn.B mengatakan akan
dalam mengatasi masalah Istirahat dan tidur. berpartisipasi dalam pengambilan
TUK 2 : keputusan
Dukungan Dalam Membuat Keputusan O:
1. Membantu keluarga untuk mengklarifikasi Keluarga Tn.B tampak mengerti
nilai dan harapan yang mungkin akan dan berpatisipasi dalam
membantu dalam membuat pilihan yang pengambilan keputusan
penting A:
2. Membantu keluarga untuk mengidentifikasi Tujuan Tercapai
keuntungan dan kerugian setiap alternative P:
pilihan Intervensi dilanjutkan ke TUK 3
3. Memfasilitasi pengambilan keputusan tentang mengenal masalah
14

3. Jum’at/ 16 April 2020 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:


(Pertemuan 10) keluarga dapat merawat anggota keluarga  Keluarga Tn.B mengatakan
dengan masalah istirahat dan tidur. sudah paham terkait terapi
TUK 3: herbal (madu) untuk
Merawat Anggota Kelurga Untuk Meningkatkan meningkatkan istirahat dan tidur
Atau Memperbaiki Kesehatan.  Keluarga mengatakan akan
1. Memberikan pengetahuan kepada keluarga mendemonstrasikan terapi
terkait terapi herbal untuk meningkatkan herbal (madu) untuk
kualitas istirahat dan tidur meningkatkan istirahat dan tidur
2. Mendemonstrasikan cara terapi herbal O:
(madu) untuk meningkatkan kualitas Keluarga tampak
istirahat dan tidur mendemonstrasikan terapi herbal
(madu) untuk meningkatkan
istirahat dan tidur
A:
Keluarga dapat memutuskan
tindakan untuk meningkatkan
istirahat dan tidur
P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK 4
tentang memodifikasi lingkungan
4. Sabtu/ 18 April 2020 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:
(Pertemuan 11) keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang Keluarga mengatakan dapat
sesuai dengan masalah Hipertensi. menjelaskan lingkungan yang dapat
TUK 4: mempengaruhi istirahat dan tidur
Mampu Memodifikasi Lingkungan O:
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang Keluarga dapat menjelaskan
lingkungan yang sesuai dengan masalah lingkungan yang dapat
15

istirahat dan tidur mempengaruhi istirahat dan tidur


2. Menjelaskan tentang istirahat dan tidur A:
Keluarga dapat memodifikasi
lignkungan yang sesuai dengan
masalah istirahat dan tidur
P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK 5
tentang fasilitas kesehatan yang
dapat dikunjungi
5. Sabtu/ 18 April 2020 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:
(Pertemuan 12) keluarga dapat memanfaatkan fasilitas Keluarga mengatakan bahwa
kesehatan yang ada. fasilitas kesehatan yang akan di
TUK 5: kunjungi adalah puskesmas, karena
Mampu Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan adanya dokter serta ada obat yang
yang ada di berikan dan bisa langsung di
ambil di apotik pelengkap.
2. Mendiskusikan dengan keluarga tentang O:
fasilitas kesehatan yang tersedia untuk Keluarga memilih salah satu
penderita Hipertensi. Fasilitas yang tersedia fasilitas kesehatan yang tersedia
adalah: dengan alasannya
e. Puskesmas ( setiap hari senin s/d sabtu A:
pukul 08.00 s/d 12.00 WIB, jum’at pukul Keluarga dapat memanfaatkan
08.00-11.00) fasilitas kesehatan yang ada
f. Rumah Sakit / poliklinik penyakit dalam P:
( setiap senin s/d sabtu pukul 08.00 s/d Intervensi di hentikan
12.00 )
g. Bidan setiap hari kerja kecuali hari libur
( pukul 16.00 s/d 21.00 WIB )
16

h. Praktek dokter setiap hari kerja kecuali


hari libur ( pukul 16.00 s/d 21.00 WIB )

Dx 3 : Kesiapan peningkatan koping keluarga

No Hari/tanggal Implementasi Evaluasi Paraf


1. Minggu/19 April 2020 Setelah dilakukan interaksi selama 1 x 30 menit S:
(Pertemuan 13) diharapkan keluarga mampu mengenal masalah:  Keluarga mengatakan Covid-19
TUK 1 : adalah Virus yang menyerang
Pendidikan Kesehatan Tentang Proses Penyakit sistem pernapasan. Virus ini
1. Memberikan pengetahuan keluarga tentang menyerang siapa saja,
Covid-19 baik bayi, anak-anak, orang
2. Promkes tentang Covid-19 dewasa, lansia, ibu hamil,
maupun ibu menyusui
 Keluarga mengatakan penyebab
Covid-19 adalah coronavirus,
yaitu kelompok virus yang
menginfeksi sistem pernapasan.
 Keluarga mengatakan bahwa
tanda dan gejala Covid-19
adalah demam(suhu tubuh di
atas 38 derajat Celsius), batuk,
sesak nafas
O:
Keluarga tampak menyebutkan
kembali tentang Covid-19
A:
17

Keluarga dapat mengenal masalah


Covid-19
P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK 2
yaitu memutuskan tindakan yang
tepat
2. Minggu/19 April 2020 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:
(Pertemuan 14) keluarga dapat memutuskan tindakan yang tepat Keluarga Tn.B mengatakan akan
dalam mengatasi masalah Covid-19. mengingatkan anggota keluarganya
TUK 2 : untuk segera ke Fasilitas kesehatan
Dukungan Dalam Membuat Keputusan apabila mengalami tanda- gejala
1. Membantu keluarga untuk mengklarifikasi seperti Covid-19
nilai dan harapan yang mungkin akan O:
membantu dalam membuat pilihan yang Keluarga Tn.B tampak mengerti
penting dan berpatisipasi dalam
2. Membantu keluarga untuk mengidentifikasi pengambilan keputusan
keuntungan dan kerugian setiap alternative A:
pilihan Tujuan Tercapai
3. Memfasilitasi pengambilan keputusan P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK 3
tentang mengenal masalah
3. Minggu/19 April 2020 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:
(Pertemuan 15) keluarga dapat merawat anggota keluarga agar Keluarga Tn.B mengatakan sudah
terhindar dari masalah Covid-19. Menyebutkan paham terkait terapi herbal (jeruk
cara menghindari Covid-19. nipis) sebagai antiseptic untuk
TUK 3: pencegahan covid-19
Merawat Anggota Kelurga Untuk Meningkatkan O:
Atau Memperbaiki Kesehatan Keluarga tampak mulai bisa
18

1. Memberikan pengetahuan kepada keluarga mendemonstrasikan terapi herbal


terkait pencegahan Covid-19 (jeruk nipis) sebagai antiseptic
2. Mendemonstrasikan cara terapi herbal (jeruk untuk pencegahan covid-19
nipis) sebagai antiseptic untuk pencegahan A:
covid-19 Keluarga dapat memutuskan
tindakan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh
P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK 4
tentang memodifikasi lingkungan
4. Senin/21 April 2020 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:
(Pertemuan 16) keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang Keluarga mengatakan cara yang
sesuai dengan masalah Hipertensi. tepat untuk mencegah penularan
TUK 4: virus korona dengan momodifikasi
Mampu Memodifikasi Lingkungan lingkungan menggunakan
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang desinfektan, rajin cuci tangan, dll
lingkungan yang sesuai dengan masalah O:
Covid-19 Keluarga dapat menyebutkan
2. Menjelaskan tentang lingkungan yang sesuai lingkungan yang baik untuk
dengan masalah Covid-19. mencegah penularan virus korona
Cara memodifikasi lingkungan untuk A:
menghindari Covid-19 adalah: Keluarga dapat memodifikasi
a. Mencuci tangan lingkungan untuk menghindari
b. Menjaga daya tahan tubuh Covid-19
c. Menjaga kebersihan rumah dengan P:
desinfektan Intervensi dilanjutkan ke TUK 5
d. Menyediakan P3K dan peralatan tentang fasilitas kesehatan yang
kebersihan di rumah
19

e. Memberikan edukasi mengenai tindakan dapat dikunjungi


yang harus dilakukan
3. Meminta keluarga untuk mengulang
menjelaskan tentang lingkungan yang sesuai
dengan Hipertensi
5. Senin/21 April 2020 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:
(Pertemuan 17) keluarga dapat memanfaatkan fasilitas Keluarga mengatakan bahwa
kesehatan yang ada. fasilitas kesehatan yang akan di
TUK 5: kunjungi adalah rumah sakit yang
Mampu Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan telah disiapkan pemerintah yang
yang ada menangani kasus Covid-19
1. Mendiskusikan dengan keluarga tentang O:
fasilitas kesehatan yang tersedia untuk Keluarga mengetahui fasilitas
penderita yang mengalami gejala Covid-19. kesehatan yang akan dituju untuk
Fasilitas yang tersedia adalah: penanganan kasus Covid-19
a. Rumah Sakit yang menangani kasus A:
Covid-19 Keluarga dapat memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada
P:
Intervensi di hentikan
20

BAB IV
TELAAH JURNAL

Pada BAB ini penulis melakukan telaah 3 jurnal “ Pengaruh Slow deep

breathing terhadap tekanan darah lansia hipertensi di puskesmas ubung Lombok

tengah, hubungan dukungan keluarga memengaruhi kepatuhan pasien hipertensi, dan

pengaruh madu terhadap kualitas tidur pada lansia” yang mana akan diuraikan

dibawah ini :

A. Pengaruh Slow deep breathing terhadap tekanan darah lansia hipertensi di

puskesmas ubung Lombok tengah

Judul : Pengaruh Slow deep breathing terhadap tekanan darah lansia

hipertensi di puskesmas ubung Lombok tengah

Penulis : Ni Putu Sumartini, Ilham Miranti

Kata kunci : Lansia, Hipertensi, Slow deep breathing

1. Patient And Clinical Problem (P)

Hipertensi menjadi silent killer karena sebagian besar kasus tidak

menunjukkan gejala apapun. Hipertensi terus meningkat seiring bertambahnya

umur. Penemuan kasus Hipertensi di Puskesmas Ubung meningkat dimana

tahun 2016 ditemukan 931 kasus dan tahun 2017 ditemukan 1.240 kasus

hipertensi. Hipertensi dapat dikendalikan dengan terapi non-farmakologi,

seperti Slow Deep Breathing yang termasuk ke dalam latihan dan relaksasi.

Slow Deep Breathing adalah metode bernapas yang frekuensi napasnya


21

kurang atau sama dengan 10 kali per menit dengan fase ekshalasi yang

panjang

2. Intervention (I)

Penelitian ini adalah kuantitatif, metode penelitian Quasy Experiment dengan

desain Non Equivalent Control Group. Populasi sebanyak 805 lansia.

sedangkan sampel sebanyak 30 orang dengan teknik pengambilan sampel

purposive sampling. Dalam penelitian ini, kelompok intervensi dan kelompok

kontrol sama-sama dilakukan Pretest dan Post-test. Peneliti melakukan

pengukuran tekanan darah pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol

sebelum latihan (pre test). Pada kelompok intervensi diberikan latihan slow

deep breathing sebanyak tiga (3) kali dalam kurun waktu 3 miggu, masing-

masing 15 menit, kemudian diukur tekanan darahnya (post test) sedangkan

kelompok kontrol mendapatkan perawatan sesuai program puskesmas dan

diukur tekanan darahnya (post test). Tujuannya untuk mengetahui pengaruh

slow deep brething terhadap tekanan darah lansia hipertensi.

3. Comperation (C)

a. Identifikasi Tekanan Darah Responden Sebelum Latihan slow deep

breathing pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol.

Rata-rata nilai tekanan darah sistol pada kelompok intervensi yaitu 151,33

mmHg dengan standar deviasi 9,904 mmHg dan nilai minimum 140

mmHg serta nilai maksimum 170 mmHg. Sedangkan ratarata nilai tekanan

darah sistol pada kelompok kontrol yaitu 157,33 mmHg dengan standar
22

deviasi 14,376 mmHg dan nilai minimum 140 mmHg serta nilai

maksimum 180 mmHg.

Didapatkannya perbedaan tekanan darah dari setiap responden karena ada

beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya tekanan darah setiap orang.

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa terdapat faktor-faktor

yang mempengaruhi besarnya tekanan darah setiap orang yaitu terdiri dari

faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan seperti usia, jenis kelamin,

etnis/ras dan keturunan sedangkan faktor resiko yang dapat dikendalikan

yaitu kegemukan, stres, merokok, kurang olahraga, konsumsi alkohol,

konsumsi garam berlebihan, dan kolesterol (Depkes RI, 2006).

b. Identifikasi Tekanan Darah Responden Setelah Latihan slow deep

breathing pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol.

Rata-rata nilai tekanan darah sistol pada kelompok intervensi yaitu 136,00

mmHg dengan standar deviasi 10,556 mmHg dan nilai minimum 120

mmHg serta nilai maksimum 150 mmHg. Sedangkan ratarata nilai tekanan

darah sistol pada kelompok kontrol yaitu 152,67 mmHg dengan standar

deviasi 13,345 mmHg dan nilai minimum 130 mmHg serta nilai

maksimum 170 mmHg.

Penurunan tekanan darah lebih banyak pada kelompok intervensi yang

mendapatkan perlakuan berupa senam dan slow deep breathing,

dibandingkan kelompok kontrol yang hanya mendapatkan senam saja.

Hasil penelitian pada kelompok kontrol ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sulistyowati (2010), dimana ada hubungan antara aktifitas


23

olahraga dengan kejadian hipertensi, dimana responden yang kebiasaan

olahraganya kurang mempunyai risiko terkena hipertensi sebesar 2,38 kali

lebih besar dibandingkan responden yang kebiasaan olahraganya baik.

Penelitian pada kelompok intervensi ini sejalan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Anderson (2010) tentang pengaruh latihan rutin slow

deep breathing terhadap tekanan darah dengan rata-rata tekanan darah

sistolik posttest adalah 153 mmHg dan tekanan darah diastolik posttest 96

mmHg.

c. Pengaruh Slow deep breathing terhadap Tekanan Darah Lansia Hipertensi

di Puskesmas Ubung, Lombok Tengah

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ada perubahan pretest dan posttest

tekanan darah sistol kelompok intervensi didapatkan nilai signifikansi (ρ

value) 0.001 sehingga Hₒ ditolak dan disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah sistol pretest dan

posttest pada kelompok intervensi, sedangkan tekanan darah diastol pada

kelompok intervensi didapatkan nilai signifikansi (ρ value) 0.004 sehingga

Hₒ ditolak dan disimpulakan terdapat pengaruh slow deep breathing

terhadap tekanan darah diastol pretest dan posttest pada kelompok

intervensi.

4. Outcome (O)

Hasil Penelitian menunjukkan rata-rata tekanan darah sistol kelompok

intervensi sebelum diberi perlakuan sebesar 151,33 mmHg dan diastol sebesar

96,00 mmHg dan sistol kelompok intervensi sesudah diberi perlakuan sebesar
24

136,00 mmHg dan diastol sebesar 85,33 mmHg dengan nilai signifikansi

sistol (ρ value) 0.000 dan diastol (ρ value) 0.000 sehingga Hₒ ditolak.

Sehingga didapatkan adanya pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan

darah lansia hipertensi di Puskesmas Ubung Lombok Tengah.

B. Dukungan Keluarga Memengaruhi Kepatuhan Pasien Hipertensi

Judul : Dukungan Keluarga Memengaruhi Kepatuhan Pasien Hipertensi

Penulis : Fitra Yeni, Miftahul Husna, Dachriyanus

Kata kunci : Dukungan Keluarga, Hipertensi, Kepatuhan

1. Patient And Clinical Problem (P)

Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar

dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Keefektifan

terapi pasien hipertensi ditentukan oleh kepatuhan, dan dukungan keluarga

dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh. Penelitian ini bertujuan untuk

membuktikan seberapa besar hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

pada pasien hipertensi.

2. Intervention (I)

Penelitian ini menggunakan deskriptif korelatif dengan pendekatan cross

sectional dan jumlah sampel sebanyak 59 orang. Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini dalam bentuk kuesioner kepada responden dengan

menggunakan skala likert. Untuk kuesioner, responden diminta untuk

memberi tanda (√) pada kolom yang ditentukan. Instrumen dukungan

keluarga memiliki 20 butir pernyataan dan instrumen kepatuhan memiliki 20


25

butir pernyataan. Untuk instrumen dukungan keluarga dan kepatuhan masing-

masing memiliki 20 butir pernyataan, yang setiap pernyataan positif diberi

skor 1 untuk jawaban tidak pernah, 2 untuk jawaban jarang, 3 untuk jawaban

sering dan 4 untuk jawaban selalu. Sebaliknya untuk pernyataan negatif diberi

skor 4 untuk jawaban tidak pernah, 3 untuk jawaban jarang, 2 untuk jawaban

sering dan 1 untuk jawaban selalu.

3. Comperation (C)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga memberi

sumbangan sebesar 61,8% terhadap kepatuhan pada pasien hipertensi (KD=

r2= 61,8). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Olowookere, et al. (2015) yang menunjukkan bahwa pasien dengan dukungan

keluarga tinggi lebih patuh dibandingkan dengan pasien dengan dukungan

keluarga rendah. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Osamor (2015) juga

membuktikan bahwa dukungan keluarga sangat terkait dengan kepatuhan

pengobatan hipertensi.

4. Outcome (O)

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 54% responden mendapatkan

dukungan keluarga dengan kategori sedang dan 59% responden mempunyai

kepatuhan dengan kategori sedang. Hasil uji statistik didapatkan nilai

(r)=0,786. Disimpulkan bahwa dukungan keluarga mempunyai hubungan

sangat kuat dengan kepatuhan dan terdapat hubungan searah, sehingga

semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin tinggi kepatuhan.


26

C. Pengaruh Madu Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia

Judul : Pengaruh madu terhadap kualitas tidur pada lansia

Penulis : Surya Ferdian, Tori Rihiantoro, Ririn Sri Handayani

Kata kunci : Madu, Kualitas Tidur, Lansia

1. Patient And Clinical Problem (P)

Gangguan tidur menyerang 50% orang yang berusia 65 tahun atau lebih yang

yang tinggal di rumah dan 66% orang yang tinggal di fasilitas perawatan

jangka panjang. Gangguan tidur mempengaruhi kualitas hidup dan

berhubungan dengan angka mortalitas yang lebih tinggi. Pemberian madu

adalah salah satu bentuk terapi dengan cara relaksasi yang merupakan jenis

terapi nonfarmakologi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas tidur pada

lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh madu terhadap

kualitas tidur pada lansia sebelum dan sesudah dilakukannya pemberian

madu. Penelitian menggunakan desain quasi experimental one group pre-post

test. Populasi sebnayak 107 Lansia yang berada di UPTD PSLU Tresna

Werdha Natar Kabupaten Lampung Selatan, sedangkan sampel sebanyak 30

responden yang ditentukan dengan teknik purposive sampling.

2. Intervention (I)

Dalam penelitian ini Pengumpulan data menggunakan lembar kuisioner

Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI). PSQI yang telah dimodifikasi

merupakan alat untuk menilai kualitas tidur. Instrumen ini terdiri dari 16 poin

pertanyaan pribadi yang berada di dalam 7 komponen nilai, 16 pertanyaan itu

mengkaji secara luas faktor yang berhubungan dengan tidur seperti durasi
27

tidur, latensi tidur, dan masalah tidur. Analisis univariat dilakukan untuk

mencari nilai rata-rata, standar deviasi, nilai minimum dan maksimum skor

nilai kualitas tidur lansia. Sedangkan analisis bivariat dilakukan untuk

mendapatkan perbedaan rata-rata kualitas tidur lansia sebelum dan sesudah

pemberian madu dengan menggunakan uji T dependen.

3. Comperation (C)

Dari 30 responden diperoleh gambaran karakteristik responden dimana jenis

kelamin responden terbanyak adalah laki-laki (65%), sebagian besar

responden (55%) berumur ≥ 70 tahun, 70% latar belakang pendidikannya

tidak bersekolah dan 90% lansia telah tinggal > dari 1 tahun. Selanjutnya hasil

analisis univariat sebelum diberikan madu rata-rata sebesar 11.55 dengan

standar deviasi 2.625, dengan nilai terendah 7 dan tertinggi 16. Sedangkan

kualitas tidur lansia sesudah diberikan madu rata-rata sebesar 10.75 dengan

standar deviasi 2.826, dengan nilai terendah 6 dan tertinggi 16. Sedangkan

hasil analisa bivariat dapat disimpulkan bahwa kualitas tidur sebelum

dilakukannya pemberian madu mencapai nilai rata-rata kualitas tidur 11.55

dan standar deviasi 2.62. Pada kualitas tidur setelah diberikan madu

didapatkan perubahan nilai rata-rata kualitas tidur 10.75 dan standar deviasi

2.82. Nilai perbedaan rata-rata kualitas tidur sebelum dan sesudah diberikan

madu adalah 0.8.

4. Outcome (O)

Hasil pengukuran nilai kualitas tidur PSQI pada lansia sebelum pemberian

madu rata-rata 11.55 dan sesudah pemberian rata-rata 10.75. Berdasarkan


28

hasil penelitian didapatkan bahwa ada perbedaan antara kualitas tidur sebelum

diberikan madu dan kualitas tidur setelah diberikan madu pada lansia dengan

nilai p = 0,002.
29

BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan Asuhan Keperawatan Keluarga yang telah dilakukan pada Tn.B pada

tanggal 30 Maret – 25 April 2020, di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Merah,

Kabupaten Indragiri Hilir RIAU, maka di ketahui hal-hal sebagai berikut:

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu

proses yang sitematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Potter dan Perry,

2005).

Dari hasil pengkajian terdapat beberapa kesamaan antara tanda dan gejala

di teori dengan tanda dan gejala pasien yang menderita hipertensi. Hal ini sesuai

dengan pengkajian penulis kepada pasien dimana pasien mengeluhkan terasa sakit

pada kepala, pusing, sulit tidur, ekstermitas bawah sering kesemutan.

Tidak ditemukan perbedaan yang spesifik antara teoritis dengan tinjauan

kasus yang didapatkan. Secara teoritis gejala hipertensi yang mungkin dapat

diamati antara lain pusing atau sakit kepala, sering merasa gelisah, wajah merah,

bagian tengkuk terasa pegal dan berat, penderita cenderung mudah marah dan

lelah, telinga berdengung, sulit tidur, sesak nafas, mata berkunang-kunang, serta

penderita sering mimisan (Martha, 2012).


30

Sedangkan pada kasus dan teori ditemukan kesamaan keluhan atau tanda

dan gejala yang didapatkan yaitu seperti kepala terasa sakit, pusing, dan sulit

tidur.

B. Diagnose keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual

atau potensial klien terhadap masalah kesehatan dan perawat mempunyai izin dan

berkompeten untuk mengatasinya. Respon aktual dan potensial klien didapatkan

dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis klien

di masa lalu yang dikumpulkan selama pengkajian (Potter dan Perry, 2005).

Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari pengkajian terhadap adanya

masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga dan koping

keluarga, baik yang bersifat aktual, resiko maupun sejahtera dinama perawat

memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan

keperawatan bersama- sama dengan keluarga dan berdasarkan kemampuan dan

sumber daya kelurga (IPKKI, 2017).

Dari hasil pengkajian yang telah peneliti kumpulkan, mulai pengkajian

awal, pengelompokkan data, mengidentifikasi masalah klien, hingga perumusan

diagnosa. Penulis menemukan 3 diagnosa keperawatan keluarga dalam buku

NANDA yang telah disusun berdasarkan prioritas masalah yaitu :

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Tn.B dengan hipertensi

2. Perilaku kesehatan cendrung beresiko

3. Kesiapan peningkatan koping keluarga


31

Dengan diangkatnya diagnosa keperawatan diatas, diharapkan semua

masalah keperawatan keluarga dapat teratasi. Penulis juga merencanakan

pemberian penyuluhan dan modifikasi lingkungan yang akan meningkatkan

pengetahuan pasien.

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi (perencanaan) adalah kategori dalam perilaku keperawatan

dimana tujuan yang terpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan dan

ditetapkan sehingga perencanaan keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan

(Potter dan Perry, 2005).

Dalam rencana keperawatan penulis menggunakan rencana keperawatan

yang telah disusun oleh Nanda Nic Noc sebagai standar. Dalam hal ini setiap

rencana keperawatan dikembangkan berdasarkan teori yang dapat diterima secara

logis dan sesuai dengan kondisi klien dilapangan. Pada teori dan kasus, serta

jurnal tidak ada perbedaan yang signifikan hanya beberapa modifikasi dan

beberapa inovasi yang penulis lakukan dan masih sejalan serta sinkron dengan

teori yang ada.

Sedangkan intervensi kepada keluarga Tn.B, penulis menggunakan rencana

asuhan keperawatan keluarga yang terdiri dari TUK 1 samapai dengan TUK 5.

Dengan 3 jurnal yaitu tentang :

1. Pengaruh Slow deep breathing terhadap tekanan darah lansia hipertensi di

puskesmas ubung Lombok tengah

2. Pengaruh madu terhadap kualitas tidur pada lansia


32

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat

untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status

kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan

(Potter dan Perry, 2005).

Berdasarkan perencanaan keperawatan pasien melakukan beberapa

aktivitas yang masing-masing diagnosa, penulis melakukan komunikasi disetiap

tindakan dan kegiatan yang dilakukan, konseling, serta tindakan penyelamatan

jiwa seperti keadaan psikososial dan spiritual.

Komunikasi yang digunakan adalah komunikasi terapeutik, dimana penulis

menjalin hubungan saling percaya, sehingga pasien nyaman saat dilakukan

tindakan. Asuhan keperawatan berupa tindakan yang dilakukan kepada pasien

dengan diagnosa sebagai berikut :

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Tn.B dengan hipertensi

a. Memberikan pendidikan kesehatan tentang proses penyakit hipertensi

b. Memberikan dukungan dalam membuat keputusan

c. Memberikan pengajaran untuk meningkatkan atau memperbaiki kesehatan

dengan cara perawatan dengan latihan slow deep breathing

d. Memberikan pengajaran memodifikasi lingkungan bagi penderita

hipertensi

e. Memberikan informasi mengunjungi fasilitas kesehatan

2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko


33

a. Memberikan pendidikan kesehatan tentang proses penyakit istirahat dan

tidur

b. Memberikan dukungan dalam membuat keputusan

c. Memberikan pengajaran untuk meningkatkan atau memperbaiki kesehatan

dengan cara perawatan dengan terapi herbal (madu)

d. Memberikan pengajaran memodifikasi Memberikan informasi

mengunjungi fasilitas kesehatan

3. Kesiapan peningkatan koping keluarga

a. Memberikan pendidikan kesehatan tentang proses penyakit “Covid-19

b. Memberikan dukungan dalam membuat keputusan

c. Memberikan pengajaran untuk meningkatkan atau memperbaiki kesehatan

dengan cara perawatan dengan terapi herbal (jeruk nipis)

d. Memberikan pengajaran memodifikasi lingkungan untuk mencegah

Covid-19

e. Memberikan informasi mengunjungi fasilitas kesehatan

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan

penatalaksanaan yang sudah berhasil dicapai (Potter dan Perry, 2005).

Dalam menjalankan asuhan keperawatan semua diagnosa keperawatan

berjalan dengan baik dan madalah keperawatan teratasi.

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Tn.B dengan hipertensi


34

Setelah dilakukan implementasi didapatkan evaluasi masalah teratasi pada

TUK 1 keluarga mampu mengenal masalah yaitu tentang pengetahuan proses

penyakit. Pada TUK 2 keluarga sudah memiliki pengetahuan dan pemahaman

pengambilan keputusan tindakan yang dapat dilakukan. Pada TUK 3 keluarga

dan Tn.B sudah mulai paham dengan perawatan yang dapat dilakukan untuk

pederita hipertensi. Pada TUK 4 keluarga dan Tn.B sudah paham dengan

modifikasi lingkungan. TUK 5 keluarga sudah paham dengan manfaaat

fasilitas pelayanan kesehatan yang bisa dipergunakan untuk peningkatan

kesehatan.

2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko

Setelah dilakukan implementasi didapatkan evaluasi masalah teratasi pada

TUK 1 keluarga mampu mengenal masalah yaitu tentang pengetahuan proses

penyakit. Pada TUK 2 keluarga sudah memiliki pengetahuan dan pemahaman

pengambilan keputusan tindakan yang dapat dilakukan. Pada TUK 3 keluarga

dan Tn.B sudah mulai paham dengan perawatan yang dapat dilakukan untuk

istirahat dan tidur. Pada TUK 4 keluarga dan Tn.B sudah paham dengan

modifikasi lingkungan. TUK 5 keluarga sudah paham dengan manfaaat

fasilitas pelayanan kesehatan yang bisa dipergunakan untuk peningkatan

kesehatan.

3. Kesiapan peningkatan koping keluarga

Setelah dilakukan implementasi didapatkan evaluasi masalah teratasi pada

TUK 1 keluarga mampu mengenal masalah yaitu tentang pengetahuan proses

penyakit. Pada TUK 2 keluarga sudah memiliki pengetahuan dan pemahaman


35

pengambilan keputusan tindakan yang dapat dilakukan. Pada TUK 3 keluarga

dan Tn.B sudah mulai paham dengan perawatan yang dapat dilakukan untuk

mencegah Covid-19. Pada TUK 4 keluarga dan Tn.B sudah paham dengan

modifikasi lingkungan. TUK 5 keluarga sudah paham dengan manfaaat

fasilitas pelayanan kesehatan yang bisa dipergunakan untuk peningkatan

kesehatan.
36

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penulisan Complementary Nursing Case Study setelah

praktek profesi keperawatan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan :

1. Mengetahui Konsep Hipertensi

Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan

kenaikan tekanan darah di atas nilai normal (140/90 mmHg atau lebih).

Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki

gejala khusus. Adapun gejala hipertensi antara lain: gejala ringan, seperti

pusing atau sakit kepala, sering gelisah, tengkuk terasa pegal, mudah marah,

telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat ditengkuk, mudah

lelah, mata berkunang-kunang, dan mimisan.

2. Mampu Melakukan Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskuler: Hipertensi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, pengkajian diawali dengan pasien

secara keseluruhan pada keluhan Tn.B dengan Hipertensi dilakukan Asuhan

Keperawatan tanggal 30 Maret – 25 April 2020, di dapatkan adanya

persamaan antara konsep teoritis dan kenyataan kasus yang ditemukan

dilapangan. Sesuai dengan data subjektif dan data objektif yang telah

ditemukan pada Tn.B maka diadapatkan 3 diagnosa yaitu:

a. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Tn.B dengan hipertensi


37

b. Perilaku kesehatan cendrung beresiko

c. Kesiapan peningkatan koping keluarga

Penulis memberikan asuhan keperawatan pada masalah Tn.B, yaitu

terapi Slow Deep Breathing, pemberian edukasi diit makanan terhadap

hipertensi, memodifikasi lingkungan terhadap hipertensi dan pemberian

penyuluhan kesehatan tentang Hipertensi, sehingga dapat disimpulkan bahwa

diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Tn.B dapat teratasi.

3. Mengaplikasikan Jurnal Terkait Asuhan Keperawatan Dengan

Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi

Adapun jurnal yang di aplikasikan pada Asuhan Keperawatan pada Tn.B

Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi adalah Pengaruh Slow

deep breathing terhadap tekanan darah lansia hipertensi di puskesmas ubung

Lombok tengah, hubungan dukungan keluarga memengaruhi kepatuhan

pasien hipertensi, dan pengaruh madu terhadap kualitas tidur pada lansia.

4. Melakukan Telaah Jurnal Terkait Asuhan Keperawatan Dengan

Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi

A. Pengaruh Slow deep breathing terhadap tekanan darah lansia hipertensi di

puskesmas ubung Lombok tengah

Dari intervensi yang telah dilakukan kepada Tn.B maka didapatkan hasil

adanya pengaruh slow deep breathing terhadap hipertensi. Hal ini sejalan

dengan penelitian Sumartini (2019) didapatkan adanya pengaruh slow

deep breathing terhadap tekanan darah lansia hipertensi di Puskesmas

Ubung Lombok Tengah.


38

B. Dukungan Keluarga Memengaruhi Kepatuhan Pasien Hipertensi

Dari intervensi yang telah dilakukan kepada Tn.B maka didapatkan hasil

dukungan keluarga dapat mempengaruhi kepatuhan pasien, sehingga

pasien dapat melakukan pengobatan dengan optimal. Hal ini sejalan

dengan penelitian Yeni (2016) didapatkan bahwa dukungan keluarga

mempunyai hubungan sangat kuat dengan kepatuhan dan terdapat

hubungan searah, sehingga semakin tinggi dukungan keluarga maka

semakin tinggi kepatuhan.

C. Pengaruh Madu Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia

Dari intervensi yang telah dilakukan kepada keluarga Tn.B maka

didapatkan hasil pengaruh madu terhadap peningkatan kualitas tidur. Hal

ini sejalan dengan penelitian Ferdian (2015) didapatkan bahwa ada

perbedaan antara kualitas tidur sebelum diberikan madu dan kualitas tidur

setelah diberikan madu pada lansia dengan.

B. Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan oleh penulis terkait dengan karya tulis

ilmiah ini adalah :

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk lebih menambah referensi

mengenai Hipertensi dan bisa memperdalam lagi ilmu pembelajaran mengenai

terapi Complementary Nursing Case Study dengan gangguan sistem

kardiovaskuler: Hipertensi.
39

2. Bagi Institusi Pelayanan Puskesmas

Diharapkan kepada institusi pelayanan puskesmas untuk memberikan asuhan

keperawatan keluarga dengan Hipertensi dan bisa melakukan pembaharuan

terhadap tindakan keperawatan sesuai dengan jurnal keperawatan dan dapat

mengembangkan Complementary Nursing Case Study sebagai acuan pada

pengobatan nonfarmakologis.

3. Bagi Pasien dan Keluarga

Diharapkan informasi yang didapat menjadi pengalaman bagi pasien dan

keluarga khususnya penyakit Hipertensi, sehingga pasien disiplin dalam

pengobatan, dan diharapkan bagi keluarga agar memberikan motivasi dan

dukungan agar yakin bahwa penyakit akan sembuh, dan percaya bahwa

penyakit ini hanya ujian dari Allah SWT.

4. Bagi Mahasiswa

Diharapkan bisa mendapatkan intervensi inovatif lebih, dalam penanganan

masalah keperawatan Hipertensi, dan juga bisa mengaplikasikan ilmu

pengetahuan dibidang perawatan keluarga dan mampu memberikan asuhan

keperawatan Complementary Nursing Case Study yang profesional.


40

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta : DIVA Press


Baradero

Bisnu. 2017. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Derajat Hipertensi Pada


Pasien Hipertensi di Puskesmas Ranomuut Kota Manado . Manado: e-Journal
Keperawatan

Carpenito. 1998. Diagnosa Keperawatan. Aplikasi Pada Praktik Klinis. EGC,


Jakarta.

Friedman. 2010. Keperawatan Keluarga teori dan praktik. Jakarta : EGC

Hartutik. 2017. Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki Terhadap Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi Primer. Surakarta: GASTER

Hernilawati. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulsel: Pustaka As-
Salam

KEMENKES. 2013. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia


Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
LKjIP. 2018. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Kesehatan
Provinsi Riau Tahun 2018
Martha, Karnia. 2012. Panduan Cerdas Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: Araska
Martini, F. 2006. Fundamentals of Anatomy & Physiology. Seventh Edition, Pearson,
Benjamin Cummings
MPPKI. 2019. Terapi Non Farmakologi dalam Pengendalian Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi: Systematic Review. Sulsel: Media Publikasi Promosi
Kesehatan Indonesia
Nanda.(2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Ed. 10
editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru.Jakarta: EGC.
41

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementrian Kesehatan.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementrian Kesehatan.

Sepdianto. 2010. Penurunan Tekanan Darah Dan Kecemasan Meallaui Latihan Slow
Deep Breathing Pada Pasien Hipertensi Primer. Depok : Jurnal Keperawatan
Universitaas Indonesia
Smelzer, S.C. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 1 Edisi 8. Jakarta :
EGC
Sudiharto (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan
Transkultural. Jakarta: EGC
Sumartini. 2019. Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap Tekanan Darah Lansia
Hipertensi Di Puskesmas Ubung Lombok Tengah. Mataram: Jurnal
Keperawatan

Suprajitno.(2004). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik.Jakarta:


EGC

Susilo, Y. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta : Andi

Sutanto. 2010. Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol dan


Diabetes. Yogyakarta : CV. Andi.

Tarwoto.2011. Pengaruh Latihan Slow Deep Breathing Terhadap Intensitas Nyeri


Kepala Akut Pada Pasien Cedera Kepala Ringan. Jakarta: Universitas
Indonesia

Yeni. 2016. Dukungan Keluarga Memengaruhi Kepatuhan Pasien Hipertensi.


Padang: Jurnal Keperawatan
Vitahealth. 2006. Hipertensi. Jakata: PT. Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai