Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL KEGIATAN PENYULUHAN HIPERTENSI KEPERAWATAN

KELUARGA DAN KOMUNITAS DI DUSUN IV BARAT A TANJUNG GUSTA KEC.


SUNGGAL KAB. DELI SERDANG

DISUSUN OLEH :
SESIANA RAHMAWATI
220202070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
T.A 2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas nilai normal. Menurut Nurarif
A.H. & Kusuma H. (2016), hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sekitar
140 mmHg atau tekanan diastolik sekitar 90 mmHg. Hipertensi merupakan masalah yang
perlu diwaspadai, karena tidak ada tanda gejala khusus pada penyakit hipertensi dan
beberapa orang masih merasa sehat untuk beraktivitas seperti biasanya. Hal ini yang
membuat hipertensi sebagai silent killer (Kemenkes, 2018), orang-orang akan tersadar
memiliki penyakit hipertensi ketika gejala yang dirasakan semakin parah dan
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.

Menurut Riskesda tahun 2018 penderita hipertensi di Indonesia mencapai 8,4%


berdasarkan diagnosa dokter pada penduduk umur ≥ 18 tahun, Berdasarkan hasil
pengukuran tekanan darah pada penduduk prevalensi penderita hipertensi di Indonesia
adalah sekita 34,1%, sedangkan pada tahun 2013 hasil prevalensi penderita hipertensi di
Indonesia adalah sekitar 25,8%. Hasil prevalensi dari pengukuran tekanan darah tahun
2013 hingga tahun 2018 dapat dikatakan mengalami peningkatan yaitu sekitar 8,3%. Data
dari Riskesda tahun 2018 juga mengatakan bahwa prevalensi hasil pengukuran darah
pada penderita hipertensi terdapat pada provinsi Kalimantan Selatan dengan prevalensi
penderira sekitar 44,1% atau lebih tinggi dari rata-rata prevalensi hasil pengukuran darah
di Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri berdasarkan hasil pengukuran tekanan
darah pada penduduk yaitu menempati posisi ke-13 dan prevalensi rata-rata penderita
hiperensi berada dibawah prevalensi penderita hipertensi di Indonesia (Kemenkes, 2018).

Hipertensi pada lansia merupakan hal yang sering ditemukan dikarena sebagian besar
orang-orang paruh baya atau lansia berisiko terkena hipertensi. Hipertensi pada lansia
disebabkan oleh penurunan elastisitas dinding aorta, penebalan katub jantung yang
membuat kaku katub, menurunnya kemampuan memompa jantung, kehilangan elastisitas
pembuluh darah perifer, dan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Nurarif
A.H. & Kusuma H., 2016). Penyebab lansia menderita hipertensi diatas karena
kemunduran fungsi kerja tubuh.

Keluarga mempunyai peranan sangat penting dalam upaya peningkatan kesehatan dan
pengurangan resiko penyakit dalam masyarakat karena keluarga merupakan unit terkecil
dalam masyarakat. Bila terdapat masalah satu anggota keluarga akan menjadi satu unit
kelurga. Karena ada hubungan yang kuat antara kelurga dengan status anggota
kelurganya. Peran keluarga sangat penting dalam setiap aspek keperawatan kesehatan
anggota kelurganya, untuk itulah keluargalah yang berperan dalam menetukan cara
asuhan yang diperlukan oleh keluarga (Dion & Betan, 2013).

Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan, ada
5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman ( 1998 ) dalam Dion &
Betan, ( 2013 ) yaitu : mengenal masalah dalam kesehatan keluarga, membuat keputusan
tindakan yang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit,
mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat, menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat. Tugas keluarga tersebut harus selalu
dijalankan. Apabila salah satu atau beberapa diantara tugas tersebut tidak dijalankan
justru akan menimbulkan masalah kesehatan dalam keluarga.

Berdasarkan Pengkajian yang telah dilakukan di Desa Tanjung Gusta Barat B didapatkan
hasil 27.6 % yang mengalami hipertensi pada usia dewasa. Untuk itulah perlu dilakukan
upaya pelayanan kesehatan keluarga dengan hipertensi yang salah satunya adalah
keluarga Tn. T Dari latar belakang di atas, perlu dilakukan upaya pelayanan kesehatan
dengan asuhan keperawatan pada keluarga Tn.T

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga Tn.T dengan masalah


hipertensi yang dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dan pendokumentasian.

1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah hipertensi.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan masalah hipertensi
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada pasien dengan masalah hipertensi
3. Mahasiswa mampu menetapkan intervensi keperawatan pada pasien dengan
masalah hipertensi
4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada pasien dengan masalah
hipertensi
5. Mahasiswa mampu evaluasi keperawatan pada pasien dengan masalah hipertensi
6. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian pada pasien dengan masalah
hipertensi.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Hipertensi


1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan pada tekanan darah
yang memberi gejala akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke untuk otak,
penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung, dan hipertrofi ventrikel
kanan untuk otot jantung. (Candra, 2018).

Hipertensi merupakan suatu keadaan medis yang cukup serius dimana secara
signifikan dapat meningkatkan risiko penyakit hati, otak, ginjal, jantung, dan
penyakit lainnya. Hipertensi dapat terjadi apabila tekanan darah lebih besar dari
dinding arteri dan pembuluh darah itu sendiri (WHO, 2019).

2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Mayo Clinic, 2018 Hipertensi memiliki dua jenis :
a. Hipertensi primer (esensial) Pada usia dewasa, hipertensi terjadi tanpa gejala
yang tampak. Peningkatan tekanan darah secara terus menerus dan telah terjadi
lama baru dikatakan seseorang menderita hipertensi meskipun penyebab
pastinya belum jelas. Pada kasus peningkatan tekanan darah ini disebut dengan
hipertensi primer (esensial).
b. Hipertensi sekunder Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi yang
disebabkan oleh beberapa factor tidak terkontrol. Pada kejadian ini disebut
dengan hipertensi sekunder dimana peningkatan darah yang terjadi dapat
melebihi tekanan darah pada hipetensi primer.

Selain itu, hipertensi juga dibagi berdasarkan bentuknya, yaitu :


a. Hipertensi diastolic, dimana tekanan diastolic meningkat lebih dari nilai normal.
Hipertensi diastolic terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi jenis ini
terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal yang
berakibat memperbesar tekanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan
meningkatkan tekanan darah diastoliknya. Tekanan diastolic berkaitan dengan
tekanan arteri ketika jantung berada pada kondisi relaksasi.
b. Hipertensi sistolik, dimana tekanan sistolik meningkat lebih dari nilai normal.
Peningkatan tekanan sistolik tanpa diiringi peningkatan tekanan distolik dan
umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan
tingginya tekanan darah pada arteri apabila jantung berkontraksi. Tekanan ini
merupakan tekanan maksimal dalam arteri dan tercermin pada hasil pembacaan
tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar. c. Hipertensi
campuran, dimana tekanan sistolik maupun tekanan diastolic meningkat melebihi
nilai normal. (Kemenkes RI, 2018)

3. Gejala Hipertensi
Menurut Kemenkes RI, 2018 tidak semua penderita hipertensi memiliki gejala
secara tampak, mayoritas dari penderitanya mengetahui menderita hipertensi setelah
melakukan pemeriksaan pada fasilitas kesehatan baik primer maupun sekunder. Hal
ini pula yang mengakibatkan hipertensi dikenal dengan sebutan the silent killer.
Tetapi pada beberapa penderita memiliki gejala seperti :
a. Sakit Kepala
b. Gelisah
c. Jantung berdebar-debar
d. Pusing
e. Penglihatan kabur
f. Rasa sesak di dada
g. Mudah lelah

4. Manifestasi
Sebagian besar penderita hipertensi tidak dijumpai kelainan apapun selain
peningkatan tekanan darah yang merupakan satu-satunya gejala. Setelah beberapa
tahun penderita akan mengalami beberapa keluhan seperti nyeri kepala di pagi hari
sebelum bangun tidur, nyeri ini biasanya hilang setelah bangun. Jika terdapat gejala,
maka gejala tersebut menunjukkan adanya kerusakan vaskuler dengan manifestasi
khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.
Melalui survey dan berbagai hasil penelitian di Indonesia, menunjukkan bahwa
keluhan penderita hipertensi yang tercatat berupa pusing, telinga berdengung, cepat
marah, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, sakit kepala,
mata berkunang-kunang, gangguan neurologi, jantung, gagal ginjal kronik juga tidak
jarang dijumpai. Dengan adanya gejala tersebut merupakan pertanda bahwa
hipertensi perlu segera ditangani dengan baik dan patuh.

5. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi


a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :
1) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita diketahui
mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pria ketika berusia 20-30
tahun. Tetapi akan mudah menyerang pada wanita ketika berumur 55 tahun,
sekitar 60% menderita hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal ini dikaitkan
dengan perubahan hormon pada wanita setelah menopause (Endang Triyanto,
2014).
2) Umur
Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan berubah di usia 20-
40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih meningkat secara cepat. Sehingga,
semakin bertambah usia seseorang maka tekanan darah semakin meningkat.
Jadi seorang lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih tinggi
dibandingkan diusia muda (Endang Triyanto, 2014).
3) Keturunan (genetik)
Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga yang telah
menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
individu sehingga pada orang tua cenderung beresiko lebih tinggi menderita
hipertensi dua kali lebih besar dibandingan dengan orang yang tidak
mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi (Buckman, 2010).
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan darah.
Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan
kurangnya pengetahuan dalam menerima informasi oleh petugas kesehatan
sehingga berdampak pada perilaku atau pola hidup sehat (Armilawaty, Amalia
H, Amirudin R., 2007).
b. Faktor resiko hipertensi yang dapat dikonrol
1) Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya melakukan
aktivitas sehingga asupan kalori mengimbangi kebutuhan energi, sehingga
akan terjadi peningkatan berat badan atau obesitas dan akan memperburuk
kondisi (Anggara, F.H.D., & N. Prayitno, 2013).
2) Kurang olahraga
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk mengurangi
peningkatan tekanan darah tinggi yang akan menurunkan tahanan perifer,
sehigga melatih otot jantung untuk terbiasa
3) Melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.
Kebiasaan merokok, Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini
dikarenakan di dalam kandungan nikotik yang dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh darah.
4) Konsumsi garam berlebihan
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi
peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak
lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram) (H. Hadi Martono
Kris Pranaka, 2014-2015).
5) Minum alkohol
Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah yang tergolong parah karena dapat menyebabkan
darah di otak tersumbat dan menyebabkan stroke.
6) Minum kopi
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam satu cangkir
kopi dapat meningkatakan tekanan darah 510 mmHg.
7) Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan meningkatkan
frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi vaskuler, efek samping ini akan
meningkatkan tekanan darah. Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan
darah sebesar 30 mmHg. Jika individu meras cemas pada masalah yang di
hadapinya maka hipertensi akan terjadi pada dirinya. Hal ini dikarenakan
kecemasan yang berulang-ulang akan mempengaruhi detak jantung semakin
cepat sehingga jantung memompa darah keseluruh tubuh akan semakin cepat.
6. Komplikasi
Komplikasi Hipertensi merupakan factor utama dalam terjadinya penyakit gagal
ginjal, otak, gagal jantung, dan penglihatan. Peningkatan tekanan darah yang tinggi
umumnya meningkatkan risiko terjadinya komplikasi tersebut.
Pada sebagian besar penderita hipertensi yang gejalanya tidak tampak, langkah
pengobatan pun juga terkendala untuk dilakukan sehingga mengakibatkan perluasan
penyakit termasuk pada organ tubuh lainnya. Dimana hal tersebut meningkatkan
angka mortilitas akibat penyakit hipertensi ini.
a. Gangguan penglihatan Tekanan darah yang meningkat secara terus menerus dapat
mengakibatkan pada kerusakan pembuluh darah pada retina. Semakin lama
seseorang mengidap hipertensi dimana tekanan darah yang terjadi meningkat
maka kerusakan yang terjadi pada retina juga semakin berat. Selain itu, gangguan
yang bisa terjadi akibat hipertensi ini juga dikenal dengan iskemik optic neuropati
atau kerusakan saraf mata. Kerusakan parah dapat terjadi pada penderita
hipertensi maligna, dimana tekanan darah meningkat secara tiba-tiba.
b. Gagal ginjal Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif
akibat tekanan darah tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan glomerulus. Kerusakan
glomerulus ini berakibat pada darah yang mengalir ke unit 21 fungsional ginjal
terganggu. Kerusakan pada membrane glomerulus juga berakibat pada keluarnya
protein secara menyeluruh melalui urine sehingga sering dijumpai edea sebagai
akibat dari tekanan osmotic koloid plasma yang berkurang. Gangguan pada ginjal
umumnya dijumpai pada penderita hipertensi kronik.
c. Stroke Stroke terjadi ketika otak mengalami kerusakan yang ditimbulkan dari
perdarahan, tekanan intra karnial yang meninggi, atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh darah non otak yang terpajan pada hipertensi kronik
apabila arteri-arteri yang mengalirkan suplai darah ke otak mengalami hipertropi
atau penebalan.
d. Gangguan jantung Gangguan jantung atau yang dikenal dengan infark miokard
terjadi ketika arteri koroner mengalami arteriosklerosis. Akibat dari ini adalah
suplay oksigen ke jantung terhambat sehingga kebutuhan oksigen tidak terpenuhi
dengan baik sehingga menyebabkan terjadinya iskemia jantung (Nuraini, 2015)

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam praktek
keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan
komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar
keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (WHO,
2014). Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui
praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut (Heniwati, 2008) :

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Sumber
informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode wawancara keluarga,
observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data
sekunder. Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama
2) Umur
3) Alamat dan telepon
4) Pekerjaan
5) Pendidikan
6) Nomor
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa
tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit,
sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga dari pihak suami dan istri
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara berkomunikasi
antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma
yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan.
5) Fungsi keluarga :
a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada
anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau
hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar
disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta merawat anggota
keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenal sehat
sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan
dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas
kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan
kesehatan pada anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan
yang dapat meningkatan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana
kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil keputusan dalam
tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan
yang mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada.
6) Stres dan Koping Keluarga
a) Stressor jangka pendek dan panjang
Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan. Stressorr
jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi
permasalah
e) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada
akhir pengkajian, menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.

2. Diagnosa Keperawatan
Dari pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka diagnosa keperawatan
keluarga yang mungkin muncul adalah :
a. Manajemen keluarga tidak efektif, yaitu pola penanganan masalah kesehatan
dalam keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan kondisi kesehatan anggota
keluarga.
b. Manajemen kesehatan tidak efektif, yaitu pola pengaturan dan pengintegrasian
penanganan masalah kesehatan ke dalam kebiasaan hidup sehari-hari tidak
memuaskan untuk mencapai status kesehatan yang diharapkan.
c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu ketidakmampuan mengidentifikasi,
mengelola dan atau menemukan bantuan untuk mempertahankan kesehatan.
d. Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi anggota keluarga
dalam mengatasi situasi yang dialami klien secara efektif dan menunjukkan
keinginan serta kesiapan untuk meningkatkan kesehatan keluarga dan klien.
e. Penurunan koping keluarga yaitu ketidakefektifan dukungan, rasa nyaman,
bantuan dan motivasi orang terdekat (anggota keluarga atau orang berarti) yang
dibutuhkan klien untuk mengelola atau mengatasi masalah kesehatan.
Ketidakberdayaan, persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan
mempengaruhi hati secara signifikan, persepsi kurang kontrol pada situasi saat
ini atau yang akan datang.
f. Ketidakmampuan koping keluarga, yaitu perilaku orang terdekat (anggota
keluarga) yang membatasi kemampuan dirinya dan klien untuk beradaptasi
dengan masalah kesehatan yang dihadapi klien.
Yang menjadi etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan yang muncul adalah
hasil dari pengkajian tentang tugas kesehatan keluarga yang meliputi 5 unsur sebagai
berikut :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada
anggota keluarga
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
penyakit hipertensi
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan
yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna
perawatan dan pengobatan hipertensi

3. Rencana Keperawatan
Perencanaan adalah sekelompok tindakan yang ditentukan untuk dilaporakan dalam
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yan gtelah diidentifikasi (Effendy, 2007).
Perencanaan terdiri dari:
a) Prioritas masalah
Dengan memperhatikan beberapa kriteria, yaitu:
1) Sifat masalah (aktual, risiko, potensial)
2) Kemungkinan masalah dapat diubah (mudah, sebagian, sulit)
3) Potensi dapat dicegah (tinggi, cukup, rendah)
4) Menonjolnya masalah
Adapun cara menghitung skoring prioritas masalah tersebut
adalah sebagai berikut:
Skor x
Bobot
Angka Tertinggi
1) Skor dibagi angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot
2) Jumlah skor untuk semua kriteria
3) Dari sekian beberapa masalah yang diskoring tadi, maka nilai masalah
dengan nilai tertinggi
4) Prioritas disusun berdasarkan skor tertinggi

b) Tujuan

Tujuan asuhan keperawatan pada tingkat keluarga adalah meinigkatkan kemampuan


keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya yang meliputi pelaksanaan tugas
kesehatan keluarga. Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem
keperawatan. Sedangkan tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana mengatasi
etiologi yang berorientasi pada lima tugas kesehatan keluarga sebagai berikut:
1) Mengenal masalah kesehatannya
2) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
3) Merawat atau menolong anggota keluarga yang sakit
4) Memelihara lingkungan rumah yang biasa mempengaruhi kesehatan dan
pengembangan pribadi
5) Memanfaatkan sumber yang ada dimasyarakat guna pemeliharaan
kesehatan
c) Rencana Tindakan
Rencana tindakan merupakan suatu rencana tindakan keperawatan berdasarkan masalah
keperawatan untuk menyelesaikan masalah keperawatan. Rencana ini disesuaikan
berdasarkan prioritas masalah keperawatan. Adapun bentuk tindakan yang dilakukan
dalam intervensi:
1) Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai
masalah
2) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yanbelum diketahui
3) Memberikan penyuluhan atau penjelasan dengan keluarga
4) Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal yang positif
5) Memberikan pujian pada keluarga atau usahanya

4. Implementasi
Pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana perawtan kesehatan keluarga. Perawat
melaksanakan tindakan-tindakan keperawtan yang telah direncanakan disesuaikan
dengan keadaan keluarga.
5. Evaluasi
Merupakan pengukuran keberhasilan dalam pelaksanaan dari tindakan keperawatan
yang direncanakan. Evaluasi biasa berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
Dimana evaluasi mengungkapkan tiga masalah atau kemungkinan, yaitu
1) Masalah dapat diselesaikan
2) Sebagian saja masalah yang dapat terpecahkan
3) Muncul masalah baru.
BAB 3

SATUAN ACARA PENYULUHAN TENTANG HIPERTENSI KEPERAWATAN


KELUARGA DAN KOMUNITAS DI DESA DUSUN IV BARAT A DESA TANJUNG
GUSTA KEC. SUNGGAL KAB. DELI SERDANG

Pokok Bahasan : Penerapan Jus Tomat Terhadap Penurunan Tekanan Darah

Sub pokok bahasan :Mengetahui tentang pengertian dari hipertensi, mengetahui ciri-ciri
hiperteensi, mengetahui tanda dan gejala hipertensi, komplikasi
hipertensi
Sasaran : Pengetahuan masyarakat tentang hipertensi
Tempat : Dusun IV Barat A Desa Tanjung Gusta kec. Sunggal kab. Deli
Serdang

Tanggal : 19 Desember 2022


Waktu : WIB

Perorganisasian waktu
1 Acara diawali dengan pembukaan oleh ketua : SESIANA RAHMAWATI
Penyuluhan tentang hipertensi sasaran dapat mengerti dan memahami serta
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yang disampaikan selama 20 menit
AYU ASHARI SARUSUK
2 Penutup oleh Pembawa Acara : Tiara Mahbengi

Organisasi Kepanitiaan
Ketua Panitia : Sesiana Rahmawati
Sekretaris : Tiara mahbengi
Bendahara : Hemmia Florenta
Pembawa Acara : Linda susanti
Penyaji/Leader : Ayu ashari sarusuk

Sie. Perlengkapan :
1. Jiwa sukma sipayung
3. Bertina Munthe
Sie. Konsumsi :
1. Elfrida Saragih
2. Nadia Aramita

Sie. Dokumentasi :
1. Reihanisya Fitra

Sie Penerima Tamu :


1. Alhamdika

Peserta : masyarakat Dusun IV Barat A Kecamatan Sunggal,


Kabupaten Deli Serdang
8) Uraian Tugas
1 Ketua panitia
Bertanggung jawab terhadap kelangsungan acara sejak perencanaan, persiapan,
pelaksanaan, hingga berakhirnya kegiatan serta mengkoordinasikan pelaksanaan
kegiatan
2 Sekretaris
Bertanggung jawab mendokumentasikan seluruh kegiatan (perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi).
3 Bendahara
Bertanggung jawab mempersiapkan dana untuk kegiatan
4 Penyaji
Bertanggung jawab memimpin dan mengarahkan proses acara, merencanakan
pertemuan berikutnya dan menutup acara.
5 Pembawa Acara
Bertanggung jawab dalam memfasilitasi peserta untuk menggali informasi yang
berhubungan dengan kesehatan, membuka dan menutup acara selesai.
6 Dokumentasi
Bertanggung jawab dalam memfasilitasi dokumentasi (Photo/Video) dari setiap
kegiatan yang dilakukan selama penyuluhan berlangsung.
7 Peralatan
Bertangguang jawab dalam penyediaan fasilitas media non media yang
diperlukan selama berlangsungnya kegiatan hingga selesai nya kegiatan.

9) Susunan Acara
a) Kata Sambutan
Ketua Panitian: Dosen USM-Indonesia

10) Settingan Tempat

Keterangan :
= Perawat

= Dosen pembimbing stase

= warga dusun IV barat A


11) Kriteria Evaluasi
a) Struktur evaluasi
Waktu pelaksanaan yang ditentukan yaitu :
Hari: Senin
Waktu : 10.00 WIB
b) Proses Evaluasi
100% masyarakat mengerti tentang penyuluhan yang dilaksanakan.
c) Evaluasi Hasil

I. Tujuan instruksi umum


Setelah dilaksanakan penyuluhan mengenai hipertensi sasaran dapat mengerti dan
memahami serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
II. Tujuan insruksional khusus

Setelah mengikuti penyuluhan peserta diharapkan mampu:


1. Mengetahui tentang pengertian hipertensi
2. Mengatahui tentang penyebab hipertensi
3. Mengatahui tentang tekhnik perawatan hipertensi
4. Mengetahui tentang dampak hipertensi
III. Sasaran
Masyarakat Dusun IV Barat A Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang
IV. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab/diskusi
V. Media

Leaflet,materi penyuluhan.
VI. Kegiata penyuluhan

No Waktu Penyuluhan kegiatan Kegiatan peserta


1 10 Menit Pembukaan:
a. Salam pembukaan
b. Meperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan
penyuluhan
d. Menentukan kontrak waktu
e. Menyebutkan materi
penyuluhan
2 20 Menit
Pelaksanaan:
1. Mengetahui tentang
pengertian hipertensi
2. Mengatahui tentang
penyebab hipertensi
3. Mengatahui tentang
tekhnik perawatan
hipertensi
4. Mengetahui tentang
dampak hipertensi
5. memberikan
kesempaatan kepada
3 5 menit peserta untuk
bertanya

Evaluasi
Menanyakan kepada peserta
4 5 menit penyuluhan tentang materi yang
diberikan
Penutup:
a. mengucapkan terimakasih
kepada peserta penyuluhan
b. mengucapkan salam

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

Penerapan Jus Tomat Terhadap Penurunan Tekanan Darah

No dokumen No revisiHalaman

Tomat memiliki kandungan kalium, likopen kedua kandungan itu berguna


untuk menurunkan tekanan darah. Berdasarkan penelitian terdahulu
mengkonsumsi tomat dalam waktu satu sampai dua pekan mampu
Pengertian menurunkan tekanan darah. Kandungan kalium di 100 gr tomat
mengandung 235 mg kalium. Kalium berguna untuk mencegah
meningkatnya tekanan darah dengan cara vasodilator dapat
mengakibatkan pengurangan retensi perifer dan menaikkan cardiac
output, selain itu kalium bertugas menjadi diuretik sehingga penyingkiran
natrium dan cairan menjadi bertambah.

Tujuan Untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi

 Alat
 Stetoskop
 Sphygnomanometer
 alat tulis
 150 gram tomat merah matang
PersiapanAlat  50 ml air
 Blender
 Pisau
 Penyaring
 gelas ukur 200 cc
 Cara membuat jus tomat

 langkah-langkah
 cuci bersih tomat kemudian potong potong tomat
Prosedur  lalu blender semua bahan hingga halus dan rata yang terakhir
saring jus tomat

Hal-hal yang Jus tomat diminum satu kali sehari setiap pagi sebelum makan dan
Perlu minum 1 gelas jus tomat selama 7 hari berturut- turut
Diperhatikan

Anda mungkin juga menyukai