Anda di halaman 1dari 30

KEPERAWATAN GERONTIK

“Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler: Hipertensi”

Disusun Oleh
Kelompok 1 A1 2019
:
Dea Anggun Safitri (1911311016)
Tazkia Alyaa (1911311022)
Nada Dwi Ranita (1911311043)
Saskia Putri Maharani (1911312052)
Rizky Arsi Viona (1911313018)

PROGRAM STUDI ILMU


KEPERAWATAN FAKULTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS
ANDALAS
PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kelancaran kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik. Makalah
ini memuat tentang “Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler:
Hipertensi”. Makalah ini tidak akan selesai tepat pada waktunya tanpa bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang berkaitan dalam proses
penyelesaian makalah ini. Dalam membuat makalah ini tentu ada kurang dan salahnya,
sehingga penulis memiliki harapan besar kepada pembaca agar memberikan kritik dan saran
yang membangun. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.

Padang, 11 September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Hipertensi Pada Lansia3

2.2 Asuhan Keperawatan Teoritis Hipertensi Pada Lansia10

BAB III Skenario Kasus

3.1 Asuhan Keperawatan Kasus Hipertensi Pada Lansia18

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan26

4.2. Saran 26

DAFTAR PUSTAKA27

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lansia atau lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas (Kemenkes RI,
2019). Lansia lebih memiliki risiko atau memungkinkan untuk mengalami berbagai
penyakit khususnya penyakit degeneratif jika dibandingkan dengan usia muda. Penyakit
degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas
hidup serta produktivitas seseorang (Nisak; Maimunah; Admadi, 2018). Salah satu
penyakit degeneratif pada lansia yang sering timbul tanpa gejala adalah hipertensi.
Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensinya yang terus meningkat
sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik dan stres
psikososial. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan
sistolik ≥ 140mmHg dan/atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.
Hipertensi merupakan penyebab kematian dini di seluruh dunia yang sebenarnya
dapat dicegah. Di Indonesia, Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama morbiditas
dan mortalitas, sehingga tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang sangat
umum dilakukan di berbagai tingkat fasilitas kesehatan. Penyakit hipertensi sering disebut
sebagai “silent killer” karena bisa muncul tanpa gejala atau tanda-tanda peringatan,
sehingga banyak yang tidak menyadarinya (Brunner dan Suddarth, 2013). Kondisi
demikian menjadi salah satu penyebab terlambat nya penanganan pada pasien dengan
hipertensi, karena mayoritas pasien datang ke fasilitas kesehatan apabila telah terjadi
komplikasi akibat penyakit hipertensi. Tekanan darah yang dibiarkan tinggi dalam waktu
yang cukup lama dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh lain seperti stroke (untuk
otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan left ventricle
hypertrophy (untuk otot jantung). Komplikasi stroke inilah yang sering kali menjadi
penyebab kematian seseorang yang memiliki hipertensi (Dodani, 2011; Balqis, 2019).
Penatalaksanaan hipertensi seperti kepatuhan diet, kepatuhan minum obat hipertensi,
dan modifikasi lingkungan merupakan hal penting yang dapat mengontrol hipertensi pada
lansia yang selanjutnya dapat mencegah terjadinya komplikasi (Brahmantya dan
Adiputra, 2018). Dalam melaksanakan manajemen hipertensi ini, dukungan dan motivasi
kepada lansia penting dilakukan oleh berbagai pihak mulai dari keluarga, petugas
kesehatan hingga masyarakat (kader posyandu lansia) (Nuryanto dan Adiana, 2019).

1
Mengingat pentingnya pencegahan dan pengobatan dari hipertensi ini, maka selanjutnya
akan dibicarakan tentang konsep dan asuhan keperawatan hipertensi pada lansia.

1.2 Rumusan Masalah


a) Bagaimanakah konsep dari hipertensi pada lansia ?
b) Bagaimanakah bentuk asuhan keperawatan hipertensi pada lansia ?

1.3 Tujuan Penulisan


a) Mengetahui konsep dari hipertensi pada lansia
b) Mengetahui bentuk asuhan keperawatan hipertensi pada lansia

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Hipertensi Pada Lansia
1. Definisi Hipertensi
Lanjut usia adalah dimana seseorang mengalami pertambahan umur dengan disertai
dengan penurunan fungsi fisik yang ditandai dengan penurunan massa otot serta
kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, peningkatan lemak tubuh, dan penurunan
fungsi otak (Carolina et al. 2019).
Berikut klasifikasi lansia menurut Depkes RI (2015) :
a. Usia lanjut presenilis yaitu abtara usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan
masalah kesehatan.
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,
ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya
(NANDA, 2015).

Hipertensi yang diderita seseorang erat kaitannya dengan tekanan sistolik dan
diastolik atau keduanya secara terus menerus. Tekanan sistolik berkaitan dengan
tingginya tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi, sedangkan tekanan darah
diastolik berkaitan dengan tekanan arteri pada saat jantung relaksasi diantara dua denyut
jantung. Diperkirakan 23% wanita dan 14% pria berusia lebih dari 65 tahun menderita
hipertensi. Prevalensi hipertensi di dunia diperkirakan sekitar 15-20%. Hipertensi lebih
banyak menyerang pada golongan usia 55-64 tahun. Tingginya hipertensi sejalan dengan
bertambahnya umur yang disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar
sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah kaku, sebagai
peningkatan pembuluh darah sistolik.

2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a) Hipertensi primer (esensial)

3
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
mempengaruhinya yaitu :genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem
renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang
meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alkohol dan polisitemia.
b) Hipertensi sekunder
Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom chusing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Menurut NANDA 2015, Hipertensi pada usia lanjut dibedakan menjadi :

a) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau
tekanan diastolik sama atau lebi besar dari 90 mmHg
b) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi ada pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :

a) Elastisitas dinding aorta menurun


b) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Tanda dan gejala di atas dipengaruhi oleh perkalian antara Cardiac Output (CO)
dengan tahanan perifer yang menyebabkan tekanan darah meningkat.

Adapun penyebab yang mempengaruhi tekanan darah pada lanjut usia adalah usia,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, aktivitas fisik, faktor genetik (keturunan), asupan
makan, kebiasaan merokok, dan stres. (Sumarni, Sampurno, and Aprilia 2016).

Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi yaitu
usia lanjut dan adanya riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga, obesitas, kadar
garam tinggi, dan kebiasaan hidup seperti merokok dan minuman beralkohol. Selain itu
juga terdapat faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi yaitu

4
kelebihan berat badan yang diikuti dengan kurangnya berolahraga, serta mengonsumsi
makanan yang berlemak dan berkadar garam tinggi. (Haswan 2017)

3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatantekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal iniberarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur
b) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis Beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu :
● Mengeluh sakit kepala, pusing
● Lemas, kelelahan
● Sesak nafas

5
● Gelisah
● Mual
● Muntah
● Epistaksis
● Kesadaran menurun

4. Pathway

5. Komplikasi
a) Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak otak yang terpajan tekanan tinggi.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi
otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat
menjadi lemah, sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma. Gejala
terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti orang bingung, limbung

6
atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau
sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara
secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
b) Infark Miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arteroklerosis tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik dan
hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga
hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan
resiko pembentukan bekuan.
c) Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya membrane glomerulus,
darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus,
protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
d) Gagal Jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat
untuk memompa darah yang menyebabkan pembesaran otot jantung kiri sehingga
jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot jantung kiri disebabkan kerja
keras jantung untuk memompa darah.
e) Kerusakan pada mata
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh
darah dan saraf pada mata.

6. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik


a) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengindikasikan faktor resiko seperti hipokoagulabilitas dan anemia
b) BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal Glukosa :
hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran
kadar ketokolamin

7
c) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM
d) CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
e) EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
f) IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal, perbaikan ginjal
g) Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung

7. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


a) Terapi Non Farmakologis
Pencegahan dan manajemen hipertensi lebih utama ditekankan pada perubahan gaya
hidup dan pengaturan diet.
Diet untuk hipertensi membatasi konsumsi garam, makanan asin, meningkatkan
konsumsi sayuran dan buah sebagai sumber utama kalium. Diet yang banyak
mengonsumsi buah-buahan, sayuran, dan rendah lemak serta rendah lemak jenuh (diet
DASH) dapat menurunkan tekanan darah. Selain itu, terapi tambahan yang perlu
dilakukan untuk mencegah atau mengurangi hipertensi, yaitu:
a. Kurangi berat badan jika berlebih
b. Batasi asupan alkohol, etanol tidak lebih dari 1 oz (30 ml), bir (missal 24 oz (720
ml), anggur 10 oz (300 ml) atau wiski 2 oz (60 ml) tiap hari atau 0,5 oz (15 ml)
etanol tiap hari untuk wanita dan orang dengan berat badan yang lebih ringan
c. Tingkatkan aktivitas fisik aerobic (30-45 menit hampir tiap hari dalam satu
minggu)
d. Kurangi asupan natrium tidak lebih dari 100 mmol/hari (2,4 gram natrium atau 6
gram natrium klorida)
e. Pertahankan asupan kalium yang adekuat dalam diet (kira-kira 90 mmol/hari)
f. Pertahankan intake kalsium dan magnesium yang adekuat dalam diet untuk
kesehatan secara umum
g. Berhenti merokok dan kurangi asupan lemak jenuh dalam diet dan kolesterol
untuk kesehatan kardiovaskuler secara keseluruhan.
b) Olahraga
Selain mengatur pola makan atau diet, dianjurkan pula untuk olah raga secara teratur
dan mengontrol tekanan darah, dan juga berhenti merokok untuk mencegah
kemungkinan komplikasi.
c) Terapi Obat

8
Tujuan pengobatan adalah memperkecil kerusakan organ target akibat tekanan darah
dan menghindari pengaruh buruk akibat pengobatan. Untuk yang menjalani terapi
obat ini juga memiliki criteria tertentu, yakni:

Derajat tekanan Kelompok risiko A Kelompok risiko B Kelompok risiko C


darah (mmHg) (tidak ada faktor (Paling sedikit 1 (TOD/CCD
risiko; tidak ada faktor risiko, tidak dan/atau diabetes
TOD/CCD) termasuk diabetes; dengan atau tanpa
tidak ada faktor risiko
TOD/CCD) lainnya

Normal tinggi Modifikasi gaya Modifikasi gaya Terapi obat


(130-139/85-89) hidup hidup
Terapi obat
Derajat 1 (140 Modifikasi gaya Modifikasi gaya
159/80-99) hidup (sampai hidup (sampai 6 Terapi obat
dengan 12 bulan) bulan)
Derajat 2 dan 3
(≥160/≥100) Terapi obat Terapi obat

Keterangan: TOD/CCD (Target Organ Damage/Clinical Cardiovascular Disease)


menunjukkan adanya kerusakan organ target atau penyakit kardiovaskuler klinis.
d) Diuretik
Menurunkan tekanan darah pada awalnya dengan cara menurunkan volume plasma
(dengan menekan reabsorpsi natrium oleh tubulus ginjal sehingga meningkatkan
ekskresi natrium dan air) dan curah jantung, tetapi selama terapi kronis pengaruh
hemodinamik yang utama adalah mengurangi resistensi vaskuler perifer. Contoh obat
pada golongan ini adalah hidroklortiazid, klortalidon, metolazon, furosemid, dsb.
e) Agen Penghambat Beta Adrenergik
Obat ini efektif karena menurunkan denyut jantung dan curah jantung, kemudian juga
menurunkan pelepasan rennin dan lebih manjur pada populasi dengan aktivitas rennin

9
plasma yang meningkat seperti orang kulit putih yang berusia lebih muda. Efek
sampingnya antara lain: mencetuskan atau memperburuk gagal ventrikel kiri, kongesti
nasal, dapat terjadi kelemahan, letargi, impotensi, dsb. Beberapa obat dalam golongan
ini adalah: acebutolol, atenolol, betaksolol, labetalol, dll.
f) Penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme)
Banyak digunakan sebagai pengobatan awal hipertensi ringan hingga sedang. Aksi
kerja utamanya dengan menghambat system rennin-angiotensin-aldosteron, tetapi
juga menghambat degradasi bradikinin, menstimulasi sintesis prostaglandin dan
kadang mengurangi aktivitas sistem saraf simpatis. Keuntungan ACE adalah relative
bebas dari efek samping yang menggangu. Contoh obat golongan ini yaitu:
benazepril, kaptopril, enalpril, fosinopril, lisinopril, dll.
g) Agen Penghambat Reseptor Angiotensin
Jenis ini sebaiknya hanya digunakan terutama pada pasien yang mengalami batuk jika
menggunaan penghambat ACE. Contoh obat pada golongan ini adalah: eprosartan,
irbesartan, losartan, valsartan, dll.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Lansia Penderita Hipertensi


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam peruses keperawatan. Untuk itu, di
perlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani masalah klien sehingga dapat
memberi arah terhadap tindakan keperawatan.
a. Anamnesis.
Anamnesis di lakukan untuk mengetahui:
1) Identitas meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang di
gunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah,
nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan giagnosis medis.
2) Aktifitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
3) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner aterosklerosis.
Tanda : Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disrythmia, denyutan nadi jelas,
bunyi jantung murmur, distensi vena jugularis
4) Integritas Ego

1
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah,
faktor stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,
tangisan yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata),
peningkatan pola bicara
5) Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal ), obstruksi.
6) Makanan/ cairan
Gejala : Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol),
mual, muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan
diuretic.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
7) Neurosensori
Gejala : Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan
penglihatan.
Tanda : Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan
retina optik. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan.
8) Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.
9) Pernafasan
Gejala : Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk
dengan/ tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda : Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat
bantu pernafasan.
10) Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara brejalan.
b. Pemeriksaan Diagnostik
1) Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas).
2) BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal.
3) Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan
kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4) Kalsium serum

1
5) Kalium serum
6) Kolesterol dan trygliserid
7) Urin analisa
8) Foto dada
9) CT Scan
10) EKG

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
inadekuat
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2.
d. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif,
harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber
informasi.
f. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi
pembuluh darah.
g. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang,
motorik atau persepsi.

3. Intervensi
a. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b.d peningkatan tekanan vaskuler
serebral
Tujuan : Menghilangkan rasa
nyeri Kriteria hasil :
1) Melaporkan ketidanyamanan hilang atau terkontrol.
2) Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
Intervensi :

1) Pertahankan tirah baring selama fase akut.

1
R/ Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi.
2) Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya
kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.
R/ Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral, efektif dalam
menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
3) Hilangkan/minimalkan aktifitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit
kepala, misalnya batuk panjang, mengejan saat BAB.
R/ Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada
adanya peningkatan vaskuler serebral.
4) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
R/ Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang
memperberat kondisi klien.
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas,
diazepam dll.
R/ Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis.

b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
nutrisi inadekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi
terpenuhi Kriteria Hasil :
1) Klien menunjukkan peningkatan berat badan
2) Menunjukkan perilaku meningkatkan atau mempertahankan berat badan ideal
Intervensi

1) Bicarakan pentingnya menurunkan masukan lemak, garam dan gula sesuai


indikasi.
R/ Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis, kelebihan
masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat
merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.
2) Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
R/ Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir..
3) Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk
kapan dan dimana makan dilakukan, lingkungan dan perasaan sekitar saat
makanan dimakan.

1
R/ Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan
kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada
factor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan.
4) Intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan
kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan
kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan)
R/ Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam
mencegah perkembangan aterogenesis.
5) Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.
R/ Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet
individual.

c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan O2.
Tujuan : tidak terjadi intoleransi
aktivitas Kriteria Hasil :
1) Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan atau diperlukan
2) Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat
diukur. Intervensi

1) Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter :


frekwensi nadi 20 x/menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD,
dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing
atau pingsan.
R/ Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas
dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja jantung.
2) Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan
kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada
aktivitas dan perawatan diri.
R/ Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat
aktivitas individual.
3) Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri.

1
R/ Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan
jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan
tiba-tiba pada kerja jantung.
4) Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.
R/ Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga
membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
5) Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas.
R/ Jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah
kelemahan.

d. Inefektif koping individu b.d mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak
terpenuhi, persepsi tidak realistik.
Tujuan : klien menunjukkan tidak ada tanda-tanda inefektif
koping Kriteria Hasil :
1) Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya
2) Menyatakan kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi
3) Mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk
menghindari dan mengubahnya.
Intervensi

1) Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya :


kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi
dalam rencana pengobatan.
R/ Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang, mengatasi
hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam
kehidupan sehari-hari.
2) Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi,
peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak mampuan untuk
mengatasi/menyelesaikan masalah.
R/ Manifestasi mekanisme koping maladaptif mungkin merupakan indicator
marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic.
3) Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi
untuk mengatasinya.

1
R/ Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah
respon seseorang terhadap stressor.
4) Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana pengobatan.
R/ Keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan.
Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama dalam
regiment teraupetik.
5) Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup
yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketimbang membatalkan tujuan diri
/keluarga.
R/ Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk
menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.

e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan


kurangnya informasi mengenai penyakitnya.
Tujuan : Klien menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai
penyakitnya Kriteria hasil :
1) Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment pengobatan.
2) Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu
diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal.
Intervensi

1) Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut.
R/ Mengidentifikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi dan
mempermudah dalam menentukan intervensi.
2) Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardivaskuler yang
dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola
hidup monoton, merokok, pola hidup penuh stress dan minum alcohol (lebih
dari 60 cc/hari dengan teratur).
R/ Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang
hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal.
3) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.

1
R/ Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera
yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien/orang terdekat untuk
mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila klien tidak menerima
realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinyu, maka perubahan perilaku
tidak akan dipertahankan.
4) Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi
(pengertian,penyebab,tanda dan gejala,pencegahan, pengobatan, dan akibat
lanjut) melalui penkes.
R/ Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses penyakit
hipertensi.

4. Evaluasi
a. Apakah rasa nyeri pasien / sakit kepala berkurang ?
b. Apakah pasien sudah bisa beraktifitas sendiri / mandiri ?
c. Apakah pola nutrisi pasien seimbang atau normal ?

1
BAB III
SKENARIO KASUS DAN ASKEP KASUS HIPERTENSI

Kasus :

Seorang laki-laki bernama Tn. A berusia 65 tahun, mengeluh sedang sakit kepala dan
berat pada tengkuk. Hasil pemeriksaan TD 180/110 mmHg. Saat ini klien hanya istirahat di
tempat tidur. Ia mengatakan jika berjalan-jalan keluar akan terasa cepat lelah. Klien diketahui
jarang berobat ke pelayanan kesehatan. Keluarga yaitu istri dan anaknya juga tidak paham
menyuruh atau mengingatkan untuk berobat. Hasil pengkajian perawat, keluarga senang
memakan masakan bersantan dan gurih dari sumber lemak. Keluarga sering menyantap aneka
gorengan sebagai cemilan. Keluarga merupakan orang asli minang yang memiliki kebiasaan
makan makanan yang bercita rasa pedas dan pemakaian santan kental, menggunakan garam
yang tinggi dan berbumbu banyak.

FORMAT LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

BERDASARKAN FORMAT GORDON

ASUHAN KEPERAWATAN PADA : Tn. M

DENGAN DIAGNOSA MEDIS : Hipertensi

DI : RS M. DJAMIL

TANGGAL : 7 Agustus 2022

1. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : Tn. M
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan swasta
Suku Bangsa : Minang
Alamat : Jl. Limau Manis No. 12

1
Tanggal Masuk : 7 Agustus 2021
Tanggal Pengkajian : 7 Agustus 2021
No. Register 482910388
Diagnosa Medis : Hipertensi

Keluhan Utama :
Klien mengatakan sakit kepala dan berat pada tengkuk

Riwayat Kesehatan Sekarang :


klien mengatakan terasa cepat Lelah jika berjalan-jalan keluar, sakit kepala,
dan tengkuk terasa berat

B. Status Kesehatan Pola Kebutuhan Dasar (Data


bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Klien mengeluh sakit kepada dan tengkuk terasa berat, serta akan
terasa cepat lelah jika pergi berjalan-jalan keluar. Klien diketahui jika ia jarang
berobat ke pelayanan kesehatan.
b. Pola Nutrisi-Metabolik
● Sebelum sakit :
Tn. M dapat makan dengan baik dan teratur. Klien dan keluarga senang
memakan masakan bersantan, gurih, dan pedas. Selain itu klien dan
keluarga juga sangat menyukai makanan yang menggunakan garam
tinggi dan berbumbu banyak. Cemilan yang sering dimakan oleh
keluarga adalah gorengan.
● Saat sakit :
Pola nutrisi – metabolic saat sakit tidak dikaji
c. Pola Eliminasi
1) BAB
o Sebelum sakit : klien dapat BAB dengan lancar
o Saat sakit : Tidak ada keluhan BAB
2) BAK
o Sebelum sakit : klien dapat BAK dengan lancar
o Saat sakit : Tidak ada keluhan BAK

1
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Aktivitas
Kemampuan
0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang
lain dan alat, 4: tergantung total
2) Latihan

o Sebelum sakit
Klien dapat beraktivitas
o Saat sakit
Klien saat ini hanya istirahat di tempat tidur

e. Pola Kognitif dan persepsi


Klien mengeluh sakit pada kepalanya.

f. Pola Persepsi dan Konsep diri


Pola persepsi dan konsep diri pada kasus diatas tidak dikaji

g. Pola tidur dan istirahat


● Sebelum sakit :
Klien dapat tidur dan istirahat dengan teratur
● saat sakit :
klien saat ini hanya dapat beristirahat di tempat tidur.

h. Pola peran dan hubungan


Keluarga yaitu istri dan anaknya juga tidak paham menyuruh atau
mengingatkan untuk berobat. Sehingga klien diketahui jarang berobat ke
pelayanan kesehatan.

2
i. Pola Seksual-Reproduksi
Pola seksual pada kasus diatas tidak dikaji

j. Pola Toleransi Stress-Koping


Pola toleransi stress-koping pada kasus diatas tidak dikaji

k. Pola Nilai-Kepercayaan
Pola nilai-kepercayaan pada kasus diatas tidak dikaji

C. Pengkajian Fisik
a. Pemerikasaan Fisik
1) Keadaan Umum
Klien mengeluh sedang sakit kepala dan berat pada tengkuk. Hasil
pemeriksaan TD 180/110 mmHg. Saat ini klien hanya istirahat di tempat tidur.
Ia mengatakan jika berjalan-jalan keluar akan terasa cepat lelah.
Tingkat kesadaran : komposmentis
GCS : verbal = -, psikomotor = , mata =

2) Tanda-tanda vital
TD NADI SUHU RR
180/110 mmhg - - -

3) Pemeriksaan Head to toe


a) Kepala
Bentuk kepala mesochepal dan simetris, kulit kepala bersih tidak ada luka,
rambut berwarna hitam dan lurus.
b) Muka
● Mata: reflek terhadap cahaya baik, ikterik (-), simetris
● Hidung: bersih, mukosa hidung merah
● Mulut: bersih, kemampuan berbicara baik, bibir lembab
● Gigi: tidak ada karang gigi dan lubang pada gigi
● Telinga: Simetris, bersih
c) Leher

2
Tonsil tampak berwarna merah, tidak ada pembengkakan kelenjar getah
bening dan tiroid.
d) Dada
Paru-paru dan jantung klien tidak mengalami masalah.
e) Abdomen
Tidak mengalami pembengkakan, tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada
bising usus
f) Genetalia
Bersih
g) Ekstremitas
Tidak mengalami gangguan pada ekstremitas atas maupun bawah

b. Pemeriksaan Penunjang
-

2. Analisis Data Dan Diagnosa Keperawatan

No. Data Etiologi Diagnosa Keperawatan

1. DO: Hipertensi Risiko perfusi serebral


● TD 180/110 mmHg tidak efektif
● Klien hanya beristirahat ditempat
tidur

DS:
● Klien mengeluh sakit kepala
● Klien mengeluh tengkuk terasa
berat
● Klien mengatakan cepat lelah
jika berjalan-jalan

2. DS : Kurang terpapar Manajemen Kesehatan


● Klien mengatakan jika ia jarang informasi Tidak Efektif
berobat ke pelayanan kesehatan

2
● Klien tidak melakukan tindakan
untuk mengurangi faktor resiko
seperti tidak menjaga makanan
yang dikonsumsi (klien dan
keluarga senang mengonsumsi
makanan yang bersantan, pedas,
menggunakan garam yang
tinggi, dan gorengan)

Diagnosa :

1. Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan hipertensi d.d TD 180/110
mmHg, Klien hanya beristirahat ditempat tidur, Klien mengeluh sakit kepala, Klien
mengeluh tengkuk terasa berat, Klien mengatakan cepat lelah jika berjalan-jalan.

2. Manajemen kesehatan tidak efektif b.d kurang terpapar informasi d.d gagal melakukan
tindakan untuk mengurangi faktor risiko dan gagal menerapkan program
perawatan/pengobatan.

3. Intervensi

No SDKI SLKI SIKI

1. 1. Resiko Perfusi Perfusi Serebral Manajemen Peningkatan


Serebral Tidak Kriteria Hasil: Tekanan Intrakranial
Efektif d.d d TD 1. Sakit kepala Observasi:
180/110 mmHg, menurun dari 2 ke ● Identifikasi penyebab
Klien hanya 4 peningkatan TIK
beristirahat 2. Nilai rata-rata ● Monitor tanda/gejala
ditempat tidur, tekanan darah peningkatan TIK (mis.
Klien mengeluh membaik dari 2 ke tekanan darah)
sakit kepala, Klien 4
mengeluh tengkuk

2
terasa berat, Klien 3. Tekanan darah
mengatakan cepat diastolik membaik
lelah jika 2 ke 4
berjalan-jalan.

2. 1. Manajemen Manajemen Kesehatan Edukasi Kesehatan


kesehatan tidak 1. Melakukan Observasi:
efektif b.d kurang tindakan untuk ● Identifikasi kesiapan
terpapar informasi mengurangi faktor dan kemampuan
d.d gagal resiko 2 ke 4 menerima informasi
melakukan 2. Menerapkan ● Identifikasi
tindakan untuk program perawatan faktor-faktor yang
mengurangi faktor 2 ke 4 dapat meningkatkan
risiko dan gagal 3. Aktifitas hidup dan menurunkan
menerapkan sehari-hari efektif motivasi hidup sehat
program memenuhi tujuan
perawatan/pengoba kesehatan 2 ke 4
Terapeutik:
tan.
● Sediakan materi dan
media penkes
● Jadwalkan penkes
sesuai kesepakatan
● Berikan kesempatan
untuk bertanya

Edukasi:
● Jelaskan faktor resiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan

2
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Lanjut usia adalah dimana seseorang mengalami pertambahan umur dengan disertai
dengan penurunan fungsi fisik yang ditandai dengan penurunan massa otot serta

2
kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, peningkatan lemak tubuh, dan penurunan
fungsi otak (Carolina et al. 2019).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,
ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya
(NANDA, 2015).
Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi yaitu
usia lanjut dan adanya riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga, obesitas, kadar
garam tinggi, dan kebiasaan hidup seperti merokok dan minuman beralkohol. Selain itu
juga terdapat faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tekanan.

4.2 Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, kami akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas. Selain
itu, kami berharap semoga makalah diatas dapat bermanfaat bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar K, Fredy, Hamdan Nur and Umi Indar Humaerah. 2020. “Characteristics of
Hypertension In The Elderly”. JWK: Vol 5, No 2, Thn 2020 (ISSN: 2548-4702)

2
Carolina, Putria, Yelstria Ulina Tarigan, Bella Novita, Desi Indrini, Enteng Pandi Yangan,
Marsiane Afiana, Dosen Program, et al. 2019. “Posyandu Eka Harapan Kelurahan
Pahandut Palangka Raya” 4 (2).

Haswan, Azri. 2017. “Gambaran Karakteristik Penderita Hipertensi Dan Tingkat Kepatuhan
Minum Obat Di Wilayah Kerja Puskesmas Kintamani I.” Intisari Sains Medis 8 (2): 130–
34. https://doi.org/10.1556/ism.v8i2.127.

Kemenkes RI, 2017. 2017. “Lansia & Hipertensi,” no. 2015: 1–10.

McPhee SJ, Ganong WF. 2011. Patofisiologi Penyakit: Pengantar Menuju Kedokteran Klinis
Edisi V. Jakarta: EGC; 341 – 342

Mulyadi, Arif, Tri Cahyo Sepdianto, and Dwi Hernanto. 2019. “Gambaran Perubahan
Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Yang Melakukan Senam Lansia.” Journal of
Borneo Holistic Health, 2 (2): 148–57.

Sumarni, Rantiningsih, Edi Sampurno, and Veriani Aprilia. 2016. “Konsumsi Junk Food Dan
Hipertensi Pada Lansia Di Kecamatan Kasihan, Bantul, YogyakartaKasihan,.” Jurnal Ners
Dan Kebidanan Indonesia 3 (2): 59. https://doi.org/10.21927/jnki.2015.3(2).59-63

Anda mungkin juga menyukai