D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Penulis
Yuli Permata Sari
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pengetahuan
dan menambah wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan dengan kasus
hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Hipertensi
2.1.2 Etiologi
e. Telinga berdengung
Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :
a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang di sertai mual muntah, akibat peningkatan
tekanan darah intrakranial.
b. Pengelihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
2.1.4 Patofisiologi
2.1.5 Klasifikasi
2.1.6. Penatalaksanaan
2) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang di anjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olahraga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
(1) Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain.
(2) Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobil atau 72-87%
dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
(3) Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona latihan
3) Edukasi Psikologis
Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh. Pertama
berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat sirkulasi darah
menjadi lancar, yang kedua adalah faktor pembebanan di dalam air yang menguatkan
otot-otot dan ligament yang mempengaruhi sendi tubuh.
5) Pendidikan Kesehatan
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu di lakukan seumur hidup
penderita. Pengobatan standar yang di anjurkan oleh komite dokter ahli hipertensi.
(Joint National Committee on Detenction, Evaluation and Treatment of High
Pressure, USA) menyimpulkan bahwa obat dieuretik, penyekat beta, antagonis
kalsium. Atau penghambat ACE dapat di gunakan sebagai obat tunggal pertama
dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
1) Step 1 : obat pilihan pertama : diuretik, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
2) Step 2 : alternatif yang bisa di berikan
(3) Di tambah obat ke 2 jenis lain, dpat berupa diuretik, beta blocker, Ca antagonis,
Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
3) Step 3 : alternatif yang bisa di tempuh
1) Keluarga Inti
Keluarga inti terdiri dari seorang ayah yang mencari nafkah, ibu yang mengurusi
rumah tangga dan anak (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Padila (2012),
keluarga inti adalah keluarga yang melakukan perkawinan pertama atau keluarga
dengan orang tua campuran atau orang tua tiri.
2) Keluarga Adopsi
Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga dengan ibu atau ayah sebagai kepala
keluarga. Keluarga orang tua tunggal tradisional adalah keluarga dengan kepala
rumah tangga duda/janda yang bercerai, ditelantarkan, atau berpisah. Keluarga orang
tua tunggal nontradisional adalah keluarga yang kepala keluarganya tidak menikah
(Friedman, 2010).
5) Dewasa Lajang yang Tinggal sendiri
Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari beberapa bentuk
jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri atas kerabat, jaringan ini
dapat terdiri atas teman-teman. Hewan peliharaan juga dapat menjadi anggota
keluarga yang penting (Friedman, 2010).
6) Keluarga Orang Tua Tiri
Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang kompleks dan
penuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang perlu dilakukan dan sering kali
individu yang berbeda atau subkelompok keluarga yang baru terbentuk ini
beradaptasi dengan kecepatan yang tidak sama (Friedman, 2010).
7) Keluarga Binuklir
Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan anggota dari
sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga inti, maternal dan paternal
dengan keragaman dalam hal tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam
setiap rumah tangga (Friedman, 2010).
B. Keluarga Non-Tradisional
1) Commune Family adalah lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah.
2) Orang tua yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu
rumah tangga.
3) Homoseksual adalah dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah
tangga.
2.2.3 Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Friedman (2010), lima fungsi keluarga menjadi saling berhubungan erat
pada saat mengkaji dan melakukan intervensi dengan keluarga. Lima fungsi itu
adalah :
a. Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun
berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan
salah satu fungsi keluarga yang paling penting. Saat ini, ketika tugas sosial
dilaksanakan di luar unit keluarga, sebagian besar upaya keluarga difokuskan
pada pemenuhan kebutuhan anggota keluarga akan kasih sayang dan
pengertian. Manfaat fungsi afektif di dalam anggota keluarga dijumpai paling
kuat di antara keluarga kelas menengah dan kelas atas, karena pada keluarga
tersebut mempunyai lebih banyak pilihan. Sedangkan pada keluarga kelas
bawah, fungsi afektif sering terhiraukan. (Friedman, 2010).
b. Fungsi Sosialisasi dan Status Sosial Sosialisasi anggota keluarga adalah
fungsi yang universal dan lintas budaya yang dibutuhkan untuk kelangsungan
hidup masyarakat menurut Lislie dan Korman (1989 dalam Friedman, 2010).
Dengan kemauan untuk bersosialisasi dengan orang lain, keluarga bisa
mendapatkan informasi tentang pentingnya seperti cara mencegah dan
penanganann stroke menggunakan herbal (Friedman, 2010).
c. Fungsi Perawatan Kesehatan Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua
yang menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan,
dan
perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan (yang
mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara individual) adalah
fungsi keluarga yang paling relevan bagi perawat keluarga. Kurangnya
kemampuan keluarga untuk memfasilitasi kebutuhan balita terutama pada
asupan makanan dapat menyebabkan balita mengalami gizi kurang (Friedman,
2010).
d. Fungsi Reproduksi Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin
kontinuitas antar-generasi keluarga masyarakat yaitu : menyediakan anggota
baru untuk masyarakat menurut Lislie dan Korman (1989 dalam Friedman,
2010).
e. Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan
sumber daya yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang
sesuai melalui proses pengambilan keputusan.
2.3.1 Pengkajian
A. Data Umum
1) Identitas keluarga : Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis
kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan dan genogram/silsilah keluarga. Pada
pengkajian usia, pekerjaan dan jenis kelamin untuk mengetahui resiko terjadinya
hipertensi pada anggota keluarga yang lain.
2) Tipe keluarga : Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga yang mengalami
hipertensi (Padila, 2012).
3) Suku bangsa: Identifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan
(Sutanto, 2012). Terkait Bahasa yang digunakan dalam keluarga, agama yang di
anut dan kebiasaan keluarga yang mempengaruhi kesehatan.
4) Status sosial ekonomi keluarga: Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh
pendapatan baik dari kepala keluarga maupun dari anggota keluarga lainnya.
Pada pengkajian status sosial ekonomi diketahui bahwa tingkat status sosial
ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang. Dampak dari
ketidakmampuan keluarga membuat seseorang tidak bisa mencukupi kebutuhan
keluarga (Padila, 2012). Selain itu kaji karakterisktik lingkungan sekitar, letak
geosrafisnya, organisasi atau perkumpulan yang keluarga ikuti di masyarakat dan
adanya sistem penukung keluarga.
B. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Dalam mengkaji karakteristik rumah, anda bisa lakukan dengan observasi atau
wawancara lansung. Hal-hal yang harus anda tuliskan dalam mengkaji karakteristik
rumah seperti : Ukuran rumah (luas rumah), Kondisi dalam dan luar rumah,
Kebersihan rumah, Ventilasi rumah, Saluran pembuangan air limbah (SPAL),
Ketersedian air bersih, Pengelolaan sampah, Kepemilikan rumah, Kamar mandi/WC,
Denah rumah.
D. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif: kaji kerukunan keluarga dan perhatian dalam membina hubungan
rumah tangga.
2) Fungsi sosial: Kaji keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial
yang baik. Kaji tingkat keaktifan keluarga dalam bermasyarakat dengan
mengikuti kegiatan yang ada dalam masyarakat.
3) Fungsi perawatan kesehatan: Keluarga kurang mampu mengenal masalah
kesehatan tentang penyakit hipertensi hal ini ditunjukan dengan keluarga kurang
menyadari dampak masalah kesehatan akibat penyakit hipertensi.
4) Fungsi Reproduksi: kaji tingkat produktifitas seluruh anggota keluarga sesuai
usia yang ada dalam keluarga.
5) Fungsi Ekonomi: Kaji tingkat ekonomi keluarga dalam sehari-sehari
E. Pemeriksaan Fisik
1) Status Kesehatan Umum: Meliputi keadaan pasien, kesadaran, tinggi badan, berat
badan dan tanda-tanda vital.
2) Pemeriksaan fisik dilakukan kepada semua anggota keluarga yang tedapat di
rumah. Metode pemeriksaan head to toe meliputi sistem pernafasan, sistem
kardiovaskuler, sistem gangrointestinal, sistem urinaria, sistem musculoskeletal,
sistem neurologis dan sistem reproduksi.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan
olah raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita
hipertensi.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi
lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi berhubungan.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang
pengaruh lingkungan terhadap penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh
lingkungan terhadap proses penyakit hipertensi
Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi penyakit hipertensi.
Intervensi :
Angka
tertinggi
-Tinggi 3
-Cukup 2 1
-Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
-Masalah berat, harus segara di tangani 2 1
-Ada masalah, tetapi tidak perlu segera di 1
Tangani
- Masalah tidak dirasakan 0
2.3.4 Implementasi
Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik. Tahap
kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karea
didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk
menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun
pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien.
2.3.4.3 Fase terminasi
2.3.5 Evaluasi
BAB III
1. Pengkajian Keluarga
a. Data Umum
2) Usia : 64 Tahun
3) Pendidikan : SMP
No
Nama JK Hub Umur Pendidikan
1. Ny. P istri 61 th SD
R
ECOMAP FAMILLY
Keluarga
Pelayan
Tetangga
Kesehatan
Tn. J
Pekerjaan U Ibu – Ibu
Tn. J Pengajian
Tn.U Ny. R
Rekan Kerja
Tn. M
Agama
Teman
Ibu-Ibu PKK
8) Tipe keluarga
Tipe extended family yaitu dalam keluarga terdiri dari bapak, anak,
menantu dan cucu.
9) Suku dan Bangsa
Tn. U beragama Islam serta anak, menantu dan cucu beragama yang
sama, setiap hari melakukan kewajiban shalat 5 waktu
11) Status sosial ekonomi keluarga :
Makan : 350.000,00
Listrik : 150.000,00
Lain : 300.000,00+
800.000,00
1) Karakteristik rumah
Memiliki sirkulasi udara yang baik, memiliki sistem sanitasi yang yang
baik, dan memiliki sistem penerangan ruang yang baik.
1) Keluarga afektif
Tn. U bila sedang sakit pusing maka dibuat tidur atau istirahat.
h. Pemeriksaan Fisik
Nadi : 84 x/m
Suhu : 370C
Respirasi : 20 x/m
Berat badan : 45 kg
i. Harapan Keluarga
DO :
Tn. U tampak bingung dengan
penyakit nya
TD : 150/90 mmHg
N : 84 x/mnt
RR : 20 x/mnt
3. Diagnosis Keperawatan
Skoring data :
Tabel 4. Skoring data
Ketidakmampuan Tn. U mengenal masalah Hipertensi b/d Kurangnya
pengetahuan Tn. U tentang hipertensi
bot
1 Sifat masalah Rasa takut menyebabkan
keadaan 3 1 3/3 x1= peningkatan TD yang dapat
masalah 1 memperburuk keadaan
2 Kemungkinan Pemberian penjelasan yang
1 2 1/2 x2=1
masalah dapat tepat dapat membantu
diubah sebagian menurunkan rasa takut
3 Potensial Penjelasan dapat membantu
masalah untuk 2 1 2/3x1=0. mengurangi rasa takut
dicegah cukup 6
4 Menonjolnya Keluarga menyadari
1 1 1/2x1=0.
masalah- dengan mematuhi diet yang
5
masalah tidak dianjurkan dapat
perlu mengrangi rasa khawatir
ditangani Tn. U
Jumlah 3.1
4. Perencanaan Keperawatan
Manajemen kesehatan keluarga Setelah dilakukan kunjungan 1. Berikan penjelasan pada 1. Asu
tidak efektif berhubungan rumah diharapakan Tn. U keluarga tentang diet yang dap
dengan ketidakmampuan mampu memberikan perawatan sesuai untuk penderita kese
keluarga merawat dalam kriteria hasil : hipertensi yaitu diet rendah yan
mengenal masalah anggota 1. Adanya usaha untuk tidur garam, rendah lemak dan natr
keluarga dengan hipertensi sesuai kebutuhan kolesterol men
2. Ungkapan Tn. U tidak takut men
3. Tekanan darah dapat normal 2. Anjurkan pada keluarga natr
untuk mengkonsumsi dap
makanan sesuai dengan diet yan
rendah garam hipertensi dara
pem
2. Pen
dila
kom
kura
den
men
kon
Sambungan Tabel 5. Perencanaan Keperawatan
4. Rebusa
4. Mengajarkan Teknik
alami
Rebusan Daun Salam
tekanan
hiper
merebu
daun s
hingga
salam
dengan
belimb
gelas d
minggu
5. Implementasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Keluarga: Ketidakmampuan Tn. U mengenal masalah Hipertensi b/d
Kurangnya pengetahuan Tn. U tentang hipertensi
Hari/Tanggal Jam Implementasi
Jum’at 14.00 s/d selesai 1. Melakukan pendidikan kesehatan
26-2-2021 kepada Tn. U terkait dengan hipertensi
berdasarkan pengkajian Tn. U tidak
mampu mengenal masalah (kurang
pengetahuan)
a. Pengertian hipertensi
b. Penyebab hipertensi
c. Pencegahan hipertensi
d. Pengobatan hipertensi
e. Perawatan Hipertensi
b. Diagnosa Keperawatan Keluarga: Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat dalam mengenal masalah anggota keluarga dengan hipertensi.
Hari/Tanggal Jam Implementasi
Jum’at 14.00 s/d selesai 1. Memberikan penjelasan kepada
26-2-2021
Tn. U untuk mengkonsumsi
makanan diet garam
2. Memberikan edukasi kepada Tn.
U agar tidur sesuai jadwal
Jumat
26-2-2021 14.00 s/d selesai
Melakukan demonstrasi Rebusan Daun
Salam
1. Menyediakan Daun Salam
sebanyak 5 lembar
2. Bersihkan daun salam dengan air
bersih
3. Rebus daun salam dengan takar air
2 gelas belimbing, direbus sampai
air mendidih
4. Diminum pada saat dingin dan
aturan minum 1 gelas dua kali/hari
dan dilakukan selama 2 minggu
atau dilakuakn sampai tekanan
darah kembali normal
6. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Keluarga: Ketidakmampuan Tn. U mengenal masalah Hipertensi b/d
Kurangnya pengetahuan Tn. U tentang hipertensi
Tanggal Evaluasi
Sabtu 27-2- S: Tn. U lebih mengerti tentang hipertensi setelah dijelaskan dan
2021 memberikan feedback yang cukup bagus
O: Tn. U sangat antusias
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi lain
Diagnosa Keperawatan Keluarga: Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat dalam mengenal masalah anggota keluarga dengan hipertensi
Tanggal Evaluasi
Jum’at S: Tn. U mengerti tentang makanan diet garam
26-2-2021 O: Tn. U sangat antusias
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi lain
Jumat S: Tn. U mengerti tentang rendam kaki air hangat dan sangat
22-2-2021 bersemangat dalma melakukannya
O: Tn. U sangat antusias
A: Masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE ISSN (Print) : 2087-5053
Edisi Khusus, September 2018 ISSN (Online) : 2476-9614
ABSTRAK
Hipertensi merupakan salah satu bentuk penyakit kronis pada lansia. Perubahan fisiologis pada
lansia mengindikasikan perlunya pendekatan lain untuk menangani hipertensi, seperti dengan
menggunakan terapi herbal. Salah satu bentuk terapi herbal yang dapat digunakan untuk
mengatasi hipertensi adalah daun salam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
daun salam terhadap penuruan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di UPT PSTW
Jember. Penelitian ini adalah penelitian pre eksperimental dengan pendekatan one group pre post
test design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia dengan hipertensi yang tinggal di
UPT PSTW Jember sejumlah 45 orang. Responden diambil dengan teknik total sampling.
Responden diberi air rebusan daun salam sebanyak 1 gelas, dua kali sehari selama 2 minggu.
Tekanan darah responden diukur dengan menggunakan sphygmomanometer. Analisis statistik
menunjukkan uji t test untuk tekanan darah sistolik adalah 0,000 dan 0,087 untuk tekanan darah
diastolik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa air rebusan daun salam berpengaruh terhadap
penurunan tekanan darah sistolik dan tidak berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah
diastolik lansia dengan hipertensi. Oleh karenanya, daun salam dapat digunakan sebagai salah
satu terapi herbal untuk menurunkan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.
Kata kunci : lansia, hipertensi, daun salam
ABSTRACT
169
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE ISSN (Print) : 2087-5053
Edisi Khusus, September 2018 ISSN (Online) : 2476-9614
Hypertension is one of chronic disease of elderly. Physiological changes in elderly indicated the
need of other approach to cure hypertension, such as the use of herbal theraphy. One of herbal
theraphy that can be use to cure hypertension is Syzygiantum Polyanthum. This study is conduct
to find out the effectiveness of Syzygiantum Polyanthum to decrease blood pressure in elderly
with hypertension. It’s a pre experimental study with one group pre post test design. The
population are elderly with hypertension who lived in PSTW Jember counted 45 elderly. The
respondents are taken by total sampling. The respondents was given a glass of boiled water of
Syzygiantum Polyanthum, twice a day for two weeks. The blood pressure was measured by
using sphygmomanometer. Statistical analysis using paired t test show p value 0,000 for sistolic
blood pressure and 0,087 for diastolic blood pressure. It can be conclude that the boiled water
of Syzygiantum Polyanthum are efferctive to decrease the sistolic blood pressure but not
effective to decrease the diastolic blood pressure in elderly with hypertension.
Key words : elderly, hypertension, Syzygiantum Polyanthum
170
(Constantindes, 1994 dalam dazpecta, Berbagai cara dapat dilakukan untuk
2012). Hipertensi seringkali disebut sebagai mengurangi nyeri dari gejala yang
pembunuh gelap (silent killer), karena ditimbulkan, salah satunya adalah dengan
termasuk penyakit yang mematikan, tanpa menggunakan terapi herbal seperti daun salam.
disertai dengan gejala- gejalanya lebih Daun salam merupakan salah satu daun yang
dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. biasa digunakan oleh para Ibu rumah tangga
Kalaupun muncul, gejala tersebut seringkali untuk penyedap dan pengharum masakan.
dianggap gangguan biasa, sehingga Manfaat daun salam tidak hanya digunakan
korbannya terlambat menyadari akan untuk menambah cita rasa pada masakan saja,
datangnya penyakit (Sustrani, 2006). namun juga dapat dijadikan obat tradisional
Hipertensi pada lanjut usia sebagian mencegah
besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi
(HST), meningkatnya tekanan sistolik
menyebabkan besarnya kemungkinan
timbulnya kejadian stroke dan infark
myocard bahkan walaupun tekanan
diastoliknya dalam batas normal (isolated
systolic hypertension). Isolated systolic
hypertension adalah bentuk hipertensi yang
paling sering terjadi pada lansia. Pada suatu
penelitian, hipertensi menempati 87% kasus
pada orang yang berumur 50 sampai 59
tahun. Adanya hipertensi, baik HST maupun
kombinasi sistolik dan diastolik merupakan
faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk
orang lanjut usia. Hipertensi masih
merupakan faktor risiko utama untuk stroke,
gagal jantung penyakit koroner, dimana
peranannya diperkirakan lebih besar
dibandingkan pada orang yang lebih muda
(Kuswardhani, 2007).
dikenal sejak dulu, namun sayangnya METODE
belum terkenal seperti obat herbal lainnya Desain penelitian yang digunakan
Berdasarkan studi pendahuluan adalah pre experimental dengan pendekatan
yang dilakukan di UPT PSTW Jember one group pre-post test design, yaitu
pada tanggal 28 Maret 2018, didapatkan mengungkapkan hubungan sebab akibat
data jumlah lansia yang tinggal diwisma dengan cara melibatkan satu kelompok
seruni berjumlah 15 orang, 4 diantaranya subjek. Populasi dalam penelitian ini adalah
lansia perempuan dan 11 orang laki - laki. 45 lansia penderita hipertensi di UPT PSLU
Diketahui dari hasil pemeriksaan Jember dengan teknik total sampling seluruh
kesehatan, bahwa terdapat 9 lansia yang populasi dijadikan sampel penelitian.
tinggal di wisma seruni memiliki tekanan Responden diberikan minuman air
darah cukup tinggi. Hasil wawancara rebusan daun salam sebanyak 1 gelas dua
dengan 9 orang lansia yang mengalami kali sehari selama 2 minggu. Tekanan darah
hipertensi diketahui 2 (20%) diantaranya diukur sebelum dan setelah tindakan. Data
rutin memmeriksakan diri dan peduli selanjutnya diolah dengan uji t berpasangan
terhadap kesehatan, sedangkan 6 lansia untuk mengetahui pengaruh air rebusan daun
lainnya peduli terhadap kesehatan akan salam dalam menurunkan tekanan darah
dirinya masih kurang.Tujuan penelitian lansia dengan hipertensi.
ini adalah untuk mengidentifikasi
efektifitas rebusan daun salam terhadap
hipertensi pada lansia di UPT PSTW
HASIL
Jember.
Tabel 1. Karakteristik Umum Responden
Secara fisiologis pada lansia protein mukosa dan sel epitel usus sehingga
peningkatan tekanan darah sistolik (Pinto, asam empedu sehingga dapat menurunkan
otonom dan proses menua pada ginjal Kandungan dalam daun salam
yang lebih muda, laki – laki cenderung mempertahankan elastisitas pembuluh darah.
estrogen sebagai pelindung dari resiko 154,44 mmHg menjadi 140 mmHg .
Departemen Kesehatan RI. 2012. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Patricia, GM., et.al. 2011. Keperawatan Kritis: pendekatan asuhan holistic ed.8; alih bahasa,
Nike Esty wahyuningsih. Jakarta: EGC
Pestana, M., 2002. Hypertension in Elderly. International Urology and Nephrology, Volume
3, pp. 563 - 569.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
juga menjadi penyebab nomor satu kematian di dunia setiap tahunnya (Kementrian
Kesehatan RI, 2018). Faktor yang dapat mempengaruhi hipertensi ada dua yaitu
faktor yang dapat dikendalikan seperti obesitas, medikasi, gaya hidup dan stress dan
faktor yang tidak dapat di kendalikan seperti usia, riwayat keluarga, dan jenis kelamin
hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang bertambah
pada tahun 2025 mendatang diperkirakan sekitar 29% warga di dunia terkena
yang hanya 35%, kawasan Afrika memegang puncak penderita, yaitu sebesar 40%.
Kawasan Amerika sebesar 35% dan Asia Tenggara 36%. Di kawasan Asia penyakit
ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga
1.5 Manfaat
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pengetahuan
dan menambah wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan dengan kasus
hipertensi.
A. Strategi Pelaksanaan
1. Metode Pelaksanaan : Ceramah, tanya jawab dan diskusi
2. Media dan alat : Leaflet, dan alat untuk fisioterapi dada dan batuk efektif. Seperti handuk,
pot sputum, nearbeken dan alat lainnya
3. Kisi- kisi materi
a. Pengertian Asma
b. Penyebab Asma
c. Tanda Dan Gejala Asma
d. Pencegahan Asma
e. Pengertian Perawatan Asma
f. Hal–hal yang perlu diperhatikan pasien dan keluarga pada Asma
g. Tips perawatan sederhana pada terjadinya Asma dan pencegahannya
B. Kegiatan Penyuluhan
Mendengarkan
Mendengarkan
Keterangan :
Mahasiswa :
Pasien / masyarakat :
Keluarga pasien :
H. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Demonstrasi
I. Media
a. Leaflet
J. Kriteria hasil
1. Evaluasi proses
a. Mahasiswa duduk berhadapan dengan pasien
b.
c. Selama proses berlangsung diharapkan pasien dapat mengikuti seluruh kegiatan
d. Selama kegiatan yang diharapkan pasien dan keluarga aktif.
e. Suasana tenang dan tidak ada yang hilir mudik.
2. Evaluasi Hasil
a. Pasien dapat menyebutkan Penyebab Hipertensi
b. Pasien dapat menyebutkan Tanda Dan Gejala Asma
c. Pasien dapat menyebutkan pencegahan Hipertensi
K. Penutup
Demikianlah proposal penyuluhan ini saya buat, apabila ada kesalahan atau ada kata- kata yang tidak
tepat penggunaannya saya mohon maaf dan apabila saran ataupun kritikan saya siap untuk
menerimanya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.