Anda di halaman 1dari 75

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN

TAHAP PERKEMBANGAN LANSIA PADA


Tn. U DENGAN MASALAH HIPERTENSI

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

NAMA : YULI PERMATA SARI


NIM : 200202073
DOSEN PEMBIMBING : Ns. EVA KARTIKA HASIBUAN, M.Kep

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yng Maha Esa atas segala rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang “ ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA PADA TAHAP KELUARGA USIA PERKEMBANAGAN
LANSIA”.Makalah ini saya buat atas tugas yang telah diberikan oleh dosen pembimbing.
Saya telah berusaha sebaik mungkin untuk menyusun makalah ini.Untuk itu saya
mohon kritik dan saran yang berguna bagi semua semua pihak. Harapan saya semoga
makalah yang cukup sederhana ini mampu memberikan informasi kepada pembaca.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat buat kita semua dan atas perhatian
pembaca kami ucapkan terimakasih.

Binjai, 25 Februari 2021

Penulis
Yuli Permata Sari
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyebab paling umum terjadinya penyakit kardiovaskuler


dan merupakan masalah utama di negara maju maupun berkembang. Kardiovaskuler
juga menjadi penyebab nomor satu kematian di dunia setiap tahunnya (Kementrian
Kesehatan RI, 2018). Faktor yang dapat mempengaruhi hipertensi ada dua yaitu
faktor yang dapat dikendalikan seperti obesitas, medikasi, gaya hidup dan stress dan
faktor yang tidak dapat di kendalikan seperti usia, riwayat keluarga, dan jenis kelamin
(Junaedi dkk, 2013).
Data world health organization (WHO) 2015 menyebutkan jumlah penderita
hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang bertambah
pada tahun 2025 mendatang diperkirakan sekitar 29% warga di dunia terkena
hipertensi. World health organization (WHO) 2015 menyebutkan Negara ekonomi
berkembang memiliki penderita hipertensi sebesar 40% dibandingkan Negara maju
yang hanya 35%, kawasan Afrika memegang puncak penderita, yaitu sebesar 40%.
Kawasan Amerika sebesar 35% dan Asia Tenggara 36%. Di kawasan Asia penyakit
ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga
orang menderita hipertensi.
Data world health organization (WHO) 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar
orang di dunia menderita hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat.
Jumlah penderita hipertensi di dunia terus menigkat setiap tahunnya, diperkirakan
pada 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi. Diperkirakan juga
setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya. Di
Indonesia berdasarkan data Riskerdas 2018, prevalensi hipertensi sebesar 34,1%.
Sementara itu, data Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun 2016
menunjukkan peningkatan prevelensi hipertensi pada penduduk usia 18 tahun ke atas
sebesar 32,4%.
Prevelensi hipertensi di Kalimantan Timur dari luas 154.712 km 2 dengan jumlah
penduduk 3.742.194 jiwa, yang menderita hipertensi sebanyak 14,32%. Presentase
tertinggi di Kalimantan Timur terdapat di Kota Samarinda yaitu sebesar 28,25%,
peringkat kedua yaitu Kota Balikpapan 19,6%, peringkat ketiga Kabupaten Paser
15,43% dan Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur di diagnosis terendah adalah kota
Bontang dengan jumlah presentase 0,0001% (KemenKes, 2017).
Berdasarkan laporan bulan Oktober 2017 penderita hipertensi di Kota Samarinda
terbesar di wilayah Kecamatan Palaran dengan jumlah 5.277 jiwa, peringkat kedua
Kecamatan Samarinda Utara dengan jumlah 2.428 jiwa, dan peringkat ketiga
Kecamatan Samarinda Ilir dengan jumlah 2.329 jiwa (KemenKes, 2017). Menurut
data yang didapatkan dari praktik Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Kalimantan Timur di Puskesmas Juanda pada bulan November tahun
2018, terdapat 2.579 lansia yang terdaftar dan 2.510 lansia diantaranya mengalami
hipertensi pada tahun 2017, sedangkan pada tahun 2018 hingga bulan Oktober
berjumlah 1.940 lansia yang mengalami hipertensi dari jumlah keseluruhan 2.047
lansia dengan rentang usia 60-80 tahun.
Bertambahnya usia mengakibatkan tekanan darah meningkat, karena dinding
arteri pada lansia akan mengalami penebalan yang mengakibatkan penumpukan zat
kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur
menyempit dan menjadi kaku (Anggraini, 2009). Proses menua dapat mempengaruhi
perubahan fisik dan mental yang mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit
dan yang paling sering ditemukan pada lansia adalah penyakit hipertensi (Tamher &
Noorkasiani, 2009). Penyakit hipertensi merupakan tekanan darah yang memberikan
gejala berlanjut pada target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner
untuk pembuluh darah jantung dan otot jantung (Amiruddin, 2007).
Gejala klinis yang dialami oleh penderita hipertensi yaitu meliputi nyeri kepala,
pusing, susah tidur, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sesak
nafas, mata berkunang-kunang, dan mimisan (Martha, 2012). Oleh karena itu
hipertensi harus segera ditangani. Hipertensi yang terlalu tinggi merupakan salah satu
faktor risiko untuk stroke, serangan jantung dan aneurisma arterial penyebab utama
gagal jantung kronis. Upaya yang bisa dilakukan adalah pemberian terapi
farmakologi. Selain penggunaan terapi farmakologi diperlukan dan nonfarmakologi.
Penggunaan terapi farmakologi anti hipertensi telah terbukti dapat menurunkan
morbiditas dan mortalitas, serta menurunkan risiko untuk terjadinya komplikasi pada
pasien lansia hipertensi sistolik (Aronow, 2011). Penggunaan terapi farmakologi anti
hipertensi dapat menimbulkan beberapa kerugian, antara lain efek samping, efek
ketergantungan, tingginya biaya dan masalah lainnya yang semakin memberatkan
kondisi pasien (Arifin dkk, 2012). Berdasarkan efek samping penggunaan obat untuk
menurunkan tekanan darah tinggi terlebih pada lansia, maka terapi non farmakologi
merupakan pilihan yang tepat.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik memberikan asuhan keperawatan
keluarga pada lansia dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Juanda
Samarinda.

1.2 Tujuan

Penulis mampu menerapkan asuhan keperawatan keluarga pada lansia dengan


hipertensi secara komprehensif di keluarga binaan.
1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada lansia


dengan hipertensi melalui pendekatan proses keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian pada lansia dengan Hipertensi baik secara anamnesa,


pemeriksaan fisik, observasi dll.
2) Menegakkan diagnosa keperawatan keluarga pada lansia dengan Hipertensi

3) Menyusun rencana asuhan keperawatan keluarga pada lansia dengan


Hipertensi
4) Melakukan tindakan keperawatan keluarga pada lansia dengan Hipertensi

5) Melakukan evaluasi keperawatan keluarga pada lansia dengan hipertensi


sesuai dengan rencana keperawatan
6) Membuat dokumentasi asuhan keperawatan keluarga pada lansia dengan
Hipertensi

1.3 Manfaat

Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pengetahuan
dan menambah wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan dengan kasus
hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Hipertensi

2.1.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi dapat di definisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan


sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi di definisikan sebagai tekanan sistolik > 160 mmHg dan
tekanan diastolik > 90 mmHg.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastoliknya sekitar 90 mmHg (Price, 2005). Peningkatan tekana darah yang
melebihi tekanan darah normal seperti apa yang di sepakati oleh para ahli yaitu >
140/90 mmHg (Sudoyo, 2006). Hipertensi suatu keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang meningkatkan peningkatan angka
kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mordalitas) (Kushariyadi dalam Reny,
2014).

2.1.2 Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi


terjadi sebagai respons peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer.
Akan tetapi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi.
1) Genetik : respon neurolohi terhadap stess atau kelainan sekresi atau
respon Na.
2) Obesitas terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang meningkatkan
tekanan darah meningkat. Karna kondisi ini mengganggu metabolisme
lemak serta meningkatkan kolesterol dan trigliserida. Pada akhirnya
resistensi insulin mengakibatkan peningkatan lemak tubuh dan
obesitas.
3) Stress karena lingkungan

4) Hilangnya elastis jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta


pelebaran pembuluh darah.
Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi di sebabkan terjadinya perubahan
pada elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah, kehilangan elastisitas pembuluh darah, dan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer. Setelah usia 20 tahun kemampuan
jantung memompa darah menurun 1% tiap tahun sehingga menyebabkan menurunya
kontraksi dan volume. Elastisitas pembuluh darah menghilang karena terjadi
berkurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi (Reny, 2014).

2.1.3 Tanda dan Gejala

Klien yang menderita hipertensi terkadang tidak menampakan gejala hingga


bertahun-tahun. Jika ada gejala menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskulasrisasikan oleh pembuluh
darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai
nokturia (paningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen
pada urea darah dan kreatinin).
Pada pemeriksaan fisik, tidak di jumpai kelainan apapun selain tekanan darah
yang tinggi, tetapi dapat pula di temukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,
eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema
pada diskus optikus).
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan
iskemiak transien (transient ischemic attac, TIA) yang bermanifestasi sebagai
paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam pengelihatan
(Smelzter, 2002 dalam Reny, 2014).
Gejala umum yang di timbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama pada
setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara umum gejala yang di
keluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut :
a. Sakit kepala

b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh

d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat

e. Telinga berdengung

Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :
a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang di sertai mual muntah, akibat peningkatan
tekanan darah intrakranial.
b. Pengelihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi

c. Ayunan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat

d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus

e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler Gejala


lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi, yaitu pusing, muka
merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal
dan lain-lain (Novianti, 2002 dalam Reny, 2014).

2.1.4 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di


vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis yang berlanjut kebawah ke korda spinalis di thoraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor di hantarkan dalam bentuk implus yang bergera melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetikolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca gangkion ke
pembuluh darah di mana dengan di leparkannya nereeprinnepin mengakibatkan
kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasopenefrin, meskipun
tidak di ketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan di mana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medul adrenal mensekresi kartisol an steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokontrikso yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian di
ubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat yang pada gilirannya
merengsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Reny,
2014).
Untuk pertimbangan gerontologi, perubahan struktural dan fungsional pada
sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilanganya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan alam relaksasi otot polos pembuluh darah yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya rengang pembuluh darah.
Konsenkuensinya aorta dan arteri berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang di pompa oleh jantung (volume cukup), mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Padila, 2013).

2.1.5 Klasifikasi

Menurut World Health Organization (WHO) dan Internation Society of


Hypertension Working Group (ISHWG) telah mengelompokkan hipertensi dalam
klasifikasi optimal, normal, normal tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan
hipertensi berat (Sani, 2008).
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO

Kategori Tekanan Darah Sistol Tekanan Darah Diastol


(mmHg) (mmHg)
Optimal
Normal < 120 < 80
Normal Tinggi < 130 < 85
130-139 85-89
Tinggi 1 (Hipertensi Ringan) 140-159 90-99
140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) > 180 > 110
Hipertensi sistol > 140 < 90
terisolasi
(isosated systilic hypertension) 140-149 < 90
(Sumber : Sani, 2008)

2.1.6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat


komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah di bawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi

2.1.6.1. Terapi Nonfarmakologis


Terapi nonfarmakologi di gunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi nonfarmakologi ini meliputi :
1. Diet
Diet yang di anjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

(1) Retriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr.

(2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh


(3) Penurunan berat badan

(4) Penurunan asupan etanol

(5) Menghentikan merokok

(6) Diet tinggi kalium

2) Latihan Fisik

Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang di anjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olahraga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
(1) Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain.
(2) Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobil atau 72-87%
dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
(3) Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona latihan

(4) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu.

3) Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

(1) Teknik Biofeedback

Biofeedback merupakan suatu teknik yang di pakai untuk menunjukkan pada


subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek di anggap
tidak normal. Penerapan biofeedback terutama di pakai untuk mengatasi gangguan
somatik seperti nyeri kepala dan migrant, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan keteganggan.
(2) Teknik Relaksasi

Relaksasi merupakan suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk


mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat
belajar membuat obat-obat dalam tubuh menjadi rileks.
4) Rendam Kaki dengan Air Hangat

Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh. Pertama
berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat sirkulasi darah
menjadi lancar, yang kedua adalah faktor pembebanan di dalam air yang menguatkan
otot-otot dan ligament yang mempengaruhi sendi tubuh.
5) Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien


tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2.1.6.2 Terapi farmakologi

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu di lakukan seumur hidup
penderita. Pengobatan standar yang di anjurkan oleh komite dokter ahli hipertensi.
(Joint National Committee on Detenction, Evaluation and Treatment of High
Pressure, USA) menyimpulkan bahwa obat dieuretik, penyekat beta, antagonis
kalsium. Atau penghambat ACE dapat di gunakan sebagai obat tunggal pertama
dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
1) Step 1 : obat pilihan pertama : diuretik, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
2) Step 2 : alternatif yang bisa di berikan

(1) Dosis dapat pertama dinaikkan

(2) Di ganti jenis lain dari obat pilihan pertama

(3) Di tambah obat ke 2 jenis lain, dpat berupa diuretik, beta blocker, Ca antagonis,
Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
3) Step 3 : alternatif yang bisa di tempuh

(1) Obat ke 2 di ganti

(2) Di tambah obat ke 3 jenis lain

4) Step 4 : alternative pemberian obatnya

(1) Di tambah obat ke 3 dan ke 4

(2) Re-evaluasi dan konsultasi

2.2 Konsep Dasar Keluarga

2.2.1 Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan suatu arena berlangsungnya interaksi kepribadian atau


sebagai sosial terkecil yang terdiri dari seperangkat komponen yang sangat
tergantung dan dipengaruhi oleh struktur internal dan sistem-sistem lain
(padila,2012).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah
tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi (Wahit, 2009).
Antara keluarga satu dengan keluarga lainnya saling tergantung dan berinteraksi.
Apabila salah satu atau beberapa keluarga mempunyai masalah kesehatan, maka akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lainnya dan keluarga yang ada
disekitarnya. Dari permasalaahan tersebut, maka keluarga merupakan focus
pelayanan kesehatan yang strategis, sebab:
1) Keluarga Sebagai lembaga yang perlu diperhitungkan

2) Keluarga mempunyai peran utama dalam pemiliharaan kesehatan seluruh


anggota keluarga
3) Masalah kesehatan dalam keluarga saling terkait

4) Keluarga sebagai tempat pengambilan keputusan dalam perawatan kesehatan

5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dalam berbagai usaha-usaha


kesehatan keluarga.

2.2.2 Tipe atau Bentuk Keluarga

Berbagai bentuk keluarga digolongkan sebagai keluarga tradisional dan non


tradisional adalah sebagai berikut :
A. Keluarga Tradisional

1) Keluarga Inti
Keluarga inti terdiri dari seorang ayah yang mencari nafkah, ibu yang mengurusi
rumah tangga dan anak (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Padila (2012),
keluarga inti adalah keluarga yang melakukan perkawinan pertama atau keluarga
dengan orang tua campuran atau orang tua tiri.
2) Keluarga Adopsi

Adopsi merupakan sebuah cara lain untuk membentuk keluarga. Dengan


menyerahkan secara sah tanggung jawab sebagai orang tua adopsi, biasanya
menimbulkan keadaan saling menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak. Di
satu pihak orang tua adopsi mampu memberi asuhan dan kasih sayangnya pada anak
adopsinya, sementara anak adopsi diberi sebuah keluarga yang sangat menginginkan
mereka (Friedman, 2010).
3) Keluarga Besar (Extended Family)

Keluarga dengan pasangan yang berbagi pengaturan rumah tangga dan


pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak/adik, dan keluarga dekat lainnya.
Anak-anak kemudian dibesarkan oleh generasi dan memiliki pilihan model pola
perilaku yang akan membentuk pola perilaku mereka (Friedman, 2010). Sedangkan
menurut Padila (2012), keluarga besar terdiri dari keluarga inti dan orang-orang yang
berhubungan.
4) Keluarga Orang Tua Tunggal

Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga dengan ibu atau ayah sebagai kepala
keluarga. Keluarga orang tua tunggal tradisional adalah keluarga dengan kepala
rumah tangga duda/janda yang bercerai, ditelantarkan, atau berpisah. Keluarga orang
tua tunggal nontradisional adalah keluarga yang kepala keluarganya tidak menikah
(Friedman, 2010).
5) Dewasa Lajang yang Tinggal sendiri

Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari beberapa bentuk
jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri atas kerabat, jaringan ini
dapat terdiri atas teman-teman. Hewan peliharaan juga dapat menjadi anggota
keluarga yang penting (Friedman, 2010).
6) Keluarga Orang Tua Tiri

Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang kompleks dan
penuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang perlu dilakukan dan sering kali
individu yang berbeda atau subkelompok keluarga yang baru terbentuk ini
beradaptasi dengan kecepatan yang tidak sama (Friedman, 2010).
7) Keluarga Binuklir

Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan anggota dari
sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga inti, maternal dan paternal
dengan keragaman dalam hal tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam
setiap rumah tangga (Friedman, 2010).
B. Keluarga Non-Tradisional

1) Commune Family adalah lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah.
2) Orang tua yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu
rumah tangga.
3) Homoseksual adalah dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah
tangga.
2.2.3 Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap I : Keluarga Pasangan Baru (beginning family) Pembentukan pasangan


menandakan permulaan suatu keluarga baru dengan pergerakan dari
membentuk keluarga asli sampai ke hubungan intim yang baru. Tahap ini juga
disebut tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I adalah
membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan
secara harmonis dengan jaringan kekerabatan dan merencanakan sebuah
keluarga (Friedman, 2010).
2) Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama (childbearing family) Mulai
dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan.
Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam siklus
keluarga. Tugas perkembangan keluarga disini yaitu setelah hadirnya anak
pertama, keluarga memiliki beberapa tugas perkembangan penting. Suami,
istri anak harus mempelajari peran barunya, sementara unit keluarga inti
mengalami perkembangan fungsi dan tangguang jawab (Friedman,2010).
3) Tahap III : Keluarga dengan anak prasekolah Tahap ini dimulai ketika anak
pertama berusia 2,5 tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga
saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan
suami-ayah, istri- ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri-saudara perempuan.
Tugas perkembangan keluarga saat ini berkembang baik secara jumlah
maupun kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan anak kecil lainnya
untuk mengekplorasi dunia di sekitar mereka,
dan kebutuhan orang tua akan privasi diri, membuat rumah dan jarak yang
adekuat menjadi masalah utama. Peralatan dan fasilitas juga harus aman untuk
anak-anak (Friedman, 2010).
4) Tahap IV : Keluarga dengan anak Tahap ini dimulai pada saat tertua
memasuki sekolah dalam waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan
diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar usia 13 tahun. Keluarga biasanya
mencapai jumlah anggota keluarga yang maksimal dan hubungan akhir tahap
ini juga maksimal menurut Duvall dan Miller (1985 dalam Friedman, 2010).
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga dapat
mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan prestasi sekolah dan
mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan (Friedman, 2010).
5) Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers) Biasanya
tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih
singkat jika anak meninggalkan keluargalebih awal atau lebih lama jika anak
tetap tinggal di rumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Anak lainnya
yang tinggal dirumah biasanya anak usia sekolah. Tujuan keluarga pada tahap
ini adalah melonggarkan ikatan keluarga untuk memberikan tanggung jawab
dan kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi
seorang dewasa muda menurut Duvall dan Miller (1985 dalam Friedman,
2010). Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab seiring dengan kematangan remaja dan
semakin meningkatnya otonomi (Friedman, 2010).
6) Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching center
families) Tahap ini dimulai pada saat perginya anak pertama dari rumah orang
tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah
meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau cukup lama,
bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum
menikah tetap tinggal di rumah setelah mereka menyelesaikan SMU atau
kuliahnya. Tahap perkembangan keluarga disini adalah keluarga membantu
anak tertua untuk terjun ke duania luar, orang tua juga terlibat dengan anak
terkecilnya, yaitu membantu mereka menjadi mandiri (Friedman, 2010).
7) Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (middle age families) Tahapan ini dimulai
ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiunan atau
kematian salah satu pasangan. Tahap ini dimulai ketika orang tua berusia
sekitar 45 tahun sampai 55 tahun dan berakhir dengan persiunannya pasangan,
biasanya 16 sampai 18 tahun kemudian. Tahap perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah wanita memprogramkan kembali energi mereka dan bersiap-
siap untuk hidup dalam kesepian dan sebagai pendorong anak mereka yang
sedang berkembang untuk lebih mandiri (Friedman, 2010).
8) Tahap VIII : Keluarga Lanjut Usia dan Pensiunan Tahap terakhir
perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat pensiunan salah satu atau
kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan, dan
berakhir dengan kematian pasangan yang lain menurut Duvall dan Miller
(1985 dalam Friedman, 2010). Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
adalah mempertahankan
penataan kehidupan yang memuaskan. Kembali ke rumah setelah individu
pensiun/berhenti bekerja dapat menjadi problematik (Friedman, 2010).
2.2.4 Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (2010), lima fungsi keluarga menjadi saling berhubungan erat
pada saat mengkaji dan melakukan intervensi dengan keluarga. Lima fungsi itu
adalah :
a. Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun
berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan
salah satu fungsi keluarga yang paling penting. Saat ini, ketika tugas sosial
dilaksanakan di luar unit keluarga, sebagian besar upaya keluarga difokuskan
pada pemenuhan kebutuhan anggota keluarga akan kasih sayang dan
pengertian. Manfaat fungsi afektif di dalam anggota keluarga dijumpai paling
kuat di antara keluarga kelas menengah dan kelas atas, karena pada keluarga
tersebut mempunyai lebih banyak pilihan. Sedangkan pada keluarga kelas
bawah, fungsi afektif sering terhiraukan. (Friedman, 2010).
b. Fungsi Sosialisasi dan Status Sosial Sosialisasi anggota keluarga adalah
fungsi yang universal dan lintas budaya yang dibutuhkan untuk kelangsungan
hidup masyarakat menurut Lislie dan Korman (1989 dalam Friedman, 2010).
Dengan kemauan untuk bersosialisasi dengan orang lain, keluarga bisa
mendapatkan informasi tentang pentingnya seperti cara mencegah dan
penanganann stroke menggunakan herbal (Friedman, 2010).
c. Fungsi Perawatan Kesehatan Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua
yang menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan,
dan
perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan (yang
mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara individual) adalah
fungsi keluarga yang paling relevan bagi perawat keluarga. Kurangnya
kemampuan keluarga untuk memfasilitasi kebutuhan balita terutama pada
asupan makanan dapat menyebabkan balita mengalami gizi kurang (Friedman,
2010).
d. Fungsi Reproduksi Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin
kontinuitas antar-generasi keluarga masyarakat yaitu : menyediakan anggota
baru untuk masyarakat menurut Lislie dan Korman (1989 dalam Friedman,
2010).
e. Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan
sumber daya yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang
sesuai melalui proses pengambilan keputusan.

2.3 Konsep Asuhan keperawatan

2.3.1 Pengkajian

A. Data Umum

1) Identitas keluarga : Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis
kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan dan genogram/silsilah keluarga. Pada
pengkajian usia, pekerjaan dan jenis kelamin untuk mengetahui resiko terjadinya
hipertensi pada anggota keluarga yang lain.
2) Tipe keluarga : Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga yang mengalami
hipertensi (Padila, 2012).
3) Suku bangsa: Identifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan
(Sutanto, 2012). Terkait Bahasa yang digunakan dalam keluarga, agama yang di
anut dan kebiasaan keluarga yang mempengaruhi kesehatan.
4) Status sosial ekonomi keluarga: Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh
pendapatan baik dari kepala keluarga maupun dari anggota keluarga lainnya.
Pada pengkajian status sosial ekonomi diketahui bahwa tingkat status sosial
ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang. Dampak dari
ketidakmampuan keluarga membuat seseorang tidak bisa mencukupi kebutuhan
keluarga (Padila, 2012). Selain itu kaji karakterisktik lingkungan sekitar, letak
geosrafisnya, organisasi atau perkumpulan yang keluarga ikuti di masyarakat dan
adanya sistem penukung keluarga.
B. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini : Tahap perkembangan keluarga


ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti (Gusti, 2013). Biasanya keluarga
dengan hipertensi terdapat pada tahap keluarga dengan anak dewasa (launcing
canter families), tahap keluarga usia pertengahan (middle age families), dan
tahap leuarga usia lanjut.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Menjelaskan mengenai
tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala-
kendala yang dialami (PadilA, 2012). Biasanya keluarga belum mampu
memenuhi kebutuhan dan membantu pasien hipertensi dalam mengatasi nyeri.
3) Riwayat keluarga inti : Menjelaskan riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga inti, upaya pencegahan dan pengobatan pada anggota keluarga yang
sakit, serta pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada (Gusti, 2013). Biasanya
keluarga dengan hipertensi tidak mengatur pola kesehatan dengan baik.
C. Pengkajian lingkungan

Dalam mengkaji karakteristik rumah, anda bisa lakukan dengan observasi atau
wawancara lansung. Hal-hal yang harus anda tuliskan dalam mengkaji karakteristik
rumah seperti : Ukuran rumah (luas rumah), Kondisi dalam dan luar rumah,
Kebersihan rumah, Ventilasi rumah, Saluran pembuangan air limbah (SPAL),
Ketersedian air bersih, Pengelolaan sampah, Kepemilikan rumah, Kamar mandi/WC,
Denah rumah.
D. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif: kaji kerukunan keluarga dan perhatian dalam membina hubungan
rumah tangga.
2) Fungsi sosial: Kaji keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial
yang baik. Kaji tingkat keaktifan keluarga dalam bermasyarakat dengan
mengikuti kegiatan yang ada dalam masyarakat.
3) Fungsi perawatan kesehatan: Keluarga kurang mampu mengenal masalah
kesehatan tentang penyakit hipertensi hal ini ditunjukan dengan keluarga kurang
menyadari dampak masalah kesehatan akibat penyakit hipertensi.
4) Fungsi Reproduksi: kaji tingkat produktifitas seluruh anggota keluarga sesuai
usia yang ada dalam keluarga.
5) Fungsi Ekonomi: Kaji tingkat ekonomi keluarga dalam sehari-sehari

E. Pemeriksaan Fisik

1) Status Kesehatan Umum: Meliputi keadaan pasien, kesadaran, tinggi badan, berat
badan dan tanda-tanda vital.
2) Pemeriksaan fisik dilakukan kepada semua anggota keluarga yang tedapat di
rumah. Metode pemeriksaan head to toe meliputi sistem pernafasan, sistem
kardiovaskuler, sistem gangrointestinal, sistem urinaria, sistem musculoskeletal,
sistem neurologis dan sistem reproduksi.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Tahap kedua dalam asuhan keperawatan keluarga adalah menentukan diagnosa


dan prioritas masalah keluarga. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga dapat
diarahkan pada sasaran individu atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan
keluarga di rumuskan berdasarkan data yang didapat pada pengkajian. Tipe dan
komponen diagnosa keperawatan antara lain: Aktual, resiko, kemungkinan,
kesejahteraan dan sindrom. Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga
sebagai berikut :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

d. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan


2.3.3 Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan di tentukan


oleh perawat bersama-sama sasaran, yaitu keluarga untuk dilaksanakan sehingga
masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang telah diidentifikasi dapat
diselesaikan. Setelah menentukan prioritas diagnosa keperawatan keluarga maka perlu
dibuat perencanaan intervensi keperawatan. Tujuan intervensi keperawatan adalah
untuk menghilangkan, mengurangi dan mencegah masalah keperawatan klien.

Perencanaan yang dapat dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga


dengan hipertensi ini adalah sebagai berikut :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi
pada keluarga.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan
mengerti tentang penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi setelah tiga kali
kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit
hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan
gejala penyakit hipertensi serta pencegahan dan pengobatan penyakit
hipertensi secara lisan.
Intervensi :

1) Jelaskan arti penyakit hipertensi

2) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit hipertensi

3) Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.


b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi penyakit hipertensi.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat
lebih lanjut dari penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota
keluarga dengan hipertensi setelah tiga kali kunjungan rumah. Kriteria :
Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil tindakan
yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat
hipertensi dan dapat mengambil keputusan yang tepat.
Intervensi:

1) Diskusikan tentang akibat penyakit hipertensi

2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota


keluarga yang menderita hipertensi.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat
anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap
anggota keluarga yang menderita hipertensisetelah tiga kali kunjungan
rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan
perawatan penyakit hipertensi
Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang
menderita penyakit hipertensi secara tepat.
Intervensi:
1) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit hipertensi.

2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan
olah raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita
hipertensi.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi
lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi berhubungan.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang
pengaruh lingkungan terhadap penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh
lingkungan terhadap proses penyakit hipertensi
Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi penyakit hipertensi.
Intervensi :

1) Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan


mengatasi penyakit hipertensimisalnya :
a) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan
misalnya benda yang tajam.
b) Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
c) Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk
mengurangi terjadinya iritasi.
2) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan


guna perawatan dan pengobatan hipertensi.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang
tepat untuk mengatasi penyakit hipertensisetelah dua kali kunjungan
rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus
meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan hipertensi
Tabel 2.3 penentuan prioritas menggunakan seckoring

No Kriteria Skor Bobot Skoring


1 Sifat masalah
-Tidak/kurang sehat 3
-Ancaman kesehatan 2 1
-Krisis atau keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
-Dengan Mudah 2 2
-Hanya sebagian 1
-Tidak dapat diubah 0 Skor x bobot
3 Potensial masalah dapat dicegah

Angka
tertinggi
-Tinggi 3
-Cukup 2 1
-Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
-Masalah berat, harus segara di tangani 2 1
-Ada masalah, tetapi tidak perlu segera di 1
Tangani
- Masalah tidak dirasakan 0
2.3.4 Implementasi

Implementasi atau tindakan keperawatan merupakan inisiatif dari rencana


tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana keperawatan disusun dan ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu
pasien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu
pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Fase yang
dilakukan dalam implementasi, yaitu :
2.3.4.1 Fase perkenalan/orientasi

Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien dilakukan.


Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah
dibuat sesuai dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang
telah lalu.
2.3.4.2 Fase kerja

Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik. Tahap
kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karea
didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk
menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun
pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien.
2.3.4.3 Fase terminasi

Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap


terminasi dibagi menjadi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir.
Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien,
setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali
pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah
disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat
setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan.

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi adalah suatu penilaian asuhan keperawatan yang telah


diberikan atau dilaksanakan dengan berpedoman pada tujuan yang ingin
dicapai. Pada bagian ini akan di ketahui apakah perencanaan sudah
mencapai sebagai atau akan timbul masalah lain yang baru (Wilkinson, M
Judith dkk, 2012 dan Taylor, Cynthia M, 2010).
Terdapat dua jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif. Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan pada saat
memberikan intervensi dengan respon segera. Sedangkan evaluasi sumatif
merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada
waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap
perencanaan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN


A. Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian Keluarga

a. Data Umum

1) Nama kepala keluarga (KK) : Tn. U

2) Usia : 64 Tahun

3) Pendidikan : SMP

4) Pekerjaan : RT Dusun 4, Diski

5) Alamat : Desa Sumber Melati Diski

6) Komposisi keluarga : Tabel 2.


Komposisi keluarga

No
Nama JK Hub Umur Pendidikan

1. Ny. P istri 61 th SD
R

2. Tn.C L Anak 35 SMK


3. An.D L Cucu 9 SD
7) Genogram

Gambar 1. Genogram Keluarga Tn. U

ECOMAP FAMILLY

Keluarga

Pelayan
Tetangga
Kesehatan
Tn. J
Pekerjaan U Ibu – Ibu
Tn. J Pengajian
Tn.U Ny. R
Rekan Kerja
Tn. M
Agama
Teman
Ibu-Ibu PKK
8) Tipe keluarga

Tipe extended family yaitu dalam keluarga terdiri dari bapak, anak,
menantu dan cucu.
9) Suku dan Bangsa

Keluarga klien berasal dari suku Banten atau Indonesia kebudayaan


yang dianut tidak bertentangan dengan masalah kesehatan, bahasa
sehari-hari yang digunakan yaitu bahasa Indonesia
10) Agama

Tn. U beragama Islam serta anak, menantu dan cucu beragama yang
sama, setiap hari melakukan kewajiban shalat 5 waktu
11) Status sosial ekonomi keluarga :

Sumber pendapatan keluarga diperoleh dari gaji bagai RT di Kp.


Banten, Diski dengan hasil pendapatan 2.000.000, dan dibantu dengan
anaknya yang bekerja di bengkel las dengan gaji 1.800.000 perbulan.
Kebutuhan yang dibutuhkan keluarga :

Makan : 350.000,00

Listrik : 150.000,00
Lain : 300.000,00+
800.000,00

Barang-barang yang dimiliki : televisi, kipas angin, sepeda, 2 almari, 1


set kursi tamu dan 2 sepeda motor
12) Aktifitas rekreasi keluarga

Rekreasi digunakan untuk mengisi kekosongan waktu dengan


menonton televisi bersama dirumah, rekreasi di luar rumah kadang-
kadang tidak pernah dilakukan.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan saat ini

Tahap perkembangan keluarga Tn. C merupakan tahap VIII keluarga


usia lanjut.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tahap perkembangan keluarga Tn. U merupakan tahap VIII


keluarga usia lanjut.
3) Riwayat keluarga inti

a) Tn. U sebagai Kepala Keluarga mempunyai hipertensi, rutin kontrol


kepuskesmas 1 bulan sekali untuk cek lab dan mengambil obat rutin,
tidak mempunyai masalah dengan istirahat, makan maupun kebutuhan
dasar lainnya mempunyai penyakit hipertensi pada
saat pengkajian :

TD : 150/80 mmhg S : 37 celcius BB : 45 Kg

N : 84 x/m R : 20 x/m TB : 160 cm

b) Tn. U jarang sekali sakit tidak mempunyai masalah kesehatan yang


serius, tidak ada masalah istirahat, makan maupun kebutuhan dasar yang
lain, tapi mempunyai keturunan hipertensi. Dan suka mengkonsumsi
asin
c) Tn. C tidak merokok
d) An.D jarang sakit tidak mempunyai masalah kesehatan. Imunisasi sudah
lengkap.

4) Riwayat keluarga sebelumnya

Tn. U menderita hipertensi dan keluarganya Tn. U dari pihak Bapak/


Ibu ada yang menderita hipertensi.
c. Lingkungan

1) Karakteristik rumah

Memiliki sirkulasi udara yang baik, memiliki sistem sanitasi yang yang
baik, dan memiliki sistem penerangan ruang yang baik.

Gambar 2. Denah rumah

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Hubungan antar tetangga saling membantu, bila ada tetangga yang


membangun rumah dikerjakan saling gotong royong.
3) Mobilitas geografis keluarga
tidak pernah transmigrasi maupun imigrasi.

4) Perkumpulan keluarga interaksi dengan masyarakat Tn. U


mengatakan mulai bekerja pukul 08.00-16.00 WIB.
5) Sistem pendukung keluarga

Jumlah anggota keluarga yaitu 4 orang, ke puskesmas datang sendiri.


d. Struktur Keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Anggota keluarga menggunakan bahasa aceh dan indonesia dalam


berkomunikasi sehari-harinya dan mendapatkan informasi kesehatan
dari petugas kesehatan dan televisi.
2) Struktur kekuatan keluarga

Tn. U menderita penyakit hipertensi, anggota keluarga lainnya dalam


keadaan sehat.
3) Struktur peran (formal & informal) :
Formal :
Tn. U sebagai Kepala Keluarga,Ny. R sebagai istri, Tn.C sebagai anak,
An.Z sebagai cucu
Informal : Tn.J dibantu istrinya juga membantu mencari nafkah.

4) Nilai dan norma keluarga

Keluarga percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur, demikian


pula dengan sehat dan sakit keluarga juga percaya bahwa tiap sakit ada
obatnya, bila ada keluarga yang sakit dibawa ke RS atau petugas
kesehatan yang terdekat.
e. Fungsi Keluarga

1) Keluarga afektif

Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada yang sakit


langsung dibawa ke petugas kesehatan atau rumah sakit.
2) Fungsi sosial

Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah, hubungan dalam


keluarga baik dan selalu mentaati norma yang baik.
3) Fungsi perawatan keluarga

Penyediaan makanan selalu dimasak terdiri komposisi, nasi, lauk pauk,


dan sayur dengan frekuensi 3 kali sehari dan bila ada anggota keluarga
yang sakit keluarga merawat dan mengantarkan ke rumah sakit atau
petugas kesehatan. Dalam merawat Tn. R masih memberikan makanan
yang sama dengan anggota keluarga yang lain.
4) Fungsi reproduksi

Tn. U sudah tidak melakukan hubungan seksual karena merasa sudah


tua tidak mampu lagi dan juga sudah tidak mempunyai istri.
5) Fungsi ekonomi

Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup, pakaian


untuk anak dan biaya untuk berobat.
f. Tugas Perkembangan Keluarga
N KRITERIA PENGKAJIAN
O
1 Mengenal Masalah     Keluarga belum bisa mengenal masalah terkait
dengan hipertensi secara rinci yang Tn.U tau “
darahnya tinggi”
2 Mengambil     jika ada anghota keluarga yang sakit akan di bawa ke
Keputusan yang tepat pelayanan kesehatan.
3 Merawat anggota    Keluarga tidak tau cara merawat hipertensi yang
keluarga yang sakit benar, jika Tn. U kambuh atau tekanan darahnya
ataupun punya meningkat hanya inisiatif sendiri mencoba untuk
masalah tidur meskipun pada akhirnya akan kesulitan tidur
karena tidak tau apa yang harus dilakukan
4 Memodifikasi     Modifikasi lingkungan cukup baik meskipun sulit
lingkungan tidur tapi mencoba untuk membuat aromaterapi
5 Memanfaatkan      jika tidak ada sakit parah keluarga membeli obat
sarana kesehatan warung namun jika sudah tidak emmungkinkan
memanfaatkan pelayanan kesehatan

g. Stres dan Koping Keluarga

1) Stresor jangka pendek dan panjang :

Stresor jangka pendek : Tn. U sering mengeluh pusing

Stresor jangka panjang : Tn. U khwatir karena tekanan darahnya


tinggi.
2) Kemampuan keluarga dalam merespon terhadap situasi dan stresor
Keluarga selalu memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke
puskesmas dengan petugas kesehatan.
3) Strategi koping yang digunakan

Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah


yang ada.
4) Strategi adaptasi disfungsional

Tn. U bila sedang sakit pusing maka dibuat tidur atau istirahat.

h. Pemeriksaan Fisik

Tekanan Darah : 150/90 mmHg

Nadi : 84 x/m

Suhu : 370C

Respirasi : 20 x/m

Berat badan : 45 kg

Tinggi badan : 160 cm

Hasil pemeriksaan laboratorium (cholesterol) : 200 mg/dl

Kepala : simetris, berambut bersih berwarna putih, muka tidak


pucat
Mata : konjungtivitis merah muda, sklera putih terdapat
gambaran tipis pembuluh darah.
Hidung : lubang hidung normal simetris, pernafasan vesikuler.
Mulut : bibir tidak kering, tidak ada stomatitis

Telinga : pendengaran masih normal tidak ada keluar cairan


dari telinga
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena
jugularis
Dada : simetris, tidak ada tarikan intercostae vokal feminus
dada kanan dan kiri sama, terdengar suara sonor pada
semua lapanag paru, suara jantung pekak, suara nafas
vesikuler
Perut : simetris, tidak tampak adanya benjolan, terdengar
suara tympani, tidak ada nyeri tekan.
Extremitas : tidak ada oedema, masih dapat gerak aktif.

Eliminasi : BAB biasanya 1 kali sehari, BAK 4-5 kali sehari

i. Harapan Keluarga

1) Harapan yang diinginkan keluarga

Keluarga berharap pada petugas kesehatan agar meningkatkan mutu


pelayanan dan membantu masalah Tn. U.
2. Analisa Data

Tabel 3. Analisa Data

No Data Subyektif Masalah Penyebab


1. DS : Manajemen kesehatan Ketidakmampuan
- Tn. U mengatakan keluarga tidak efektif keluarga merawat
kurang memahami cara dalam mengenal
merawat. masalah anggota
- makanan Tn. U sama keluarga dengan
dengan keluarga yang lain hipertensi
- Pola tidur Tn. U” tidak
sesuai dan kurang dari
kebutuhan
- Ny. Tn. U mengatakan
khawatir tensinya semakin
tinggi dan stroke semakin
parah

DO :
Tn. U tampak bingung dengan
penyakit nya
TD : 150/90 mmHg
N : 84 x/mnt
RR : 20 x/mnt

DS: Tn. U Keluarga kurang Kurangnya Ketidakmampuan


2. memahami cara mengenal pengetahuan Tn. U Tn. U mengenal
masalah tekanan darahnya” tentang hipertensu masalah Hipertensi
yang khawatir tensinya akan
bertambah tinggi
DO: Tn. U bingung dalam
menjawab

3. Diagnosis Keperawatan

Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga merawat dalam mengenal masalah anggota
keluarga dengan hipertensi.
a. Diagnosis Keperawatan

Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga merawat dalam mengenal masalah anggota
keluarga dengan hipertensi.
b. Ketidakmampuan Tn. U mengenal masalah Hipertensi b/d Kurangnya
pengetahuan Tn. U tentang hipertensi
c. Prioritas Masalah

a. Ketidakmampuan Tn. U mengenal masalah Hipertensi b/d Kurangnya


pengetahuan Tn. U tentang hipertensi

b. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga merawat dalam mengenal masalah anggota
keluarga dengan hipertensi.

Skoring data :
Tabel 4. Skoring data
Ketidakmampuan Tn. U mengenal masalah Hipertensi b/d Kurangnya
pengetahuan Tn. U tentang hipertensi

No Kriteria Scoring Bobot Pembenaran

1.        a. Sifat masalah : 3 1 Bila keadaan ini tidak


1 actual 3/3x1= 1 segera diatasi maka
dimungkinakan akan
terjadi komplikasi
22 2 b. Kemungkinan 2 2 Pengetahun Tn. U
masalah dapat 2/2x 2= 2 akan bertambah jika
diubah : mudah diberikannya
pengetahuan tentang
hipertensi
c. Potensial 2 1 Meskipun Tn. U
masalah untuk 2/3x 1 = sibuk bekerja jika
dicegah : sedang 2/3 meluangkan waktu
3
maka masalah dapat
dicegah karena Tn. U
tidak bekerja 24 jam.
d. Menonjolnya 2 1 Karena keinginan Tn.
masalah : harus 2/2x 1= 1 U untuk bisa merawat
4 segera ditangani penyakitnya maka
masalah mudah untuk
ditangani
Total 4 2/3

b. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga merawat dalam mengenal masalah anggota keluarga dengan hipertensi.

No Kriteria Score Bo Nilai Pembenaran

bot
1 Sifat masalah Rasa takut menyebabkan
keadaan 3 1 3/3 x1= peningkatan TD yang dapat
masalah 1 memperburuk keadaan
2 Kemungkinan Pemberian penjelasan yang
1 2 1/2 x2=1
masalah dapat tepat dapat membantu
diubah sebagian menurunkan rasa takut
3 Potensial Penjelasan dapat membantu
masalah untuk 2 1 2/3x1=0. mengurangi rasa takut
dicegah cukup 6
4 Menonjolnya Keluarga menyadari
1 1 1/2x1=0.
masalah- dengan mematuhi diet yang
5
masalah tidak dianjurkan dapat
perlu mengrangi rasa khawatir
ditangani Tn. U
Jumlah 3.1
4. Perencanaan Keperawatan

Tabel 5. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


Keluarga
Ketidakmampuan Tn. U Setelah dilakukan kunjungan 1. Kaji tingkat 1. Pen
mengenal masalah Hipertensi rumah diharapakan Tn. U pengetahuan tent
b/d Kurangnya pengetahuan Tn. mampu memberikan perawatan 2. Memberikan edukasi dide
U tentang hipertensi kriteria hasil : tentang hipertensi Tn.
1. Tn. U dapat mengetahui apa
tentang hipertensi

Manajemen kesehatan keluarga Setelah dilakukan kunjungan 1. Berikan penjelasan pada 1. Asu
tidak efektif berhubungan rumah diharapakan Tn. U keluarga tentang diet yang dap
dengan ketidakmampuan mampu memberikan perawatan sesuai untuk penderita kese
keluarga merawat dalam kriteria hasil : hipertensi yaitu diet rendah yan
mengenal masalah anggota 1. Adanya usaha untuk tidur garam, rendah lemak dan natr
keluarga dengan hipertensi sesuai kebutuhan kolesterol men
2. Ungkapan Tn. U tidak takut men
3. Tekanan darah dapat normal 2. Anjurkan pada keluarga natr
untuk mengkonsumsi dap
makanan sesuai dengan diet yan
rendah garam hipertensi dara
pem

2. Pen
dila
kom
kura
den
men
kon
Sambungan Tabel 5. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


Keluarga
3. Anjurkan pada Tn. U 3. Tekana
untuk jadwal tidur alami n
teratur berputa
Cender
dan me
tengah
mencap

4. Rebusa
4. Mengajarkan Teknik
alami
Rebusan Daun Salam
tekanan
hiper
merebu
daun s
hingga
salam
dengan
belimb
gelas d
minggu
5. Implementasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Keluarga: Ketidakmampuan Tn. U mengenal masalah Hipertensi b/d
Kurangnya pengetahuan Tn. U tentang hipertensi
Hari/Tanggal Jam Implementasi
Jum’at 14.00 s/d selesai 1. Melakukan pendidikan kesehatan
26-2-2021 kepada Tn. U terkait dengan hipertensi
berdasarkan pengkajian Tn. U tidak
mampu mengenal masalah (kurang
pengetahuan)
a. Pengertian hipertensi
b. Penyebab hipertensi
c. Pencegahan hipertensi
d. Pengobatan hipertensi
e. Perawatan Hipertensi

b. Diagnosa Keperawatan Keluarga: Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat dalam mengenal masalah anggota keluarga dengan hipertensi.
Hari/Tanggal Jam Implementasi
Jum’at 14.00 s/d selesai 1. Memberikan penjelasan kepada
26-2-2021
Tn. U untuk mengkonsumsi
makanan diet garam
2. Memberikan edukasi kepada Tn.
U agar tidur sesuai jadwal
Jumat
26-2-2021 14.00 s/d selesai
Melakukan demonstrasi Rebusan Daun
Salam
1. Menyediakan Daun Salam
sebanyak 5 lembar
2. Bersihkan daun salam dengan air
bersih
3. Rebus daun salam dengan takar air
2 gelas belimbing, direbus sampai
air mendidih
4. Diminum pada saat dingin dan
aturan minum 1 gelas dua kali/hari
dan dilakukan selama 2 minggu
atau dilakuakn sampai tekanan
darah kembali normal

6. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Keluarga: Ketidakmampuan Tn. U mengenal masalah Hipertensi b/d
Kurangnya pengetahuan Tn. U tentang hipertensi

Tanggal Evaluasi
Sabtu 27-2- S: Tn. U lebih mengerti tentang hipertensi setelah dijelaskan dan
2021 memberikan feedback yang cukup bagus
O: Tn. U sangat antusias
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi lain

Diagnosa Keperawatan Keluarga: Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat dalam mengenal masalah anggota keluarga dengan hipertensi

Tanggal Evaluasi
Jum’at S: Tn. U mengerti tentang makanan diet garam
26-2-2021 O: Tn. U sangat antusias
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi lain

Jumat S: Tn. U mengerti tentang rendam kaki air hangat dan sangat
22-2-2021 bersemangat dalma melakukannya
O: Tn. U sangat antusias
A: Masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE ISSN (Print) : 2087-5053
Edisi Khusus, September 2018 ISSN (Online) : 2476-9614

PENGARUH REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN


DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI WISMA SERUNI UPT
PSLU JEMBER

Susi Wahyuning Asih


Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Jember
*e-mail: susiwahyuningasih@ymail.com

ABSTRAK

Hipertensi merupakan salah satu bentuk penyakit kronis pada lansia. Perubahan fisiologis pada
lansia mengindikasikan perlunya pendekatan lain untuk menangani hipertensi, seperti dengan
menggunakan terapi herbal. Salah satu bentuk terapi herbal yang dapat digunakan untuk
mengatasi hipertensi adalah daun salam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
daun salam terhadap penuruan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di UPT PSTW
Jember. Penelitian ini adalah penelitian pre eksperimental dengan pendekatan one group pre post
test design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia dengan hipertensi yang tinggal di
UPT PSTW Jember sejumlah 45 orang. Responden diambil dengan teknik total sampling.
Responden diberi air rebusan daun salam sebanyak 1 gelas, dua kali sehari selama 2 minggu.
Tekanan darah responden diukur dengan menggunakan sphygmomanometer. Analisis statistik
menunjukkan uji t test untuk tekanan darah sistolik adalah 0,000 dan 0,087 untuk tekanan darah
diastolik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa air rebusan daun salam berpengaruh terhadap
penurunan tekanan darah sistolik dan tidak berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah
diastolik lansia dengan hipertensi. Oleh karenanya, daun salam dapat digunakan sebagai salah
satu terapi herbal untuk menurunkan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.
Kata kunci : lansia, hipertensi, daun salam

ABSTRACT

169
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE ISSN (Print) : 2087-5053
Edisi Khusus, September 2018 ISSN (Online) : 2476-9614
Hypertension is one of chronic disease of elderly. Physiological changes in elderly indicated the
need of other approach to cure hypertension, such as the use of herbal theraphy. One of herbal
theraphy that can be use to cure hypertension is Syzygiantum Polyanthum. This study is conduct
to find out the effectiveness of Syzygiantum Polyanthum to decrease blood pressure in elderly
with hypertension. It’s a pre experimental study with one group pre post test design. The
population are elderly with hypertension who lived in PSTW Jember counted 45 elderly. The
respondents are taken by total sampling. The respondents was given a glass of boiled water of
Syzygiantum Polyanthum, twice a day for two weeks. The blood pressure was measured by
using sphygmomanometer. Statistical analysis using paired t test show p value 0,000 for sistolic
blood pressure and 0,087 for diastolic blood pressure. It can be conclude that the boiled water
of Syzygiantum Polyanthum are efferctive to decrease the sistolic blood pressure but not
effective to decrease the diastolic blood pressure in elderly with hypertension.
Key words : elderly, hypertension, Syzygiantum Polyanthum

PENDAHULUAN kemampuan jaringan untuk memperbaiki


Penuaan merupakan hal normal yang diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
terjadi pada setiap orang (Stanley, 2007). normalnya sehingga tidak dapat bertahan
Menua adalah suatu proses menghilangnya tehadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
secara perlahan - lahan fungsi yang diderita

170
(Constantindes, 1994 dalam dazpecta, Berbagai cara dapat dilakukan untuk
2012). Hipertensi seringkali disebut sebagai mengurangi nyeri dari gejala yang
pembunuh gelap (silent killer), karena ditimbulkan, salah satunya adalah dengan
termasuk penyakit yang mematikan, tanpa menggunakan terapi herbal seperti daun salam.
disertai dengan gejala- gejalanya lebih Daun salam merupakan salah satu daun yang
dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. biasa digunakan oleh para Ibu rumah tangga
Kalaupun muncul, gejala tersebut seringkali untuk penyedap dan pengharum masakan.
dianggap gangguan biasa, sehingga Manfaat daun salam tidak hanya digunakan
korbannya terlambat menyadari akan untuk menambah cita rasa pada masakan saja,
datangnya penyakit (Sustrani, 2006). namun juga dapat dijadikan obat tradisional
Hipertensi pada lanjut usia sebagian mencegah
besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi
(HST), meningkatnya tekanan sistolik
menyebabkan besarnya kemungkinan
timbulnya kejadian stroke dan infark
myocard bahkan walaupun tekanan
diastoliknya dalam batas normal (isolated
systolic hypertension). Isolated systolic
hypertension adalah bentuk hipertensi yang
paling sering terjadi pada lansia. Pada suatu
penelitian, hipertensi menempati 87% kasus
pada orang yang berumur 50 sampai 59
tahun. Adanya hipertensi, baik HST maupun
kombinasi sistolik dan diastolik merupakan
faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk
orang lanjut usia. Hipertensi masih
merupakan faktor risiko utama untuk stroke,
gagal jantung penyakit koroner, dimana
peranannya diperkirakan lebih besar
dibandingkan pada orang yang lebih muda
(Kuswardhani, 2007).
dikenal sejak dulu, namun sayangnya METODE
belum terkenal seperti obat herbal lainnya Desain penelitian yang digunakan
Berdasarkan studi pendahuluan adalah pre experimental dengan pendekatan
yang dilakukan di UPT PSTW Jember one group pre-post test design, yaitu
pada tanggal 28 Maret 2018, didapatkan mengungkapkan hubungan sebab akibat
data jumlah lansia yang tinggal diwisma dengan cara melibatkan satu kelompok
seruni berjumlah 15 orang, 4 diantaranya subjek. Populasi dalam penelitian ini adalah
lansia perempuan dan 11 orang laki - laki. 45 lansia penderita hipertensi di UPT PSLU
Diketahui dari hasil pemeriksaan Jember dengan teknik total sampling seluruh
kesehatan, bahwa terdapat 9 lansia yang populasi dijadikan sampel penelitian.
tinggal di wisma seruni memiliki tekanan Responden diberikan minuman air
darah cukup tinggi. Hasil wawancara rebusan daun salam sebanyak 1 gelas dua
dengan 9 orang lansia yang mengalami kali sehari selama 2 minggu. Tekanan darah
hipertensi diketahui 2 (20%) diantaranya diukur sebelum dan setelah tindakan. Data
rutin memmeriksakan diri dan peduli selanjutnya diolah dengan uji t berpasangan
terhadap kesehatan, sedangkan 6 lansia untuk mengetahui pengaruh air rebusan daun
lainnya peduli terhadap kesehatan akan salam dalam menurunkan tekanan darah
dirinya masih kurang.Tujuan penelitian lansia dengan hipertensi.
ini adalah untuk mengidentifikasi
efektifitas rebusan daun salam terhadap
hipertensi pada lansia di UPT PSTW
HASIL
Jember.
Tabel 1. Karakteristik Umum Responden

sekaligus menyembuhkan beberapa


Karakteristik n %
penyakit yang ada di tubuh. Kandungan
Usia
vitamin dan mineral yang ada pada daun salam 60 - 69 5 11,2
sangat baik untuk kesehatan tubuh. Daun 70 - 79 20 44,4
80 - 89 20 44,4
salam untuk obat herbal ini sudah
Tingkat
diterima, atauPendidikan
air rebusan daun salam tidak berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah
SD 10 22,2
diastolik lansia dengan hipertensi.
SMP 15 33,3
SMA 20 44,4
Jenis Kelamin
Laki - laki 40 88,9
Perempuan 5 11,2 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui
Jumlah 45 100 bahwa terdapat perubahan rerata tekanan darah
sistolik responden dari 154,444 mmHg
sebelum diberi minum air rebusan daun salam
menjadi 140 mmHg setelah dilakukann. Uji t
Berdasarkan data pada tabel 1 dapat
berpasangan menunjukkan p value 0,000 yang
dilihat bahwa mayoritas responden berusia
artinya H0 ditolak dengan kata lain air rebusan
70 – 79 tahun dan 80 -89 tahun, dengan
daun salam berpengaruh dalam menurunkan
tingkat pendidikan SMA dan berjenis
tekanan darah sistolik lansia dengan hipertensi.
kelamin laki – laki.
Sedangkan rerata tekanan darah diastolik
sebelum dilakukan tindakan adalah 90 mmHg
Tabel 2. Tekanan Darah Responden
menjadi 75,55 mmHg setelah dilakukan
Sebelum dan Setelah Tindakan
tindakan. Uji t berpasangan menunjukkan p
Variabel Mean Std. P
deviasi value value 0,087 lebih besar dari α 0,05 yang
Sistolik pre 154,444 ±
berarti H0
18,104
63
0,000
Sistolik post 140,00 ±
15,811
39
Distolik pre 90,00 ±
7,0710
7
0,087
Siastolik post 75,555 ±
8,8191
7
PEMBAHASAN Tanin bekerja dengan cara bereaksi dengan

Secara fisiologis pada lansia protein mukosa dan sel epitel usus sehingga

terjadi peningkatan kekakuan areteri besar menghambat penyerapan lemak. Saponin

yang berkontribusi terhadap terjadinya yang berfungsi mengikat kolesterol dengan

peningkatan tekanan darah sistolik (Pinto, asam empedu sehingga dapat menurunkan

2007). Kekakuan arteri, disregulasi kadar kolesterol.

otonom dan proses menua pada ginjal Kandungan dalam daun salam

berperan dalam patofisiologi terjadinya menstimulasi penurunan kolesterol dalam

hipertensi pada lansia. Pada golongan usia darah, sehingga membantu

yang lebih muda, laki – laki cenderung mempertahankan elastisitas pembuluh darah.

mengidap hipertensi dibandingkan Terbukti dengan adanya penurunan rerata

perempuan karena perempuan memiliki tekanan darah sistolik responden dari

estrogen sebagai pelindung dari resiko 154,44 mmHg menjadi 140 mmHg .

penyakit kardiovaskuler. Namun sejalan


dengan peningkatan usia dan memasuki
usia menopouse maka kemungkinan
perempuan dan laki-laki untuk mengidap
hipertensi adalah sama.
Daun salam dapat menurunkan
kadar trigliserida serum karena daun
salam mengandung beberapa senyawa
seperti saponin, flavonoid, tanin dan
niasin. Flavonoid dalam daun salam
berfungsi sebagai antioksidan yang
mampu mencegah terjadinya oksidasi sel
tubuh. Semakin tinggi oksidasi semakin
tinggi prevalensi terjadinya penyakit
degeneratif, jadi kandungan flavonoid
daun salam dapat mencegah terjadinya
hipertensi dan menurunkan kolesterol
darah. Tanin berfungsi sebagai
antioksidan dan hipokolesterolemia.
Park et al (2015) menyebutkan KESIMPULAN
bahwa tekanan diastolik menggambarkan Hasil penelitian ini menyimpulkan
penutupan katup aorta, besaran energi pada bahwa lain air rebusan daun salam
serat elastik arteri besar selama sistolik dan berpengaruh dalam menurunkan tekanan darah
tahanan aliran darah dalam arteriol hingga sistolik lansia dengan hipertensi namun tidak
kapiler. Penutupan katup aorta saat diastol berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah
dan daya recoil serat elastis aorta dan arteri diastolik lansia dengan hipertensi.
besar mengatur aliran darah, meski saat
jantung dalam kondisi relaksasi. Pinto
(2007) berpendapat bahwa tahanan vaskuler
SARAN
perifer bertanggung jawab pada peningkatan
Peneliti menyarankan agar lansia
tekanan diastolik, terutama pada lansia.
dengan hipertensi dapat mengaplikasikan
Peningkatan tahanan vaskuler perifer dapat
penggunaan daun salam sebagai salah satu
dipengaruhi oleh penurunan elastisitas arteri.
bentuk terapi herbal untuk menangani
Hasil penelitian menunjukkan adanya
hipertensi, khususnya pada lansia
perubahan rerata tekanan darah diastolik
responden dari 90 mmHg menjadi 75
mmHg namun hasil uji t berpasangan
menujukkan p value 0,087 yang berarti tidak KEPUSTAKAAN
ada pengaruh air rebusan daun salam Agus, P. 2000, Kedaruratan Medik: Pedoman
terhadap perubahan tekanan darah diastolik Penatalaksanaan Praktis, Binarupa
responden. Hal ini sesuai dengan pendapat Aksara, Jakarta.
Pestana (2015) yang menyebutkan bahwa
secara fisiologis akibat proses menua pada
sistem kardiovaskuler disebutkan bahwa
pada lansia yang berusia di atas 60 tahun
tekanan diastolik akan mengalami sedikit
perubahan atau bahkan menetap.
Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian: Wilayah Kerja Puskesmas II
Suatu Pendekatan Praktik.(Edisi Denpasar Barat. Artikel Penelitian,
Revisi). Jakarta: Rineka Cipta Stikes Bina Husada
Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit Nugroho, W. 2010. Keperawatan Gerontik
Tidak Menular. Jakarta: Rineka dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
Cipta Nursalam.2009. Konsep dan Penerapan
Cahyono, S. 2008. Gaya Hidup dan Metodologi Penelitian Ilmu
Penyakit Modern. Keperawatan. Pedoman Skripsi,
Yogyakarta: Kanisius Tesis dan Instrumen Penelitian
Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian
Departemen Kesehatan RI. 2012. Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.
Pharmaceutical Care untuk Patricia, GM., et.al. 2011. Keperawatan
Penyakit Hipertensi. Kritis: pendekatan asuhan holistic
Jakarta: Departemen ed.8; alih bahasa, Nike Esty
Kesehatan RI. wahyuningsih. Jakarta: EGC
Evelyn, C.P. 1999, Anatomi dan Parker, M. & Smith, M., 2010. Nursing
Fisiologi Untuk Paramedis, Theories and Nursing Practice.
Penerbit PT Gramedia, Jakarta. Philadelphia: F A Davis Company.
Fauzi. I. 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Park, J. B., Kario, K. & Wang, J. G., 2015.
Gejala dan Pengobatan Asam Systolic Hypertension: An Increasing
Urat, Diabetes dan Hipertensi. in Clinical Challenge in
Yogyakarta: Araska.
Junaedi, E. 2013. Hipertensi Kandas
Berkat Herbal. Jakarta
Selatan
Kristanti, H. 2013. Mencegah dan
Mengobati 11 Penyakit
Kronis. Citra Pustaka:
Yogyakarta.
Ni Kadek, et al. 2014. Pengaruh
Kombinasi Jus Seledri, Wortel
dan Madu Terhadap Hipertensi Di
Asia. Hypertension Research, 5(38),
pp. 227 - 236.
Pestana, M., 2002. Hypertension in Elderly.
International Urology and Nephrology,
Volume 3, pp. 563 -
569.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2012. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Patricia, GM., et.al. 2011. Keperawatan Kritis: pendekatan asuhan holistic ed.8; alih bahasa,
Nike Esty wahyuningsih. Jakarta: EGC
Pestana, M., 2002. Hypertension in Elderly. International Urology and Nephrology, Volume
3, pp. 563 - 569.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Materi Penyuluhan : HIPERTENSI


Sasaran : Klien di Desa Sumber Melati Diski
Pemberi Penyuluhan : Mahasiswa Profesi Ners Universitas Sari Mutiara
Indonesia
Hari/Tanggal : Jum’at, 26 Februari 2021
Jam : 14.00-16.00

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyebab paling umum terjadinya penyakit kardiovaskuler

dan merupakan masalah utama di negara maju maupun berkembang. Kardiovaskuler

juga menjadi penyebab nomor satu kematian di dunia setiap tahunnya (Kementrian

Kesehatan RI, 2018). Faktor yang dapat mempengaruhi hipertensi ada dua yaitu

faktor yang dapat dikendalikan seperti obesitas, medikasi, gaya hidup dan stress dan

faktor yang tidak dapat di kendalikan seperti usia, riwayat keluarga, dan jenis kelamin

(Junaedi dkk, 2013).

Data world health organization (WHO) 2015 menyebutkan jumlah penderita

hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang bertambah

pada tahun 2025 mendatang diperkirakan sekitar 29% warga di dunia terkena

hipertensi. World health organization (WHO) 2015 menyebutkan Negara ekonomi

berkembang memiliki penderita hipertensi sebesar 40% dibandingkan Negara maju

yang hanya 35%, kawasan Afrika memegang puncak penderita, yaitu sebesar 40%.

Kawasan Amerika sebesar 35% dan Asia Tenggara 36%. Di kawasan Asia penyakit

ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga

orang menderita hipertensi.


1.4 Tujuan

Penulis mampu menerapkan asuhan keperawatan keluarga pada lansia dengan


hipertensi secara komprehensif di keluarga binaan.
1.4.1 Tujuan Umum

Memberikan gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada lansia


dengan hipertensi melalui pendekatan proses keperawatan.
1.4.2 Tujuan Khusus

7) Melakukan pengkajian pada lansia dengan Hipertensi baik secara anamnesa,


pemeriksaan fisik, observasi dll.
8) Menegakkan diagnosa keperawatan keluarga pada lansia dengan Hipertensi

9) Menyusun rencana asuhan keperawatan keluarga pada lansia dengan


Hipertensi

10) Melakukan tindakan keperawatan keluarga pada lansia dengan Hipertensi

11) Melakukan evaluasi keperawatan keluarga pada lansia dengan hipertensi


sesuai dengan rencana keperawatan
12) Membuat dokumentasi asuhan keperawatan keluarga pada lansia dengan
Hipertensi

1.5 Manfaat

Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pengetahuan
dan menambah wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan dengan kasus
hipertensi.
A. Strategi Pelaksanaan
1. Metode Pelaksanaan : Ceramah, tanya jawab dan diskusi
2. Media dan alat : Leaflet, dan alat untuk fisioterapi dada dan batuk efektif. Seperti handuk,
pot sputum, nearbeken dan alat lainnya
3. Kisi- kisi materi
a. Pengertian Asma
b. Penyebab Asma
c. Tanda Dan Gejala Asma
d. Pencegahan Asma
e. Pengertian Perawatan Asma
f. Hal–hal yang perlu diperhatikan pasien dan keluarga pada Asma
g. Tips perawatan sederhana pada terjadinya Asma dan pencegahannya

B. Kegiatan Penyuluhan

Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan peserta Waktu

Pendahuluan 1. Mengucapkan Salam Menjawab salam5 menit


Mendengarka
2. Memperkenalkan diri n
3. Menyembut TIU dan TIK Memperhatikan
4. Apersepsi
Menjawab
Penyajian 1. Menyebutkan pengertian Hipertensi Mendengarkan 18 Menit
materi 2. Menjelaskan penyebab Hipertensi
3. Menjelaskan tanda dan gejala Hipertensi Mendengarkan
4. Menjelaskan pencegahan Hipertensi
5. Menjelaskan perawatan Hipertensi Mendengarkan
6. Menjelaskan hal-hal yang perlu
diperhatikan pasien dan keluarga Mendengarkan
7. Menjelaskan tips perawatan sederhana
pada terjadinya Hipertensi dan Mendengarkan
pencegahannya
Mendengarkan

Mendengarkan

Mendengarkan

P penutup 1. Evaluasi Menjawab 7 Menit


pertanyaan
dengan lisan

a. Merangkumkan materi Mendengarkan


b. Mengucapkan salam penutup Membalas salam
penutup
C. Setting Tempat

Keterangan :
Mahasiswa :
Pasien / masyarakat :
Keluarga pasien :

D. Pengorganisasian Kelompok dan Peran

Pemateri/ mahasiswa : Yuli Permata Sari


Peran Saat Penyuluhan
Peran Pemateri/ mahasiswa
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Bertugas menjawab pertanyaan
3. Mengobservasi jalannya acara
4. Mencatat pertanyaan pertanyaan yang diajukan oleh peserta penyuluhan
5. Mencatat jumlah klien yang hadir
6. Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung
7. Mencatat tanggapan-tanggapan yang dikemukakan klien
8. Membuat laporan hasil kegiatan

H. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Demonstrasi

I. Media
a. Leaflet
J. Kriteria hasil
1. Evaluasi proses
a. Mahasiswa duduk berhadapan dengan pasien
b.
c. Selama proses berlangsung diharapkan pasien dapat mengikuti seluruh kegiatan
d. Selama kegiatan yang diharapkan pasien dan keluarga aktif.
e. Suasana tenang dan tidak ada yang hilir mudik.
2. Evaluasi Hasil
a. Pasien dapat menyebutkan Penyebab Hipertensi
b. Pasien dapat menyebutkan Tanda Dan Gejala Asma
c. Pasien dapat menyebutkan pencegahan Hipertensi

K. Penutup
Demikianlah proposal penyuluhan ini saya buat, apabila ada kesalahan atau ada kata- kata yang tidak
tepat penggunaannya saya mohon maaf dan apabila saran ataupun kritikan saya siap untuk
menerimanya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai