Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK E DENGAN

DEMAM THYPOID
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

NAMA : SHITIYA PUTRI BR TARIGAN


NPM : 200202054

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam thypoid masih merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, bersifat
endemis dan masih merupakan problema kesehatan masyarakat pada negara-
negara sedang berkembang di dunia termasuk Indonesia. Data secara
epidemiologi setiap tahun diperoleh dari beberapa negara yang mencatat hasil
laporannya dari diagnosis klinik atau isolate laboratorium, karena data yang
benar-benar dapat menggambarkan insiden penyakit ini di masyarakat susah
didapatkan. Hal ini disebabkan karena gambaran klinik penyakit demam
thypoid menyerupai penyakit infeksi lainnya dan juga konfirmasi laboratorium
tidak selalu dapat dikerjakan pada semua daerah..
Di Indonesia, menurut laporan data surveilans yang dilakukan oleh Sub
Direktorat Surveilans Departemen Kesehatan, insiden penyakit ini
menunjukkan angka yang terus meningkat yaitu jumlah kasus pada tahun
1990,1991,1992,1993,1994 berturut-turut adalah 9.2, 13.4, 15.8, 17.4 per
10.000 penduduk. Sementara data penyakit demam thypoid dari Rumah Sakit
dan Pusat Kesehatan juga meningkat dari 92 kasus pada tahun 1994 menjadi
125 kasus pada tahun 1996 per 100.000 penduduk. Angka kematian demam
thypoid di beberapa daerah adalah 2-5% pasien menjadi karier asimtomatik,
sehingga merupakan sumber infeksi baru bagi masyarakat sekitarnya.
Kecenderungan meningkatnya angka kejadian demam thypoid di Indonesia
terjadi karena banyak faktor, antara lain urbanisasi, sanitasi yang buruk,
karier yang tidak terdeteksi dan keterlambatan diagnosis. Keterlambatan
dalam menegakkan diagnosis penyakit demam thypoid antara lain disebabkan
oleh masa tunas penyakit yang dapat berlangsung 10-14 hari (bahkan dapat
lebih panjang sampai 30 hari) dan metode pemeriksaan yang dilakukan.
Dengan melihat data diatas, baik insiden penyakit demam thypoid yang
makin meningkat maupun angka kematian yang disebabkan penyakit tersebut
maka di diagnosis dini demam thypoid perlu segera ditegakkan. Oleh karena
itu pemeriksaan baku atau rutin secara serologi yang sampai saat ini masih
dikerjakan hampir pada semua pasien yang dirawat dengan demam di RS yaitu
uji Widal, perlu ditinjau kembali metode ini digantikan oleh serologi lainnya
dengan menggunakan antigen yang lebih spesifik.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Dengan pemaparan makalah ini diharapkan adanya suatu pemahaman yang
lebih mendalam khususnya bagi mahasiswa keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan demam thypoid,
maupun dalam memberikan dukungan dan pendidikan kesehatan bagi
keluarga pasien.

2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan khususnya bagi
mahasiswa keperawatan mampu:

a. Memahami pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan,


perawatan/penatalaksanaan pada pasien demam thypoid
b. Mengaplikasi konsep asuhan kepeawatan pada pasien dengan
demam thypoid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran
cerna dan gangguan kesadaran (Manjoer Arief, 2000).
Demam thypoid adalah penyakit infeksi yang akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 1997).
Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran pencernaan yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhosa, secara
klinis ditandai dengan demam yang lebih dari 1 minggu disertai gangguan
pencernaan dalam berbagai bentuk dan gangguan kesadaran dalam berbagai
tingkat (Rampengan, 1992).
Jadi demam thypoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
salmonella typhi ditandai dengan demam 1 minggu dan disertai gangguan
saluran pencernaan serta gangguan kesadaran.

2.2 Etiologi
Penyebab demam typhoid adalah Salmonella typhi, basil gram negatif,
bergerak dengan Rambut getar, tidak berspora, mempunyai sekurang-
kurangnya empat macam antigen yaitu antigen O (somatic), H (flagella), Vi,
dan protein membran hialin (Manjoer Arief, 2000 & Ngastiyah, 1997).

2.3 Manifestasi Klinis


a) Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris
remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu
tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi
hari dan meningkat pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua
pasien terus berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu
berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu kedua.
b) Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-
pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue),
ujung dan tepinya kemurahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen
dapat ditemukan keadaan perut kembung (metenismus). Hati dan limfa
membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadi
konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal.
c) Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa dalam,
yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopos, koma atau gelisah
(kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan).
Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya.
Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu
bintik-bintik kemurahan karena amboli basil dalam kapiler kulit, yang
dapat ditemukan pada minggu pertama demam. Kadang-kadang
ditemukan pula bradikardia dan epistaksis pada anak besar.

2.4 Patofisiologi
Bakteri (Salmonella thypis) masuk ke tubuh manusia melalui saluran
cerna. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung sebagian lagi masuk
ke usus halus dan mencapai jaringan limpod plaque peyen di ileum terminalis
yang mengalami hipertrofi. Di tempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi
intestinal dapat terjadi. Kuman Salmonella thypis kemudian menembus
kelamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe mesentirial
yang juga mengalami hipertrofi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini
Salmonella typii lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus
Salmonela typii bersarang di plasue peyeri, limfa, hati, dan bagian-bagian lain
sistem retikulo endoterial. Semula disangka demam dan gejala-gejala toksemia
pada demam thypoid disebabkan oleh endotoksemia. Tapi kemudian
berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan
merupakan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada demam
thypoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan
tempat S. thypii berkembangbiak. Demam pada thypoid disebabkan karena S.
typii dan endotoksinnya merangsang sintesis dan penglepasan zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan yang meradang (FKUI, 1996 & Ngastiyah, 1997).

2.5 Pathway

Kuman Salmonella
thypii

Asam lambung Masuk tubuh melalui


mulut bersama
makanan dan
minuman
Kuman mati

Usus halus Sirkulasi portal usus


Mual muntah, nafsu
makan menurun
Jaringan limfoid plak Bersarang diplak
Lemas payeri dan ileum payeri limfa dan hati
terminalis hipertropi

Merangsang sintesis dan


Resiko perubahan Limina propia pelepasan zat pitogen
nutrisi kurang dari
dan leukosit
kebutuhan tubuh
Aliran limfe / kelenjar
limfe menteral Jaringan meradang

Demam
Aliran darah

Ductus thoracicus

Perdarahan dan
perforasi intestinal

Kekuangan
volume cairan
2.6 Komplikasi
Komplikasi demam thypoid dapat dibagi dalam :
a. Komplikasi intestinal / pada usus halus
1) Perdarahan usus
2) Perforasi usus
3) Peritonitis
b. Komplikasi ekstra intestinal / komplikasi di luar usus
1) Komplikasi kardiovaskuler
Kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis,
trombosis, dan tromboflebitis)

2) Komplikasi darah
Anemia hemolitik, trombositopenia, dan atau disseminated
intravaskulan coagulation (DIC) dan sindrom uremia hemolitik.

3) Komplikasi paru
Pneumonia, empiema dan pleuritis.

4) Komplikasi hepar dan kandung empedu


Hepatitis dan kolesistisis.

5) Komplikasi ginjal
Glumerolonefritis, prelonefritis dan perinofritis.

6) Komplikasi tulang
Osteomielitis, perrostitis, spondilitis, dan antritis.

7) Komplikasi neuronsikratrik
Delirium, meningitis, polinevritis perifer, sindrom guili aim, barre,
psikosis dan sindrom katatonia.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan leukosit
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
c. Biakan darah

- Teknik pemeriksaan laboratorium


- Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
- Pengobatan dengan obat antimikroba
- Vaksinasi dimasa lampau
d. Uji widal
e. Kepekaan Salmonella thypii terhadap obat anti mikroba
2.8 Penatalaksanaan
1) Medik
1) Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan okskreta
2) Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat
sakit yang lama, lemah, anoreksia, dll
3) Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu
normal kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak
panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan di ruangan
4) Diet
5) Obat pilihan ialah klorompenikol kecuali jika pasien tidak serasi
dapat diberikan obat lainnya seperti kotrimoksazol
6) Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya
bila terjadi dehidrasi dan asidosis diberikan cairan secara
intravena, dsb
2) Keperawatan
a) Kebutuhan nutrisi / cairan dan elektrolit
- Jika pasien sadar diberikan makanan lunak dengan lauk pauk
di cincing (hati daging) : sayuran labu siyem / wortel yang
dimasak lunak sekali
- Pasien yang kesadarannya menurun sekali diberikan makanan
cair personde, kalori sesuai dengan kebutuhannya
- Jika pasien parah seperti yang menderita dividen di pasang
infus dengan cairan glukosa dan NaCl
b) Gangguan suhu tubuh
- Untuk menurunkan suhu tubuh dengan memberikan obat
secara adekuat dan istirahat mutlak sampai suhu turun
diteruskan 2 minggu lagi kemudian imobilisasi bertahap
- Ruangan diatur agar cukup ventilasi
- Anak jangan ditutupi dengan selimut yang tebal agar
penguapan suhu lebih lancar
c) Gangguan rasa aman dan nyaman
- Perawatan mulut 2x sehari oleskan boraks gliserin (cream)
sering-sering dan sering diberikan minum untuk meningkatkan
nafsu makan
- Karena pasien apatik harus lebih diperhatikan dan diajak
komunikasi
d) Resiko terjadinya komplikasi
- Obat kloramfenikol, dosis 100 mg / kg BB / hari diberikan 4x /
hari
- Istirahat
- Pengawasan komplikasi
- Perdarahan usus, perforasi usus dan komplikasi lain
e) Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
- Pasien tidak boleh tidur dengan anak-anak lain ; mungkin
ibunya menemani tetapi tidak tidur bersama
- Pasien harus istirahat mutlak sampai demam turun, masih
dilanjutkan selama 2 minggu
- Pemberian obat
- Pembuangan feses dan urin harus dibuang ke dalam lubang
WC dan disiram air sampai sebanya-banyaknya
(Ngastiyah, 1997)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Biodata
1) Identitas pasien
Nama : An. E

Umur : 16 bulan (1 tahun, 4 bulan)

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Jamin Ginting

Suku bangsa : Karo

Tanggal Pengkajian : 18 Desember 2020

Diagnosa Medis : Febris Thypoid

Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. W

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : SMA

Hubungan dengan pasien : Ayah

Alamat : Jalan Jamin Ginting

2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Ibu klien mengatakan anak E panas sudah 2 hari yang lalu, muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 14 Desember 2020 ibu mengatakan bahwa anak E panas,
muntah. Selama 2 hari itu ana S diberi obat penurun panas ibunya
paracetamol dan panasnya turun dan timbul panas lagi. Kemudian
ibunya membawa anak S ke dokter, dari dokter anak S langsung
dirujuk ke RS yang sebelumnya di dokter tersebut sudah diperiksa
Laboratorium yang hasilnya Febris Thypoid dan harus dirujuk ke
Rumah Sakit.

c. Riwayat penyakit dahulu


Ibu mengatakan kalau anak E sering demam, batuk, pilek. Tapi kalau
sudah dibelikan obat di apotik langsung sembuh / reda. Anak E juga
tidak mau makan.

d. Riwayat penyakit keluarga


Dalam keluarga Tn. W tidak ada yang menderita penyakit turun, misal
DM, TBC, hipertensi, dll.

e. Riwayat Sosial Ekonomi


Sosial ekonomi dalam keluarga Tn. W cukup, ayah pasien bekerja
swasta dan ibunya sebagai ibu rumah tangga.

f. Riwayat kehamilan dan persalinan


1. Prenatal
Selama hamil ibunya sering memeriksakan kehamilannya di bidan
yang dekat dengan rumahnya.

2. Natal
Anak E lahir spontan, normal ditolong oleh bidan, tidak ada
gangguan kesehatan atau cacat bawaan saat anak lahir.

3. Post natal
Anak lahir dan tumbuh normal, mendapatkan makanan tambahan,
ASI dan susu formula / buatan.

g. Riwayat tumbang
Pertumbuhan : - BB : 9 kg

- Pertumbuhan gigi normal

Perkembangan : anak mampu berjalan normal, mengoceh, anak dapat


tepuk, menyatakan keinginan.

h. Riwayat Imunisasi
Imunisasi lengkap, anak sudah mendapat BCG 1 pada usia 1 minggu,
DPT pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, polio pada usia 2 bulan, 3
bulan, 4 bulan dan hepatitis, pada usia 1 minggu, 1 bulan, 6 bulan.
Klien sudah imunisasi campak pada usia 9 bulan.

3) Pengkajian Fisik
1. Keadaan umum : tampak lemas
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda-tanda vital
- Suhu : 38,5 oC
- Nadi : 110 x/mnt
- RR : 24 x/mnt
4. BB : 9 kg
5. TB : 70 cm
6. Kepala : Mesocepal
- Rambut : lurus, agak kemerahan
- Kulit kepala : bersih
- Lingkar kepala : 47 cm
- Lingkar lengan : 13 cm
- Lingkar dada : 49 cm
7. Muka : bersih dan sedikit lemas, pucat
8. Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis
9. Hidung : tidak ada secret, tidak ada nafas cuping hidung
10. Telinga : simetris, bersih, tidak ada semumen
11. - Mulut : gigi tumbuh, tidak ada caries gigi, sianosis (-)
- Lidah : kotor, putih
12. Leher : tidak ada nyeri tekan, tida ada pembesaran vena
jagularis
13. Dada : simetris
14. Jantung :
- Inspeksi : ictus kordis tidak tampak
- Palpasi : kardiomegali (-)
- Perkusi : ronkhi (-)
- Auskultasi : regular, mur-mur
15. Paru-paru
- Inspeksi : simetris
- Palpasi : vocal vermitus tidak ada
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : ronkhi (-), tidak ada wheezing
16. Abdomen
- Inspeksi : datar
- Palpasi : nyeri tekan (-), turgor kulit ↓
- Perkusi : kembung (+)
- Auskultasi : bising usus (+)
17. Genetalia : genetalia pada An. E bersih, tidak ada kemerah-
merahan pada alat kelaminnya
18. Anus : tidak ada kelainan
19. Ekstremitas : akral hangat
20. Ekstremitas atas : tangan kanan : terpasang infus
Tangan kiri : aktif

Kaki kanan dan kiri : normal, aktif

21. Kulit : tampak baik, turgor kulit ↓


22. Kuku : panjang, kotor, CRT kembali cepat dalam 2 detik
4) Pengkajian Pola Fungsional

1. Pola persepsi dan manajemen kesehatan


Ibu klien mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit panas,
batuk atau pilek, keluarga membelikan obat di apotek. Apabila belum
sembuh, keluarga langsung dibawa ke bidan / puskesmas. Ibu klien
mengatakan bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan
segera perlu ditindak lanjuti lebih baik lagi.

2. Pola nutrisi dan cairan

a. Sebelum di RS
Anak makan 3 x sehari, jenis nasi / bubur, lauk dan sayur.

Minum ASI, susu formula ¿ 3 x sehari.

b. Selama di RS
Anak tidak mau makan, Cuma minum ASI dan An. E tidak mau
minum susu formula / buatan.

3. Pola Eliminasi
a. Sebelum di RS
Eliminasi BAB dan BAK :

- Anak biasanya baung air besar 1 x sehari dengan konsistensi


lembek
- Buang air kecil ± 4-6 x sehari, warna kuning jernih.
b. Sesudah
Eliminasi BAB dan BAK :

- ± 3 hari anak belum bisa BAB


- BAK ± 3-5 x sehari, warna kuning jernih
4. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Sebelum di RS : anak bisa bermain dengan kakaknya, dan ibunya,
biasanya anak E sering ketawa-ketawa.
b. Selama di RS : anak E lemas, menangis karena anak E tidak suka
dengan lingkungan di RS, dan juga anak E takut dengan orang yang
berbaju putih-putih. Anak-anak juga merasa tidak nyaman dengan
adanya infus di tangan kanannya yang membatasi pergerakannya.
5. Pola Istirahat Tidur
a. Sebelum di RS : anak E biasa tidur mulai pukul 19.00 dan Bangun
kadang jam 04.00, tetapi anak E sering terbangun
b. Selama di RS : anak E susah tidur, tidur mulai jam 21.00 dan sering
terbangun dari tidurnya
6. Pola Persepsi Sensori dan Kognitif
Anak E paling dekat dengan ibunya, pola persepsi sensori tidak ada
gangguan.

7. Pola hubungan dengan orang lain


a. Selama di rumah : anak dapat berhubungan baik dengan orang lain
terutama pada kakaknya dan juga teman sebayanya
b. Selama di RS : anak tidak dapat bertemu dengan teman-temannya dan
anak kandung rewel dan takut bila didekati oleh perawat
8. Pola reproduksi seksual
Anak E adalah anak perempuan, tidak mengalami organ genital atau organ
reproduksi.

9. Pola konsep diri


Orang tua anak E berharap agar anaknya, menjadi anak yang dapat
membahagiakan orang tuanya, dan nantinya akan berguna bagi nusa,
bangsa dan agama.

Selama di RS : orang tua An. E berharap agar anaknya segera sembuh,


sehat dan dapat bermain kembali dengan teman-temannya.

10. Pola Mekanisme Koping


Anak E biasanya menangis bila merasa tidak nyaman, pada dirinya dan
merengek bila ditinggal ayahna.

11. Pola kepercayaan dan keyakinan


Keluarga klien beragama Kristen protestan, keluarga yakin semua akan
baik-baik saja sesuai dengan kehendak Tuhan.

5) Pengkajian Pertumbuhan
Anak E umur 1 tahun 4 bulan, BB : 9 kg, TB : 70 cm, lingkar lengan : 13 cm,
lingkar lengan kepala : 47 cm, lingkar dada 49 cm.

6) Pengkajian Perkembangan
Personal sosial anak E baik, anak sudah bisa main bola, dag-dag dengan
tangan, menyatakan keinginan, minum dari cangkir. Adaptif – motorik halus
anak E baik dan tidak ada masalah, anak sudah bisa menaruh kubus di
cangkir tapi dengan bantuan, mencoret-coret. Kemampuan bahasa Anak E
baik, anak sudah bisa berkata papa/mama spesifik, mengoceh, 2 kata, 3 kata,
1 kata.
Motorik kasar : anak E baik, anak E sudah bisa berjalan dengan baik,
membungkuk kemudian berdiri dan berdiri sendiri tanpa bantuan, berjalan
mundur.
7) Status Gizi
BB - Median
1. WAZ = SD
9 - 10,4
= SD Low

-1,4
= 1,10

= -1,27 (BB rendah) N = -2 s/d +2 SD

BB - Median
2. WHZ = SD
9 - 8,4
= SD Upper

1,4
= 0,8
= 1,75 (BB normal) N = +2 s/d -2 SD

TB - Median
3. HAZ = SD
70 - 78,9
= SD Low

-8,9
= 3,00

= -2,97 (normal) N = -2 s/d +2 SD

3.2 ANALISA DATA

Nama Klien : An. E

Umur : 1 tahun 4 bulan Tanggal : 18 Desember 2020

Dx. Medis : Demam thypoid

No Data (DS dan DO) Problem Etiologi


1. DS : - Ibu pasien mengatakan Hipertermi Proses infeksi
An. E sejak 2 hari yang
lalu panas dan belum
turun-turun.
DO : - Tampak lemas
- Akral teraba panas
- S : 38,5 oC
- N : 100 x/mnt
2. DS : - Ibu mengatakan An. E Resiko perubahan Anoreksia,
muntah nutrisi kurang dari mual muntah
- Ibu mengatakan An. E kebutuhan tubuh.
tidak mau makan
DO : - Anak E hanya minum ASI
- Anak E tampak lemah
- Turgor kulit ↓
- BB : 9 kg
- Status nutrisi WAZ : -1,27
(BB rendah)

3.3 DIAGNOSA KEPERWATAN

1. Hipertermii berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan S : 38,50C,


akral teraba panas, tampak lemas
2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual muntah ditandai dengan An.E lemah, turgor kulit ↓, WAZ :
3-1,27, BB : 9 kg
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : An. E

Umur : 1 tahun 4 bulan Tanggal : 18 Desember 2020

Dx. Medis : Demam thypoid

No Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan Rasional
Dx Keperawatan
1 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan - Monitor TTV - Menentukan tindakan keperawatan
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam demam - Untuk mengurangi panas
proses infeksi pada An. E dapat turun / normal, - Beri kompres hangat
dengan kriteria hasil :
- Meningkatkan pengetahuan dan
- Jelaskan pada orang tua bahwa mengurangi cemas pada ibu.
- S : 36 – 37 oC demam berhubungan dengan
- Akral teraba hangat proses penyakit
- Kolaborasi pemberian obat - Mempercepat untuk menurunkan
penurun panas Sanmol 3 x 1 panas / demam pada anak
sendok teh / Paracetamol
- Motivasi untuk banyak minum - Memenuhi intake cairan
2. Resiko perubahan Setelah dilakukan tindakan - Buat anjuran BB minimum dan - Malnutrisi adalah kondisi
keperawatan selama 4 x 24 jam kebutuhan nutrisi harian gangguan minat yang
nutrisi kurang dari diharapkan kebutuhan nutrisi menyebabkan depresi, agitasi,
terpenuhi, dengan KH: dan mempengaruhi fungsi
kebutuhan tubuh - Nafsu makan meningkat kognitif / pengambilan keputusan.
berhubungan dengan - Anak E makan habis 1/2 porsi
anoreksia, mual
muntah

- Gunakan pendekatan konsisten - Pasien mendeteksi pentingnya


duduk dengan pasien saat dan dapat bereaksi terhadap
makan, tingkatkan lingkungan tekanan, komentar apapun yang
yang nyaman dan catat dapat terlihat sebagai paksaan
masukan memberikan fokus pada
makanan.
- Beri makanan sedikit dan - Dilatasi gaster dapat terjadi bila
makanan kecil tambahan yang pemberian makan terlalu cepat
tepat dan setelah periode puasa
No
Implementasi Respon Klien
Dx
1, 2 - Monitor TTV S : - Ibu bertanya berapa suhunya?
O : - S : 38,5 oC, N : 110 x/mnt,
RR : 24 x/menit
2 - Mengkaji nutrisi pada anak S : - Ibu mengatakan senang
- Anjurkan pada keluarga anaknya mau makan walaupun
untuk memberikan makanan sedikit
sedikit tapi sering O : - Anak sedikit rewel
- Anak mau makan walaupun
sedikit
- Makan habis 6 sendok makan
1,2 - Melaksanakan advis dokter S : -
dalam pemberian obat O : - Anak E takut dan menangis
antibiotik Cefotaxim 3 x - Obat masuk lewat selang infus
300 mg IV, untuk
mengurangi mual muntah
Ulsikur 3 x 1/2 Amp IV
1 - Memberi kompres hangat S : -
dan meminumkan obat O : - Anak E takut, menangis dan
penurun panas yaitu Sanmol tidak mau minum
3 x 1 sendok teh

No
Evaluasi (catatan perkembangan)
Dx
1 S : - Ibu mengatakan anak E panas
O : - S : 38,5 oC
- N : 110 x/mnt
- RR : 24 x/mnt
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Kaji TTV
- Kompres hangat
- Berikan sirup Sanmol 3 x 1 sendok teh
2 S : - Ibu mengatakan anak E mau makan walaupun sedikit, dan
sering muntah
O : - Anak menghabiskan 6 sendok makan
- BB : 8 kg
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Timbang BB
Anjurkan pada ibu untuk memberi makan sedikit tapi sering
1 S : - Ibu mengatakan setelah dikompres panas menurun tapi kurang
lebih 20 menit anak E panas lagi
O : - S : 38 oC
- N : 110 x/mnt
- RR : 24 x/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
No
Evaluasi (catatan perkembangan)
Dx
P : Lanjutkan intervensi
- Kaji TTV
- Kompres hangat
- Berikan sirup Sanmol 3 x 1 sendok teh
2 S : - Ibu mengatakan anak E mau makan walaupun sedikit
O : - Anak makan habis 8 sendok
- BB : 8 kg
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Timbang BB
- Tingkatkan pemberian ASI
Beri makan sedikit tapi sering
1 S : - Ibu mengatakan anak E sudah tidak panas lagi
O : - S : 37 oC
- N : 105 x/mnt
- RR : 26 x/mnt
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
- Monitor TTV
- Berikan sirup Sanmol 3 x 1 sendok teh bila anak panas
2 S : - Ibu mengatakan anak E mau makan
O : - Anak makan habis 1/2 porsi
- BB sakit : 8 kg
BB sekarang : 9 kg
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Timbang BB setiap hari
Beri makan sedikit tapi sering

25

Anda mungkin juga menyukai