Anda di halaman 1dari 14

KEPERARAWATAN GERONTIK

“TERAPI KOMPLEMENTER PADA LANSIA “

Disusun Oleh :

1. Eksandi mayudi

Dosen Pengajar :

Kelompok A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Diiringi rasa syukur yang luar biasa kepada Tuhan Yang Maha Esa, penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini dengan membahas masalah terapi komplementer.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita dalam materi pembelajaran tingkat awal di mata kuliah ini. Kami juga
menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
demi kebaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Bengkulu, 16 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................I

DAFTAR ISI.................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3

1. Konsep penyakit hipertensi................................................................................3


2. Terapi komplementer herbal pada hipertensi.....................................................6

BAB III PENUTUP.....................................................................................................10

A. Kesimpulan......................................................................................................10
B. Saran................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Hipertensi sampai saat ini merupakan masalah yang serius dan cenderung
mengalami peningkatan di masa yang akan datang karena tingkat keganasannya yang
tinggi, hipertensi dapat menyebabkan kecacatan permanen atau kematian secara
mendadak (Smeltzer dan Bare, 2002). Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2014)
menyatakan hipertensi sebagai salah satu penyakit kardiovaskular dengan angka
penyebab kematian nomor satu secara global setiap tahunnya. Muela et al. (2017)
pada Journal American Heart Association (AHA) mengatakan terjadinya peningkatan
tekanan darah adalah salah satu faktor risiko utama terjadinya kematian dini, stroke
dan penyakit jantung di seluruh dunia. Diperkirakan hampir 1 miliar orang menderita
hipertensi diseluruh dunia dan akan mengalami peningkatan sebanyak 1,56 miliar
pada tahun 2025.

Menurut WHO (2014) peningkatan tekanan darah adalah salah satu faktor
risiko utama terhadap angka kematian global dan diperkirakan telah menyakibatkan
terjadinya 9,4 juta kematian di dunia, keadaan ini juga didukung oleh faktor
peningkatan penduduk yang terjadi setiap tahunnya, sehingga hal ini menyebabkan
jumlah pasien hipertensi menjadi tidak terkontrol. Di dalam data statistik yang
dikeluarkan WHO terdapat 24,7% penduduk Asia Tenggara dan 23,3% penduduk
Indonesia yang mengalami hipertensi pada umur 18 tahun keatas.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia pada tahun 2013 terdapat
25,8% masyarakat Indonesia yang berumur ≥ 18 tahun mengalami hipertensi. Namun,
hanya sekitar 9,5% yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan memiliki riwayat
minum obat. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia pada tahun 2013 jika
dilihat berdasarkan provinsi, pravelensi tertinggi kejadian hipertensi terjadi di
Bangka Belitung (30,9%) dan pravelensi kejadian paling rendah terjadi di Papua
(16,8%). Jika dilihat dari angka kejadiannya hipertensi tidak hanya menyerang orang
dengan usia lanjut namun juga menyerang orang dengan usia produktif sehingga
hipertensi menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia (Kemenkes.RI, 2014)

Dalam Profil Kesehatan Provinsi Bali tahun 2016 , Dinas Kesehatan Provinsi
Bali menyatakan hipertensi menempati peringkat ke 2 berdasarkan pola 10 besar
penyakit di puskesmas dengan jumlah kunjungan sebanyak 89,394 kunjungan selama
tahun 2016. Jumlah penderita hipertensi dengan umur ≥ 18 tahun pada tahun 2016
yaitu 54,944 penderita dengan 27,542 laki- laki dan 27,402 perempuan. Kabupaten
Buleleng menempati posisi tertinggi penderita hipertensi terbayak pada usia ≥18
tahun dengan jumlah kasus sebanyak 14,700 penderita hipertensi sedangkan untuk
kabupaten Gianyar menempati posisi ke 3 jumlah penderita hipertensi dengan 5,867
penderita di tahun 2016.

1
Berbagai upaya penatalaksanaan hipertensi yaitu dengan penatalaksanaan
farmakologis atau nonfarmakologis. Secara farmakologis penatalaksanaannya
dengan pemberian obat anti hipertensi. Salah satu dari penanganan non farmakologis
dalam menyembuhkan penyakit hipertensi yaitu terapi komplementer. Terapi
komplementer bersifat terapi pengobatan alamiah diantaranya adalah dengan terapi
herbal, terapi nutrisi, relaksasi progresif, meditasi, terapi tawa, akupuntur, akupresur,
aromaterapi, terapi bach flower remedy, dan refleksologi. Akupresur merupakan
terapi tusuk jari dengan memberikan penekanan dan pemijatan pada titik tertentu pada
tubuh yang didasarkan pada prinsip ilmu akupunktur (Fengge, 2012).

Terapi herbal banyak digunakan oleh masyarakat dalam menangani penyakit


hipertensi, dikarenakan memiliki efek samping yang sedikit. Jenis yang digunakan
dalam terapi herbal yaitu tomat (Lyocopercison lycopersicum), seledri atau celery
(Apium graveolens), bawang putih atau garlic (Allium sativum), bawang merah atau
onion (Allium cepa), semangka (Citrullus vulgaris) ( Sustrani, dkk 2005).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep penyakit hipertensi?
2. Bagaimanakah terapi komplementer herbal pada hipertensi?

3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep penyakit hipertensi
2. Untuk mengetahui terapi komplementer herbal pada hipertensi

2
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Hipertensi

A. Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah yang bersifat abnormal


dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Secara umum, seseorang
dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90
mmHg. Hipertensi juga sering diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan darah
sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg (Ardiansyah,
2012)

B. Etiologi Hipertensi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.


Hipertensi terjadi sebagai rspons peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan
perifer. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi
(Aspiani, 2014), sebagai berikut:

1. Generik: respons neurologi terhadap stres atau kelainan ekskresi atau transpor Na.
2. Obesitas: terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
3. Stress karena lingkungan
4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
C. Tanda dan gejala hipertensi

Tanda dan gejala utama pada pasien hipertensi adalah (Mubarak, dkk , 2015):

1. Sakit kepala
2. Keletihan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal.

3
D. Klasifikasi hipertensi

Menurut American Heart Association (2017) dalam Hypertension Highlights


2017 : Guideline For The Prevention, Detection, Evaluation And Management Of
High Blood Pressure In Adults, menentukan batasan tekanan darah yang berbeda dari
sebelumnya. Tekanan darah pada orang dewasa diklasifikasikan sebagai berikut.

Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) klasifikasi hipertensi yaitu sebagai berikut:

Tabel Klasifikasi Hipertensi

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan darah diastolik

Optimal <120 mmHg <80 mmHg

Normal 120-129 mmHg 80-84 mmHg

High Normal
130-139 mmHg 85-89 mmHg

Grade 1
(Ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Grade 2
(Sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg

Grade 3 (Berat)
180-209 mmHg 100-119 mmHg

Grade 4 (Sangat
Berat) >210 mmHg >120 mmHg

E. Penatalaksanaan

4
Penatalaksanaan yang biasa diberikan pada pasien hipertensi adalah, sebagai
berikut :

1. Penatalaksanaan Nonfarmakologi

Penatalaksanaan nonfarmakologi dengan memodifikasi gaya hidup sangat


penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi (Ridwanamiruddin, 2007
dalam Wijaya dan Putri, 2013). Penatalaksanaan hipertensi dengan
nonfarmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk
menurunkan tekanan darah yaitu :

a. Mempertahankan berat badan ideal


b. Mempertahankan asupan nutrium
c. Batasi konsumsi alkohol
d. Makan K dan Ca yang cukup dari diet
e. Menghindari merokok
f. Penurunan stress
g. Terapi masase (pijat)

2. Penatalaksanaan farmakologi
a. Diuretik (Hidrokloratiazid) Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume
cairan di tubuh berkurang yang menyebabkan daya pompa jantung menjadi
lebih ringan.
b. Penghambat Simpatetik (Metildopa, Kloninin, dan Reserpin) Berfungsi untuk
menghambat aktivitas saraf simpatis.
c. Betablocker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol) Berfungsi untuk
menurunkan daya pompa jantung.
d. Vasodilator (Prasosin, Hidralasin) Bekerja langsung ke pembuluh darah
dengan relaksasi otot polos pembuluh darah.
e. ACE Inhibitor (Captopril) Berfungsi untuk menghambat pembentukan zat
Angiotensin II.
f. Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan) Menghalangi penempelan zat
Angiotensin II pada reseptor sehingga memperingan daya pompa jantung.
g. Antagonis Kalsium (Diltiasem dan Verapamit) Menghambat kontraksi jantung
(kontraksitas otot jantung).

Konsep Terapi komplementer herbal

5
A. Terapi Komplementer Herbal pada Hipertensi

Pengaruh Pemberian Terapi Tomat (Lycopersicum Grandifolium) Terhadap


Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Pstw “Puspakarma”
Mataram Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Handayani, Kusmiyati, &
Sumatywati, 2013) mengenai Pengaruh Pemberian Terapi Tomat ( Lycopersicum
Grandifolium) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi
Di Pstw “Puspakarma” Mataram. Sebelum memberikan perlakuan terapi tomat,
terlebih dahulu dipilih tomat yang berbentuk bulat besar, dan tidak rusak setelah itu
tomat di timbang, dalam gelas saji dengan ukuran 120 cc, diberikan sebanyak 2 kali
sehari pada jam 08.00 dan 12.00 WITA selama 21 hari. Data tekanan darah
dikumpulkan dengan menggunakan sphygmomanometer (tensimeter) dan
stethoscope, dalam posisi duduk. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan
sesudah perlakuan.

Pemberian terapi tomat berpengaruh signifikan terhadap penurunan tekanan


darah pada lansia dengan hipertensi di PSTW ” Puspakarma” Mataram, yang
ditunjukkan dengan hasil uji t didapatkan nilai t hitung = 4,46 > t tabel (0,05) = 2,086.
Menurut Azwar Agoes (2007), kandungan tomat yang dapat menurunkan tekanan
darah antara lain:

1. Betakarotin dan vitamin E sebagai anti oksidan yang dapat mencegah aglutinasi
darah, sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
2. Lykopen pada tomat adalah zat yang efektif untuk menurunkan kolesterol.
3. Vitamin B6 dan folat, dibutuhkan tubuh untuk mengubah homosistein menjadi
senyawa yang lebih tidak berbahaya. Kadar homosistein yang tinggi dapat
membahayakan dinding pembuluh darah dan dihubungkan dengan meningkatkan
resiko serangan jantung dan stroke.
4. Kalium dapat menurunkan tekanan darah dan mengurangi resiko penyakit jantung.

B. Pola Penggunaan Obat Bahan Alam Sebagai Terapi Komplementer Pada Pasien
Hipertensi

6
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Swandari et al., 2017) mengenai
Pola penggunaan obat bahan alam sebagai terapi komplementer pada pasien hipertensi
di puskesmas Sempaja Kota Samarinda diperoleh bahwa dengan mewawancarai 62
pasien hipertensi terkait penggunaan obat bahan alam. Hasil penelitian menunjukkan
70,9% pasien hipertensi di puskesmas juga menggunakan obat bahan alam. Hasil
penelitian ini menemukan adanya 9 tumbuhan obat yang digunakan sebagai terapi
komplementer hipertensi.

1. Sirsak (Annona muricata L.)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien hipertensi menggunakan


rajangan daun sirsak untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang menunjukkan bahwa ekstrak air daun sirsak dapat menurunkan
secara signifikan tekanan darah tanpa mempengaruhi denyut jantung (Patel dan
Patel, 2016). Efek hipotensif dari ekstrak air daun sirsak melalui mekanisme
perifer yang melibatkan antagonis ion kalsium dengan blokade kanal ion kalsium
(Nwokocha et al, 2012). Efek hipotensif daun sirsak disebabkan oleh kandungan
alkaloid seperti coreximine, anomurine, dan reticulin, serta beberapa komponen
minyak esensial seperti b-caryophyllene (Coria-Tellez et al, 2016).

2. Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien hipertensi menggunakan


rajangan bunga rosella kering untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang menunjukkan bahwa ekstrak air bunga rosella memiliki
efek antihipertensi (Mojiminiyi et al, 2007). Efek antihipertensi rosella melalui
berbagai mekanisme, yaitu peningkatan produksi nitrit oksida, penghambatan
kanal ion kalsium dan pembukaan kanal ATP kalium (Al Disi et al, 2016). Rosella
juga memiliki efek diuretik, yang mekanisme kerjanya serupa dengan obat
penurun tekanan kelompok diuretik (Da-Costa-Rocha et al, 2014), dan efek
penghambatan pada Angiotensin Converting Enzyme (ACE), yang mekanisme
kerjanya serupa dengan obat penurun tekanan kelompok ACE inhibitor (Ojeda et
al, 2010). Kandungan anthocyanins yang terkandung dalam rosella berperan
dalam efek antihipertensi, selain juga terdapat peran dari polifenol dan hibiscus
acid (Hopkins et al, 2013).

3. Seledri (Apium graveolens L.)

7
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien hipertensi menggunakan
air perasan jus seledri untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan
FJA (Formula Jamu Antihipertensi) yang disusun oleh Komisi Nasional
Saintifikasi Jamu, mengandung komposisi diantaranya herba seledri. Tumbuhan
ini mengandung flavonoid (apiin dan apigenin) serta kumarin (Hussaana et al,
2016). Efek antihipertensi seledri melalui mekanisme penghambatan kanal ion
kalsium (Tashakori- Sabzevara et al, 2016), dan penghambatan pada ACE
(Simaratanamongkol et al, 2014).

4. Alfalfa (Medicago sativa L.)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien hipertensi menggunakan


sari klorofil dari daun alfalfa untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang menunjukkan bahwa alfalfa memiliki efek untuk
mengurangi tekanan darah pada tikus percobaan yang dibuat hipertensi (Martinez
et al, 2016).

5. Manggis (Garcinia x mangostana L.)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien hipertensi menggunakan


ekstrak kulit manggis untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan
penelitian tentang mekanisme kerja manggis sebagai antihipertensi melalui
antagonis ion kalsium (Hemshekhar et al, 2011). Komponen fenolik dari manggis
dapat mencegah terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah melalui mekanisme
vasodilatasi langsung dan pembangkitan nitrit oksida (Abdallah et al, 2016).

6. Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien hipertensi menggunakan


rajangan daun salam untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan
penelitian di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, yang menunjukkan bahwa
masyarakat disana menggunakan daun salam sebagai tumbuhan obat untuk diare,
kencing manis dan asam urat (Widyawati dan Rizal, 2015). Mekanisme kerja daun
salam sebagai antihipertensi melalui pelibatan reseptor beta adrenergik dan
kolinergik dengan produksi nitrit oksida (Ismail et al, 2013), dan melalui
penghambatan ACE (Puspitasari et al, 2015).

7. Mentimun (Cucumis sativus L.)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien hipertensi menggunakan


jus mentimun untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang menunjukkan bahwa pemberian jus mentimun dapat menurunkan secara
signifikan tekanan darah diastolik antara kelompok perlakuan dibandingkan
dengan kelompok kontrol (Muniroh et al, 2007).

8. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

8
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien hipertensi menggunakan
rajangan buah mengkudu untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan
penelitian di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, yang menunjukkan bahwa
masyarakat disana menggunakan buah mengkudu sebagai tumbuhan obat untuk
menurunkan tekanan darah tinggi, kolesterol, melancarkan peredaran darah dan
membersihkan kandung kemih (Widyawati dan Rizal, 2015). Pemberian jus
mengkudu menurunkan tekanan darah tinggi secara signifikan, terutama pada
tekanan darah sistolik (Ali et al, 2016).

9. Jintan Hitam (Nigella sativa L.)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien hipertensi menggunakan


minyak jintan hitam untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan
penelitian bahwa pemberian minyak jintan hitam selama 8 minggu dapat
menurunkan tekanan darah (Huseini et al, 2013). Mekanisme kerja ekstrak jintan
hitam sebagai antihipertensi melalui mekanismenya sebagai diuretik (Tembhurne
et al, 2014), dan melalui penghambatan kanal ion kalsium (Al Disi et al, 2016).

Hasil penelitian ini menunjukkan masih perlunya edukasi penggunaan obat


bahan alam di masyarakat sebagai terapi komplementer untuk hipertensi. Selanjutnya
menurut (Aditama, 2014) Pelayanan kesehatan tradisional ramuan juga dikenal luas di
Indonesia sebagai Jamu dan secara empiris digunakan dalam upaya promotif,
preventif bahkan selanjutnya berkembang ke arah kuratif dan paliatif. Pemerintah
Indonesia melaksanakan Program Saintifikasi Jamu atau Scientific Based Jamu
Development, yaitu penelitian berbasis pelayanan yang mencakup Pengembangan
Tanaman Obat menjadi Jamu Saintifik. Jamu saintifik yang dihasilkan dari program
digunakan untuk terapi komplementer di fasilitas pelayanan kesehatan dan dijadikan
pilihan masyarakat jika mereka menginginkan untuk mengonsumsi Jamu saja sebagai
subyek dalam upaya preventif, promotif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif. Dewasa ini
sudah tersedia dua Jamu Saintifik, yaitu untuk hipertensi ringan dan untuk
hiperurisemia.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Hipertensi sampai saat ini merupakan masalah yang serius dan cenderung
mengalami peningkatan di masa yang akan datang karena tingkat keganasannya yang
tinggi, hipertensi dapat menyebabkan kecacatan permanen atau kematian secara
mendadak (Smeltzer dan Bare, 2002). Titik meridian akupresur pada hipertensi yaitu
(Titik Lr 2 (Xingjian), Titik Lr 3 (Taichong), Titik Sp 6 (Sanyinjiaoi), Titik Ki 3
(Taixi), Titik Li 4 (Hegu), Titik PC 6 (Neiguan). Stimulus pada titik tersebut akan
menstimulasi sel saraf sensorik disekitar titik akupresur selanjutnya diteruskan ke
medula spinalis, mesensefalon dan komplek pituitari hipothalamus yang ketiganya
diaktifkan untuk melepaskan hormon endorphin yang dapat memberikan rasa tenang
dan nyaman (Saputara & Sudirman, 2009). Kondisi yang relaksasi tersebut akan
berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah lansia. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Tsay, Cho, Chen (2004) yang menyatakan bahwa akupresur efektif untuk
menenangkan suasana hati, mengurangi kelelahan. Terdapat 9 tumbuhan obat yang
digunakan sebagai terapi komplementer hipertensi yaitu sirsak, rosella, mentimun,
manggis, seledri, afalla, jintan hitam, mengkudu.

B. Saran

Diharapkan kepada para pembaca dapat memahami terapi komplementer yaitu


akupresur dan herbal pada kasus hipertensi sehingga dapat diterapkan atau digunakan
dalam tindakan keperawatan.

10
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T. Y. (2014). Jamu & Kesehatan. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.

Afrila, N., Dewi, A. P., & Erwin. (2015). Efektifitas Kombinasi Terapi Slow Stroke
Back Massage Dan Akupresur Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi, 2(2), 1299–1307.

American Heart Association. (2017). Hypertension Highlights 2017 : GUIDELINE


FOR THE PREVENTION, DETECTION, EVALUATION AND MANAGEMENT OF
HIGH BLOOD PRESSURE IN ADULTS, 1–2.

Ardiansyah, M. (2012). Mrdikal Bedah Untuk Mahasiswa. (Dion, Ed.) (1st ed.).
Jogjakarta: DIVA Press.

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. (W. Prapiani, Ed.) (8th ed.). Jakarta: EGC.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar


(RISKESDAS) 2013.

Kusmiyati, & Sumatywati, N.M. (2013). PENGARUH PEMBERIAN TERAPI


TOMAT (Lycopersicum grandifolium) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH
PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PSTW “PUSPAKARMA” MATARAM.
Jurnal Biologi Tropis, 13(1), 102–108.

Majid, Y. A., & Rini, P. S. (n.d.). Terapi akupresur memberikan rasa tenang dan
nyaman serta mampu menurunkan tekanan darah lansia.

Mubarak, W. I., Chayatin, N., & Susanto, J. (2015). Standar Asuhan Keperawatan dan
Prosedur Tetap dalam Prosedur Tetap Praktik Keperawatan : Konsep dan Aplikasi dalam
Praktik Klinik. (Aklia Suslia, Ed.). Jakarta: Salemba Medika.

M., Machado, M. F., … Bortolotto, L. A. (2017). Hypertension severity is associated


with impaired cognitive performance. Journal of the American Heart Association, 6(1), 1–11.
https://doi.org/10.1161/JAHA.116.004579

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah : Keperawatan


Dewasa Teori Dan Contoh Askep. (Haikhi, Ed.) (1st ed.). Yogjakarta: Nuha Medika.

11

Anda mungkin juga menyukai