Disusun Oleh :
1. Eksandi mayudi
Dosen Pengajar :
Kelompok A
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Diiringi rasa syukur yang luar biasa kepada Tuhan Yang Maha Esa, penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini dengan membahas masalah terapi komplementer.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita dalam materi pembelajaran tingkat awal di mata kuliah ini. Kami juga
menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
demi kebaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................I
DAFTAR ISI.................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
A. Kesimpulan......................................................................................................10
B. Saran................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hipertensi sampai saat ini merupakan masalah yang serius dan cenderung
mengalami peningkatan di masa yang akan datang karena tingkat keganasannya yang
tinggi, hipertensi dapat menyebabkan kecacatan permanen atau kematian secara
mendadak (Smeltzer dan Bare, 2002). Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2014)
menyatakan hipertensi sebagai salah satu penyakit kardiovaskular dengan angka
penyebab kematian nomor satu secara global setiap tahunnya. Muela et al. (2017)
pada Journal American Heart Association (AHA) mengatakan terjadinya peningkatan
tekanan darah adalah salah satu faktor risiko utama terjadinya kematian dini, stroke
dan penyakit jantung di seluruh dunia. Diperkirakan hampir 1 miliar orang menderita
hipertensi diseluruh dunia dan akan mengalami peningkatan sebanyak 1,56 miliar
pada tahun 2025.
Menurut WHO (2014) peningkatan tekanan darah adalah salah satu faktor
risiko utama terhadap angka kematian global dan diperkirakan telah menyakibatkan
terjadinya 9,4 juta kematian di dunia, keadaan ini juga didukung oleh faktor
peningkatan penduduk yang terjadi setiap tahunnya, sehingga hal ini menyebabkan
jumlah pasien hipertensi menjadi tidak terkontrol. Di dalam data statistik yang
dikeluarkan WHO terdapat 24,7% penduduk Asia Tenggara dan 23,3% penduduk
Indonesia yang mengalami hipertensi pada umur 18 tahun keatas.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia pada tahun 2013 terdapat
25,8% masyarakat Indonesia yang berumur ≥ 18 tahun mengalami hipertensi. Namun,
hanya sekitar 9,5% yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan memiliki riwayat
minum obat. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia pada tahun 2013 jika
dilihat berdasarkan provinsi, pravelensi tertinggi kejadian hipertensi terjadi di
Bangka Belitung (30,9%) dan pravelensi kejadian paling rendah terjadi di Papua
(16,8%). Jika dilihat dari angka kejadiannya hipertensi tidak hanya menyerang orang
dengan usia lanjut namun juga menyerang orang dengan usia produktif sehingga
hipertensi menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia (Kemenkes.RI, 2014)
Dalam Profil Kesehatan Provinsi Bali tahun 2016 , Dinas Kesehatan Provinsi
Bali menyatakan hipertensi menempati peringkat ke 2 berdasarkan pola 10 besar
penyakit di puskesmas dengan jumlah kunjungan sebanyak 89,394 kunjungan selama
tahun 2016. Jumlah penderita hipertensi dengan umur ≥ 18 tahun pada tahun 2016
yaitu 54,944 penderita dengan 27,542 laki- laki dan 27,402 perempuan. Kabupaten
Buleleng menempati posisi tertinggi penderita hipertensi terbayak pada usia ≥18
tahun dengan jumlah kasus sebanyak 14,700 penderita hipertensi sedangkan untuk
kabupaten Gianyar menempati posisi ke 3 jumlah penderita hipertensi dengan 5,867
penderita di tahun 2016.
1
Berbagai upaya penatalaksanaan hipertensi yaitu dengan penatalaksanaan
farmakologis atau nonfarmakologis. Secara farmakologis penatalaksanaannya
dengan pemberian obat anti hipertensi. Salah satu dari penanganan non farmakologis
dalam menyembuhkan penyakit hipertensi yaitu terapi komplementer. Terapi
komplementer bersifat terapi pengobatan alamiah diantaranya adalah dengan terapi
herbal, terapi nutrisi, relaksasi progresif, meditasi, terapi tawa, akupuntur, akupresur,
aromaterapi, terapi bach flower remedy, dan refleksologi. Akupresur merupakan
terapi tusuk jari dengan memberikan penekanan dan pemijatan pada titik tertentu pada
tubuh yang didasarkan pada prinsip ilmu akupunktur (Fengge, 2012).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep penyakit hipertensi?
2. Bagaimanakah terapi komplementer herbal pada hipertensi?
3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep penyakit hipertensi
2. Untuk mengetahui terapi komplementer herbal pada hipertensi
2
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Hipertensi
A. Definisi Hipertensi
B. Etiologi Hipertensi
1. Generik: respons neurologi terhadap stres atau kelainan ekskresi atau transpor Na.
2. Obesitas: terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
3. Stress karena lingkungan
4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
C. Tanda dan gejala hipertensi
Tanda dan gejala utama pada pasien hipertensi adalah (Mubarak, dkk , 2015):
1. Sakit kepala
2. Keletihan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal.
3
D. Klasifikasi hipertensi
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) klasifikasi hipertensi yaitu sebagai berikut:
High Normal
130-139 mmHg 85-89 mmHg
Grade 1
(Ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Grade 2
(Sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Grade 3 (Berat)
180-209 mmHg 100-119 mmHg
Grade 4 (Sangat
Berat) >210 mmHg >120 mmHg
E. Penatalaksanaan
4
Penatalaksanaan yang biasa diberikan pada pasien hipertensi adalah, sebagai
berikut :
1. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
2. Penatalaksanaan farmakologi
a. Diuretik (Hidrokloratiazid) Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume
cairan di tubuh berkurang yang menyebabkan daya pompa jantung menjadi
lebih ringan.
b. Penghambat Simpatetik (Metildopa, Kloninin, dan Reserpin) Berfungsi untuk
menghambat aktivitas saraf simpatis.
c. Betablocker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol) Berfungsi untuk
menurunkan daya pompa jantung.
d. Vasodilator (Prasosin, Hidralasin) Bekerja langsung ke pembuluh darah
dengan relaksasi otot polos pembuluh darah.
e. ACE Inhibitor (Captopril) Berfungsi untuk menghambat pembentukan zat
Angiotensin II.
f. Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan) Menghalangi penempelan zat
Angiotensin II pada reseptor sehingga memperingan daya pompa jantung.
g. Antagonis Kalsium (Diltiasem dan Verapamit) Menghambat kontraksi jantung
(kontraksitas otot jantung).
5
A. Terapi Komplementer Herbal pada Hipertensi
1. Betakarotin dan vitamin E sebagai anti oksidan yang dapat mencegah aglutinasi
darah, sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
2. Lykopen pada tomat adalah zat yang efektif untuk menurunkan kolesterol.
3. Vitamin B6 dan folat, dibutuhkan tubuh untuk mengubah homosistein menjadi
senyawa yang lebih tidak berbahaya. Kadar homosistein yang tinggi dapat
membahayakan dinding pembuluh darah dan dihubungkan dengan meningkatkan
resiko serangan jantung dan stroke.
4. Kalium dapat menurunkan tekanan darah dan mengurangi resiko penyakit jantung.
B. Pola Penggunaan Obat Bahan Alam Sebagai Terapi Komplementer Pada Pasien
Hipertensi
6
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Swandari et al., 2017) mengenai
Pola penggunaan obat bahan alam sebagai terapi komplementer pada pasien hipertensi
di puskesmas Sempaja Kota Samarinda diperoleh bahwa dengan mewawancarai 62
pasien hipertensi terkait penggunaan obat bahan alam. Hasil penelitian menunjukkan
70,9% pasien hipertensi di puskesmas juga menggunakan obat bahan alam. Hasil
penelitian ini menemukan adanya 9 tumbuhan obat yang digunakan sebagai terapi
komplementer hipertensi.
7
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien hipertensi menggunakan
air perasan jus seledri untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan
FJA (Formula Jamu Antihipertensi) yang disusun oleh Komisi Nasional
Saintifikasi Jamu, mengandung komposisi diantaranya herba seledri. Tumbuhan
ini mengandung flavonoid (apiin dan apigenin) serta kumarin (Hussaana et al,
2016). Efek antihipertensi seledri melalui mekanisme penghambatan kanal ion
kalsium (Tashakori- Sabzevara et al, 2016), dan penghambatan pada ACE
(Simaratanamongkol et al, 2014).
8
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien hipertensi menggunakan
rajangan buah mengkudu untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan
penelitian di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, yang menunjukkan bahwa
masyarakat disana menggunakan buah mengkudu sebagai tumbuhan obat untuk
menurunkan tekanan darah tinggi, kolesterol, melancarkan peredaran darah dan
membersihkan kandung kemih (Widyawati dan Rizal, 2015). Pemberian jus
mengkudu menurunkan tekanan darah tinggi secara signifikan, terutama pada
tekanan darah sistolik (Ali et al, 2016).
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi sampai saat ini merupakan masalah yang serius dan cenderung
mengalami peningkatan di masa yang akan datang karena tingkat keganasannya yang
tinggi, hipertensi dapat menyebabkan kecacatan permanen atau kematian secara
mendadak (Smeltzer dan Bare, 2002). Titik meridian akupresur pada hipertensi yaitu
(Titik Lr 2 (Xingjian), Titik Lr 3 (Taichong), Titik Sp 6 (Sanyinjiaoi), Titik Ki 3
(Taixi), Titik Li 4 (Hegu), Titik PC 6 (Neiguan). Stimulus pada titik tersebut akan
menstimulasi sel saraf sensorik disekitar titik akupresur selanjutnya diteruskan ke
medula spinalis, mesensefalon dan komplek pituitari hipothalamus yang ketiganya
diaktifkan untuk melepaskan hormon endorphin yang dapat memberikan rasa tenang
dan nyaman (Saputara & Sudirman, 2009). Kondisi yang relaksasi tersebut akan
berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah lansia. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Tsay, Cho, Chen (2004) yang menyatakan bahwa akupresur efektif untuk
menenangkan suasana hati, mengurangi kelelahan. Terdapat 9 tumbuhan obat yang
digunakan sebagai terapi komplementer hipertensi yaitu sirsak, rosella, mentimun,
manggis, seledri, afalla, jintan hitam, mengkudu.
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T. Y. (2014). Jamu & Kesehatan. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
Afrila, N., Dewi, A. P., & Erwin. (2015). Efektifitas Kombinasi Terapi Slow Stroke
Back Massage Dan Akupresur Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi, 2(2), 1299–1307.
Ardiansyah, M. (2012). Mrdikal Bedah Untuk Mahasiswa. (Dion, Ed.) (1st ed.).
Jogjakarta: DIVA Press.
Majid, Y. A., & Rini, P. S. (n.d.). Terapi akupresur memberikan rasa tenang dan
nyaman serta mampu menurunkan tekanan darah lansia.
Mubarak, W. I., Chayatin, N., & Susanto, J. (2015). Standar Asuhan Keperawatan dan
Prosedur Tetap dalam Prosedur Tetap Praktik Keperawatan : Konsep dan Aplikasi dalam
Praktik Klinik. (Aklia Suslia, Ed.). Jakarta: Salemba Medika.
11