Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU PENDARAHAN POST PARTUM”

DISUSUN OLEH :
AMANDA PUTRI OKTAVIONITA P05120220003
ANISA KHAMILLAH GUNANTO P05120220004
CINDY AFRIANIS P05120220006
DITE RENJANI PUTRI P05120220008
EDA SETIA NINGSIH P05120220011
KUSPITA P05120220019
MELIA OKTIANA P05120220021
NOVA ELIZA P05120220026
SYAKIRA GITA PARERA P05120220038
ZIQRI MUHAJIRIN P05120220045

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI -DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam, dimana berkat rahmat dan hidayahnya kami
bisa menyelesaikan proses penyusunan makalah ini. Tidak lupa shalawat beserta salam
semoga terlimpah curahkan kepada nabi kita semua, yakni nabi Muhammad SAW.
Kepadapara sahabatnya, para tabiin wal tabiat, para keluarganya dan semoga sampai pada
kita selalu umatnya.
Makalah ini berisi materi mengenai asuhan keperawatan pada ibu pendarahan post
operatif. Makalah ini berisi tiga bab dengan rincian, bab 1 adalah pendahuluan, bab 2 adalah
pembahasan, dan bab 3 asuhan keperawatan. Kami juga tidak lupa untuk mencantumkan
sumber referensi kami dalam daftar pustaka di bagian paling belakang.
Semoga makalah yang kami buat bisa bermanfaat bagi para pembacanya, serta bisa
diterima sebagai tugas makalah yang bagus bagi dosen yang bersangkutan. Kami sangat
berterimakasih jika ada kritik maupun saran untuk pembuatan makalah ini, karena dengan
hl itu kami bisa lebih baik lagi dalam membuat makalah.

Bengkulu ,Maret 2022

penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Definisi Post Partum
1.2 Etiologi Perdarahan Post Partum
1.3 Patofisiologi Perdarahan Post Partum
1.4 Manifestasi Klinis Perdarahan Post Partum
1.5 Komplikasi Perdarahan Post Partum
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
1.1 Pengkajian
1.2 Diagnosa Keperawatan
1.3 Intervensi Keperawatan
1.4 Implementasi
1.5 Evaluasi
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas itu, organ reproduksi secara perlahan
akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu
mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa
nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita
meninggal dari suatu penyebab kurangnya perhatian pada wanita post partum.
Di Negara berkembang seperti indonesia,masa nifas merupakan masa yang kritis
bagi ibu yang sehabis melahirkan. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu terjadi
setelah persalinan dan 50% diantaranya terjadi dalam selang waktu 24 jam
pertama.tingginya kematian ibu nifas merupakan masalah yang kompleks yang
sulit diatasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi dari post partum?
2. Bagaimana etiologi post partum?
3. Bagaimana patofisiologi post partum?
4. Bagaimana manifestasi klinis post partum?
5. Bagaimana komplikasi post partum?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi post partum
2. Untuk mengetahui etiologi post partum
3. Untuk mengetahui patofisiologi post partum
4. Untuk mengetahui komplikasi dari post partum
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Post Partum

Post partum adalah masa dimulai setelah partum selesai kira-kira6minggu setelah plasenta
lahir dan berakhir ketika alat-alat kandung kembali seperti keadaan sebelum hamil. Dimana
tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikososial terhadap proses melahirkan. Bari S A,
dkk, 2002)

Perdarahan pasca persalinan adalah kehilangan darah melebihi 500 ml yang terjadi setelah
bayi lahir, perdarahan primer terjadi dalam 24 jam pertama, sedangkan perdarahan sekunder
terjadi setelah itu (Mansjoer, 2002 : 313)

Hemoragi pasca partum adalah kehilangan darah melebihi dari 500 ml selama dan atau
setelah kelahiran dapat terjadi dalam 24 jam pertama setelah kelahiran, atau lambat sampai 28
hari pasca partum (akhir dari puerperium) (Doenges, 2001 : 487).

Menurut Depkes RI (1999) post partum dibagi menjadi tiga periode yaitu :

a. Puerperium dini yaitu keadaan yang terjadi segera setelah persalinaa sampai 24 sesudah
persalinan. Kepulihan dimana ibu telah diperbolahkan berdiri dan berjalan –jalan.

b. Early Puerperium yaitu keadaan yang terjadi pada permulaan puerperium

c. Later Puerperium yaitu waktu satu minggu sesudah melahirkan sampai enam

2. Perdarahan

Perdarahan adalah hilangnya volume darah dari pembuluh kapilerbaik mengucur maupun
merembes dalam waktu yang cepat. (Purwadiato, dkk : 2000)

Hemoragi pasca partum adalah kehilangan darah melebihi dari 500 ml selama dan atau
setelah kelahiran dapat terjadi dalam 24 jam pertama setelah kelahiran, atau lambat sampai 28
hari pasca partum (akhir dari puerperium) (Doenges, 2001 : 487).

Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih 500 – 600 ml dalam masa 24 jam setelah
anak lahir, menurut waktu terjadinya dibagi atas 2 bagian :

a. Perdarahan post partum primer (early post partum hemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam
setelah anak lahir.

b. Perdarahan post partum sekunder (late post partum hemorrhage) yang terjadi setelah 2
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak
lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah
perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta
lahir . (Prof.Dr.RustamMochtar,MPH,199)
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

a) Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir

b) Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayilahir. 4 jam biasanya
antara hari ke 5 sampai 15

3. Perdarahan Post Partum

Perdarahan Post Partum adalah perdarahan dalam kala IV yanglebih dari 500 CC dalam 24
jam setelah bayi dan plasenta lahir (Rustam : 2000)

Nifas adalah masa pulihnya kembali alat kandungan , dimulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini enam (6) minggu
(Manuba,2000).

Nifas dimulai setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat
genital baru pulih kembali seperti sebelum kehamilan dalam waktu 3(tiga) bulan
(Wikjosastro,2001)

Nifas atau pierinium,berasal dari kata puer yang artinya bayi dan paraus berarti melahirkan.
Jadi puerperium adalah masa setelah melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan
kesehatannya kembali(Ibrahim,1999).

Nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadan sebelum hamil,yang berlangsung kira- kira 6 minggu(Saefudin,2001).

B. Anatomi Fisiologi

Plasenta Normal

Plasenta normal Ukuran dan Bentzik. Placenta berbentuk cakrarn yang bundar atau lonjong
(oval), inempuny.a ukuran 20 x 15.cm dan tebal 1.5 sampai 2.0cm. Berat placenta, yang
biasanya 20 persen dari berat janin, berkisar antara 425 dan.550 g.Pada sisi uterus terdapat
delapan atau lebih cotyledon maternal yang dipisahkan oleh alur-alur (fissura).Istilah
cotyledon fetal mengacu pada bagian plasenta yang mendapat suplai darah dari pembuluh
villus utama dan cabang- cabangnya.permukaan maternal ditutupi oleh lapisan deciduadan
fibrin yang ikut keluar bersama-sama plasenta pada kelahiran.Sisi fetal ditutupi oleh
membrane atau selaput ketuban.

Lokasi.

Secara normal plasenta tertanam pada bagian atas uterus . Kadang- kadang plasenta berada
pada segmen bawah dan adakalanya terletak di atas cervik. Keadaan terakhir ini disebut
dengan istilah placenta previa dan menjadi penyebab timbulnya perdarahan dalam trimester
ketiga.Kadang-kadang pemeriksaan ultrasonic pada kehamilan dini menunjukkan adanya
plasenta di bagian bawah yang merupakan indikasi bagi plasenta previa, tetapi dalam
pemeriksaan ulang pada kehamilan lanjut ditemukan plasenta pada segmen atas. Mungkin
pertumbuhan normal plasenta menjauhi cervik.
Kelainan-kelainan Placenta

Lobus Succenturiata. Ini merupakan lobus tambahan atau lobus asesorius yang berada dengan
jarak tertentu dari placenta utama. Pembuluh darah yang mensuplai lobus ini berjalan
menembus selaput ketuban dan dapat terputusketika selaput ketuban tersebut robek atau pada
saat kelahiran. Lobus succenturiata bisa tertinggal setelah melahirkan dan menyebabkan
perdarahan postpartum.

Placenta, Circumvallata. Selaput ketuban melipat ke belakang pada permukaan janin dan
berinsersio ke dalam placenta itu sendiri. Placenta berada di sebelah luar chorion.

Amnion Nodosum. Ini berupa nodulus kuning dengan diameter 3 sampai 4 cm, yang terletak
pada permukaan-fetal amnion. Nodulus ini berisi vernix, fibrin, sel-sel yang mengelupas
(deskuamasi) dan rambut lanugo. Amnion nodosum dapat berbentuk sebuah kista. Keadaan
ini disertai oligohydramnios. Infark yang terlokalisir sering dijumpai. Makna klinisnya tidak
diketahui sekalipun jika keadaan ini berlebihan, maka kapasitas fungsional placenta dapat
berkurang.

Perubahan Warna (Diskolorisasi). Warna merah berhubungan dengan adanya perdarahan.


Warna hijau disebabkan oleh meconium dan dapat merupakan indikasi adanya hipoksia janin.

Placenta Kembar. Pada kembar monochorionik, placenta membentuk satu massa sedangkan
pada kembar dichorionik, placenta dapat menyatu atau terpisah.

Berat.

Placenta yang beratnya lebih dari 600 g atau di bawah 400 g biasanya berhubungan dengan
kehamilan yang abnormal.

Placenta pada Berbagai KeadaanPrematuritas. Placenta kecil dan sering pucat.

Pastmaturitas. Ukuran dan berat placenta biasanya normal. Terlihat warna meconium terdapat
infark atau fibrosis yang luas, fungsi placenta dapat berkurang.

Retardasi Pertumbuhan Intrauterin. Placenta cenderung kecil, kurangnya berat placenta


sebanding dengan berat bayi.

Diabetes Mellitus. .Placenta biasanya lebih hesar daripada normal, tetapi pada kasus-kasus
yang berat dengan sirkulasi darah ibu yang terganggu. placenta dapat ukuran kecil.

Toxemia Gravidarurn. Tidak terlihat perubahan yang khas. Sering placenta tampak normal.

Erythroblastosis. Placenta tampak lapuk, berwarna pucat sampai dan beratnya dapat mencapai
2,000 g. ,

Syphilis Kongenital. Placenta lebar, tebal dan pucat.

Arnnionis. Selaput ketuban suram (opaque) dan berubah warna menjadi kuning. placenta
mungkin mengeluarkan bau yang busuk.

RETENTIO PLACENTAE
Retentio placentae dalam uterus dapat dibagi menjadi empat kelompok:

1. Terpisah tapi tertahan: Di sini tidak ada tenaga yang dalam keadaan normal mendorong
placenta keluar.

2. Terpisah tapi terperangkap (inkarserata): Konstriksi rahirn yang berbentuk jam-pasir


(hourglass) atau spasme cervix menyebabkan placenta terperangkap dalam segmen etas
uterus.

3. Melekat tapi dapat dipisahkan (adhesiva): Dalam situasi ini, placenta tidak dapat terlepas
sendiri dari dinding rahim. Penyebabnya mencakup kegagalan kontraksi-normal dan retraksi
pada kala tiga, defek anatomis dalam uterus, dan abnormaiitas decidua yang mencegah
terbentuknya lempeng pemisahan decidua yang normal.

4. Melekat tapi tidak dapat dipisahkan: Di sini berupa placenta acreta dengan berbagaiderajat.
Decidua normal tidak ada, dan villi chorialis melekat langsung serta menembus myometrium.

Teknik Pengeluaran secara Manual

Pengeluaran placenta yang tertahan secara manual tidak lagi ithanggap berbahaya
sebagaimana anggapan yang pernah ada. Banyak hasil yang jelek dari prosedur ini disebabkan
oleh tindakan yang ditunda terlampau lama sampai perdarahan menyebabkan masuknya
pasien ke dalam keadaan yang berbahaya. Kalau ada perdarahan, placenta harus segera
dikeluarkan. tidak disertai perdarahan dan pasien berada dalam kondisi yang balk, diper-
bolehkan menunggu selama 30 menit.Apabila pasien mengalami perdarahan secara aktif,
dipasang infus intravena dan disediakan darah. Anesthesi diperlukan. Prosedur dilaksanakan
dalarn kondisi aseptik.Uterus dipegang dengan salah satu tangan pada bagian fundus lewat
dinding abdomen ibu Tangan lainnya dimasukkan ke dalam vagina dan Jewat

C. Etiologi

Penyebab perdarahan post portum menurut Rustam 2000 antara lain antonia uteri.

Faktor presdisposisi terjadinya antonia uteri adalah:

1) Persalinan yang terlalu cepat (partus precipitatus).

Kontrak uterus yang terlalu kuat dan terus menerus selama kala I dan kala II persalinan
(kontraksi yang hiperernik), maka otot-otot uterus akan kekurangan kemampuannya untuk
beretraksi setelah bayi lahir.

2) Umur telalu muda atau terlalu tua (kurang dari 20 tahun atau lebi dari 35 tahun)

3) Perietas sering terjadi atau dijumpai pada grande multipara dan multipara

4) Partus lama :Dapat menyebabkan terjadinya inersia uteri karena kelelahan pada otot-otot
uterus(Dep Kes RI,1999).

5) Uterus terlalu tegang dan besar misalnya pada (gemeli, hidramnion, ataujanin besar). Pada
kondisi ini miometrium teregang dengan hebat sehinggakontraksinya setelah kelahiran bayi
menjadi tidak efisien.(Varley,2000)
6) Riwayat perdarahan post partum atau retensio plasenta pada persalinan terdahulu. pada
kondisi ini akan timbul resiko terjadinya hal yang samapada persalinan yang sekarang.

7) Stimulasi dengan oksitoksin atau protaklandin. Dapat menyebabkanterjadinya inersia


sekunder karena kelelahan pada otot-ototuterus(Cunningham,2000).

8) Perut bekas seksio sesaria , miomektomi atau histerorafia. Keadaantersebut akan


mengganggu kontraksi rahim(Arias,1999).

9) Anemia.

10) Wanita yang mengalami anemia dalam persalinan dengan kadar hemoglobin 10g/dl,akan
dengan cepat terganggu kondisinya bila terjadikehilangan darah meskipun hanya sedikit.
Anemia dihubungkan dengan kelemahan yang dapat dianggap sebagai penyebab langsung
atonia uteri (Dep Kes RI, 1999).sedangkan penyebab anemia dalam kehamilan adalah:

a) Kurang gizi(malnutrisi).

b) Kurang zat besi.

c) Malabsorbsi.

d) Kehilangan darah yang banyak pada persalinan yang lalu, dan haid.

Sosia ekonomi yaitu mal nutrisi

11) Sisa ketuban dan selaput ketuban

12)Jalan lahir seperti robekan perineum, robekan vagina, robekan serviks, forniks dan rahim

13)Penyakit darah, kelainan pembekuan darah atau hipofibrinogenia dan sering dijumpai pada
:

a. Sclusio plasenta

b. Kematian janin yang lama dalam kandungan

c. Pre eklamasi dan eklamasi

d. Infeksi, hepatitis, dan septik syok.

D. Patofisiologi

Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkansirkulasi
ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga
sehingga pembuluh darah- pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempura sehinga
pedarahanterjadi terus menerus. Trauma jalan terakhir seperti epiostomi yang lebar, laserasi
perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh
darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak
ada kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyabab
dari perdarahan dari postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada
keadaan shock hemoragik.
E. ManifestasiKlinis

Gejala klinis yang mungkin terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah banyak (500 ml),
nadi lemah, haus, pucat, lochea warna merah, gelisah, letih, tekanan darah rendah ekstremitas
dingin, dapat pula terjadi syok hemorogik

1. Menurut Mochtar (2001) gejala klinik berdasarkan penyebab ada lima yaitu :

a) Antonia Uteri

Uterus berkontraksi lembek , terjadi perdarahan segera setelah lahir

b) Robekan jalan lahir

Terjadi perdarahan segera, darah segar mengalir segerasetelah bayi lahir, konterksi uterus
baik, plasenta baik. Gejala yang kadang-kadang timbul pucat, lemah, menggigil.

c) Retensio plasenta

Plasenta belum lahir selama 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik.

d) Tertinggalnya sisa plasenta

selaput yang mengandung pembuluh darah ada yang tertinggal, perdarahan segera. Gejala
yang kadang-kadang timbul uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.

e) Inversio uterus

Uterus tidak teraba, lumen vagina berisi massa, perdarahan segera, nyeri berat.

2. Tanda dan Gejala

Terjadi perdarahan rembes atau mengucur, saat kontraksi uterus keras, darah berwarna merah
muda, bila perdarahan hebat timbul syok, pada pemeriksaan inspekulo terdapat ronekan pada
vagina, serviks atau varises pecah dan sisa plasenta tertinggal. (purwadianto, dkk, 2000).

F. Penatalaksanaan

Pada perdarahan akibat robekan jalan lahir penanganannya adalah :

1. Lakukan eksplorasi untul mengidentifikasilokasi laserasi dan sumberperdarahan

2. Lakukan irigasi pada tempat luka dan berikan laruta antiseptik.

3. Jepit dengan klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benangyang dapat diserap.

4. Lakukan penjahitan

a. Pada ruptura perineal tingkat I (robekan pada mkosa vagina dankulit), robekan dijahit
dengan benang catgut dan memekai jarum bundar.

b. Pada roptura perineal tingkat II (ruptura perinei sub totalis) ikut robek pula dasar panggul
seperti : luka jahit dua lapis dengan benang catguthalus secara simpul atau jelujur dengan
jarum bundar, kulit dijahit dengan benang sutera dan memakai jarum yang tajam
c. Pada ruptur perineal tingkat III (ruptur perinei totalis) yang robek selain spingter ani
externa. Sebelum memulai menjahit harus ditemukan dulu kedua pangkal m.stingter ani
externa yang terpoting. Otot ini dijahit dengan benang cromiksecara simpul, penjahitan harus
dilakukan secara cermat agar otot tersebut tersambung dengan baik. Kemudian dijahit seperti
menjahit ruptura perinei II. Bila mucosa rectum ikut robek maka harus dijahit terlebih dahulu
dengan benang catgut halus secara simpul.Bila ada plasenta dilakukan sebagai berikut

1) Memeriksa kelenhkapan plasenta setelah dilahirkan

2) Berikan antibiotika karena kemungkinan adaendometriosis

3) Lakukan eksplorasi digital atau bila servik terbuka danmengeluarkan bekuan darah atau
jaringan

4) Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan
dilatasi dan kuret

5) Bila Hb 8 gr % berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus 600 mg per hari selama 10 hari

G. Komplikasi

Komplikasi perdarahan post partum primer yang paling berat yaitu syok. Bila terjadi syok
yang berat dan pasien selamat, dapat terjadi komplikasi lanjutan yaitu anemia dan infeksi
dalam masa nifas. Infeksi dalam keadaan anemia bisa berlangsung berat sampai sepsis. Pada
perdarahan yang disertai oleh pembekuan intravaskuler merata dapat terjadi kegagalan fungsi
organ- organ seperti gagal ginjal mendadak (Chalik, 2000).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian fokus

Pengkajian fokus pada perdarahan post portum meurut Dongoesdan Marylin E, (2001)
sebagai berikut :

a. AlasandankeluhanpertamamasukRumahSakit

Apa yang dirasakan saat itu ditujukan untuK mengenali tanda atau gajala yng berkaitan
dengan perdarahan post portum misalnya antonio uteri, retensio plasenta robekan jalan lahir,
vagina, perineum, adanya sisa selaput plsenta dan biasanya ibu nampak perdarahan banyak >
500 CC

b. Riwayat kesehatan sekarang

Dikaji untuk mengetahui apakah seorang ibu menderita penyakit yang bisa menyebabkan
perdarahan post portum seperti aspek fisiologis dan psikososialnya.

c. Riwayatkesehatandahulu

Dikaji untuk mengrtahui apakah seorang ibu perah menderita penyakit yang lain yang
menyertai dan bisa memperburuk keadaan atau mempersulit penyambuhan. Seperti penyakit
diabetus melitus dan jantung

d. Riwayat kesehatan keluarga

Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada yang mempunyai
riwayat yang sama

Pola pengkajian kesehatan menurut (Dongoes dan Marilyn E,2001)

Sebagai berikut :

1) Aktivitas istirahat

Insomia mungkin teramat.

2) Sirkulasi
kehilangan darah selama proses post portum

3) Integritas ego

Peka rangsang, takut atau menangis sering terlihat kira-kira 3hari setelah melahirkan “post
portum blues”

4) Eliminasi

BAK tidak teratur sampai hari ke 2dan ke 5

5) Makan dan cairan

Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira sampai hari ke 5

6) Persepsi sensori

Tidak ada gerakan dan sensori

7) Nyeri dan ketidaknyamanan

Nyeri tekan payudara dan pembesaran dapat terjadi diantara hari ke 3 sampai hari ke 5 post
partum

8) Seksualitas

a. Uterus diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran menurun satu jari setiap harinya

b. Lochea rubra berlanjut sampai hari ke 2

c. Payudara produksi kolostrum 24 jam pertama

9) Pengkajian Psikologis

a. Apakah pasien dalam keadaan stabil

b. Apakah pasien biasanya cemas sebelum persalinan danmasa penyembuhan

10) Data pemeriksaan Penunjang, meliputi :

pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit darah, leukosit.

2. Pengkajian Dasar Data Klien

a. Sirkulasi : Rembesan kontinu atau perdarahan tiba-tiba.Dapat tampak pucat, anemik.

b. Ketidaknyamanan : Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan)


Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma)

c. Keamanan : Pecah ketuban dini

d. Seksualitas : Tinggi fundus atau baan uterus gagal kembalipada ukuran dan fungsi
kehamilan (Subinvorusi)

Leukorea mungkin ada


Terus terlepasnya jaringan

3. Pemeriksaan Diagnostik

a. Golongandarah : Menentukan Rh, golongan ABO dan percocockan silang.

b. Jumlah darah lengkap

c. Kultur uterus dan vaginal : mengesampingkan infeksi pasca partum

d. Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih

e. Profilkoagulasi : peningkatan degeradasi kadar produksi fibrin/produk spilit fibrin


(SDP/FSP)

f. Sonografi : Menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan

4. Diagnosa keperawatan

Rumusan diagnosa keperawatan menurut North American Nursing Dianosa Association


(2005) adalah sebagai berikut :

a. Defisit volume cairan b. d kehilangan aktif volume cairan

b. Nyeri akut b. d agen injuri fisik

c. Resiko onfeksi b. d prosedur invasif

d. Defisit perawatan diri b. d kelemahan fisik

e. Cemas atau ketakutan b. d krisis siuasional

5. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

1.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler berlebihan.

Intervensi :

a. Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran.

b.Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus.

c.Perhatikan hipotensi/takikardia perlambatan pengisian kapiler, synopsis dasar kuku


membran mukosa dan bibir.

d.Lakukan tirah baring dengan kaki di tinggikan 200-300 dan tubuhhorisontal.

e. Kolaborasi : - Pemberian infus, pemberian darah lengkap/produk darah

- Pemberian obat sesuai indikasi

2.Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia

Intervensi :

a.Perhatikan Hb/Ht sebelum dan setelah kehilangan darah


b.Pantau tanda vital; catat derajat dan durasi episode hipovolemik

c.Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahn perilaku

d.Kaji payudara setiap hari, perhtikan ada atau tidaknya laktasi danperubahan pada ukuran
payudara

e. Kolaborasi :- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan

- Pantau GDA dan Kadar pH

3.Ansietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status kesehatan atau kematian.
Intervensi :

a.Evaluasi respon psikologis serta persepsi klien terhadap kejadian hemoragi pasca partum.

b. Sampaikan sikap tenang, empati dan mendukung.

c.Berikan informasi tentang modalitas tindakan dan keefektifanintervensi

d. Bantu klien dalam mengidentifikasi perasaan ansietas; berikankesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaan.

e.Rujuk klien/pasang untuk konseling atau ke kelompok pendukungkomunitas.

6. Fokus intervensi dan rasional

Rencana keperawatan McCloskey, J.C, Buluechek, G.M (2000)Nursing intervention


Classification (NIC).

a.Defisit volume cairan b/d kehilangan aktif voluma cairan Tujuan : Tidak terjadi perdarahan

Kriteria hasil :

1). Perdarahan berhenti

2). Hb diatas normal

3). Tanda vital diatas normal

Rencana tindakan keperawatan

1). Monitor jumlah pendarahan pasien

Rasional : kehilangan darah akibat perdarahan bisa berakibat syok.

2). Monitor hasil laboratorium pasien

Rasional : Anemi akibat kehilangan darah dapat terjadi. Terapipengantian darah mungkin
diperlukan.

3). Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedang badanyatetap terlentang.

Rasional : dengan kaki lebih tinggi akan meningkatan aliran darahke otak dan organ lain.

4). Monitor tanda vital


Rasional : perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin berat

5). Monitor intake dan output setiap 1 jam

Rasional : Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan sirkulasi darah.

6). Lakukan message uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakkan diatas
simpisis.

Rasional : Message uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan plasenta,
satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uteri.

7). Batasi pemeriksaan vagina dan rektum

Rasional : Trauma yang terjadi di daerah vagina dan rectum meningkatkanterjadinya


perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks / perineum

8). Berikan infus atau cairan intravana

Rasional : cairan intravana dapat meningkatkan volume intravasculer

9). Kolaborasi dengan tim medis dengan pemberian anti perdarahan

Rasional : Anti perdarahan mencegah perdarahan yang lebih hebat dan mengetahui intervensi
selanjutnya

10). Berikan tranfusi whole blood (bila perlu)

Rasional : whole blood membentu menormalkan volume cairan tubuh akibat perdarahan

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (luka jahitan perineum)

Tujuan : Nyeri hilang atau brkurang

Kriteria hasil :

1). Skala nyeri berkurang atau hilang

2). Pasien tampak tenang Rencana tindakan keperawatan

1) Kaji nyeri setiap 6 jam, baik skala, intensitas, lokasi, frekuensi

Rasional : Untuk mengetahui derajat dan tingkat nyeri yangdialami dan untuk dapat
melakukan intervensi selanjutnya

2) Ajarkan teknik relaksasi

Rasional : untuk mengalihkan perhatian pasien dari nyerinya.

3) Kaji tanda vital

Rasional : Mengetaui perubahan tanda vital dan untuk dapatmelakukan intervensi selanjutya

4) Pemberian dengan tim medis dengan pemberian analgetik

Rasional : mengurangi rasa nyeri


c. Resiko infeksi sehubungan dengan prosedur invasif

Tujuan : tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil :

1) Lochea tidak berbau dan

2) Tanda vital dalam batas vital

Rencana tindakan keperawatan

1) Catat perubahan tanda vital

Rasional : Perubahan tanda vital (suhu) merupakan indikasi terjadinya infeksi.

2) Obsevasi luka dan jahitan perineum tiap ganti balut.

Rasional : mengetahui seberapa besar resiko untuk infeksi dan menentuakan intervensi

3) Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea

Rasional : infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lochea yang
berkepanjangan

4) Perhatikan kemungkinan infeksi ditempat lain, misalnya infeksi di saluran nafas, mastitis
dan saluran kencing

Rasional : Infeksi ditempat lain memperburuk keadaan

5) Berikan perawatan perineal, dan pertahankan agar pembalut Jangan sampai terlalu basah

Rasional : pembalut yang terlalu basah bisa menyebabkan iritasi dan dapat menjadi media
untuk pertumbuhan bakteri,peningkatan resiko infeksi

6) Kolaborasi dengan tim medis dengan pemberian zat besi danantibuotika.

Rasional : Anemi memperberat keadaan dan antibiotika yang tepat diperlukan untuk keadaan
infeksi

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

Tujuan : Kebutuhan akan aktifitas fisik pasie terpenuhi

Kriteria hasil :

1) Pasien dapat melakukan aktivitas dengan bantuan

2) Pasien menyatakan kenyamanan terhadap kemempuan melakukan aktivitas

3) Klien terbebasdari bau badan Rencana tindakan keperawatan

1) Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.

Rasional : Kemampuan pasien dalam perawatan diri danmeningkatakan rasa percaya diri
2) Mitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri,berpakaian berhias,
toileting dan makan.

Rasional : Membantu meningkakan kemampuan aktivitas pasien

3) Sediakan bantuan sampai klien mampu scara utuh untuk melakukanselfcare

Rasional : Meningkatakan kemampuan melakukan perawatan diri mandiri yang optimal


sesuai kemampuan.

4) Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu
melakukannya.

Rasional : Kemampuan individu untuk meningkatkan rasa percaya diri

5) Ajarkan klien atau keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.

Rasional : Memberikan dukungan kepada keluarga dan pasien dalam perawatan diri yang
mandiri

e. Cemas berhubungan dengan krisis situasional

Tujuan : Cemas hilang atau brkurang

Kriteria hasil :

1) Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya

2) Pasien mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang

Rencana tindakan keperawatan

1) Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan

Rasional : Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya

2) Kaji respon fisiologis klien (takikardia, takipnea, gemetar)

Rasional : Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis

3) Perlakukan pasien secara empati serta sikap mendukung

Rasional : Memberikan dukungan emosi

4) Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan

Rasional : Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui

5) Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya

Rasional : Ungkapan perasaan dapat mengurangi rasa cemas

6) Kaji mekanisme koping yang digunakan klien

Rasional : cemas yang berkepanjangan dapat dicagah dengan mekanisme koping yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

http://ners.unair.ac.id/materikuliah/Askep%20Komplikasi%20Post%20Partum

http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-susiwindar-510-1susiwin-0.pdf

http://eprints.ums.ac.id/25960/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf

Anda mungkin juga menyukai