DISUSUN OLEH :
AMANDA PUTRI OKTAVIONITA P05120220003
ANISA KHAMILLAH GUNANTO P05120220004
CINDY AFRIANIS P05120220006
DITE RENJANI PUTRI P05120220008
EDA SETIA NINGSIH P05120220011
KUSPITA P05120220019
MELIA OKTIANA P05120220021
NOVA ELIZA P05120220026
SYAKIRA GITA PARERA P05120220038
ZIQRI MUHAJIRIN P05120220045
penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Definisi Post Partum
1.2 Etiologi Perdarahan Post Partum
1.3 Patofisiologi Perdarahan Post Partum
1.4 Manifestasi Klinis Perdarahan Post Partum
1.5 Komplikasi Perdarahan Post Partum
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
1.1 Pengkajian
1.2 Diagnosa Keperawatan
1.3 Intervensi Keperawatan
1.4 Implementasi
1.5 Evaluasi
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas itu, organ reproduksi secara perlahan
akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu
mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa
nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita
meninggal dari suatu penyebab kurangnya perhatian pada wanita post partum.
Di Negara berkembang seperti indonesia,masa nifas merupakan masa yang kritis
bagi ibu yang sehabis melahirkan. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu terjadi
setelah persalinan dan 50% diantaranya terjadi dalam selang waktu 24 jam
pertama.tingginya kematian ibu nifas merupakan masalah yang kompleks yang
sulit diatasi.
Post partum adalah masa dimulai setelah partum selesai kira-kira6minggu setelah plasenta
lahir dan berakhir ketika alat-alat kandung kembali seperti keadaan sebelum hamil. Dimana
tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikososial terhadap proses melahirkan. Bari S A,
dkk, 2002)
Perdarahan pasca persalinan adalah kehilangan darah melebihi 500 ml yang terjadi setelah
bayi lahir, perdarahan primer terjadi dalam 24 jam pertama, sedangkan perdarahan sekunder
terjadi setelah itu (Mansjoer, 2002 : 313)
Hemoragi pasca partum adalah kehilangan darah melebihi dari 500 ml selama dan atau
setelah kelahiran dapat terjadi dalam 24 jam pertama setelah kelahiran, atau lambat sampai 28
hari pasca partum (akhir dari puerperium) (Doenges, 2001 : 487).
Menurut Depkes RI (1999) post partum dibagi menjadi tiga periode yaitu :
a. Puerperium dini yaitu keadaan yang terjadi segera setelah persalinaa sampai 24 sesudah
persalinan. Kepulihan dimana ibu telah diperbolahkan berdiri dan berjalan –jalan.
c. Later Puerperium yaitu waktu satu minggu sesudah melahirkan sampai enam
2. Perdarahan
Perdarahan adalah hilangnya volume darah dari pembuluh kapilerbaik mengucur maupun
merembes dalam waktu yang cepat. (Purwadiato, dkk : 2000)
Hemoragi pasca partum adalah kehilangan darah melebihi dari 500 ml selama dan atau
setelah kelahiran dapat terjadi dalam 24 jam pertama setelah kelahiran, atau lambat sampai 28
hari pasca partum (akhir dari puerperium) (Doenges, 2001 : 487).
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih 500 – 600 ml dalam masa 24 jam setelah
anak lahir, menurut waktu terjadinya dibagi atas 2 bagian :
a. Perdarahan post partum primer (early post partum hemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam
setelah anak lahir.
b. Perdarahan post partum sekunder (late post partum hemorrhage) yang terjadi setelah 2
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak
lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah
perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta
lahir . (Prof.Dr.RustamMochtar,MPH,199)
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
b) Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayilahir. 4 jam biasanya
antara hari ke 5 sampai 15
Perdarahan Post Partum adalah perdarahan dalam kala IV yanglebih dari 500 CC dalam 24
jam setelah bayi dan plasenta lahir (Rustam : 2000)
Nifas adalah masa pulihnya kembali alat kandungan , dimulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini enam (6) minggu
(Manuba,2000).
Nifas dimulai setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat
genital baru pulih kembali seperti sebelum kehamilan dalam waktu 3(tiga) bulan
(Wikjosastro,2001)
Nifas atau pierinium,berasal dari kata puer yang artinya bayi dan paraus berarti melahirkan.
Jadi puerperium adalah masa setelah melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan
kesehatannya kembali(Ibrahim,1999).
Nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadan sebelum hamil,yang berlangsung kira- kira 6 minggu(Saefudin,2001).
B. Anatomi Fisiologi
Plasenta Normal
Plasenta normal Ukuran dan Bentzik. Placenta berbentuk cakrarn yang bundar atau lonjong
(oval), inempuny.a ukuran 20 x 15.cm dan tebal 1.5 sampai 2.0cm. Berat placenta, yang
biasanya 20 persen dari berat janin, berkisar antara 425 dan.550 g.Pada sisi uterus terdapat
delapan atau lebih cotyledon maternal yang dipisahkan oleh alur-alur (fissura).Istilah
cotyledon fetal mengacu pada bagian plasenta yang mendapat suplai darah dari pembuluh
villus utama dan cabang- cabangnya.permukaan maternal ditutupi oleh lapisan deciduadan
fibrin yang ikut keluar bersama-sama plasenta pada kelahiran.Sisi fetal ditutupi oleh
membrane atau selaput ketuban.
Lokasi.
Secara normal plasenta tertanam pada bagian atas uterus . Kadang- kadang plasenta berada
pada segmen bawah dan adakalanya terletak di atas cervik. Keadaan terakhir ini disebut
dengan istilah placenta previa dan menjadi penyebab timbulnya perdarahan dalam trimester
ketiga.Kadang-kadang pemeriksaan ultrasonic pada kehamilan dini menunjukkan adanya
plasenta di bagian bawah yang merupakan indikasi bagi plasenta previa, tetapi dalam
pemeriksaan ulang pada kehamilan lanjut ditemukan plasenta pada segmen atas. Mungkin
pertumbuhan normal plasenta menjauhi cervik.
Kelainan-kelainan Placenta
Lobus Succenturiata. Ini merupakan lobus tambahan atau lobus asesorius yang berada dengan
jarak tertentu dari placenta utama. Pembuluh darah yang mensuplai lobus ini berjalan
menembus selaput ketuban dan dapat terputusketika selaput ketuban tersebut robek atau pada
saat kelahiran. Lobus succenturiata bisa tertinggal setelah melahirkan dan menyebabkan
perdarahan postpartum.
Placenta, Circumvallata. Selaput ketuban melipat ke belakang pada permukaan janin dan
berinsersio ke dalam placenta itu sendiri. Placenta berada di sebelah luar chorion.
Amnion Nodosum. Ini berupa nodulus kuning dengan diameter 3 sampai 4 cm, yang terletak
pada permukaan-fetal amnion. Nodulus ini berisi vernix, fibrin, sel-sel yang mengelupas
(deskuamasi) dan rambut lanugo. Amnion nodosum dapat berbentuk sebuah kista. Keadaan
ini disertai oligohydramnios. Infark yang terlokalisir sering dijumpai. Makna klinisnya tidak
diketahui sekalipun jika keadaan ini berlebihan, maka kapasitas fungsional placenta dapat
berkurang.
Placenta Kembar. Pada kembar monochorionik, placenta membentuk satu massa sedangkan
pada kembar dichorionik, placenta dapat menyatu atau terpisah.
Berat.
Placenta yang beratnya lebih dari 600 g atau di bawah 400 g biasanya berhubungan dengan
kehamilan yang abnormal.
Pastmaturitas. Ukuran dan berat placenta biasanya normal. Terlihat warna meconium terdapat
infark atau fibrosis yang luas, fungsi placenta dapat berkurang.
Diabetes Mellitus. .Placenta biasanya lebih hesar daripada normal, tetapi pada kasus-kasus
yang berat dengan sirkulasi darah ibu yang terganggu. placenta dapat ukuran kecil.
Toxemia Gravidarurn. Tidak terlihat perubahan yang khas. Sering placenta tampak normal.
Erythroblastosis. Placenta tampak lapuk, berwarna pucat sampai dan beratnya dapat mencapai
2,000 g. ,
Arnnionis. Selaput ketuban suram (opaque) dan berubah warna menjadi kuning. placenta
mungkin mengeluarkan bau yang busuk.
RETENTIO PLACENTAE
Retentio placentae dalam uterus dapat dibagi menjadi empat kelompok:
1. Terpisah tapi tertahan: Di sini tidak ada tenaga yang dalam keadaan normal mendorong
placenta keluar.
3. Melekat tapi dapat dipisahkan (adhesiva): Dalam situasi ini, placenta tidak dapat terlepas
sendiri dari dinding rahim. Penyebabnya mencakup kegagalan kontraksi-normal dan retraksi
pada kala tiga, defek anatomis dalam uterus, dan abnormaiitas decidua yang mencegah
terbentuknya lempeng pemisahan decidua yang normal.
4. Melekat tapi tidak dapat dipisahkan: Di sini berupa placenta acreta dengan berbagaiderajat.
Decidua normal tidak ada, dan villi chorialis melekat langsung serta menembus myometrium.
Pengeluaran placenta yang tertahan secara manual tidak lagi ithanggap berbahaya
sebagaimana anggapan yang pernah ada. Banyak hasil yang jelek dari prosedur ini disebabkan
oleh tindakan yang ditunda terlampau lama sampai perdarahan menyebabkan masuknya
pasien ke dalam keadaan yang berbahaya. Kalau ada perdarahan, placenta harus segera
dikeluarkan. tidak disertai perdarahan dan pasien berada dalam kondisi yang balk, diper-
bolehkan menunggu selama 30 menit.Apabila pasien mengalami perdarahan secara aktif,
dipasang infus intravena dan disediakan darah. Anesthesi diperlukan. Prosedur dilaksanakan
dalarn kondisi aseptik.Uterus dipegang dengan salah satu tangan pada bagian fundus lewat
dinding abdomen ibu Tangan lainnya dimasukkan ke dalam vagina dan Jewat
C. Etiologi
Penyebab perdarahan post portum menurut Rustam 2000 antara lain antonia uteri.
Kontrak uterus yang terlalu kuat dan terus menerus selama kala I dan kala II persalinan
(kontraksi yang hiperernik), maka otot-otot uterus akan kekurangan kemampuannya untuk
beretraksi setelah bayi lahir.
2) Umur telalu muda atau terlalu tua (kurang dari 20 tahun atau lebi dari 35 tahun)
3) Perietas sering terjadi atau dijumpai pada grande multipara dan multipara
4) Partus lama :Dapat menyebabkan terjadinya inersia uteri karena kelelahan pada otot-otot
uterus(Dep Kes RI,1999).
5) Uterus terlalu tegang dan besar misalnya pada (gemeli, hidramnion, ataujanin besar). Pada
kondisi ini miometrium teregang dengan hebat sehinggakontraksinya setelah kelahiran bayi
menjadi tidak efisien.(Varley,2000)
6) Riwayat perdarahan post partum atau retensio plasenta pada persalinan terdahulu. pada
kondisi ini akan timbul resiko terjadinya hal yang samapada persalinan yang sekarang.
9) Anemia.
10) Wanita yang mengalami anemia dalam persalinan dengan kadar hemoglobin 10g/dl,akan
dengan cepat terganggu kondisinya bila terjadikehilangan darah meskipun hanya sedikit.
Anemia dihubungkan dengan kelemahan yang dapat dianggap sebagai penyebab langsung
atonia uteri (Dep Kes RI, 1999).sedangkan penyebab anemia dalam kehamilan adalah:
a) Kurang gizi(malnutrisi).
c) Malabsorbsi.
d) Kehilangan darah yang banyak pada persalinan yang lalu, dan haid.
12)Jalan lahir seperti robekan perineum, robekan vagina, robekan serviks, forniks dan rahim
13)Penyakit darah, kelainan pembekuan darah atau hipofibrinogenia dan sering dijumpai pada
:
a. Sclusio plasenta
D. Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkansirkulasi
ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga
sehingga pembuluh darah- pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempura sehinga
pedarahanterjadi terus menerus. Trauma jalan terakhir seperti epiostomi yang lebar, laserasi
perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh
darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak
ada kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyabab
dari perdarahan dari postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada
keadaan shock hemoragik.
E. ManifestasiKlinis
Gejala klinis yang mungkin terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah banyak (500 ml),
nadi lemah, haus, pucat, lochea warna merah, gelisah, letih, tekanan darah rendah ekstremitas
dingin, dapat pula terjadi syok hemorogik
1. Menurut Mochtar (2001) gejala klinik berdasarkan penyebab ada lima yaitu :
a) Antonia Uteri
Terjadi perdarahan segera, darah segar mengalir segerasetelah bayi lahir, konterksi uterus
baik, plasenta baik. Gejala yang kadang-kadang timbul pucat, lemah, menggigil.
c) Retensio plasenta
Plasenta belum lahir selama 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik.
selaput yang mengandung pembuluh darah ada yang tertinggal, perdarahan segera. Gejala
yang kadang-kadang timbul uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
e) Inversio uterus
Uterus tidak teraba, lumen vagina berisi massa, perdarahan segera, nyeri berat.
Terjadi perdarahan rembes atau mengucur, saat kontraksi uterus keras, darah berwarna merah
muda, bila perdarahan hebat timbul syok, pada pemeriksaan inspekulo terdapat ronekan pada
vagina, serviks atau varises pecah dan sisa plasenta tertinggal. (purwadianto, dkk, 2000).
F. Penatalaksanaan
3. Jepit dengan klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benangyang dapat diserap.
4. Lakukan penjahitan
a. Pada ruptura perineal tingkat I (robekan pada mkosa vagina dankulit), robekan dijahit
dengan benang catgut dan memekai jarum bundar.
b. Pada roptura perineal tingkat II (ruptura perinei sub totalis) ikut robek pula dasar panggul
seperti : luka jahit dua lapis dengan benang catguthalus secara simpul atau jelujur dengan
jarum bundar, kulit dijahit dengan benang sutera dan memakai jarum yang tajam
c. Pada ruptur perineal tingkat III (ruptur perinei totalis) yang robek selain spingter ani
externa. Sebelum memulai menjahit harus ditemukan dulu kedua pangkal m.stingter ani
externa yang terpoting. Otot ini dijahit dengan benang cromiksecara simpul, penjahitan harus
dilakukan secara cermat agar otot tersebut tersambung dengan baik. Kemudian dijahit seperti
menjahit ruptura perinei II. Bila mucosa rectum ikut robek maka harus dijahit terlebih dahulu
dengan benang catgut halus secara simpul.Bila ada plasenta dilakukan sebagai berikut
3) Lakukan eksplorasi digital atau bila servik terbuka danmengeluarkan bekuan darah atau
jaringan
4) Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan
dilatasi dan kuret
5) Bila Hb 8 gr % berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus 600 mg per hari selama 10 hari
G. Komplikasi
Komplikasi perdarahan post partum primer yang paling berat yaitu syok. Bila terjadi syok
yang berat dan pasien selamat, dapat terjadi komplikasi lanjutan yaitu anemia dan infeksi
dalam masa nifas. Infeksi dalam keadaan anemia bisa berlangsung berat sampai sepsis. Pada
perdarahan yang disertai oleh pembekuan intravaskuler merata dapat terjadi kegagalan fungsi
organ- organ seperti gagal ginjal mendadak (Chalik, 2000).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian fokus
Pengkajian fokus pada perdarahan post portum meurut Dongoesdan Marylin E, (2001)
sebagai berikut :
a. AlasandankeluhanpertamamasukRumahSakit
Apa yang dirasakan saat itu ditujukan untuK mengenali tanda atau gajala yng berkaitan
dengan perdarahan post portum misalnya antonio uteri, retensio plasenta robekan jalan lahir,
vagina, perineum, adanya sisa selaput plsenta dan biasanya ibu nampak perdarahan banyak >
500 CC
Dikaji untuk mengetahui apakah seorang ibu menderita penyakit yang bisa menyebabkan
perdarahan post portum seperti aspek fisiologis dan psikososialnya.
c. Riwayatkesehatandahulu
Dikaji untuk mengrtahui apakah seorang ibu perah menderita penyakit yang lain yang
menyertai dan bisa memperburuk keadaan atau mempersulit penyambuhan. Seperti penyakit
diabetus melitus dan jantung
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada yang mempunyai
riwayat yang sama
Sebagai berikut :
1) Aktivitas istirahat
2) Sirkulasi
kehilangan darah selama proses post portum
3) Integritas ego
Peka rangsang, takut atau menangis sering terlihat kira-kira 3hari setelah melahirkan “post
portum blues”
4) Eliminasi
6) Persepsi sensori
Nyeri tekan payudara dan pembesaran dapat terjadi diantara hari ke 3 sampai hari ke 5 post
partum
8) Seksualitas
a. Uterus diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran menurun satu jari setiap harinya
9) Pengkajian Psikologis
d. Seksualitas : Tinggi fundus atau baan uterus gagal kembalipada ukuran dan fungsi
kehamilan (Subinvorusi)
3. Pemeriksaan Diagnostik
4. Diagnosa keperawatan
Intervensi :
Intervensi :
d.Kaji payudara setiap hari, perhtikan ada atau tidaknya laktasi danperubahan pada ukuran
payudara
3.Ansietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status kesehatan atau kematian.
Intervensi :
a.Evaluasi respon psikologis serta persepsi klien terhadap kejadian hemoragi pasca partum.
d. Bantu klien dalam mengidentifikasi perasaan ansietas; berikankesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaan.
a.Defisit volume cairan b/d kehilangan aktif voluma cairan Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
Kriteria hasil :
Rasional : Anemi akibat kehilangan darah dapat terjadi. Terapipengantian darah mungkin
diperlukan.
3). Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedang badanyatetap terlentang.
Rasional : dengan kaki lebih tinggi akan meningkatan aliran darahke otak dan organ lain.
6). Lakukan message uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakkan diatas
simpisis.
Rasional : Message uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan plasenta,
satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uteri.
Rasional : Anti perdarahan mencegah perdarahan yang lebih hebat dan mengetahui intervensi
selanjutnya
Rasional : whole blood membentu menormalkan volume cairan tubuh akibat perdarahan
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (luka jahitan perineum)
Kriteria hasil :
Rasional : Untuk mengetahui derajat dan tingkat nyeri yangdialami dan untuk dapat
melakukan intervensi selanjutnya
Rasional : Mengetaui perubahan tanda vital dan untuk dapatmelakukan intervensi selanjutya
Kriteria hasil :
Rasional : mengetahui seberapa besar resiko untuk infeksi dan menentuakan intervensi
Rasional : infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lochea yang
berkepanjangan
4) Perhatikan kemungkinan infeksi ditempat lain, misalnya infeksi di saluran nafas, mastitis
dan saluran kencing
5) Berikan perawatan perineal, dan pertahankan agar pembalut Jangan sampai terlalu basah
Rasional : pembalut yang terlalu basah bisa menyebabkan iritasi dan dapat menjadi media
untuk pertumbuhan bakteri,peningkatan resiko infeksi
Rasional : Anemi memperberat keadaan dan antibiotika yang tepat diperlukan untuk keadaan
infeksi
Kriteria hasil :
Rasional : Kemampuan pasien dalam perawatan diri danmeningkatakan rasa percaya diri
2) Mitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri,berpakaian berhias,
toileting dan makan.
4) Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu
melakukannya.
5) Ajarkan klien atau keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.
Rasional : Memberikan dukungan kepada keluarga dan pasien dalam perawatan diri yang
mandiri
Kriteria hasil :
Rasional : Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui
Rasional : cemas yang berkepanjangan dapat dicagah dengan mekanisme koping yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/Askep%20Komplikasi%20Post%20Partum
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-susiwindar-510-1susiwin-0.pdf
http://eprints.ums.ac.id/25960/10/NASKAH PUBLIKASI.pdf