Anda di halaman 1dari 29

KEPERAWATAN MATERNITAS I

PROJECT BASED LEARNING

PRAKTIK LAPANGAN POSTNATAL CARE

Disusun Oleh SGD 4:

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Daftar Isi .........................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1

1.2 Tujuan ....................................................................................................................... 1

1.3 Manfaat ..................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 3

BAB III LAPORAN KASUS

3.1 Ringkasan Kasus ....................................................................................................... 13

3.2 Pengkajian ................................................................................................................. 13

3.3 Analisa Data .............................................................................................................. 19

3.4 Diagnosa Keperawatan ............................................................................................. 20

3.5 Implementasi ............................................................................................................. 23

3.6 Evaluasi ..................................................................................................................... 24

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Ringkasan Jurnal ....................................................................................................... 25

4.2 Kelebihan .................................................................................................................. 26

4.3 Kekurangan ............................................................................................................... 26

4.4 Hambatan .................................................................................................................. 26

4.5 Kemungkinan Penerapan .......................................................................................... 27

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 28

5.2 Saran ......................................................................................................................... 28

Daftar Pustaka ................................................................................................................. 29

Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa postpartum (nifas/puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai
alat – alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal berlangsung selama
enam minggu atau 42 hari (Ambarwati & Wulandari, 2008). Pada masa ini menyusui
merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Menciptakan kebiasaan menyusui yang
baik sejak hari – hari pertama sangat penting untuk kesehatan bayi dan keberhasilan
menyusui (Linkages, 2004). Laktasi atau menyusui terjadi dibawah pengaruh berbagai
kelenjar endokrin, terutama hormon - hormon hipofisis yaitu prolaktin dan oksitosin.
Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofisis akan mengatur kadar prolaktin dan
oksitosin dalam darah ( Kari, dalam Soetjiningsih, 1997).

Masalah yang sering dikeluhkan para ibu adalah suplai ASI yang kurang, padahal ASI
diproduksi berdasarkan permintaan bayi (Dinkes kota Surabaya, 2008). Menyusui yang baik
adalah sesuai dengan kebutuhan bayi (on demand) karena secara alami bayi akan mengatur
kebutuhannya sendiri. Semakin sering bayi menyusu, payudara akan memproduksi ASI lebih
banyak. Produksi ASI selalu berkesinambungan, setelah payudara disusukan, maka payudara
akan terasa kosong dan melunak (Suradi & Tobing, 2004). Selama kehamilan, hormon
prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat
oleh kadar estrogen yang tinggi. Menyusui lebih dini menyebabkan terjadinya perangsangan
puting susu, yang mengakibatkan terjadinya pembentukan prolaktin oleh hipofisis, sehingga
sekresi ASI semakin lancar (Suradi & Tobing, 2004). Kebanyakan ibu tidak tahu bahwa
membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah kelahiran atau yang biasa disebut proses
inisiasi menyusu dini (IMD) sangat bermanfaat. Kedekatan antara ibu dengan bayinya akan
terbentuk dalam proses IMD yang dilanjutkan dengan rooming-in/rawat gabung ibu dan bayi.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang perawatan ibu setelah persalinan


2. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada ibu post partum
3. Untuk mengetahui intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada ibu post partum

1.3 Manfaat
1. Untuk memahami tentang perawatan ibu setelah persalinan
2. Untuk memahami perubahan yang terjadi pada ibu post partum
3. Untuk memahami intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada ibu post partum

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Post natal care adalah perawatan ibu setelah persalinan normal atau secsio cessarea
dan 2 jam setelah melahirkan plasenta. Perawatan setelah melahirkan berlangsung selama 6
minggu (42 hari) hingga alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Masa ini
merupakan masa transisi atau perubahan bagi wanita setelah melahirkan. Fase setelah
melahirkan anak dalam bahasa Latin disebut puerperium. Kata puer berarti bayi dan parous
berarti melahirkan. Jadi, Masa puerperium adalah masa pemulihan kembali, mulai dari
persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Masa knifes dibagi
menjadi tiga, yaitu:
I. Puerperium dini adalah masa pemulihan ibu telah diperloleh 2-4 jam setelah
melahirkan, ibu sudah dapat berdiri dan berjalan.
II. Puerperium intermedial adalah masa pemulihan semla alat-alat genitalia seperti
sebelum kehamilan.
III. Romote Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk memulihakan dan kembali
sehat sempurna, terutama jika saat hamil atau saat persalinan mengalami komplikasi.
Berikut teori-teori tersebut.
a. Teori awitan persalinan menyatakan bahwa terjadinya kontraksi uterus berhubungan
dengan kadar hormon yang menstimulasi kontraksi
b. Teori estrogen- progesteron menyatakan bahwa terjadinya kontraksi uterus
berhubungan dengan penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron pada ibu.
c. Teori oksitoksin menyatakan bahwa hormon ini menstimulasi kontraksi uterus dengan
bekerja secara langsung pada miometrium dan tidak langsung meningkatkan produksi
prostaglandin di dalam desidua.
d. Teori control endokrin janin menyatakan bahwa pada waktu maturitas janin yang tepat,
kelenjar adrenal janin menyekresi kortikosteroid yang memicu mekanisme persalinan.
e. Teori prostaglandin menyatakan bahwa persalinan manusia dimulai dari serangkaian
kejadian, termasuk pelepasan prekursor lipid, yang kemungkinan dipacu oleh kerja
steroid, pelepasan asam arakidonat dari prekursor ini, mungkin pada sisi membran
janin, peningkatan síntesis prostaglandin dari asam arakidonat dan peningkatan
kontraksi uterus akibat dari kerja prostaglandin pada otot uterus.

Patofisiologis
Pueperium meliputi perubahan progresif payudara untuk laktasi dan involusi (kembali ke
bentuk normal) organ reproduksi internal. Perubahan yang disebebkan oleh involusi adalah
proses fisiologis normal. Berikut perubahan yang terjadi pada ibu setekah prose partus,
Perubahan fisiologis pascapartum
Perubahan fisiologis terdiri dari beberapa sistem, antara lain sebagai berikut
 Perubahan pada sistema reproduksi
Perubahan pada sistema reproduksi terjadi pada hampir semua organ genetalia wanita,
meliputi organ internal dan eksternal. organ internal berikut penjelasannya..
I. Uterus
Setelah placenta dikeluarkan, uterus menjadi massa jaringan yang hampir padat.
Dinding depan dan belakang uterus yang tebal akan saling menutup yang
menyebabkan rongga dibagian tengah merata. Ukuran uterus akan tetap sama
selama 2 hari pertama setelah melahirkan tetapi karena proses involusi, ukuran
iterus akan kembali dengan cepat. Hal ini disebabkan oleh adanya kontraksi uterus
dan mengecilnya masing-masing ukuran sel sel miometrium dan sebagian lagi
oleh proses otolisis, yaitu sebagian material protein dinding uterus dipecah
menjadi komponen yang lebih sederhana yang kemudian diarbsorpsi.
II. Tempat placenta
Setelah palsenta dikeluarkan, tempat palesnta akan menjadi área yang
menonjol, nodular, dan tidak beraturan. Konstriksi vaskular dan trombus
menyumbat pembuluh darah yang ada dibawah tempat placenta tersebut. Kondisi
tersebut menyebabkan hemeostatis dan menyebabkan adanya nekrosisi pada
beberapa jaringan endometrium. Involusi terjadi karena adanya perluasan dan
pertumbuhan ke daerah bawan endometrium tepi dan adanya regenerasi
endometrium dari kelenjar dan stroma pada daerah desidua basalis.
III. Afterpains
Afterpains merupakan kontraksi uterus yang intermiten setelah melahirkan
dengan berbagai intensitas. Afterpains biasanya terjadi pada saat proses menyusui
karena pada saat proses menyusui merangsang kelenjar hipofisi melepaskan
oksitoksin. Oksitoksin inilah yang menyebabkan terjadinya kontraksi uterus.
Kontraksi ini akan mengeluarkan bekuan-bekuan darah dari rongga uterus.
IV. Serviks
Segera setelah proses melahirkan, serviks akan mendatar dan sedikit tonus,
tampak lunak dan edema, serta mengalami banyka laserasi kecil. Dalam 24 jam,
serviks akan memendek, menjadi lebih keras dan lebih tebal. Mulut serviks
dengan bertahap akan menutup, ukurannya 2-3 cm setelah bebrapa hari dan 1 cm
setelah satu minggu.
V. Tuba fallopi dan ligamen
Perubahan histologik pada tuba fallopi menunjukkan pengurangan ukuran sel-
sel sekretorik, penurunan dan ukuran jumlah sel siliadan atropi epitelium tuba.
Ligamen yang menyokong uterus, tuba fallopi dan ovarium yang mengalami
ketegangan akan kembali ke ukuran semula setelah 2 sampai 3 bulan.
VI. Vagina dan perinium
Vagina akan menjadi lunak dan membengkak dan memiliki tonus yang buruk
setelah persalinan. Setelah tiga minggu, vaskularisasi, edema, dan hipertropi akan
berkurang. Vagina bagian bawah akan mengalami laserasi superfisial stelah
melahirkan. Kebanyakan laserasi tersebut akan sembuh dengan sendirinya setelah
minggu keenam. Mukosa vagina menebal ketika fungsi ovarium kembali dan tetap
atrofik pada wanita yang menyusui sampai kembali megalami menstruasi.
Setelah melahirkan, introvitus vagina mengalami edema dan eritematosa. Jika
mengalami laserasi, kondisi edema dan eritematosa akan semakin parah. Jika tidak
terjadi infeksi atau hematoma, periniuam akan sembuh dengan cepat.
VII. Dinding abdomen
Setelah proses partus, dinding abdomen akan tetap lunak dan kendur selama
beberapa waktu. Kulit hanya kembali elastis, tetpi striae masih ada. Proses
involusi pada struktur abdomen membutuhkan waktu minimal 6 minggu.
VIII. Payudara
Prolaktin memiliki peran penting dalam memulai laktasi, tetapi kerjanya
dihambat dihambat selama kehamilan oleh tingginya hormon estrogen dan
progesteron. Pada bulan terakhir kehamilan, sel-sel parenkim yang terdapat pada
alveoli payudara mengalami hipertrofi dan menghasilkan kolostrum, suatu cairan
encer berwarna kuning. Penurunan kadar hormon progesteron dan estrogen yang
tiba-tiba pada saat melahirkan dan keluarnya placenta menyebabkan terjadinya
laktasi.
 Sistema endokrin
Hormon placenta
Setelah proses partus, kadar plasma hormon yang diproduksi oleh placenta
menurun secara cepat. hormon estrogen dan progesteron juga mengalami
penurunan dengan cepat.
Hormon hipotalamus, hipófisis dan ovarium
Hormon gonadotropin masih tetp rendah setelah melahirkan sampai persiapan
untuk ovulasi pertama. Kadar FSH dan LH rendah pada wanita pascapartum.
Peningkatan FSH terjadi pada di minggu ketiga, sedangkan LH akan terjadi pada
ovulasi pertama.
Hormon lainnya
Hormn pertumbuhan rendah pada masa postpartum. Rendahnya kadar hormon
pertumbuhan menyebabkan peningkatan insulin pada ibu postpartum.
Metabolisme karbohidrat terganggu yang menyebabkan terjadinya penurunan
nafsu makan pada ibu. Keletihan biasanya terjadi setelah proses melahirkan
dimana berhubungan dengan fluktasi endokrin yang cepat dan pemakaian energi
serta gangguan tidur dan istirahat yang menyertai kehamilan dan persalinan.
 Sistema kardiovaskuler
Volumen darah
Perubahan volumen darah postpartum terjadi dengan cepat. terjadi
peningkatan sirkulasi darah sebesar 15 sampai 30 % antara 12 – 48 jam setelah
melahirkan karena perpindahan cairan ekstravaskuler dan diuresia. Volume darah
total menurun sebanya 4 liter pada minggu keempat postpartum.
Curah jantung
Dalam dua minggu setelah melahirkan, curah jantung akan menurun sebersar
30%. Penurunan volumen darah yang bertahap menyebabkan terjadinya
penurunan curah jantung dan kembali seperti sebelum kehamilan.
Tekanan darah dan frekuensi jantung
Setelah proses melahirkan, ibu kemungkinan akan mengalami hipotensi
karena pembengkakan kelenjar limfa. Frekuensi jantung akan kembali normal
setelah 3 bulan pasca partum.
Komponen darah
Nilai hemtokrit akan kembali normal pada minggu keempat atau kelima pasca
partum, sedangkan untuk sel darah putih akan mengalami peningkatan setelah
proses melahirkan.
 Sistema respirasi
 Keseimbangan asam basa
Pada masa kehamilan sampai pascapartum keseimbangan asam basa
mengalmi perubahan. Progesteron pada masa kehamilan akan memicu
hiperventilasi pada tingkat alveolus yang meningkatkan kadar oksigen tanpa
mengubah frekuensi nafas. Kehamilan ditandai dengan alkalosis respiratorik dan
asidosis metabolik terkompensasi. Selama proses persalinan, kondisi tersebut
mulai berubah dengan peningkatan laktat darah, peunuran pH dan hipokapnia.
 Saturasi oksigen
Pada saat persalinan, saturasi oksigen mengalami penurunan terutama pada
saat terbaring terlentang. Hal ini disebabkan oleh penurnan curah jantung pada
posisi tersebut. Kebutuhan oksigen pada masa postpartum berhubungan dengan
beratnya kala II persalinan yang dilalui oleh ibu.
 Sistema urinarius
Fungsi ginjal
Selama kehamilan, kadar hormon steroid yang tinggi berkontribusi terhadap
peningkatan fungsi ginjal. Setelah melahirkan, kadar hormon steroid berkurang.
Kandung kemih dan uretra
Pengeluaran janin melalui jalan lahir menyebabkan terjadinya trauma pada
uretra dan kandung kemih. Mukosa pada kandung kemih setelah melahirkan
menunjukkan berbagai derajat edema dan hiperemia dengan penurunan tonus
kandung kemih. Hal tersebut menyebabkan terjadinya penurunan sensasi terhadap
tekanan dan kapasitas kandung kemih yang lebih besar. Nyeri panggul juga
mengurangi refleks untuk berkemih.
Eliminasi fese
Konstipasi merupakan hal yang biasa terjadi pada masa kehamilan. Setelah
melahirkan, ibu akan mengalami kesulitan dalam defekasi selama 2 smpai 3 hari.
Nyeri akibat hemoroid, episiotomi, atau laserasi perinium akan menghambat
defekasi.
Penurunan berat badan
Setelah melahirkan, rata-rata berat badan ibu akan turun sebanyak 6 kg
mencangkup berat janin, placenta, cairan amnion, dan kehilangan darah.
 Sistema neuromuskular
Setelah melahirkan, adaptasi neuromuskular kembali seperti semula. Berbagai
ketidaknyamanan akibat penekanan saraf menghilang saat tekanan mekanik akibat
pembesaran uterus dan akibat tetensi ciran tubuh mereda.
 Sistema integumen
Peningkatan aktivitas melanin pada masa kehamilan yang menyebabkan
terjadinya hiperpigmentasi puting, aerola, dan línea nigra secara bertahap berkurang
stelah melahirkan. Walaupun warna gelap pada aera tersebut dapat berkurang,
warnanya mungkin tidak dapat kembali normal seperti sebelumnya
 Suhu
Setekah melahirkan, ibu dapat mengalami kenaikan suhu. Namun biasanya, suhu
ibu masih normal di bawah 380C. ketika kenaikan suhu melebihi batas, maka ibu
mengalami demam.
Adaptasi psikologis ibu
Periode post partum menyebabkan terjadinya stres emocional terhadap ibu baru, bahkan
lebih mnyulitkan dibandingkan fisiologis. Adaptasi psikologis terjadi pada tiga
tahap,yaitu sebagai berikut.
Taking in
Terjadi selama 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu pasif, kekhawatiran tertuju
pada tubuhnya
Ibu akan mengulang-ulang pengalaman waktu bersalin dan melahirkan
Pengingkatan nutrisi mungkin dibutuhkan
Taking hold
Berlangsung selama 2-4 hari postpartum. Ibu menjadi perhatian pada
kemampuan menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung
jawab terhadap bayi.
Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan untuk merawat bayi
Letting go
Terjadi setelah ibu pulang kerumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu
dan perhatian yang diberikan oleh keluarga
Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi. Ibu harus
beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sanga tergantung yang dapat
menyebakan berkurangnya hak ibu dalam kebebasan dan berhubungan sosial
Pada periode ini biasanya terjadi depresi postpastum

Komplikasi
Selama peroide post partum, ibu dapat mengalami komplikasi. Berikut komplikasi yang
dapat dialami oleh ibu.
a. Infeksi saluran genital
Infeksi pada saluran genital disebebkan oleh naiknya bakteri dari saluran kemih.
Biasanya infeksi pada daerah genital terjadi di satu tempat, namun dapat mengalami
perluasan infeksi melalui jalur pembuluh darah atau limfatik sehingga infeksi meluas ke
daerah panggul atau meluas secara sistemik. Infeksi pueperalis merupakan salah satu
penyebab utamaq kesakitan pada masa post partum dan merupakan penyebab utama
kematian yang dihubungkan dengan kehamilan dan kelahiran.
b. Infeksi perinium dan vulva
Infeksi perinium dan vulva merupakan infeksi yang sifatnya terlokalisasi yang
umumnya terjadi pada jahitan laserasi perinium atau luka episitomi. Infeksi tersebut pada
umumnya tidak berat, menyebabkan ketidaknyamanan tingkat sedang , dan hanya
mempengaruhi gangguan fungsi tubuh secara minimal.
c. Endometritis
Endometritis merupakan infeksi local pada dinding dalam uterus. Infeksi ini sering
kali timbul ditempat placenta tertanam dan dapat menyebar ke seluruh endometrium.
d. Selulitis panggul dan peritonitis
Selulitis panggul merupakan suatu infeksi yang meluas di sepanjang pembuluh darah
dan limfatik ke jaringan ikat longar ligamentum latum uteri dan struktur panggul lainnya.
Sumber infeksi dapat berasal dari laserasi serviks yang memberikan alur langsung
terhadap organisme yang telah ditemukan di serviks masuk ke panggul atau
endomentrium.
e. Salpingitis
Salpingitis yaitu suatu infeksi tuba fallopi dapat terjadi setelah melahirkan anak.
Bakteri dapat naik dari rongga uterus atau menyebar melalui aliran vena sehingga
menyebabkan salpingitis. Tuba fallopi menjadi hiperemik dan bengkak dan rabas purulen
sering kali mengisi lumen tuba tersebut.
f. Maltitis
Maltitis pada masa pascapartum merupakan suatu infeksi akut pada jaringan glandular
kelenjar payudara. Maltitis terutama pada ibu yang menyusui. Mikroorganisme yang
menyebabkan mastitis adalah Staphylococcus aureus.
g. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri bentuk koli. Retensi urin pada periode
pasca partum dan pengosongan kandung kemih tidak sempurna serig terjadi karena
peningkatan kapasitas kandung kemih, penurunan tonus dan penurunan persepsi terhadap
desakan untuk berkemih yang disebabkan oleh trauma pada perinium.
h. Pendarahan pasca partum
Pendarahan pascapartum langsung terjadi selama 24 jam pertama setelah kelahiran,
dimana ditandai dengan kehilangan darah lebih dari 500 mL. Kondisi ini sering
diakibatkan oleh otoni uterus akibat distensi uterus yang berlebihan selama kehamilan
atau faktor-faktor yang menyebabkan komplikasi persalinan dan kelahiran.

i. Embolisme paru
Biasanya disebabkan oleh fragmen trombus yang terbawa oleh sirkulasi vena sampai
bermuara ke jantung sebelah kanan. Trombus tersebut biasanya berasal dari uterus atau
vena panggul.
j. Tromboflebitis
Tromboflebitis merupakan infeksi pada endotelium vaskular dengan pembentukan
bekuan yang menempel pada pembuluh darah. Pembuluh vena pada tungkai yang sering
terserang adalah femoralis, popliteal dan vena safena.
k. Hematoma vulva
Darah dapat masuk ke jaringan ikat dibawah kulit yang menutupi genetalia eksternal
atau dibawah mukosa vagina untuk membentuk hematom \a pada vagina atau vulva.
Pembentukan hematoma yang lambat dapat disebabkan oleh peluruhan darah yang
nekrosis yang rusak karena tekanan yang lama selama kelahiran anak.
l. Depresi pasca partum
Selama periode ini, wanita dapat mengalami rentang respon emosi yang luas, dengan
depresi menjadi gambaran inti dari respon emocional tersebut.

Pada masa nifas, bayi perlu diberikan ASI secara ekslusif oleh ibu, pemberian ASI
oleh ibu disebut proses laktasi. Laktasi merupakan refleks “let down” atau pelepasan ASI
yang memproduksi ASI untuk bayi. Rangsangan sentuhan pada payudara (ketika bayi
menghisap) akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel
mioepitel. Pada awal laktasi dipengaruhi oleh keadaan emosi ibu untuk memproduksi ASI.
Isapan bayi memicu produksi ASI dari alveolus mammae melalui duktus ke sinus laktiferus
dan merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar hipofisis posteror. Keuntungan ASI
diantaranya:
1. ASI mengandung semua bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi seperti: protein, lemak, air, mineral, dan vitamin.
2. Mengandung zat antibodi yang berfungsi mencegah penyakit infeksi usus dan alat
percernaan
BAB III
LAPORAN KASUS
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
”POST NATAL”
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. D
DENGAN USIA KEHAMILAN MINGGU 1 HARI TANPA KOMPLIKASI
DI RUANG BERSALIN BIDAN NK SUNARTI DENPASAR BARAT
BIDAN NK SUNARTI
PADA TANGGAL 14 NOVEMBER 2017

Kasus:
Ny. D sedang di rawat di ruang nifas Bidan NK Sunarti setelah melahirkan anak keempatnya.
Ny. D ditemani oleh suaminya yang bernama Tn. S. Saat itu Ny. D mengeluh produksi
ASInya tidak cukup. Ny. D mengatakan bahwa beliau memiliki riwayat produksi ASI yang
kurang. Saat diperiksa, tekanan darah Ny. D 100/60 mmHg, nadi 106 x per menit, RR 18 x
per menit. Ibu tampak bahagia karena bayi keempatnya meupakan bayi laki-laki pertamanya.

A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS PASIEN PENANGGUNG/ SUAMI
Nama : Ny.D Nama : Tn S
Umur : 25 Tahun Umur : 32 Tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Status perkawinan : Menikah Alamat : Jalan Alor, No.4 Denpasar
Agama : Islam Hub. Dgn Klien: Baik
Suku : Jawa
Alamat : Jalan Alor, No.4 Denpasar
No. CM : 0343
Tanggal MRS : 14 November 2017
Tanggal pengkajian : 14 November 2017
Sumber informasi : Pasien dan keluarga
II. RIWAYAT MASUK RUMAH SAKIT
• Keluhan Utama (saat MRS dan sekarang): Ny.D mengeluh keluaran ASI sedikit setelah
melahirkan
• Riwayat persalinan sekarang: Persalinan ke-4 secara normal
• Keadaan bayi sekarang: BB 3,1 kg lingkar kepala (tidak terkaji) lingkar dada (tidak terkaji)
Lingkar perut (tidak terkaji)

III. RIWAYAT OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


Riwayat Menstruasi :
Menarche : umur 12 Th Siklus : teratur ( ) tidak (√ )
Banyaknya : (tidak terkaji) Lamanya: 1 minggu
Keluhan : Nyeri

Riwayat pernikahan :
Menikah : 1 kali Lama : 12 tahun

Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu :

Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak

Jenis BB Pj
No Tahun U.K Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Perdarahan
kelamin (kg) (cm)

1 2006 Aterm - Normal Bidan - - - - Perempuan - -

2 2009 - Abortus - - - - - - Perempuan - -

3 2014 Aterm - Normal Bidan - - - - Perempuan - -

4 2017 Aterm - Normal Bidan - - - - Laki-Laki 3,1 52

Riwayat Keluarga Berencana :


Akseptor KB : jenis IUD Lama : 5 Tahun
Masalah : tidak ada
Rencana KB : IUD

IV. POLA FUNGSIONAL KESEHATAN


a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Ny. D berencana memeriksakan diri terkait produksi ASI
b. Nutrisi/ metabolic
Ny. D tidak mengalami gangguan nafsu makan
c. Pola eliminasi
Ny. D tidak mengalami gangguan eliminasi setelah melahirkan
d. Pola aktivitas dan latihan

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/minum 0

Mandi 0

Toileting 0

Berpakaian 0

Mobilisasi di tempat tidur 0

Berpindah 0

Ambulasi ROM 0

0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung
total.
Oksigenasi
Ny. D tidak mengalami sesak nafas
e. Pola tidur dan istirahat
Ny. D tidak mengalami gangguan pola tidur dan istirahat
f. Pola perseptual
Ny. D sangat bahagia dan lega setelah melahirkan, kelahiran ini merupakan anak yang dinanti
g. Pola persepsi diri
Ny. D sangat bahagia dengan kelahiran anak ke-4 yang berjenis kelamin laki-laki
h. Pola seksual dan reproduksi
(tidak terkaji)
i. Pola peran-hubungan
Ny. D siap merawat bayi dan menjadi ibu dari tiga orang anak
j. Pola manajemen koping stress
Ny. D sering melibatkan suaminya dalam menghadapi rasa tress dan tidak jarang stress hilang
dengan sendiri
k. Sistem nilai dan keyakinan
Ny. D dapat menjalankan ibadah dengan baik

V. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
GCS : 15
Tingkat kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital : TD: 100/60 mmHg N: 106 kali/menit RR: 18/menit
T: 36,5°C
BB/ TB/ LILA : 67 kg/154 cm/tidak terkaji

Head to toe
a. Kepala Wajah :
Inspeksi : bentuk kepala normal simetris dan tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada benjolan dan tidak ada rambut rontok
b. Mata:
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, sklera putih, dan konjungtiva berwarna merah muda
Palpasi : tidak ada benjolan pada mati
c. Leher :
Inspeksi : kesimetrisan, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran vena jugulars dan kelenjar tiroid
Palpasi : nodus limfe
d. Dada:
Payudara
Inspeksi Areola simetris Puting : (menonjol)
Tanda dimpling/ retraksi : tidak ada
Palpasi : Pengeluaran ASI sedikit
Adanya nodul : tidak ada
e. Thoraks
Inspeksi : simetris dan tidak ada lesi
Palpasi : letak jantung
Perkusi : batas organ jantung dan paru
Auskultasi : suara nafas dan death jantung
f. Abdomen :
Inspeksi : Linea : ada Striae : ada Luka SC: tidak ada
Auskultasi : Bising Usus : Normal
Palpasi : Tidak di kaji
TFU : 3 jari di bawah pusat
Kontraksi : (-)
Diastasis rectus abdominis : Tidak di kaji
Perkusi : Tidak di kaji
g. Genetalia dan Perineum:
Kebersihan : Baik
Lokhea : Merah Karakteristik: Tidak
Perineum : REEDA: (-)
h. Anus :
Hemoroid : Tidak
i. Ekstremitas:
- Atas :
Oedema : Tidak
Varises : Tidak
CRT : Normal
Kekuatan Otot : Tidak di kaji
Tonus : Tidak di kaji
- Bawah :
Oedema : Tidak
Varises : Tidak
CRT : Normal
Tanda homan : Tidak di kaji
Pemeriksaan Reflek : Tidak di kaji
Kekuatan Otot : Tidak di kaji
Tonus : Tidak di kaji

DATA PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium : Tidak ada
Pemeriksaan Radiologik : Tidak ada
3.3 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah Keperawatan


1 DS: Masa postpartum Ketidakcukupan proses
- Ibu mengatakan Adaptasi fisiologis menyusui
produksi ASI Payudara
nya sedikit Estrogen & progesterone
DO: - setelah kelahiran menurun
Prolaktin meningkat
Pembentukan ASI
Penyempitan pada duktus
intiverus
Produksi ASI tidak cukup
Ketidakcukupan proses
menyusui

DS: Kelahiran anak laki-laki Kesiapan meningkatkan


- Ibu mengatakan pertama proses kehamilan-
ingin melahirkan
Ibu merasa bahagia
memberikan
Ibu menjaga dan merawat
perawatan yang
bayinya dengan baik
maksimal pada
anak laki-laki
Kesiapan meningkatkan
pertamanya
proses kehamilan-
DO:
melahirkan
- Ibu terlihat
menjaga bayinya
dengan baik
3.4 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

No. Diagnosa Tujuan Intervensi

1. Ketidakcukupan air Setelah diberikan asuhan a. Konseling Laktasi


susu ibu berhubungan keperawatan selama 1x24
dengan kehamilan jam diharapkan ibu : - Berikan informasi mengenai
manfaat kegiatan menyusui
(kurangnya kunjungan
prenatal) ditandai a. Keberhasilan baik fisologis maupun
dengan volume ASI menyusui: maternal psikologis
dengan kriteria hasil:
yang dikeluarkan - Koreksi konsepsi yang salah,
kurang dari yang - Pengeluaran ASI (reflex informasi yang salah dan
diharapkan let down) ketidaktepatan mengenai
menyusui
- Memompa payudara
- Dorong kehadiran ibu di
- Puas dengan proses kelas menyusui dan berikan
menyusui dukungan kelompok
- Menghindari
- Diskusikan pilihan untuk
memberikan air kepada mengeluarkan ASI , meliputi
bayi pemompaan ASI non listrik
dan pemompaan elektrik

- Instrusikan bagaimana
menangani air susu yang
sudah dikumpulkan, dengan
cara yang tepat

- Diskusikan strategi yang


bertujuan untuk
mengoptimalkan suplai air
susu

- Diskusikan metode untuk


melakukan kontrasepsi

b. Pemberian makan dengan


botol

- Kaji status bayi sebelum


member susu

- Hangatkan formula sesuai


dengan suhu ruangan
sebelum diberikan
- Control intake cairan dengan
mengatur kelembutan dot,
ukuraan lubang dot, dan
ukuran dot

- Edukasi pasien atau


pengasuh tentang teknik
sterilisasi alat-alat menyusui

- Edukasi orangtua tentang


cara penyimpanan susu
formula yang benar

2. Kesiapan Setelah diberikan asuhan a. Peningkatan Kelekatan


meningkatkan proses keperawatan selama 1x24
kehamilan-melahirkan jam diharapkan ibu : - Letakkan bayi baru lahir kulit
ditandai dengan ke kulit orangtua setelah
a. Kelekatan Orang Tua- kelahiran
menyediakan
lingkungan yang aman Bayi dengan kriteria
hasil: - Sediakan kesempatan bagi
bagi bayi orangtua untuk melihat,
- Secara verbal memegang, dan
menyampaikan perasaan memeriksakan bayi baru lahir
positif terhadap bayi segera setelah kelahiran
(misalnya tunda prosedur
- Memegang bai secara yang tidak perlu dan sediakan
dekat privasi)
- Menyentuh, membelai - Fasilitasi kontak mata antara
dan menepuk bayi orangtua dan bayi baru lahir
- Menggunakan posisi segera setelah kelahiran
saling berhadapan antara (misalnya tunjukkan posisi
ibu dan bayi wajah, redupkan lampu
kamar,dan sediakan
- Memberikan bayi lingkungan yang penuh
kenyamanan privasi dan tenang)

- Lengkapi pengkajian ibu dan


bayi baru lahir pada saat
orangtua memegang bayi
baru lahir

- Bagikan pada orangtua


mengenai informasi yang
didapatkan dari pengkajian
fisik
- Informasikan pada pasien
mengenai perawatan yang
diberikan pada bayi

- Diskusikan karakteristik
perilaku bayi dengan
orangtua

- Dukung kedekatan secara


fisik yang sering dan terus
menerus antara bayi dan
orangtua (misalnya kontak
kulit ke kulit, menyusui,
menggendong bayi, dan tidur
dekat dengan bayi)

- Bantu orangtua untuk


mengenali setiap bayi secara
individual

- Instrusikan pada orangtua


terkait dengan perkembangan
kelekatan, menekankan pada
komplesitas, situasi alamiah,
dan kesempatan

- Sediakan anticypatory
guidance pada setiap tahap
perkembangan yang mungkin
terjadi

- Monitor faktor-faktor dimana


mungkin mengganggu
kelekatan yang optimal
(misalnya gangguan
kesehatan mental pada orang
tua, kondisi keuangan,
perpisahan orangtua dan anak
karena pengobatan atau
intervensi medis, kesulitan
dengan menyusui,
penyediaan foster care, dan
adopsi)
3.5 Implementasi

No. Tanggal/jam Implementasi Respon Klien


1. 15 November a. Mengkaji kesiapan S: Ny. D mengatakan ingin segera
2017, pukul ibu untuk menyusui menyusi anaknya
18.30 WITA O: ASI hanya keluar sedikit
b. Memantau S: -
kemampuan atau O: Bayi Ny.D mampu menghisap
pola menghisap bayi dengan baik
c. Mengajarkan dan S: -
membantu pijat O: Setelah dilakukan pemijatan
payudara untuk oksitosin, jumlah ASI yang keluar mulai
membantu produksi sedikit bertambah
ASI
d. Memberikan asupan S: -
nutrisi O: Bayi Ny. D mendapat asupan nutrisi
25cc/3jam
e. Mengajarkan pada S: -
ibu cara menyusui O: Ny.D sudah bisa menyusui anaknya
yang benar dengan benar
f. Memotivasi ibu agar S: Ny. D mengatakan akan tetap
tetap menyusui memberikan ASI pada anaknya,
untuk merangsang walaupun jumlah ASI yang keluar
produksi ASI masih sedikit

3.6 Evaluasi

No. Diagnosa Keperawatan Tanggal Evaluasi


1. Ketidakcukupan air susu 14 November 2017 S: Ny. D mengatakan bahwa
ibu berhubungan dengan sudah siap menyusui anaknya
dengan kehamilan O: ASI yang keluar sedikit
(kurangnya kunjungan bertambah
prenatal) A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
membantu menyusui dan
memberikan asupan nutrisi
pada bayi Ny.D
2. Kesiapan meningkatkan 14 November 2017 S: Ny. D mengatakan ingin
proses kehamilan- memberikan perawatan yang
melahirkan maksimal pada anak laki-laki
pertamanya
O: Ny. D terlihat menjaga dan
merawat bayinya dengan baik
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi
pelekatan orangtua antara Ny.
D dan bayinya

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Ringkasan Jurnal
Effect of Breast Care and Oxytocin Massage on Breast Milk Production: A study in
Sukoharjo Provincial Hospital
ASI (Air Susu Ibu) merupakan susu yang diproduksi oleh manusia untuk dikonsumsi
bayi dan merupakan sumber gizi utama bagi bayi yang belum bisa mencerna makanan
padat. Pemberian ASI ekslusif pada bayi dapat memberikan manfaat yang baik bagi bayi
seperti sumber nutrisi, meningkatkan daya tahan tubuh, kecerdasan, dan jalinan kasih
sayang antara ibu dan bayinya. Berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012 didapatkan data kejadian Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
sebesar 32 kematian per 1000 kelahiran hidup yang diakibatkan kurangnya pemberian
ASI pada bayi berumur kurang dari 6 bulan dengan persentase 54%. Salah satu daerah di
Indonesia yang rendah dalam pemberian ASI ekslusif adalah daerah Sukoharjo dengan
prevalensi 39.05% pada tahun 2015 dan produksi ASI pada ibu pasca-persalinan sedikit
sehingga mempersulit pemberian ASI ekslusif secara dini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perawatan payudara dan pijat
oksitosin pada produksi ASI ibu postpartum di RSUD Sukoharjo, Jawa Timur. Desain
penelitian yang digunakan adalah Randomize Controlled Trial (RCT). Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 19 Oktober-18 November 2016 di Rumah Sakit Umum Daerah
Sukoharjo. Populasi penelitian ini adalah ibu pasca-persalinan. Teknik sampling yang
digunakan adalah simple random sam-pling, sampel sebanyak 90 ibu pasca-per-salinan.
Teknik pengumpulan data meng-gunakan check list. Analisis data menggunakan IBM
SPSS 22 dengan pengujian hipotesis yaitu analisis univariat (pengaruh perawatan
payudara dan pijat oksitosin pada hasil pretest produksi ASI), uji normalitas, dan analisa
bivariat (perbedaan produksi ASI sebelum dan sesudah dilakukan perawatan payudara
dan pijat oksitosin).
Hasil penelitian menunjukkan perawatan payudara dan pijat oksitosin menunjukkan
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produksi ASI pada ibu postpartum,
sehingga sangat disarankan pada ibu postpartum untuk melakukan perawatan payudara
dan pijat oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI.

4.2 Kelebihan
Penelitian ini mengkombinasikan dua intervensi yaitu perawatan payudara dan pijat
oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu postpatum. Perawatan payudara dan
pijat oksitosin yang diberikan dalam penelitian ini mudah dilakukan oleh ibu postpartum
karena teknik yang digunakan tidak terlalu sulit. Dalam penelitian ini tidak menggunakan
terapi farmakologis sehingga sangat aman dilakukan dan tidak mempengaruhi kadungan
nutrisi dalam ASI. Pelaksanaan perawatan payudara dan pijat oksitosin tidak terlalu lama
sehingga tidak terlalu mengganggu aktifitas ibu postpartum.

4.3 Kekurangan
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini didominasi oleh ibu dengan umur 20-35
tahun sebanyak 76 orang, dan ibu dengan umur <20 tahun sebanyak 6 orang. Hal ini
belum bisa menunjukkan bahwa perawatan payudara dan pijat oksitosin efektif digunakan
pada ibu dengan umur <20 tahun, dimana tingkat kejadian pernikahan usia dini banyak
terjadi di Indonesia sehingga perempuan dibawah usia 20 tahun banyak yang sudah
melahirkan. Tingkat keefektifan intervensi perawatan payudara dan pijat oksitosin pada
ibu dengan umur <20 tahun perlu diteliti dengan mencari sampel penelitian yang
didominasi ibu dengan umur <20 tahun.

4.4 Hambatan
Hal-hal yang dapat menghambat penerapan intervensi perawatan payudara dan pijat
oksitosin sebagai upaya meningkatkan produksi ASI pada ibu postpartum adalah
makanan yang dikonsumsi oleh ibu, ketenangan jiwa dan pikiran ibu, penggunaan alat
kontrasepsi, anatomi payudara, faktor fisiologis, pola istirahat, konsumsi rokok serta
alkohol, keadaan emosi ibu, rasa takut, kelelahan, perasaan tidak yakin, dan merasakan
nyeri.
Hambatan lainnya yang sangat berpengaruh yaitu pada ibu postpartum tanpa adanya
dukungan dari suami dan keluarga untuk membantu dalam melakukan perawatan
payudara dan pijat oksitosin, sehingga ibu tidak sempat dalam melakukan intervensi
tersebut di rumah karena hanya akan berfokus pada perawatan bayinya.

4.5 Kemungkinan Penerapan


Penerapan intervensi perawatan payudara dan pijat oksitosin sangat memungkinkan
diterapkan di Indonesia, hal ini karena pelaksanaan intervensi sangat mudah dan tidak
memerlukan biaya besar dalam melakukannya. Intervensi juga bisa dilakukan di rumah
karena teknik yang digunakan hanya melakukan pengurutan atau massage pada payudara
dan melakukan pijatan mulai dari tulang belakang pada daerah punggung mulai dari kosta
(tulang rusuk) ke 5-6 memanjang kedua sisi tulang belakang sampai ke scapula (tulang
belikat).

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
ASI (Air Susu Ibu) merupakan susu yang diproduksi oleh manusia untuk dikonsumsi
bayi dan merupakan sumber gizi utama bagi bayi yang belum bisa mencerna makanan padat.
Pemberian ASI ekslusif pada bayi dapat memberikan manfaat yang baik bagi bayi seperti
sumber nutrisi, meningkatkan daya tahan tubuh, kecerdasan, dan jalinan kasih sayang antara
ibu dan bayinya. Ketidakcukupan pemberian air susu ibu pada bayi yang berhubungan
dengan kurangnya kunjungan prenatal dapat menyebabkan kurangnya nutrisi pada bayi.
Untuk menangani masalah tersebut, tenaga kesehatan dapat memberikan intervensi berupa
konseling laktasi dan pemberian makan dengan botol sebagai pengganti sementara air susu
ibu. Selain itu, perawatan payudara dan pijat oksitosin dapat dijadikan sebagai salah satu
intervensi untuk membantu produksi dan pengeluaran air susu ibu dan tidak mempengaruhi
kandungan nutrisi dalam ASI.

5.2 Saran
Sebaiknya para ibu hamil rutin melakukan kunjungan prenatal untuk mengetahui
informasi kesehatan selama kehamilan khususnya tentang ASI, gizi dan perawatan payudara
selama kehamilan. Selain itu, peranan tenaga kesehatan perlu ditingkatkan dalam
memberikan penyuluhan atau petunjuk kepada ibu hamil, ibu postpartum dan ibu menyusui
tentang pentingnya ASI dan menyusui.

DAFTAR PUSTAKA
Tamba., LE. 2012. Proses Masa Nifas. Universitas Sumatera Selatan. Diakses pada
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20778/Chapter?sequence=5

Rahayuningsih, T., Mudigdo, A. & Murti, B. (2016). Effect of Breast Care and Oxytocin
Massage on Breast Milk Production: A study in Sukoharjo Provincial Hospital. 1(2):
101-109.
Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Ed: Monica Ester. —
Jakarta: EGC
Reeder, Martiin, & Griffin. (2014). Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi &
Keluarga Vol. 1 Ed. 18. Jakarta: EGC
Reeder, Martiin, & Griffin. (2014). Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi &
Keluarga Vol. 2. Ed. 18. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai