Anda di halaman 1dari 23

KONSEP ANALISA GAS DARAH ARTERI

REVIEW KESEIMBANGAN ASAM BASA


Keasaman atau kebasaan suatu larutan tergantung dr ion hidrogen yg
dikandungnya. Peningkatan H+ akan menurunkan pH. Penurunan H+ (akibat
penambahan basa) akan menaikkan pH. Tubuh manusia dapat mempertahankan
keseimbangan asam-basa dgn mengganti basa dan asam kuat dgn basa atau asam
lemah
Asam adalah ion hidrogen atau donor proton. Suatu cairan disebut asam bila
mampu melepaskan atau menyumbang H+. Contoh:Asam karbonat, H2CO3  H+ +
HCO3. Basa adalah ion atau akseptor proton. Suatu cairan bersifat basa bila sanggup
menerima H+. Contoh: bikarbonat, HCO3 + H+ H2CO3

Faktor-faktor yg mempengaruhi konsentrasi H+


1. Pemberian asam melalui makanan
2. Penambahan secara endogen melalui hasil metabolisme (laktat)
3. Penambahan secara endogen yg tdk fisiologis (peragian dlm usus, DM)
4. Pengeluaran asam-basa oleh ginjal dan usus
5. Pengelauran CO2 oleh paru-paru
6. Pembentukan asam dlm jumlah besar oleh sel-sel lambung
7. Regulasi asam basa

Untuk mempertahankan keseimbangan asam-basa diperlukan:


1. Sistem penyangga (BUFFER)
2. Sistem respirasi
3. Sistem renal
4. Regulasi asam basa

Ada 4 sistem penyangga dalam tubuh:


1. Bikarbonat dan asam karbonat (H2CO3, HCO3)
2. Fosfat
3. Protein
4. Hemoglobin dalam sel darah merah

Regulasi asam basa


Diagnosis asidosis atau alkalosis metabolik dpt dibuat dgn melihat kadar
bikarbonat dalam plasma. Kadar bikarbonat dalam plasma diatur oleh ginjal melalui
keasaman urin. Jika pH , ginjal akan menahan HCO3. Jika pH ↑, ginjal akan
mengeluarkan HCO3. Respon terjadi dalam 48 jam (pelan) tetapi kuat. Asidosis
respiratorik ditandai dengan penimbunan CO2 karena hipoventilasi. Asam karbonat
akan meningkat sehingga ratio 1:20 berkurang dan pH turun. Jika pH , paru akan
meningkatkan frekwensi dan kedalaman ventilasi. Jika pH↑, paru akan mengurangi
frekwensi dan kedalaman ventilasi. Respon terjadi dalam beberapa menit (cepat) tetapi
lemah

ANALISA GAS DARAH ARTERI


Penentuan secara definitif lingkup pertukaran gas pulmonalis. Pengukuran
langsung nilai contoh darah arteri . Analisis GDA diindikasikan utk mengkaji sifat,
rangkaian dan beratnya gangguan metabolik dan pernafasan.

Pengukuran pH darah
pH adalah logaritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen, dan jg keasaaman dan
kebasaan darah. pH normal: 7.35-7.45. Pada akumulasi ion hidrogen, pH turun
menyebabkan asidemia. Penurunan ion hidrogen menyebkan peningkatan pH dan
kebasaan.

Pengukuran oksigen darah bisa dilakukan melalui:


1. Kandungan oksigen: jmlh ml oksigen yg terbawa oleh 100 ml drh
2. PO2
3. Saturasi oksigen hemoglobin

Pengukuran karbondioksida darah bisa dilakukan melalui:


1. PCO2: desakan atau tekanan yang dihasilkan oleh gas CO2 terlarut dalam darah
2. PCO2 dipengaruhi hanya oleh penyebab pernafasan (paru-paru)
3. Sumber CO2:udara yang dihirup (sangat sedikit), langsung dari makanan, hasil
metabolisme

Pengukuran bikarbonat dan kelebihan basa


Kelebihan basa (base excess): bikarbonat dan basa lain darah (terutama protein
dan hemoglobin). Bikarbonat dan kelebihan basa dipengaruhi hanya oleh proses non
pernafasan. Proses non pernafasan=proses metabolik (asidosis diabetik dan uremia).
Bila proses non pernafasan menimbulkan akumulasi asam atau kehilangan
bikarbonatnilai bikarbonat menurun, nilai kelebihan basa negatif (asidosis). Bila
proses non pernafasan menyebabkan kehilangan asam atau akumulasi kelebihan
bikarbonat, nilai bikarbonat meningkat, nilai kelebihan basa positif (alkalosis)

INTERPRETASI HASIL
Orang tua mempunyai nilai PO2 dan saturasi oksigen mendekati bagian yang
lebih rendah dari rentang normal. Orang muda cenderung mempunyai nilai lebih tinggi
dari rentang normal. Asam adalah substansi yang dapat mendonorkan ion H+. Basa
adalah substansi yang dapat menerima atau berikatan dgn ion H+.

Asam: H2CO3 (asam)  H+ + HCO3


Basa: HCO3 (basa)  H2CO3

Penyebab asidosis respiratori


1. Penyakit paru obstruktif
2. Sedasi berlebihan dan penyebab penurunan fx pusat pernafasan lain
3. Gangguan neuromuskuler
4. Hipoventilasi dgn ventilator mekanik
5. Penyebab lain hipoventilasi: nyeri, deformitas dinding dada

Penyebab alkalosis respiratori


1. Kegugupan dan ansietas
2. Emboli paru, fibrosis, dll
3. Kehamilan
4. Hiperventilasi dgn ventilator mekanik
5. Cedera otak
6. Keracunan salisilat
7. Demam
8. Septikemia gram negatif
9. Kegagalan hepatik
10. Gagal jantung kongestif
11. Asma
12. Anemia berat

Penyebab asidosis metabolik


1. Ketoasidosis diabetik, kelaparan, alkoholik
2. Keracunan
3. Gagal ginjal
4. Diare
5. Terapi dengan amonium klorida (NH4Cl)

Penyebab alkalosis metabolik


1. Kehilangan cairan dari saluran gastrointestinal atas-muntah
2. Pemberian alkali
3. Terlalu banyak makan gula-gula
4. Terapi dgn kortikosteroid
5. Terapi diuretik
6. Kekurangan kalium berat

Nilai normal Analisa Gas Darah


Komponen Nilai Normal
pH 7.35-7.45
PCO2 35-45 mmHg
pO2 80-100 mmHg
HCO3 22-26 mEq/l
BE -2 - +2 mEq/l
SatO2 95-100%

Gangguan Asam Basa


Jenis Gangguan pH PCO2 HCO3
Asidosis Respiratorik
Murni/tidak terkompensasi   N
Terkompensasi sebagian   
Terkompensasi penuh N  
Asidosis Metabolik
Murni/tidak terkompensasi  N 
Terkompensasi sebagian   
Terkompensasi penuh N  
Asidosis Respiratorik dan
Metabolik   
Alkalosis Respiratorik
Murni/tidak terkompensasi   N
Terkompensasi sebagian   
Terkompensasi penuh N  
Alkalosis Metabolik
Murni/tidak terkompensasi  N 
Terkompensasi sebagian   
Terkompensasi penuh N  
Alkalosis Respiratorik dan
Metabolik   
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENGAMBILAN DARAH ARTERI
No dokumen 5.5 No revisi : 0
Tanggal terbit: 29 Juni 2018 Halaman :
Pengertian Suatu tindakan untuk mengambil darah arteri melalui suntikan
pada arteri brachialis, radial atau femoralis dan juga bisa
didapatkan dari arterial line
Tujuan Pengambilan darah arteri dilakukan untuk pemeriksaan analisa gas
darah yang digunakan untuk mengetahui keseimbangan asam dan
basa dalam tubuh, mengetahui kadar oksigen dalam tubuh dan
mengetahui karbondioksida dalam tubuh
Prosedur Pre Interaksi
1 Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien (Mengetahui
TTV, terapi, resep obat yang diberikan, indikasi, kontraindikasi,
riwayat alergi, dan hal lain yang diperlukan)
2 Cuci tangan
3 Siapkan alat yang diperlukan
4 Aspirasi 0.5 sodium heparin (1000unit/ml) ke dalam spuit, tarik
piston spuit sampai habis, kemudian keluarkan kembali
heparin

Tahap Orientasi
5 Beri salam dan perkenalkan diri
6 Identifikasi pasien: tanyakan nama, tanggal lahir, alamat
(minimal 2 item). Cocokkan dengan gelang identitas.
7 Tanyakan kondisi dan keluhan klien
8 Jelaskan tujuan, prosedur, lama tindakan, dan hal yang perlu
dilakukan klien
9 Berikan kesempatan klien/keluarga bertanya sebelum kegiatan
dilakukan

Tahap Kerja
10 Jaga privasi klien
11 Cuci tangan
12 Dekatkan alat pada tempat yang mudah dijangkau
13 Letakkan pengalas dan bengkok pada tempat yang sesuai
14 Pakai sarung tangan disposibel
15 Tentukan arteri yang akan diambil darahnya dengan
melakukan allen test terlebih dahulu. Hasil positif jika warna
kulit kembali ke kondisi normal (kemerahan), bila tidak kembali
ke normal dalam waktu 15 detik; hasilnya negative. Jika
negative, ulangi pada tangan yang lain
- Minta pasien meninggikan mengepalkan tangan,
- Berikan penekanan pada kedua arteri radialis dan ulna
secara bersamaan,
- Kemudian instruksikan untuk menurunkan tangan dan
melepaskan gengaman tangan
- lepaskan penekanan pada arteri ulnaris
- Kemudian observasi warna telapak tangan, ibu jari dan jari
tangan yang lainnya
16 Palpasi denyutan artery (radialis) untuk menentukan lokasi
pungsi;pilih lokasi dengan denyutan paling keras
17 Dengan tangan yang non dominan, stabilisasi artery dengan
sedikit menekan sampai pergelangan tangan hiperextensi
18 Bersihkan tepat pungsi dan sekitarnya dengan alkohol 70%
dengan arah melingkar
19 Dengan tangan yang non dominan (yang digunakan untuk
palpasi), Pegang kasa dan letakkan tangan itu sedikit di atas
tempat yang akan dipungsi
20 Ambil spuit yang telah berisi heparin, arahkan ujung jarun
(menghadap ke atas) dengan sudut 45° -90°. Beritahu pasien
kalau jarum akan ditusukan dan akan sedikit sakit
21 Tusukkan jarum sampai darah tampak di spuit, setelah tampak
darah hentikan penusukan Pastikan darah itu darah arteri
dengan ciri : berdenyut dan memompa sendiri spuit yang
digunakan
22 Biarkan darah mengalir sendiri 2-3 ml (dengan pulsasi arteri),
tetapi kadang-kadang darah tidak langsung keluar. Bila
terpaksa, tarik penghisap spuit secara perlahan-lahan untuk
mencegah hemolisis. Bila tusukan tidak berhasil jarum
langsung dicabut, tarik perlahan-lahan sampai ujung jarum
berada dibawah kulit, kemudian tusukan boleh diulangi lagi
kearah denyutan.
23 Apabila sample darah sudah mencukupi, pegang dan letakkan
kasa di atas tempat penusukan, tarik jarum dan tusukkan ke
dalam karet penutup
24 Berikan penekanan di atas dan sedikit ke proximal tempat
penusukan selama 3-5 menit (+ 15 menit untuk pasien yang
mendapat therapi antikoagulan)
25 Inspeksi tempat penusukan adanya perdarahan dan
hematoma
26 Palpasi arteri di bagian distal tempat penusukan. Pastikan
denyutan keras dan tidak terjadi perubahan
27 Keluarkan gelembung udara dari spuit (jika terdapat)
28 Lepas sarung tangan
29 Siapkan sampel darah untuk dikirim ke unit laboratorium
- Berikan label identitas pasien
- Siapkan blangko perminataan pemeriksaan AGD
- Beri catatan waktu pengambilan, suhu tubuh pasien saat
pengambilan darah dan oksigen yang sedang dipakai (misal
: 1-12-09 pk 14.10 wita, S;36.5°C, O2 masker 6 lt/mnt)

30 Rapikan pasien dan kembalikan dalam posisi yang nyaman


Terminasi
31 Evaluasi perasaan klien, simpulkan hasil kegiatan, berikan
umpan balik positif
32 Kontrak pertemuan selanjutnya
33 Bereskan alat-alat
34 Lepas sarung tangan dan cuci tangan
Dokumentasi
35 Dokumentasi (tindakan yang dilakukan, respon klien)
FORMAT PENILAIAN
PENGAMBILAN DARAH ARTERI
Kompetensi : Melakukan Pengambilan Darah Arteri Nama : ……………….......
Pengertian : Suatu tindakan untuk mengambil darah arteri NIM: ……………………
melalui suntikan pada arteri brachialis, radial
atau femoralis dan juga bisa didapatkan dari
arterial line
Persiapan alat : 1. Spuit 3 cc
2. Heparin 1:1000 solution
3. Kapas alkohol (alcohol swab) Nilai
4. Kasa
5. Plester
6. Sarung tangan disposable
7. Label pasien
8. Permintaan LAB (AGD)
9. Pengalas
10. Bengkok
11. Karet penutup

Prosedur :

NO ASPEK YANG DINILAI SKOR


0 1 2
Pre Interaksi
1 Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien
(Mengetahui TTV, terapi, resep obat yang diberikan,
indikasi, kontraindikasi, riwayat alergi, dan hal lain yang
diperlukan)
2 Cuci tangan
3 Siapkan alat yang diperlukan
4 Aspirasi 0.5 sodium heparin (1000unit/ml) ke dalam spuit,
tarik piston spuit sampai habis, kemudian keluarkan kembali
heparin
Tahap Orientasi
5 Beri salam dan perkenalkan diri
6 Identifikasi pasien: tanyakan nama, tanggal lahir, alamat
(minimal 2 item). Cocokkan dengan gelang identitas.
7 Tanyakan kondisi dan keluhan klien
8 Jelaskan tujuan, prosedur, lama tindakan, dan hal yang perlu
dilakukan klien
9 Berikan kesempatan klien/keluarga bertanya sebelum
kegiatan dilakukan
Tahap Kerja
10 Jaga privasi klien
11 Cuci tangan
12 Dekatkan alat pada tempat yang mudah dijangkau
13 Letakkan pengalas dan bengkok pada tempat yang sesuai
14 Pakai sarung tangan disposibel
15 Tentukan arteri yang akan diambil darahnya dengan
melakukan allen test terlebih dahulu :
 Minta pasien meninggikan mengepalkan tangan,
 Berikan penekanan pada kedua arteri radialis dan ulna
secara bersamaan,
 Kemudian instruksikan untuk menurunkan tangan dan
melepaskan gengaman tangan
 lepaskan penekanan pada arteri ulnaris
 Kemudian observasi warna telapak tangan, ibu jari dan
jari tangan yang lainnya
Hasil positif jika warna kulit kembali ke kondisi normal
(kemerahan), bila tidak kembali ke normal dalam waktu 15
detik; hasilnya negative. Jika negative, ulangi pada tangan
yang lain
16 Palpasi denyutan artery (radialis) untuk menentukan lokasi
pungsi;pilih lokasi dengan denyutan paling keras
17 Dengan tangan yang non dominan, stabilisasi artery dengan
sedikit menekan sampai pergelangan tangan hiperextensi
18 Bersihkan tepat pungsi dan sekitarnya dengan alkohol 70%
dengan arah melingkar
19 Dengan tangan yang non dominan (yang digunakan untuk
palpasi), Pegang kasa dan letakkan tangan itu sedikit di atas
tempat yang akan dipungsi
20 Ambil spuit yang telah berisi heparin, arahkan ujung jarun
(menghadap ke atas) dengan sudut 45o -90o. Beritahu pasien
kalau jarum akan ditusukan dan akan sedikit sakit
21 Tusukkan jarum sampai darah tampak di spuit, setelah
tampak darah hentikan penusukan
Pastikan darah itu darah arteri dengan ciri : berdenyut dan
memompa sendiri spuit yang digunakan
22 Biarkan darah mengalir sendiri 2-3 ml (dengan pulsasi
arteri), tetapi kadang-kadang darah tidak langsung keluar.
Bila terpaksa, tarik penghisap spuit secara perlahan-lahan
untuk mencegah hemolisis. Bila tusukan tidak berhasil jarum
langsung dicabut, tarik perlahan-lahan sampai ujung jarum
berada dibawah kulit, kemudian tusukan boleh diulangi lagi
kearah denyutan.
23 Apabila sample darah sudah mencukupi, pegang dan
letakkan kasa di atas tempat penusukan, tarik jarum dan
tusukkan ke dalam karet penutup
24 Berikan penekanan di atas dan sedikit ke proximal tempat
penusukan selama 3-5 menit (+ 15 menit untuk pasien yang
mendapat therapi antikoagulan)
25 Inspeksi tempat penusukan adanya perdarahan dan
hematoma
26 Palpasi arteri di bagian distal tempat penusukan
Pastikan denyutan keras dan tidak terjadi perubahan
27 Keluarkan gelembung udara dari spuit (jika terdapat)
28 Lepas sarung tangan
29 Siapkan sampel darah untuk dikirim ke unit laboratorium
 Berikan label identitas pasien
 Siapkan blangko perminataan pemeriksaan AGD
 Beri catatan waktu pengambilan, suhu tubuh pasien saat
pengambilan darah dan oksigen yang sedang dipakai
(misal : 1-12-09 pk 14.10 wita, S;36.5oC, O2 masker 6
lt/mnt)
30 Rapikan pasien dan kembalikan dalam posisi yang nyaman
Terminasi
31 Evaluasi perasaan klien, simpulkan hasil kegiatan, berikan
umpan balik positif
32 Kontrak pertemuan selanjutnya
33 Bereskan alat-alat
34 Lepas sarung tangan dan cuci tangan
Dokumentasi
35 Dokumentasi (tindakan yang dilakukan, respon klien)

Keterangan
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna

NILAI : (NILAI TOTAL) x 100%


70
Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 70% dari total nilai seluruh tindakan

Tanggal : ………………………………..
Penguji
Nama : …………………………………

TTD : ……………………………….
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
INTERPRETASI HASIL ANALISA GAS DARAH ARTERI
No dokumen 5.6 No revisi : 0
Tanggal terbit: 29 Juni 2018 Halaman :
Pengertian Prosedur untuk menilai tekanan parsial oksigen, karbondioksida
dan pH (konsentrasi ion hydrogen) di darah arteri
Tujuan Untuk mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh,
mengetahui kadar oksigen dalam tubuh dan mengetahui
karbondioksida dalam tubuh
Prosedur 1. Lihat hasil pH.Normal pH darah adalah 7. 35 – 7. 45. Apabila
pH < 7. 35 maka kita sebut asidosis. Apabila pH > 7. 45 maka
kita sebut alkalosis
2. Lihat hasil CO2 . Kadar normal CO2 dalam darah arteri adalah
35 – 45 mmHg. Apabila kadar CO2 < 35 mmHg, maka kita
sebut alkalosis respiratorik. Apabila kadar CO2 > 45 mmHg,
maka kita sebut asidosis respiratorik.
3. Lihat hasil HCO3-. Kadar normal HCO3- adalah 22 – 26
mEq/L. Apabila kadar HCO3- < 22 mEq/L, maka kita sebut
asidosis metabolik. Apabila kadar HCO3- > 26 mEq/L, maka kita
sebut alkalosis metabolik
4. Perhatikan nilai CO2 dan HCO3-, mana yang sejalan dengan
pH. Apabila nilai pH menunjukkan asidosis (pH < 7. 35), mana
diantara CO2 dan HCO3- yang juga asidosis.
5. Perhatikan apakah mekanisme kompensasi sudah terjadi
6. Lihat hasil PO2 dan SaO2 (saturasi oksigen). Nilai normal PO2
dalam darah arteri adalah 80 – 100 mmHg. Nilai normal SaO2
adalah 95 – 100 %.
FORMAT PENILAIAN
INTERPRETASI HASIL ANALISA GAS DARAH ARTERI
Kompetensi : Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah Nama : ……………….......
Arteri
Pengertian : Prosedur untuk menilai tekanan parsial NIM: …………………
oksigen, karbondioksida dan pH
(konsentrasi ion hydrogen) di darah arteri.
Persiapan : Alat tulis
alat
Nilai

No Aspek yang dinilai Skor Bobot (%) Nilai x bobot

(0-2)

1 Ketepatan evaluasi PH 5

2 Ketepatan evaluasi fungsi 10


pernafasan (PCO2)

3 Ketepatan evaluasi proses 10


metabolic (HCO3)

4 Ketepatan evaluasi proses 5


metabolic (BE)

5 Ketepatan penentuan 20
gangguan primer

6 Ketepatan penentuan 20
kompensasi dari gangguan
primer

7 Ketepatan evaluasi oksigenasi 5


(PaO2)

8 Ketepatan evaluasi oksigenasi 5


(SaO2)

9 Ketepatan pengambilan 20
kesimpulan hasil AGD secara
keseluruhan (termasuk
pertanyaan lisan yang
diberikan oleh penguji)

Total

Kriteria penilaian:

0: tidak tepat dalam mengevaluasi

1: tepat dalam mengevaluasi tapi kurang sempurna

2: tepat dalam mengevaluasi

Nilai = jumlah total nilai x bobot

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 70% dari total nilai seluruh tindakan

Penguji

Nama : ..................................................

TTD : ..................................................
KONSEP PENGUKURAN CENTRAL VENOUS PRESSURE (CVP)

Definisi
Tekanan vena central (central venous pressure) adalah tekanan darah di vena
kava. Ini memberikan informasi tentang tiga hal:parameter volume darah, keefektifan
jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular. Tekanan vena central dibedakan dari
tekanan vena perifer, yang dapat merefleksikan hanya tekanan lokal.

Pengukuran CVP dengan menggunakan manometer


Pendahuluan
Darah dari vena sistemik masuk ke atrium kanan sehingga pengukuran tekanan
pada atrium kanan dapat dilakukan. CVP ditentukan oleh fungsi dari sebelah kanan
jantung dan tekanan darah vena di vena cava. Dalam situasi normal, peningkatan
venous return menyebabkan peningkatan cardiac output tanpa perubahan tekanan
vena. Namun bila fungsi ventrikular kanan berkurang atau pada sirkulasi pulmonal yang
terobstruksi, tekanan atrium kanan akan meningkat. Kehilangan volume darah ataupun
dilatasi menyeluruh juga menyebabkan berkurangnya venus return dan tekanan atrium
kanan turun. Nilai normal CVP 5 – 10 cm H2O, dan pada orang yang menggunakan
ventilator naik 3 – 5 cm H2O (8-15 cm H2O).
CVP menggambarkan tekanan pada vena central. Alat untuk mengukur CVP
adalah Central Venous Cathether (CVC) line. Pemasangan CVC line, biasanya
dilakukan oleh seorang anastesiologi. Area pemasangan CVC line biasanya dilakukan
di vena jugularis interna/eksterna, vena subclavia dextra/sinistra, dan juga vena
femoralis. Namun yang area yang bisanya dilakukan tempat penusukan untuk
memasukkan CVC line adalah di vena subclavia karena letaknya yang relatif dekat
dengan atrium kanan

Indikasi pemasangan CVP:


Ujung dari CVC line akan sampai pada muara vena cava di atrium kanan
jantung. Ada beberapa indikasi seorang pasien dilakukan pemasangan CVC line,
diantaranya: pasien dengan kondisi shock yang memerlukan cairan dalam jumlah yang
besar dan dalam waktu yang singkat, serta pasien yang mengalami masalah pada
akses vena perifer sehingga tidak memungkinkan lagi dilakukan akses cairan melalui
vena perifer

Tujuan pemasangan CVP line:


1. Sebagai pemantauan tekanan vena sentral terkait status cairan dan oksigenasi
tubuh
2. Memberikan cairan dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang relative
singkat
3. Untuk memberikan nutrisi via parenteral
4. Untuk memasukkan obat

Metode pengukuran:
1. Manual: dengan menggunakan manometer air
2. Dengan membaca melalui monitor yang sudah dihubungkan dengan tranducer

Kapan CVP harus diukur?


1. Klien hipotensi yang tidak berespon terhadap manajemen klinis dasar
2. Hipovolemi berkelanjutan sekunder akibat pergeseran cairan atau kehilangan cairan
3. Pasien yang membutuhkan infus inotropik

Kontraindikasi dan kewaspadaan


1. Peningkatan CVP menunjukkan peningkatan cardiac output, infark / gagal vntrikel
kanan, meningkatnya volume vaskular, perikarditis, konstriktif dan hipertensi
pulmonal. Hasil pengukuran CVP, menunjukkan peningkatan false (salah) jika pada
kondisi COPD, tension pneumothoraks, ventilasi tekanan positif.
2. Dislokasi ujung kateter jalur vena cava superior mengakibatkan hasil tidak akurat.
3. Penurunan CVP dapat terjadi akibat hipovolemia, vasodilatasi akibat obat dan syok
dari berbagai penyebab.
Faktor‐faktor yang mempengaruhi pengukuran tekanan vena sentral
1. Volume darah sentral
2. Penyakit myokard
3. Penyakit perikard
4. Tamponade
5. Penyakit katup tricuspid
6. Ritme jantung
7. Level tranducer
8. Tekanan intrathorakal

Lokasi pemantauan
1. Vena Jugularis interna kanan atau kiri (lebih umum pada kanan)
2. Vena subklavia kanan atau kiri, tetapi duktus toraks rendah pada kanan
3. Vena brakialis, yang mungkin tertekuk dan berkembang menjadi phlebitis
4. Lumen proksimal kateter arteri pulmonalis, di atrium kanan atau tepat di atas vena
kava superior

Komplikasi Pemasangan CVC:


1. Pneumothoraks
2. Emboli udara
3. Kelebihan cairan
4. Sepsis
5. Infeksi local atau sistemik (mis. endokarditis)
6. Emboli pumuner
7. Disritmia
8. Erosi vena cava superior yang mengakibatkan hemothoraks dan tamponade jantung
9. Sumbatan pada kateter akibat stopcock yang tidak tepat menyebabkan pemberian
cairan infus melambat
10. Perdarahan karena selang terlepas dari kateter vena central ----Lapor Segera

Peran perawat sebelum pemasangan


1. Mempersiapkan alat untuk penusukan dan alat-alat untuk pemantauan
2. Mempersiapkan pasien; memberikan penjelasan, tujuan pemantauan, dan mengatur
posisi sesuai dengan daerah pemasangan

Peran perawat saat pemasangan


1. Memelihara alat-alat selalu steril
2. Memantau tanda dan gejala komplikasi yang dapat terjadi pada saat pemasangan
seperti gangguan irama jantung, perdarahan
3. Membuat klien merasa nyaman dan aman selama prosedur dilakukan

Peran perawat setelah pemasangan


1. Mendapatkan nilai yang akurat dengan cara:
a. melakukan Zero Balance: menentukan titik nol/letak atrium, yaitu pertemuan
antara garis ICS IV dengan midaksila,
b. Zero balance: dilakukan pd setiap pergantian dinas, atau gelombang tidak sesuai
dg kondisi klien
c. melakukan kalibrasi untuk mengetahui fungsi monitor/transduser, setiap shift.

2. Mengkorelasikan nilai yg terlihat pada monitor dengan keadaan klinis klien.


3. Mencatat nilai tekanan dan kecenderungan perubahan hemodinamik.
4. Memantau perubahan hemodinamik setelah pemberian obat-obatan.
5. Mencegah terjadi komplikasi & mengetahui gejala & tanda komplikasi (spt. Emboli
udara, balon pecah, aritmia, kelebihan cairan,hematom, infeksi,penumotorak,
rupture arteri pulmonalis, & infark pulmonal).
6. Memberikan rasa nyaman dan aman pada klien.
7. Memastikan letak alat2 yang terpasang pada posisi yang tepat dan cara
memantau gelombang tekanan pada monitor dan melakukan pemeriksaan foto
toraks (CVP, Swan gans).

Interpretasi Nilai CPV


1. Nilai rendah : < 5 cmH2O
2. Nilai normal : 5 – 10 cmH2O
3. Nilai sedang : 10 – 15 cmH2O
4. Nilai tinggi : > 15 cmH2O

Penilaian CVP dan Arti Klinisnya


1. CVP rendah (< 5 cmH2O)
a. Beri darah atau cairan dengan tetesan cepat.
b. Bila CVP normal, tanda shock hilang -> shock hipovolemik
c. Bila CVP normal, tanda – tanda shock bertambah -> shock septik
2. CVP normal (5 – 15 cmH2O)
a. Bila darah atau cairan dengan hati – hati dan dipantau pengaruhnya dalam
sirkulasi.
b. Bila CVP normal, tanda – tanda shock negatif -> shock hipovolemik
c. Bila CVP bertambah naik, tanda shock positif -> septik shock, cardiogenik shock
3. CVP tinggi (> 15 cmH2O)
a. Menunjukkan adanya gangguan kerja jantung (insufisiensi kardiak)
b. Terapi : obat kardiotonika (dopamin)
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENGUKURAN CENTRAL VENOUS PRESSURE (CVP)
No dokumen 5.7 No revisi : 0
Tanggal terbit: 29 Juni 2018 Halaman :
Pengertian Suatu tindakan melakukan pengukuran tekanan vena sentral
dengan menggunakan manometer
Tujuan Memberikan informasi tentang tiga hal yaitu: parameter volume
darah, keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular
Prosedur Pre Interaksi
1 Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien (Mengetahui
TTV, terapi, resep obat yang diberikan, indikasi, kontraindikasi,
riwayat alergi, dan hal lain yang diperlukan)
2 Cuci tangan
3 Siapkan alat yang diperlukan

Tahap Orientasi
4 Beri salam dan perkenalkan diri
5 Identifikasi pasien: tanyakan nama, tanggal lahir, alamat
(minimal 2 item). Cocokkan dengan gelang identitas.

6 Tanyakan kondisi dan keluhan klien


7 Jelaskan tujuan, prosedur, lama tindakan, dan hal yang perlu
dilakukan klien
8 Berikan kesempatan klien/keluarga bertanya sebelum kegiatan
dilakukan

Tahap Kerja
9 Jaga privasi klien
10 Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
11 Mengatur posisi pasien (posisi datar/flat) jika tidak
memungkinkan bisa dengan semi fowler
12 Menghubungkan set infus dengan cairan NaCl 0,9%
13 Mengeluarkan udara dari selang infus
14 Menghubungkan manometer line dengan threeway stopcock
15 Menghubungkan three way stopcock dengan selang infus
16 Mengeluarkan udara dari manometer line
17 Melakukan levelling, yaitu mensejajarkan letak jantung (atrium
kanan) dengan skala pengukur. Letak jantung dapat ditentukan
dengan cara membuat garis pertemuan antara sela iga ke
empat (ICS IV) dengan garis pertengahan aksila
18 Mengisi cairan ke manometer line sampai 25 cmH2O, dan
menutup aliran infus ke pasien
19 Membuka aliran infus dari manometer line ke pasien
20 Menentukan nilai CVP, dengan memperhatikan undulasi pada
skala pengukur dan nilai dibaca pada akhir ekspirasi

Terminasi
21 Evaluasi perasaan klien, simpulkan hasil kegiatan, berikan
umpan balik positif
22 Kontrak pertemuan selanjutnya
23 Bereskan alat-alat
24 Lepas sarung tangan dan cuci tangan

Dokumentasi
25 Dokumentasi (tindakan yang dilakukan, respon klien)
FORMAT PENILAIAN
PENGUKURAN CENTRAL VENOUS PRESSURE (CVP)

Kompetensi : Melakukan Pemantauan CVP dengan Nama : ……………….......


Manometer
Pengertian : Melakukan pengukuran tekanan vena NIM: ……………………
sentral dengan menggunakan manometer

Persiapan alat : 12. Skala pengukur


13. Selang penghubung (manometer line) Nilai
14. Standar infus
15. Three way stopcock
16. Pipa U/waterpass
17. Set infuse

Prosedur :

NO ASPEK YANG DINILAI SKOR


0 1 2
Pre Interaksi
1 Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien
(Mengetahui TTV, terapi, resep obat yang diberikan,
indikasi, kontraindikasi, riwayat alergi, dan hal lain yang
diperlukan)
2 Cuci tangan
3 Siapkan alat yang diperlukan
Tahap Orientasi
4 Beri salam dan perkenalkan diri
5 Identifikasi pasien: tanyakan nama, tanggal lahir, alamat
(minimal 2 item). Cocokkan dengan gelang identitas.
6 Tanyakan kondisi dan keluhan klien
7 Jelaskan tujuan, prosedur, lama tindakan, dan hal yang perlu
dilakukan klien
8 Berikan kesempatan klien/keluarga bertanya sebelum
kegiatan dilakukan
Tahap Kerja
9 Jaga privasi klien
10 Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
11 Mengatur posisi pasien (posisi datar/flat) jika tidak
memungkinkan bisa dengan semi fowler
12 Menghubungkan set infus dengan cairan NaCl 0,9%
13 Mengeluarkan udara dari selang infus
14 Menghubungkan manometer line dengan threeway stopcock
15 Menghubungkan three way stopcock dengan selang infus
16 Mengeluarkan udara dari manometer line
17 Melakukan levelling, yaitu mensejajarkan letak jantung
(atrium kanan) dengan skala pengukur. Letak jantung dapat
ditentukan dengan cara membuat garis pertemuan antara sela
iga ke empat (ICS IV) dengan garis pertengahan aksila
18 Mengisi cairan ke manometer line sampai 25 cmH2O, dan
menutup aliran infus ke pasien
19 Membuka aliran infus dari manometer line ke pasien
20 Menentukan nilai CVP, dengan memperhatikan undulasi
pada skala pengukur dan nilai dibaca pada akhir ekspirasi
Terminasi
21 Evaluasi perasaan klien, simpulkan hasil kegiatan, berikan
umpan balik positif
22 Kontrak pertemuan selanjutnya
23 Bereskan alat-alat
24 Lepas sarung tangan dan cuci tangan
Dokumentasi
25 Dokumentasi (tindakan yang dilakukan, respon klien)

Keterangan
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna

NILAI : (NILAI TOTAL) x 100%


50

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 70% dari total nilai seluruh tindakan
Tanggal : ………………………………..

Penguji
Nama : …………………………………

TTD : ……………………………….

Anda mungkin juga menyukai