FK.UNISSULA
2019
Analisa Gas Darah adalah suatu pemeriksaan
melalui darah arteri dengan tujuan mengetahui
keseimbangan asam dan basa dalam tubuh,
mengetahui kadar oksigen dalam tubuh dan
mengetahui kadar karbondioksida dalam tubuh.
Indikasi dilakukannya pemeriksaan analisa gas darah yaitu :
pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
pasien dengan edema pulmo pulmonary
pasien akut respiratori distress sindrom (ards)
infark miokard
pneumonia
pasien syok
post pembedahan coronary arteri baypass
resusitasi cardiac arrest
▪ Denyut arteri tidak terasa, pada pasien yang mengalami
koma
▪ Modifikasi Allen tes negatif
▪ Selulitis atau adanya infeksi terbuka atau penyakit
pembuluh darah perifer pada tempat yang akan diperiksa
▪ Adanya koagulopati (gangguan pembekuan) atau
pengobatan dengan antikoagulan dosis sedang dan tinggi
merupakan kontraindikasi relatif.
1. Pra-Analitik
2. Analitik
3. Pasca Analitik
ALAT :
1. Spuit Disposable 2.5 cc
2. Antikoagulan Heparin / Lithium Heparin
3. Perlak/ alas
4. Kapas alkohol
5. Bak spuit
6. Bengkok
7. Penutup udara dari karet
8. Wadah berisi es (baskom atau termos es)
9. Beri label untuk menulis status klinis pasien yang meliputi : nama,
tanggal dan waktu, apakah menerima O2, bila ya berapa liter dan
dengan rute apa
PRA ANALITIK
(PERSIAPAN SPESIMEN)
SPESIMEN : darah arteri
Ciri-ciri darah arteri :
teraba denyutan, lokasi tusukan lebih dalam, warna darah
lebih terang dan darah akan mengalir sendiri ke dalam
semprit
LOKASI PENGAMBILAN
a. Radial Artery (RA) / Arteri Radialis
b. Brachial Artery / Arteri Brachialis
c. Femoral Artery / Arteri Femoralis
d. Pada bayi : Arteri kulit kepala dan arteri tali pusat.
e. Pada orang dewasa : Arteri dorsalis pedis.
- Jangan gunakan arteri femoralis atau jika masih ada alternative lain
→ karena tidak memiliki sirkulasi kolateral cukup untuk mengatasi
bila terjadi spasme atau thrombosis.
- Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan
→ ada resiko emboli ke otak.
Untuk mengetahui integritas a. radialis dan
a. ulnaris → aliran darah kolateral
Mudah dan cepat
Sebelum melakukan pungsi arteri radialis
Pungsi arteri radialis berpotensi
terbentuknya TROMBUS yang menyumbat
arteri sehingga harus dipastikan adanya
aliran kolateral melalui arteri ulnaris
9
10
Operator menekan a. radialis dan a. ulnaris di
pergelangan tangan.
Pasien diminta membuka dan menutup kepalan
tangan dengan cepat sampai telapak tangan
tampak pucat.
Operator melepas tekanan a. radialis
Lihat kembalinya warna merah dan sirkulasi tangan.
Ulangi dengan melepas tekanan a. ulnaris
Tangan kembali berwarna merah dalam 5-10 detik
bila sirkulasi didaerah arteri adekuat.
11
12
Bila warna tangan tidak kembali dalam waktu 5-10
detik
→ Allen’s Test negatif
→ aliran darah kolateral buruk
→ tidak boleh melakukan pungsi arteri
13
⚫ Sarung tangan (tidak perlu steril)
⚫ Kit syringe BGA mengandung Heparin
⚫ Swab alcohol
⚫ Kassa →
⚫ Plester
⚫ Label pasien ditempel di syringe
⚫ Ice bag untuk transportasi ke laboratorium
14
15
Kenakan sarung tangan
Pergelangan tangan posisi supinasi
Lakukan Allen’s Test
Palpasi arteri radialis menggunakan jari
telunjuk dan jari tengah secara lembut untuk
menentukan lokasi tusukan
Bersihkan lokasi dengan swab alcohol
16
17
18
19
⚫ Pegang syringe dengan dominant hand seperti
memegang pensil, dapatkan sampel sebanyak 1
ml. Biarkan darah mengalir bebas dengan
tekanan dari arteri, jangan melakukan aspirasi
darah ke dalam syringe.
20
⚫ Pegang syringe membentuk sudut 45 derajat
dengan kulit, pungsi kulit disebelah distal kedua
jari operator yang meraba pulsasi arteri radialis
⚫ Masukkan jarum perlahan sampai didapat
pancaran darah (mengalir bebas) , pertahankan
jarum dan syringe pada posisi tersebut.
⚫ Biarkan syringe terisi darah kira-kira sejumlah 1
ml secara otomatis. Setelah dilakukan sampling
darah, dilakukan penekanan di tempat tusukan
untuk menghentikan perdarahan , kemudian
ditutup dengan kassa.
⚫ Lakukan observsi terhadap tanda-tanda
perdarahan.
21
22
23
24
25
26
27
Sampel darah arteri diperiksa dengan
menggunakan alat BGA.
1. Dapar kimia
pH darah ditentukan : perbandingan konsentrasi
bikarbonat dan asam karbonat dalam plasma →
persamaan Henderson-Hasselbalch :
(HCO3-)
pH = pK + log -------------
(H2CO3)
2. Mekanisme Pernapasan
ASIDOSIS ALKALOSIS
47
DISORDER pH PRIMER RESPON
KOMPENSASI
ASIDOSIS HCO3- pCO2
METABOLIK
ALKALOSIS HCO3- pCO2
METABOLIK
ASIDOSIS pCO2 HCO3-
RESPIRATORI
ALKALOSIS pCO2 HCO3-
RESPIRATORI
Volume sampel : 0,2 ml
Kelebihan antikoagulan Heparin menyebabkan pengenceran
sampel darah, penurunan pH dan penurunan PaCO2
Pasien yang terpasang indwelling arterial line (kateter dalam
arteri)
→ tidak boleh dipasang di arteri temporalis atau arteri
brachialis
Pada pasien infant tanpa arterial line, status oksigenasi dapat
dievaluasi menggunakan pulse oximetry atau transcutaneous
PO2 monitoring.
49
⚫ NEONATUS : pungsi di arteri radialis.
Arteri brachialis hanya pada kasus emergensi.
Hindari pungsi di arteri femoralis
→ nekrosis aseptic kaput femur.
50
Pulse oximeter adalah alat yang digunakan
untuk mengukur kadar oksigen maupun
kepekatan oksigen dalam darah tanpa
memasukkan alat apapun ke dalam tubuh
( non- invasive ). Dalam pengukuran pulse
oximeter kadar oksigen dilambangkan
sebagai SpO2 dan hasil pengukurannya
ditampilkan dalam persentasi
⚫ Estimasi oksigenasi
⚫ Tidak menggambarkan status asam basa
dan ventilasi
Sampel darah BGA kapiler untuk estimasi
keseimbangan asam basa dan adekuatnya
ventilasi ( PaCO2 ) karena pengukuran PO2
darah kapiler kurang menggambarkan
estimasi oksigenasi arteri.
54
Tidak memungkinkan akses arteri
Abnormalitas monitor noninvasive (pulse
oximetry, transcutaneous values)
Penilaian pemberian atau perubahan setting
ventilator
Perubahan status klinis pasien melalui
pemeriksaan fisik
Monitoring derajat berat dan progresivitas
penyakit
55
Lokasi tertentu yaitu : kurvatura posterior tumit , tumit
pasien yang baru belajar berjalan , terdapat kalus, ujung
jari neonatus, riwayat pungsi sebelumnya, inflamasi/
infeksi edema jaringan sekitar, perfusi jaringan buruk/
sianosis.
56
Pungsi menggunakan “lancet dengan kedalaman
tusukan otomatis (kurang dari 2,5 mm)” pada lapisan
kutaneus kulit di daerah yang banyak vaskularisasinya
(tumit, ibu jari).
Bedside Testing
BGA
58
POCT didefinisikan sebagai "uji laboratorium
klinis yang dilakukan di dekat lokasi
perawatan pasien, biasanya dilakukan oleh
petugas yang dilatih (self-testing).
Praktis
Menggunakan alat yang portabel,
mudah dibawa, dapat dilakukan dimana
saja.
Cepat
Sampel dengan volume sedikit
Relatif mudah dipergunakan.
Kasus emergency → penanganan cepat
Memungkinkan untuk digunakan pasien
untuk ‘self monitoring’
Ketelitian dan ketepatan kurang
dibandingkan laboratory konvensional.
Mutu tidak terkontrol.
Faktor-faktor penganggu tidak diperhatikan.
(stabilitas reagen terhadap suhu dan
kelembaban).
Dilakukan oleh tenaga yang belum terlatih.
Zat-zat yang menginterferensi
Tidak ada pencatatan
Sistem tertutup untuk reagen tertentu
Potensi menimbulkan kesalahan yang
berdampak fatal
Keterbatasan parameter yang diperiksa.
Kurangnya regulasi terkait pemakaian POCT
❖Critical care → ICU , HND
❖Volume sampel
Analyzer : volume darah 2,7 – 3 ml
NICU → 10% blood loss pada Neonatus
65
Contoh:
1. Evaluasi gas darah (pH, PO2, PCO2)
→ Sedikit perubahan dalam beberapa menit
→ kerusakan sel.
66
❖TURN AROUND TIME
Analyzer konvensional butuh waktu 10-20
menit dari sampling sampai keluar hasil.
POCT : bedside
Pasien kritis di ICU, PICU, NICU terjadi
perubahan yang cepat analit dalam darah
→ memerlukan hasil yang cepat, akurat
67
Total waktu yang dibutuhkan untuk
mendapatkan hasil BGA bila dikirim ke
Lab.Sentral hampir 5 kali lipat dibandingkan
dengan bila menggunakan POCT
68
Permintaan pemeriksaan dari ruangan
Teknisi laboratorium datang sampling
Waktu antara permintaan dan diperolehnya
sampel darah
Waktu pengiriman sampel
Waktu antara sampling, analisis sampai hasil
Apakah hasil masih sesuai dengan kondisi
pasien dan status ventilasi
69
Memakai reagen kontrol komersial
Frekuensi pengerjaan KONTROL tergantung
pada kebutuhan reguler dan rekomendasi
dari pabrik.
Contoh : minimal 1 level setiap 8 jam,
dilakukan 2 level tiap hari pada saat alat
bekerja
70
Hasil QC di luar batas yang diterima
→ cari penyebabnya
72
1. pH
Rentang nilai normal : 7,35 – 7,45
Asidosis : <7,35
Alkalosis : >7,45
2. PaO2
Rentang nilai normal : 80 – 100 mmHg
Hipoksemia ringan : 70 – 80 mmHg
Hipoksemia sedang : 60 – 70 mmHg
Hipoksemia berat : <60 mmHg
3. SaO2
Rentang nilai normal : 93% – 98%
Bila nilai SaO2 >80% sudah dapat dipastikan
bahwa darah diambil dari arteri, kecuali pada
gagal nafas
4. PaCO2
Rentang nilai normal : 35 – 45 mmHg
Asidosis respiratorik : >45 mmHg (pH
turun)
Alkalosis respiratorik : <35 mmHg (pH naik)
5. HCO3
Rentang nilai normal : 22 – 26 mEq/L
Asidosis metabolik : <22 mEq/L (pH
turun)
Alkalosis metabolik : >26 mEq/L (pH naik)
6. BE
Rentang nilai normal : -2 s/d +2 mEq/L
Nilai – (negative) : asidosis
Nilai + (positif) : alkalosis
BE dilihat saat pH normal.
1. pH : 7,59
PaO2 : 89 mmHg
PaCO2 : 30 mmHg
HCO3 : 24 mEq/L
BE : +3
SaO2 : 96%
Jawaban:
1. pH : 7,59 (naik) alkalosis
PaO2 : 89 mmHg (normal)
PaCO2 : 30 mmHg (turun) alkalosis
respiratorik
HCO3 : 24 mEq/L (normal)
BE : +3 (naik) alkalosis
SaO2 : 96% (normal) darah arteri
Jawaban:
Alakalosis respiratorik belum terkompensasi
(akut)
2. pH: 7,21
PaO2 : 56 mmHg
PCO2 : 51mmHg
HCO3 : 18 mEq/L
BE : -8
SaO2 : 90%
Jawaban:
2. pH : 7,21 (turun) asidosis
PaO2 : 56 mmHg (turun) hipoksemia berat
PCO2: 51mmHg (naik) asidosis respiratorik
HCO3: 18 mEq/L (turun) asidosis metabolic
BE : -8 (turun) asidosis
SaO2 : 90% (normal) darah arteri
Jawaban:
Asidosis metabolic dan asidosis respiratorik
dengan hipoksemia berat.
3. pH : 7,19
PaO2 : 65 mmHg
PaCO2 : 28 mmHg
HCO3 : 14 mEq/L
BE : -10
SaO2 : 89%
Jawaban:
3. pH : 7,19 (turun) asidosis
PaO2 : 65 mmHg (turun) hipoksemia sedang
PaCO2 : 28 mmHg (turun) alkalosis
respiratorik
HCO3 : 14 mEq/L (turun) asidosis metabolik
BE : -10 (turun) asidosis
SaO2 : 89%
Jawaban:
Asidosis metabolic terkompensasi sebagian alkalosis
respiratorik dengan hipoksemia sedang
NB: Terkompensasi sebagian karena pH masih
rendah. Bila terkompensasi penuh nilai pH normal.
4. pH: 7,36
PaO2 : 76 mmHg
PaCO2 : 56 mmHg
HCO3 : 30 mEq/L
BE : -4
SaO2 : 92%
Jawaban:
4. pH : 7,36 (normal)
PaO2 : 76 mmHg (turun) Hipoksemia Ringan
PaCO2 : 56 mmHg (naik) Asidosis
Respiratorik
HCO3: 30 mEq/L (naik) Alkalosis Metabolik
BE : -4 (turun) Asidosis
SaO2 : 92% (normal) darah arteri
Jawaban:
Asidosis respiratorik terkompensasi penuh
alkalosis metabolic dengan hipoksemia ringan
NB: saat pH normal, maka BE dilihat apakah
asidosis atau alkalosis
5. pH: 6,84
PaO2 : 55 mmHg
PaCO2 : 55 mmHg
HCO3 : 18 mEq/L
BE : -6
SaO2 : 70%
Jawaban:
5. pH : 6,84 (turun) asidosis
PaO2 : 55 mmHg (turun) Hipoksemia Berat
PaCO2 : 55 mmHg (naik) Asidosis
respiratorik
HCO3: 18 mEq/L (turun) Asidosis Metabolik
BE : -6 (turun) asidosis
SaO2 : 70% (turun) curigai bukan darah arteri
Jawaban:
Salah mengambil darah vena (cek ulang)
karena SaO2 dibawah 80%
6. pH: 7,60
PaO2 : 90 mmHg
PaCO2 : 35 mmHg
HCO3 : 30 mEq/L
BE : +4
SaO2 : 96%
Jawaban:
6. pH : 7,60 (naik) alkalosis
PaO2 : 90 mmHg (normal)
PaCO2 : 35 mmHg (normal)
HCO3: 30 mEq/L (naik) Alkalosis Metabolik
BE : +4 (naik) Alkalosis
SaO2 : 96% (normal) darah arteri
Jawaban:
Alkalosis metabolik belum terkompensasi
(akut)
NB: Kalau nilai hasil AGD naik turunnya tidak
signifikan maka Boderline atau biarkan saja.
TERIMAKASIH SEMOGA BERMANFAAT