Anda di halaman 1dari 28

 Salah satu tindakan pemeriksaan

laboratorium yang ditujukan ketika


dibutuhkan informasi yang berhubungan
dengan keseimbangan asam basa
pasien (Wilson, 1999).
 Untuk mengetahui status oksigenasi
 Untung mengetahui keseimbangan
asam basanya (pH : 7, 35-7, 45 mmol/L )
 Arteri radial merupakan kelanjutan dari
brakhial, tetapi lebih kecil dibandingkan
dengan ulnar
 Arteri radial dimulai di percabangan
brakhial, dibawah lekukan dari siku dan
melewati sisi radial dari bagian depan
lengan ke pergelangan tangan.
 Arteri femoral merupakan arteri yang
melewati cukup dekat dengan
permukaan atas, dibagi ke dalam
cabang yang kecil untuk menyediakan
darah ke otot dan jaringan superficial di
daerah paha.
 A. Alat
1. Spuit gelas atau plastik 5 atau 10 ml
2. Botol heparin 10 ml, 1000 unit/ml (dosis-
multi)
3. Jarum nomor 22 atau 25
4. Penutup udara dari karet
5. Kapas alcohol
6. Wadah berisi es (baskom atau kantung
plastik) l
7. Beri label untuk menulis status klinis pasien
yang meliputi
1. Arteri radialis umumnya dipakai meskipun
brakhialis juga dapat digunakan
2. Bila menggunakan pendekatan arteri
radialis lakukan tes Allen’s. Secara terus
menerus bendung arteri radialis dan
ulnaris. Tangan akan putih kemudian
pucat. Lepaskan aliran arteri ulnaris. Tes
allen’s positif bila tangan kembali menjadi
berwarna merah muda.
3. Pergelangan tangan dihiperekstensikan
dan tangan dirotasi keluar.
4. 1 ml heparin (anticoagulant (pengencer
darah) yang digunakan untuk
mencegah pembentukan gumpalan
darah), diaspirasi kedalam spuit,
sehingga dasar spuit basah dengan
heparin,dan kemudian kelebihan
heparin dibuang melalui jarum,
dilakukan perlahan sehingga pangkal
jarum penuh dengan heparin dan tak
ada gelembung udara.
5. Arteri brakialis atau radialis dilokalisasi
dengan palpasi dengan jari tengah dan
jari telunjuk, dan titik maksimum denyut
ditemukan. Bersihkan tempat tersebut
dengan kapas alcohol
6. Jarum dimasukkan dengan perlahan
kedalam area yang mempunyai pulsasi
penuh. Ini akan paling mudah dengan
memasukkan jarum dan spuit kurang
lebih 45-90 derajat terhadap kulit
7. Seringkali jarum masuk menembus
pembuluh arteri dan hanya dengan jarum
ditarik perlahan darah akan masuk ke spuit.
8. Indikasi satu-satunya bahwa darah tersebut
darah arteri adalah adanya pemompaan
darah kedalam spuit. Jarum dapat
mengangkat sendiri jika spuit berkualitas
bagus, tetapi jika spuit dengan kualitas
rendah dapat dilihat melalui pulsasi darah.
Tes Rentang Normal Dewasa Interpretasi

PO2 (tekanan gas O2 dalam 80-100 mmHg  Meningkat: menandakan

darah) pemberian O2 yang berlebihan

 Bronkhtis kronis, Ca. bronkus

dan paru-paru, cystic fibrosis,

RDS, anemia, atelektasis, atau

penyebab lain yang

mengakibatkan hipoksia
SaO2 95-100%  Menurun:

mengindikasikan

kerusakan kemampuan

hemoglobin untuk

mengantarkan O2 ke

jaringan
 Keterampilan seorang perawat dalam
pengambilan darah arteri sangat
menentukan sekali terhadap akurasi
hasil, dan sekaligus menentukan
dampak komplikasi yang ditimbulkan.
 Hal ini tentunya tergantung dari berapa
kali dia sudah pernah mengambil darah
arteri AGD (pengalaman), pengetahuan
perawat terhadap komplikasi yang bisa
ditimbulkan dari pengambilan darah
arteri yang tidak tepat, pemahaman
perawat terhadap protap pengambilan
darah arteri AGD,
 Hal-hal yang harus diperhatikan bagi
perawat dalam melakukan tindakan,
antara lain:
 1) Tindakan pungsi arteri harus dilakukan
oleh perawat yang sudah terlatih
 2)Spuit yang digunakan untuk
mengambil darah sebelumnya diberi
heparin untuk mencegah darah
membeku
3. Kaji ambang nyeri klien, apabila klien
tidak mampu menoleransi nyeri, berikan
anestesi lokal
4.Bila menggunakan arteri radialis, lakukan
test allent untuk mengetahui kepatenan
arteri
5.Untuk memastikan apakah yang keluar
darah vena atau darah arteri, lihat
darah yang keluar, apabila keluar sendiri
tanpa kita tarik berarti darah arteri
6.Apabila darah sudah berhasil diambil,
goyangkan spuit sehingga darah
tercampur rata dan tidak membeku
7.Lakukan penekanan yang lama pada
bekas area insersi (aliran arteri lebih
deras daripada vena)
8.Keluarkan udara dari spuit jika sudah
berhasil mengambil darah dan tutup
ujung jarum dengan karet atau gabus.
9.Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum
darah diambil.
10.Segera kirim ke laboratorium ( sito )
 Gangguan pernafasan dan gangguan
metabolisme :
1. ASIDOSIS RESPIRATORIK
Asidosis Respiratorik adalah keasaman
darah yang berlebihan karena
penumpukan karbondioksida dalam
darah sebagai akibat dari fungsi paru-
paru yang buruk atau pernafasan yang
lambat.
 Kecepatan dan kedalaman pernafasan
mengendalikan jumlah karbondioksida
dalam darah. Dalam keadaan normal,
jika terkumpul karbondioksida, pH darah
akan turun dan darah menjadi asam.
 Tingginya kadar karbondioksida dalam
darah merangsang otak yang mengatur
pernafasan, sehingga pernafasan
menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
 Hal ini dapat terjadi pada penyakit-
penyakit berat yang mempengaruhi
paru-paru, seperti:
 Emfisema
 Bronkitis kronis
 Pneumonia berat
 Edema pulmoner
 Asma
 Asidosis Metabolik adalah keasaman
darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan rendahnya kadar bikarbonat
dalam darah.
 Seiring dengan menurunnya pH darah,
pernafasan menjadi lebih dalam dan
lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk
menurunkan kelebihan asam dalam
darah dengan cara menurunkan jumlah
karbon dioksida.
 Pada akhirnya, ginjal juga berusaha
mengkompensasi keadaan tersebut
dengan cara mengeluarkan lebih
banyak asam dalam air kemih.
1. Gagal ginjal
2. Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk
ginjal)
3. Kehilangan basa (misalnya bikarbonat)
melalui saluran pencernaan karena
diare, ileostomi atau kolostomi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai