Anda di halaman 1dari 8

MATERI PENGAMBILAN SPISEMEN

A. Pengambilan Spesimen Sputum


Pemeriksaan dengan bahan sekret atau sputum dilakukan untuk mendeteksi adanya kuman
seperti tuberkulosis pulmonal, pneumonia bakteri, bronkhitis kronis, bronkhietaksis.
Persiapan dan Pelaksanaan:
1. Siapkan wadah dalam keadaan steril.
2. Dapatkan sputum pada pagi hari sebelum makan pagi.
3. Anjurkan pasien untuk batuk agar mengeluarkan sputum.
4. Pertahankan agar wadah dalam keadaan tertutup.
5. Bila kultur untuk pemeriksaan BTA (bakteri tahan asam), ikut instruksi yang ada pada
botol penampung. Biasanya diperlukan 5-10 cc sputum, yang dilakukan selama tiga
hari berturut-turut.

B. Pengambilan Spesimen Darah


Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomy yang berarti
proses mengeluarkan darah. Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara
memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit
(skinpuncture) dan tusukan arteri atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum
dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture.

1. PENGAMBILAN DARAH VENA


Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil
dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini
terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar,dan tidak ada pasokan saraf besar.
Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan
berikutnya. Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena
letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median.
Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan
darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan.Lakukan pengambilan
dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil.
Tujuan
1. Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan memenuhi syarat untuk
dilakukan pemeriksaan.
2. Untuk menurunkan resiko kontaminasi dengan darah (infeksi, needle stick injury)
akibat vena punctie bagi petugas maupun penderita.
3. Untuk petunjuk bagi setiap petugas yang melakukan pengambilan darah
(phlebotomy)

Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :


 Lengan pada sisi mastectomy
 Daerah edema
 Hematoma
 Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
 Daerah bekas luka
 Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular
 Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan
darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat
tertentu.
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara
manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum
dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah :
 Pemasangan turniket (tali pembendung)
 pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan
hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan
kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total)
 melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma
 Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan
masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah.
 Penusukan
 penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan
sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-
kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.
 tutukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah
bocor dengan akibat hematoma
 Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel
akibat kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada
pasien ketika dilakukan penusukan.

Beberapa hal penting dalam menampung sampel darah adalah :


 Darah dari syring atau suntikan harus dimasukkan ke dalam tabung dengan cara
melepas jarum lalu mengalirkan darah perlahan-lahan melalui dinding tabung.
Memasukkan darah dengan cara disemprotkan, apalagi tanpa melepas jarum,
berpotensi menyebabkan hemolisis. Memasukkan darah ke dalam tabung vakum
dengan cara menusukkan jarum pada tutup tabung, biarkan darah mengalir sampai
berhenti sendiri ketika volume telah terpenuhi.
 Homogenisasi sampel jika menggunakan antikoagulan dengan cara memutar-mutar
tabung 4-5 kali atau membolak-balikkan tabung 5-10 kali dengan lembut.
Mengocok sampel berpotensi menyebabkan hemolisis.

2. PENGAMBILAN DARAH KAPILER


Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture yang berarti
proses pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Tempat yang digunakan
untuk pengambilan darah kapiler adalah :
 Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga.
 Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit (heelstick) pada 1/3 bagian tepi telapak
kaki atau ibu jari kaki.
 Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan peredaran, seperti
vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongesti atau
sianosis setempat.
Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk tes-tes yang memerlukan sampel dengan
volume kecil, misalnya untuk pemeriksaan kadar glukosa, kadar Hb, hematokrit
(mikrohematokrit) atau analisa gas darah (capillary method).

3. PENGAMBILAN DARAH ARTERI

A. Definisi
Pengambilan darah arteri adalah suatu tindakan untuk mengambil darah arteri
yaitu pembuluh darah yang berasal dari bilik jantung yang berdinding tebal dan
kaku. Sedangkan analisa gas darah adalah prosedur untuk menilai tekanan parsial
oksigen, karbondioksida dan pH (konsentrasi ion hydrogen) di darah
arteri.Mengambil sampel darah arteri membutuhkan suntikan perkutan pada arteri
brachialis, radial atau femoralis.Juga bisa didapatkan dari arterial line.
B. Tujuan
Pengambilan darah arteri dilakukan untuk pemeriksaan analisa gas
darah yang digunakan untuk mendiagnosa dan mengevaluasi penyakit pernafasan
serta kondisi yang mempengaruhi seberapa efektif paru-paru mengirimkan oksigen
ke darah dan mengeleminasi karbondioksida dari darah.
Tekanan parsial oksigen (PO2) normal : 75-100 mmHg, biasanya menurun
sesuai
pertambahan usia
Tekanan parsial karbondioksida (PCO2) normal : 35-45 mmHg
pH normal : 7,35-7,45
Saturasi oksigen (SaO2) : 94-100%
Kandungan oksigen (O2CT) : 15-23 volume%
Konsentrasi Bikarbonat (HCO3-) : 22-26 (mEq/liter)

Perubahan pH disebabkan oleh:


1. Fungsi pernafasan abnormal.
2. Fungsi ginjal abnormal.
3. Jumlah asam atau basa yang berlebihan.
Perubahan dalam pH, PaCO2, dan bikarbonat standar
pada gangguan asam-basa
pH PaCO2 Bikarbonat standar
Asidosis Respiratory Rendah Tinggi Normal-tinggi
Alkalosis Respiratory Tinggi Rendah Normal-tinggi
Asidosis Metabolik Rendah Normal-rendah Rendah
Alakalosis Metabolik Tinggi Normal Tinggi

C. Indikasi, Kontraindikasi dan Komplikasi


Indikasi pada pasien dengan penyakit paru, bayi prematur dengan penyakit paru,
Diabetes Melitus berhubungan dengan kondisi asidosis diabetic.
Kontraindikasi pada pasien dengan penyakit perdarahan seperti hemofilia dan
trombosit rendah.
Komplikasi pengambilan darah arteri akan minimal terjadi jika dilakukan dengan
benar. Namun dapat terjadi perdarahan atau perdarahan yang tertunda atau memar
pada area tusukan jarum atau yang jarang terjadi, kerusakan sirkulasi di sekitar
area tusukan.

D. Peralatan
1. AGD kit:
Spuit spesifik untuk mengambil darah yang akan digunakan untuk analisa gas
darah.
Jarum 20 G 1 ¼ “
Jarum 22 G 1”
1 ml ampul carian heparin (1:1000)
2. Sarung tangan
3. Spuit 5 ml dan 10 ml
4. Alcohol or poviodine-iodine pad
5. 4x4 gauze pads
6. Penutup karet untuk spuit
7. Tas plastik atau wadah berisi es
8. Label
9. Format permintaan laboratorium
Banyak fasilitas kesehatan yang menggunakan AGD kit yang terdiri atas semua
yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur ini termasuk tempat yang sudah
berisi es untuk membawa sampel ke laboratorium. Namun jika tidak ada, gunakan
basin emesis yang bersih dan mangkuk styrofoam untuk meletakkan es
didalamnya, atau tas plastik untuk membawa sampel ke lab.

E. Lokasi Pengambilan Darah Arteri


Mengidentifikasi arteri untuk pengambilan sampel.Arteri yang paling
sering unutk pengambilan sampel termasuk arteri radialis, arteri brachialis, dan
arteri femoralis. Dari ketiganya, arteri radial adalah area sampling yang
paling disukai karena tiga faktor utama: a) mudah untuk mengakses, b) arteri
radial adalah arteri dangkal dan karena itu lebih mudah untuk diraba, stabil,
dan mudak ditusuk, dan c) memiliki jaminan aliran darah. Jika kerusakan pada
arteri radial terjadi atau menjadi terhambat, arteri ulnaris akan memasok darah ke
jaringan biasanya dipasok oleh arteri radial. Untuk menilai arteri radial untuk
sampling, harus melakukan tes Allen dimodifikasi untuk menjamin patensi arteri
ulnaris.
Adapun cara melakukan tes Allen adalah sebagai berikut a) Melenyapkan
denyut radial dan ulnar secara bersamaan dengan menekan di kedua pembuluh
darah di pergelangan tangan. b) Minta pasien untuk mengepalkan tangan dan
melepaskannya sampai kulit terlihat pucat. c) Lepaskan tekanan arteri ulnaris
sementara mengompresi arteri radial. Perhatikan kembalinya warna kulit dalam
waktu 15 detik
Jika tes Allen adalah negatif untuk kedua tangan dan arteri radial tidak
dapat diakses, maka arteri brakialis dapat digunakan.Potensi untuk mendapatkan
sampel vena lebih besar bila menggunakan arteri brakialis karena ada pembuluh
darah besar terletak di dekat arteri brakialis. Selain itu, saraf medial terletak
sejajar dengan arteri brakialis dan akan menyebabkan rasa sakit pasien jika Anda
secara tidak sengaja mengenainya dengan jarum.
Arteri femoralis adalah area sampling arteri yang paling tidak disukai
karena merupakan arteri relatif dalam; terletak berdekatan dengan saraf femoralis
dan vena, dan tidak memiliki jaminan aliran darah. Tusukan dari arteri femoralis
biasanya digunakan untuk situasi muncul atau untuk pasien hipotensi parah
yang memiliki perfusi perifer yang buruk.

Beberapa pemeriksaan berikut ini menggunakan spesimen darah, antara lain:


1. Serum glutamik piruvik transaminase (SGPT) atau alanin amoniotransferase.
Pemeriksaan SGPT dilakukan untuk mendeteksi adanya kerusakan hepatoseluler.
Cara:
a. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
b. Masukkan pada tabung atau botol.
c. Hindari hemolisis.
d. Berikan label nama dan tanggal.
2. Albumin.
Pemeriksaan albumin dilakukan untuk mendeteksi kemampuan albumin yang disintesis
oleh hepar.Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan adanya gangguan hepar
seperti sirosis, luka bakar, gangguan ginjal, atau kehilangan protein dalam jumlah yang
banyak.
Cara:
a. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
b. Masukkan pada tabung atau botol.
c. Berikan label nama dan tanggal.
3. Asam Urat.
Pemeriksaan asam urat dilakukan untuk mendeteksi penyakit pada ginjal, anemia asam
folat, luka bakar, dan kehamilan.Terjadi peningkatan asam urat dapat diindikasikan
penyakit seperti leukemia, kanker, eklamsia berat, gagal ginjal, malnutrisi, dan lain-
lain.
a. Ambil darah ± 5-7 ml dari vena.
b. Masukkan pada tabung atau botol.
c. Berikan label nama dan tanggal.
4. Bilirubin (total, direct, dan indirect)
Pemeriksaan bilirubin dilakukan untuk mendeteksi kadar bilirubin. Pemeriksaan pada
bilirubin direct, dilakukan untuk mendeteksi adanya ikterik obstruktif oleh karena batu
atau neoplasma, hepatitis, dan sirosis.Pada bilirubin indirect, pemeriksaan dapat
mendeteksi adanya anemia, malaria, dan lain-lain.
Cara:
a. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
b. Masukkan pada tabung atau botol.
c. Hindari hemolisis.
d. Berikan label nama dan tanggal.
5. Estrogen.
Pemeriksaan estrogen dilakukan untuk mendeteksi disfungsi ovarium, gejala
menopause dan pasca menopause, serta stres psikogenik.Peningkatan nilai estrogen
dapat menunjukkan indikasi adanya tumor ovarium, adanya kehamilan, dan lain-lain.
Cara:
a. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
b. Masukkan pada tabung atau botol.
c. Berikan label nama dan tanggal
6. Gas Darah arteri.
Pemeriksaan gas darah arteri dilakukan untuk mendeteksi gangguan keseimbangan
asam basa yang disebabkan oleh karena gangguan respiratorik atau gangguan
metabolik.
Cara:
a. Ambil darah ± 1-5 ml dari arteri, dengan spuit dan jarum berisikan heparin.
b. Berikan label nama dan tanggal.
7. Gula Darah Puasa.
Pemeriksaan gula darah puasa dilakukan untuk mendeteksi adanya diabetes atau reaksi
hipoglikemik.
Cara:
a. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
b. Masukkan pada tabung atau botol.
c. Puasakan makan dan minum 12 jam sebelum pemeriksaan.
8. Gula Darah Postprandial.
Pemeriksaan gula darah postprandial bertujuan untuk mendeteksi adanya diabetes atau
reaksi hipoglikemik.Pemeriksaan dilakukan setelah makan.
Cara:
a. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena 2 jam setelah makan pagi atau siang.
b. Masukkan ke dalam tabung atau botol.
9. Gonadotropin korionik manusia (Human Chorionic Gonadotropin-HCG)
Pemeriksaan HCG dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan karena HCG adalah
hormon yang diproduksi oleh plasenta.
Cara:
a. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
b. Masukkan pada tabung atau botol.
c. Hindari hemolisis.
d. Berikan label nama dan tanggal.
10. Hematokrit.
Pemeriksaan hematokrit dilakukan untuk mengukur konsentrasi sel-sel darah merah
dalam darah. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya anemia, kehilangan darah,
gagal ginjal kronis, serta defisiensi vitamin B dan C. Apabila terjadi peningkatan
hematokrit dapat diindikasikan adanya dehidrasi, asidosis, trauma, pembedahan, dan
lain-lain.
Cara:
a. Ambil darah ± 7 ml dari vena.
b. Masukkan pada tabung atau botol.
c. Berikan label nama dan tanggal.
11. Hemoglobin.
Pemeriksaan hemoglobin dilakukan untuk mendeteksi adanya anemia dan penyakit
ginjal.Peningkatan hemoglobin dapat menunjukkan indikasi adanya dehidrasi, penyakit
paru-paru obstruksi menahun, gagl jantung kongestif, dan lain-lain.
Cara:
a. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
b. Masukkan pada tabung atau botol.
c. Hindari hemolisis.
d. Berikan label nama dan tanggal.
12. Trombosit.
Pemeriksaan trombosit dilakukan untuk mendeteksi adanya trombositopenia yang
berhubungan dengan perdarahan, dan trombositosis yang menyebabkan peningkatan
pembekuan.
Cara:
a. Ambil darah ± 5 ml dari vena.
b. Masukkan pada tabung atau botol.
c. Berikan label nama dan tanggal.
13. Masa Tromboplastin parsial (Partial Tromboplastin Time-PPT), masa tromboplastin
parsial teraktivasi (Activation Partial Tromboplastin Time-APTT).
Pemeriksaan PTT/APTT bertujuan untuk mendeteksi variasi trombosit, memonitor
terapi heparin, dan mendeteksi defisiensi faktor pembekuan kecuali faktor VII dan VIII.
Cara:
a. Ambil darah ± 7-10 ml dari vena.
b. Lakukan Pengambilan 1 jam sebelum pemberian dosis heparin.
c. Masukkan pada tabung atau botol.
d. Berikan label nama dan tanggal
14. Pemeriksaan lain yang menggunakan spesimen darah antara lain pemeriksaan kadar
elektrolit dalam darah, masa protombin, progesteron, prolaktin, serum keratinin,
kortisol, kolesterol, T3, T4, dan lain-lain. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:194)
C. Pengambilan Spesimen Urine
Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau spesimen
urine. Adapun pemeriksaannya dapat dilakukan antara lain:
1. Asam Urat.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi berbagai kelainan pada penyakit ginjal,
eklamsia, keracunan timah hitam, leukemia dengan diet tinggi purin, ulseratif kolitis,
dan laini-lain.
Cara:
a. Tampung urine 24 jam dan masukkan ke dalam botol atau tabung.
b. Berikan label nama dan tanggal pengambilan.
2. Bilirubin.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi penyakit obstruktif saluran empedu,
penyakit hepar, kanker hepar, dan lain-lain.
Cara:
a. Gunakan Ictotet atau tablet bili-labstex untuk pemeriksaan bilirobiuria.
b. Teteskan urine ± 5 tetes pada tempat pemeriksaan asbestos-cellulosa.
c. Masukkan tablet dan tambahkan 2 tetes air.
d. Hasil positif jika warna biru atau ungu.
e. Hasil negatif jika berwarna merah.
3. Human Chorionic Gonadotropin (HCG).
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan karena HCG adalah
hormon yang diproduksi oleh plasenta.
Cara:
a. Anjurkan puasa 8-12 jam cairan.
b. Ambil urine 60 ml, kemudian lakukan pengumpulan selama 24 jam.
c. Berikan label nama dan tanggal.
4. Pemeriksaan lain yang menggunakan spesimen urine antara lain pemeriksaan
urobilinogen untuk menentukan kadar kerusakan hepar, penyakit hemolisis, dan
infeksi berat, pemeriksaan urinealisis digunakan untuk menentukan adanya berat
jenis, kadar glukosa, keton, dan lain-lain. Pemeriksaan kadar protein dalam urine
untuk menentukan kadar kerusakan glomerulus. Pemeriksaan pregnadion dalam urine
untuk menentukan adanya gangguan dalam menstruasi dan menilai adanya ovulasi,
serta pemeriksaan lainnya.

D. Pengambilan Spesimen Feses


Pemeriksaan dengan bahan feses dilakukan untuk mendeteksi adanya kuman
sepertisalmonella, Shigella, Escherichia coli, Staphylococcus, dan lain-lain.
Persiapan dan Pelaksanaan:
1. Tampung bahan dengan gunakan spatel steril.
2. Tempatkan feses dalam wadah steril dan ditutup.
3. Feses jangan dicampur dengan urine.
4. Jangan diberikan Barium atau minyak mineral yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri.
5. Berikan label nama dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan.

SUMBER PUSTAKA
1. Direktorat Laboratorium Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Pedoman Praktek
Laboratorium yang Benar (Good Laboratory Practice), Cetakan ke-3, Jakarta, 2004.
2. Joyce LeFever Kee, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, Edisi 6, EGC,
2007.
3. Uliyah Musrifatul dan A. Aziz Alimatul Hidayat, 2008. Keterampilan Dasar Praktik
Klinik, Jakarta : Salemba Medika
TOOLS
PENGAMBILAN DARAH
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI Bbt
YA Tdk
A FASE ORIENTASI
1 Mengucapkan salam 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan 2
4 Menjelaskan prosedur 2
5 Menyatakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1 Siapkan peralatan. Beri label syringe dengan nama pasien, nomor ruangan, nama 2
dokter, tanggal dan waktu pengambilan, inisial pelaksana AGD
2 Cuci tangan dan memakai sarung tangan 5
3 Letakkan handuk kecil / perlak di bawah pergelangan tangan 3
4 Palpasi denyutan dengan telunjuk dan jari tengah 5
5 Sedikit fiksasi dengan telunjuk dan jari tengah 2
6 Membersihkan kulit di area tusukan dengan kapas alkohol 5
7 Suntikan dengan sudut 45° atau kurang, seperti memegang pensil atau sebuah 10
anak panah
8 Dorong jarum perlahan-lahan sampai terlihat denyut berkedip darah di pusat
jarum. Berhenti dan pertahankan posisi ini sampai terkumpul sedikit darah dalam 10
alat suntik.
9 Setelah mendapatkan jumlah darah yang diinginkan, tarik jarum dan terapkan
5
tekanan ke area tusukan dengan ukuran 4 × 4 dengan kapas steril
10 Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas
10
beberapa saat lalu plester
11 Pegang jarum suntik tegak lurus dan tekan jarum suntik dengan lembut 5
12 Cap jarum suntik dan letakkan spuit dalam kantong es 5
13 Lepas sarung tangan dan lakukan cuci tangan 3
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi 3
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 3
3 Berpamitan 4
D PENAMPILAN
1 Ketenangan 2
2 Melakukan komunikasi terapeutik 2
3 Menjaga keamaanan pasien 3
4 Menjaga keamaan pasien 3
TOTAL 100

Anda mungkin juga menyukai