Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
1. Anang Prasetyo ( SN 171013 )
2. Darmono ( SN 171045 )
3. Endang Sulistyoningrum ( SN 171061 )
4. Eny Lilies Nur Indriyawati( SN 171063 )
5. Hartono ( SN 171079 )
6. Nanik Sri Harini ( SN 171124 )
7. Prihatin Eka Rachmawati ( SN 171141 )
8. Sismiyatin ( SN 171159 )
9. Supatmi ( SN 171184 )
10.Wisnu Wijaya ( SN 171218 )
11. Wowok Supadmono ( SN 171220 )
A. Definisi
a. Pengertian nyeri
Nyeri (Pain)adalah kondisi perasaan yang tidak menyenagkan.
Sifatnya sangat subjektif karna perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
baik dalam hal skala ataupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan dan mengefakuasi rasa nyeri yang dialaminya
(Hidayat, 2008).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
(Tamsuri, 2007). Menurut International Association for Study of Pain (IASP),
nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang
didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan
adanya kerusakan. Serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan
sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan
dengan durasi kurang dari 6 bulan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional);
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat hingga
akhir yang dapat diantisipasi atau di prediksi. (NANDA, 2015). Nyeri kronis
serangan yang tiba-tiba atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung > 3 bulan
(NANDA, 2012).
b. Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut
dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan
cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan di tandai adanya
peningkatan tegangan otot (Mubarak dan Chayatin, 2008).
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,
biasanya berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk dalam
kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri
psikosomatis (Mubarak dan Chayatin, 2008).
Keterangan:
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan (pasien dapat berkomunikasi dengan baik).
4-6 : Nyeri sedang (pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik).
7-9 : Nyeri berat terkontrol (pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih respons terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan teknik relaksasi dan distraksi).
10 : Nyeri berat tidak terkontrol (Pasien tidak mampu lagi berkomunikasi,
memukul).
B. Etiologi nyeri
1. Faktor resiko
a. Nyeri akut
1) Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
2) Menunjukkan kerusakan
3) Posisi untuk mengurangi nyeri
4) Muka dengan ekspresi nyeri
5) Gangguan tidur
6) Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi)
7) Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
b. Nyeri kronis
1) Perubahan berat badan
2) Melaporkan secara verbal dan non verbal
3) Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri
4) Kelelahan
5) Perubahan pola tidur
6) Takut cedera
7) Interaksi dengan orang lain menurun
2. Factor predisposisi (Potter dan Perry, 2006).
a. Trauma
b. Peradangan
c. Trauma psikologis
3. Factor presipitasi (Potter dan Perry, 2006).
a. Lingkungan
b. Suhu ekstrim
c. Kegiatan
d. Emosi
C. Manifestasi klinik
a. Tanda dan gejala nyeri
1. Gangguam tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan meng hindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Pernafasan meningkat
8. Depresi
D. Patofisiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat
kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat
tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan
tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan
di korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain
dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap
reseptor mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga
menyebabkan atau mengalami nyeri (Wahit Chayatin, N.Mubarak, 2007).
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen
b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
c. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
d. Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah
di otak
F. Komplikasi
a. Edema Pulmonal
b. Kejang
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensi
e. Hipertermi
f. Gangguan pola istirahat dan tidur
G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
3) Distraksi (mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri
ringan sampai sedang)
4) Kompres hangat
5) Mengajarkan teknik relaksasi
b. Penatalaksanaan medis
1) Pemberian analgesic
Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang
berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri.
2) Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik
seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini dapat
menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien.
H. Fokus Pengkajian
a. Perilaku non verbal
Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati antara lain ekspresi
wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah, dll.
b. Kualitas
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dan nyeri. Anjurkan
pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui.
c. Factor presipitasi
Beberapa factor presipitasi yang meningkatkan nyeri antara lain lingkungan,
suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.
d. Intensitas
Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan, atau dapat
menggunakan skala dari 0-10.
e. Waktu dan lama
Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri mulai, berapa lama,
bagaimana timbulnya, juga interval tanpa nyeri, kapan nyeri terakhir timbul.
f. Hal yang perlu dikaji lainnya adalah karakteristik nyeri (PQRST)
P (provokatif) : factor yang mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri serta
hal yang meringankan nyeri.
Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau tersayat)
R (region) : daerah perjalanan nyeri
S (Skala nyeri) : keparahan/ intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan/ frekuensi nyeri.
I. Diagnose Keperawatan
1. Diagnose : nyeri akut
Batasan karakteristik :
a. Mengkomunikasikan descriptor nyer (misalnya rasa tidak aman
nyaman, mual, kram otot)
b. Menyeringai
c. Rentang perhatian terbatas
d. Pucat
e. Menarik diri
Factor yang berhubungan :
a. Biologis
b. Kimia
c. Fisik
d. Psikologis
2. Diagnose : nyeri kronis
Batasan karakteristik :
Subyektif
a. Depresi
b. Keletihan
c. Takut kembali cidera
Obyektif
a. Perubahan kemampuan untuk meneruskan aktivitas sebelumnya
b. Anoreksia
c. Perubahan pola tidur
d. Wajah topeng
e. Perilaku melindungi
f. Iritabilitas
g. Perilaku protektif yang dapat diamati
h. Penurunan interaksi dengan orang lain
i. Gelisah
j. Berfokus pada diri sendiri
k. Respon yang dimediasi oleh saraf simpatis (suhu, dingin, perubahan
posisi tubuh)
l. Perubahan berat badan
Factor yang berhubungan
a. Kanker metastasis
b. Cedera
c. Neurologi
d. Arthritis
J. Intervensi
a. Diagnose: nyeri akut
NOC:
1. Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik
dan psikologis
2. Pengendalian nyeri : tindakan individu untuk mengendalikan nyeri
3. Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan
NIC:
1. Pemberian analgesic : menggunakan agens-agens farmakologi untuk
mengurangi atau menghilangkan nyeri
2. Manajemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat atau resep atau obat
bebas secara aman dan efektif
3. Manajemen nyeri : meringankan atau mengurangi rasa nyeri sampai pada
tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien
NIC:
1. Pemberian analgesic : penggunan agen farmakologis untuk meredakan
atau menghilangkan nyeri
2. Mobilitas perilaku : meningkatkan perubahan perilaku
3. Restrukturisasi kognitif : mendorong pasien untuk mengubah distrorsi
pola pikir dan memandang diri sendiri serta dunia secara lebih realistis
4. Peningkatan koping : membantu pasien untuk beradaptasi dengan presepsi
stressor, perubahan, atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan
peran hidup.
5. Manajemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat
bebas secara aman dan efektif
6. Manajemen alam perasaan : memberikan keamanan, stabilisasi,
pemulihan, dan pemeliharaan pada pasien yang mengalami disfungsi alam
perasaan baik depresi maupun peningkatan alam perasaan
7. Manajemen nyeri : menghilangkan nyeri atau menurunkan nyeri ketingkat
yang lebih nyaman yang dapat ditoleransi oleh pasien
8. Kontrak pasien : menegoisasi persetujuan dengan individu yang
menekankan perubahan perilaku bersama
9. Bantuan analgesia yang dikendalikan oleh pasien : memfasilitasi
pengendalian pemberian dan pengaturan analgesic oleh pasien
10. Fasilitasi tanggung jawab diri : mendorong pasien untuk lebih
bertanggung jawab terhadap perilakunya sendiri.
A. PENGKAJIAN
I.BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien : Ny. I
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Saradan, Baturetno
Umur : 54 Tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 30 Tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Saradan, Baturetno
Hubungan Dengan Klien : Anak
4. Riwayat KesehatanKeluarga
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit seperti DM, jantung, Asma, TBC, dll dan tidak ada
juga yang menderita sakit seperti pasien saat ini
GENOGRAM
Ny. I
Keterangan :
: pasien Ny. I
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
10. Komunikasi
Hubungan klien dengan keluarga dan sekitarnya : cukup baik
Cara klien menyatakan emosi, kebutuhan, dan pendapat :
Selalu terbuka
11. Aspek spiritual dan dukungan sosial :
Kepercayaan klien dan aspek ibadah :
Klien beragama Islam, tapi tidak menjalankan sholat tertib 5 waktu
Dukungan keluarga terhadap klien :
Keluarga member dukungan kepada klien agar cepat sembuh
IV.PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Cukup
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan Darah : 119/77 mmHg
2) Nadi
- Frekuensi : 92 X/mt
- Irama : teratur
- Kekuatan : kuat
3) Pernafasan
- Frekuensi : 20 X/mt
- Irama : teratur
4) Suhu : 37º
2. Pemeriksaan Head To Toe
a. Kepala
1) Bentuk dan ukuran kepala : mesocepal
2) Pertumbuhan rambut : rambut beruban, tampak agak
kotor, lepek dan berminyak
3) Kulit kepala : tidak ada luka, tidak ada
benjolan
b. Muka
1) Mata
- Kebersihan : cukup bersih
- Fungsi penglihatan : cukup baik
- Palpebra :
- Konjungtiva : an anemis
- Sklera : tidak ikterik
- Pupil : Isokor
- Diameter ki/ka : 2mm / 2mm
- Reflek terhadap cahaya : cukup baik
- Penggunaan alat bantu penglihatan : tidak ada
2) Hidung
- Fungsi penghidu : cukup baik
- Sekret : tidak ada
- Nyeri sinus : tidak ada
- Polip : tidak ada
- Napas cuping hidung : tidak ada
3) Mulut& gigi
- Kemampuan bicara `: baik
- Keadaan bibir : mukosa agak kering
- Selaput mukosa : tidak ada luka
- Warna lidah : pink keputihan
- Keadaan gigi : agak kotor, ada yang tanggal
- Bau nafas : berbau
- Dahak : tidak ada
4) Telinga
- Fungsi pendengaran : cukup baik
- Bentuk : simetris
- Kebersihan : agak kotor
- Serumen : tidak ada
- Nyeri telinga : tidak ada
5) Leher
- Bentuk : jenjang
- Pembesaran tyroid : tidak ada
- Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
- Nyeri waktu menelan : tidak ada
- JVP : 3 cm di atas sudut sternum
6) Dada (Thorax)
- Paru-paru
Inspeksi : Perkembangan dada kanan dan kiri simetris,
tidak ada luka/jejas
Palpasi : Hipersonor
Perkusi : Tidak ada krepitasi, tidak ada nyeri tekan dan
nyeri lepas
Auskultasi : Suara pekak tidak ada ronchi
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak, tidak ada jejas
Auskultasi : denyut jantung I dan II terdengar kuat
Perkusi : batas kiri pekak
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan dan
nyeri lepas
7) Abdomen
Inspeksi: terdapat luka operasi sepanjang 10 cm tertutup
kassa pada kuadran 4
8) Genetaliaaa
Bersih tidak terpasang DC
9) Rektum
Tidak ada massa atau benjolan
10) Akstremitas
Atas
Kanan Kiri
Kekuatan otot 5 5
Rentang gerak Bebas Bebas
Akral Hangat Hangat
Edema Tidak Tidak
CRT < 2’ < 2’
Keluhan Tidak ada Terpasang infus
Bawah
Kanan Kiri
Kekuatan otot 4 4
Rentang gerak Bebas Bebas
Akral Hangat hangat
Edema Tidak Tidak
CRT < 2’ < 2’
Keluhan Tidak ada Tidak ada
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hari/Tanggal Jenis Nilai Keterangan
Satuan Hasil
/Jam Pemeriksaan Normal hasil
Kamis 02 -11- Hb 12 – 18 g/dl 11,6
2017 Al 4,1 – 10,9 k/ul 16,9
15:00 Ct 9 – 15 menit 1’00”
Bt 1–3 menit 11’00”
Gds < 170 mg/dl 92
Ureum 10 – 50 mg/dl 26
Creatinin 0,6 – 1,1 mg/dl 1,33
USG Gambaran
appendicitis
akut
ANALISA DATA
Nama : N. I No. CM : 60 XX XX
Hari/Tanggal/
No Data Fokus Problem Etilogi Ttd
Jam
1 Sabtu, 04 – 11 DS : Klien Nyeri akut Agent injuri
– 2017 mengatakan fisik bekas
16 :00 nyeri pada luka sayatan
post operasi operasi
DO : pasien
melaporkan
nyeri pada luka
operasi,pasien
merintih
menahan nyeri,
ekspresi
tampak
menahan nyeri,
pasien tidak
bisa tidur
P : nyeri akibat
luka sayatan
operasi
Q: nyeri seperti
teriris
R: perut
kuadran 4
S: skala nyeri 7
T: nyeri setiap
30 menit
1. Nyeri akut ( 00132 )b.d agent injuri fisik luka sayatan operasi
2. Resiko infeksi ( 00004 )b.d kerusakan jaringan sebagai efek sekunder dari
prosedur pembedahan
RENCANA KEPERAWATAN
Hari/
No Dx Implementasi Respon Ttd
Tgl
Sabtu 04 DX I a. mengkaji secara S : pasien
– 11 – ( 00132) komprehensif tentang nyeri mengatakan
2017 (lokasi karateristik, durasi, nyeri diluka
16:00 / frekuensi, kualitas) op, nyeri
16:30 seperti
disayat –
sayat, nyeri
timbul setiap
30 menit,
skala nyeri 7
O: pasien
kooperatif
b. mengobservasi isyarat non S : pasien
verbal dari ketidak mengatakan
nyamanan. tidak bisa
tidur karena
nyeri
O : skala nyeri 7
\ pasien
tampak
menahan
sakit
S : pasien
b. memonitor kerentanan mengatakan
terhadap penyakit menular luka
O: pasien
kooperatif
S : pasien
c. menginspeksi kondisi luka mengatak
atau insisi bedah luka op
belum kering
O : pasien
kooperatif
S: pasien dan
d. mengajarkan pasien dan keluarga
keluarga tanda dan gejala mengatakan
infeksi mengerti
tanda dan
gejala infeksi
O: pasien dan
keluarga
kooperatif
S:pasien dan
e. mengajarkan cara keluarga
menghindari infeksi mengatakan
mengerti
cara
menghindari
infeksi
O: pasien dan
keluarga
kooperatif
CATATAN KEPERAWATAN
P : intervensi dilanjutkan
a. Kaji secara komprehensif tentang
nyeri (lokasi karateristik, durasi,
frekuensi, kualitas)
b. observasi isyarat non verbal dari
ketidak nyamanan.
c. kaji pengalaman individu terhadap
nyeri.
d. berikan analgesik sesuai anjuran.
P : intervensi dilanjutkan
a. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
b. Monitor kerentanan terhadap
penyakit menular
c. Inspeksi kondisi luka atau insisi
bedah
1 Senin 06 – 11 S : Pasien mengatakan nyeri post op
-2017 O:
11:00 P : nyeri akibat luka operasi
Q: nyeri seperti teriris
R: perut pada luka operasi kuadran 4
S: skala nyeri 2
T: nyeri tidak dirasa timbul
A : Nyeri belum teratasi
P : intervensi dihentikan
pasien di ijinkan pulang
2 Senin 06 – 11 S : Pasien mengatakan ada luka operasi di
-2017 perut
11:00 O : Terdapat luka operasi pada perut
kuadran 4 sepanjang 10 cm ,tidak ada tanda
– tanda infeksi ( rubor, dolor, color)
A : resiko infeksi teratasi
P : intervensi dihentikan
pasien di ijinkan pulang
BAB IV. PEMBAHASAN
Keterangan:
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan (pasien dapat berkomunikasi dengan baik).
4-6 : Nyeri sedang (pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik).
7-9 : Nyeri berat terkontrol (pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih respons terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan teknik relaksasi dan distraksi).
10 : Nyeri berat tidak terkontrol (Pasien tidak mampu lagi
berkomunikasi,
Nyeri yang dialami oleh Ny. I diatas adalah nyeri acut karena terjadi kurang
dari 6 bulan dan nyeri timbul setelah dilakukan tindakan pembedahan appendictomy.
Skala nyeri yang dirasakan oleh Ny. I adalah 7 karena operasi yang dilakukan hari ke
0 post operasi
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam
menangani masalah – masalah klien sehingga dapat menentukan tindakan
keperawatan yang tepat ( muttaqin, 2006 ). Dalam kasus diatas dari hasil
pengkajian masalah yang timbul adalah nyeri acut akibat proses pembedahan
appendictomy.
Hal yang perlu dikaji lainnya adalah karakteristik nyeri (PQRST)
P (provokatif) : factor yang mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri serta
hal yang meringankan nyeri.
Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau tersayat)
R (region) : daerah perjalanan nyeri
S (Skala nyeri) : keparahan/ intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan/ frekuensi nyeri.
Dalam hal ini karateristik nyeri yang dialami pada Ny. I adalah
P ( provokatif) : nyeri terjadi akibat adanya luka sayatan post operasi
Q ( Quality ) : nyeri yang dirasakan seperti disayat – sayat
R ( region ) : nyeri dirasakan pada luka operasi di perut kuadran 4
S ( Scale ) : skala nyeri 7
T (time ) : nyeri timbul setiap 30 menit
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon
aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat
mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya ( potter, 2008). Dalam
hal ini diagnosa keperawatan yang munsul dalam kasus keperawatan pada Ny.
I adalah nyeri acut berhubungan dengan agen cidera fisik akibat proses
pembedahan appendictomi.
3. Rencana keperawatan
Intervensi adalahrencana keperawatan yang akan direncanakan kepada
klien sesuai dengan diagnosayang ditegakkan sehiingga kebutuhan klien dapat
terpenuhi ( Judith M. Wilkinson, 2008). Dalam teori intervensi dituliskan
sesuai dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan Nursing Intervension
Clasification ( NIC ) dan Nursing Outcome Clasification ( NOC ).
Dalam hal ini rencana keperawatan yang diberikan kepada Ny. I
dengan kasus diatas adalah NIC manajemen nyeri . dalam hal ini rencana yang
dilakukan adalah 3x24 jam dikarenakan nyeri yang dialami tidak dapat diatasi
pada waktu yang singkat.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi yang merupakan dari proses keperawatan adalah kategori
dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tindakan dan hasil yang diperkirakan dari hasil keperawatan dilakukan dan
diselesaikan ( Potter & Perry, 2008 )
Dalam hal ini imlementasi yang dilakuan sesuai dengan rencana
keperawatan yang sudah direncakan.. implementasi di lakukan selama 3 x24
jam. Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi nyeri yang dialami Ny. I
adalah mengkaji secara komprehensif tentang nyeri (lokasi karateristik,
durasi, frekuensi, kualitas), mengobservasi isyarat non verbal dari ketidak
nyamanan, mengkaji pengalaman individu terhadap nyeri, mengajarkan
penggunaan teknik non farmakologi (ex. Relaksasi, terapi musik, masase, dan
lain-lain), memberikan analgesik sesuai anjuran dokter.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan ( Potter,
2008 )
Hasil evaluasi yang dilakukan terhadap Ny. I setelah dilakukan
intervensi keperawatan 3x24 jam adalah adanya penurunan skala nyeri namun
belum dapat teratasi sepenuhnya maka akan dilakukan intervensi lanjutan.
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kasus diatas dapat disimpulkan dalam kasus Ny.I nyeri yang
timbul akibat adanya proses pembedahan appendictomy. Skala nyeri 7 dan
implementasi yang dilakukan 3 x 24 jam yang telah dilakukan mengurangi
skala nyeri secara intensive namun belum menghilangkan nyeri secara
keseluruhan. Implementasi yang dilakuan oleh perawat dapat mengurangi
nyeri pada Ny. I dan dengan pemberian analgetik yang di kolaborasikan oleh
dokter dapat mengurangi intensitas nyeri pasien secara baik.
B. Saran
a. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Diharapkan dapat meningkatkan pelayan yang lebih baik kepada
pasien sesuai dengan Standar Operasional Prosedur ( SOP ) di
rumah sakit
b. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan menyadari pentingnya penerapan
asuhan keperawatan yang konsisten dan sesuai dengan teori dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai prosedur
c. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan agar dapat meningkatkan mutu pendidikan yang
berkualitas dan profesionl serta sesuai dengan kemajuan ilmu
keperawatan yang terbaru, guna terciptanya perawat yang
profesional .
DAFTAR PUSTAKA