Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIK KDP

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI


PADA Ny. I UMUR 54 TAHUN DENGAN POST OP
APPENDICTOMY
DI BANGSAL MAWAR RSUD dr. SOEDIRAN. MS WONOGIRI

Dosen Pembimbing :

Disusun Oleh :
1. Anang Prasetyo ( SN 171013 )
2. Darmono ( SN 171045 )
3. Endang Sulistyoningrum ( SN 171061 )
4. Eny Lilies Nur Indriyawati( SN 171063 )
5. Hartono ( SN 171079 )
6. Nanik Sri Harini ( SN 171124 )
7. Prihatin Eka Rachmawati ( SN 171141 )
8. Sismiyatin ( SN 171159 )
9. Supatmi ( SN 171184 )
10.Wisnu Wijaya ( SN 171218 )
11. Wowok Supadmono ( SN 171220 )

PROGRAM STUDI NERS


KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2017 / 2018
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyeri (Pain)adalah kondisi perasaan yang tidak menyenagkan.
Sifatnya sangat subjektif karna perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
baik dalam hal skala ataupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan dan mengefakuasi rasa nyeri yang dialaminya
(Hidayat, 2008).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang danekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
(Tamsuri, 2007). Menurut InternationalAssociation for Study of Pain (IASP),
nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang
didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan tindakan perawatan nyeri terhadap pasien
dengan post operasi appendictomy secara komprehensif di RSUD dr.
Soediran. MS Wonogiri
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dan pengumpulan data
subyektif dan obyektif pada pasien post operasi appendictomy
b. Mahasiswa mampu menganalisa tindakan perawatan nyeri pada pasien
post operasi appendictomy
c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan perawatan nyeri.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan perawatan nyeri.
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan perawatan nyeri

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


LAPORAN PENDAHULUAN
NYERI ACUT DAN NYERI KRONIS

A. Definisi
a. Pengertian nyeri
Nyeri (Pain)adalah kondisi perasaan yang tidak menyenagkan.
Sifatnya sangat subjektif karna perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
baik dalam hal skala ataupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan dan mengefakuasi rasa nyeri yang dialaminya
(Hidayat, 2008).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
(Tamsuri, 2007). Menurut International Association for Study of Pain (IASP),
nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang
didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan
adanya kerusakan. Serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan
sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan
dengan durasi kurang dari 6 bulan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional);
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat hingga
akhir yang dapat diantisipasi atau di prediksi. (NANDA, 2015). Nyeri kronis
serangan yang tiba-tiba atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung > 3 bulan
(NANDA, 2012).

b. Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut
dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan
cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan di tandai adanya
peningkatan tegangan otot (Mubarak dan Chayatin, 2008).
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,
biasanya berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk dalam
kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri
psikosomatis (Mubarak dan Chayatin, 2008).

Keterangan:
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan (pasien dapat berkomunikasi dengan baik).
4-6 : Nyeri sedang (pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik).
7-9 : Nyeri berat terkontrol (pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih respons terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan teknik relaksasi dan distraksi).
10 : Nyeri berat tidak terkontrol (Pasien tidak mampu lagi berkomunikasi,
memukul).
B. Etiologi nyeri
1. Faktor resiko
a. Nyeri akut
1) Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
2) Menunjukkan kerusakan
3) Posisi untuk mengurangi nyeri
4) Muka dengan ekspresi nyeri
5) Gangguan tidur
6) Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi)
7) Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
b. Nyeri kronis
1) Perubahan berat badan
2) Melaporkan secara verbal dan non verbal
3) Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri
4) Kelelahan
5) Perubahan pola tidur
6) Takut cedera
7) Interaksi dengan orang lain menurun
2. Factor predisposisi (Potter dan Perry, 2006).

a. Trauma
b. Peradangan
c. Trauma psikologis
3. Factor presipitasi (Potter dan Perry, 2006).

a. Lingkungan
b. Suhu ekstrim
c. Kegiatan
d. Emosi

C. Manifestasi klinik
a. Tanda dan gejala nyeri
1. Gangguam tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan meng hindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Pernafasan meningkat
8. Depresi

b. Factor-faktor yang mempengaruhi nyeri


Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa hal, di
antaranya adalah:
1. Arti Nyeri. Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan
hampir sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti
membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini di pengaruhi
lingkungan dan pengalaman.
2. Persepsi Nyeri. Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat
subjektif dari seseorang yang merasakan nyeri. Dikarenakan perawat
tidak mampu merasakan nyeri yang dialami oleh pasien.
3. Toleransi Nyeri. Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri
yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri.
Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara
lain alcohol, obat-obatan, hipnotis, gerakan atau garakan, pengalihan
perhatian, kepercayaan yang kuat dan sebagainya. Sedangkan faktor
yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan,
cemas, nyeri yang kunjung tidak hilang, sakit, dan lain-lain.
4. Reaksi terhadap Nyeri. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon
seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis,
dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respon nyeri yang dapat di
pengaruhi oleh beberapa faktor, seperi arti nyeri, tingkat perspepsi nyeri,
pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan
mental, rasa takut, cemas, usia, dan lain-lain.

D. Patofisiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat
kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat
tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan
tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan
di korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain
dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap
reseptor mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga
menyebabkan atau mengalami nyeri (Wahit Chayatin, N.Mubarak, 2007).
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen
b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
c. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
d. Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah
di otak
F. Komplikasi
a. Edema Pulmonal
b. Kejang
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensi
e. Hipertermi
f. Gangguan pola istirahat dan tidur
G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
3) Distraksi (mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri
ringan sampai sedang)
4) Kompres hangat
5) Mengajarkan teknik relaksasi
b. Penatalaksanaan medis
1) Pemberian analgesic
Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang
berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri.
2) Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik
seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini dapat
menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien.

H. Fokus Pengkajian
a. Perilaku non verbal
Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati antara lain ekspresi
wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah, dll.
b. Kualitas
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dan nyeri. Anjurkan
pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui.
c. Factor presipitasi
Beberapa factor presipitasi yang meningkatkan nyeri antara lain lingkungan,
suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.
d. Intensitas
Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan, atau dapat
menggunakan skala dari 0-10.
e. Waktu dan lama
Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri mulai, berapa lama,
bagaimana timbulnya, juga interval tanpa nyeri, kapan nyeri terakhir timbul.
f. Hal yang perlu dikaji lainnya adalah karakteristik nyeri (PQRST)
P (provokatif) : factor yang mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri serta
hal yang meringankan nyeri.
Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau tersayat)
R (region) : daerah perjalanan nyeri
S (Skala nyeri) : keparahan/ intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan/ frekuensi nyeri.
I. Diagnose Keperawatan
1. Diagnose : nyeri akut
Batasan karakteristik :
a. Mengkomunikasikan descriptor nyer (misalnya rasa tidak aman
nyaman, mual, kram otot)
b. Menyeringai
c. Rentang perhatian terbatas
d. Pucat
e. Menarik diri
Factor yang berhubungan :
a. Biologis
b. Kimia
c. Fisik
d. Psikologis
2. Diagnose : nyeri kronis
Batasan karakteristik :
Subyektif
a. Depresi
b. Keletihan
c. Takut kembali cidera
Obyektif
a. Perubahan kemampuan untuk meneruskan aktivitas sebelumnya
b. Anoreksia
c. Perubahan pola tidur
d. Wajah topeng
e. Perilaku melindungi
f. Iritabilitas
g. Perilaku protektif yang dapat diamati
h. Penurunan interaksi dengan orang lain
i. Gelisah
j. Berfokus pada diri sendiri
k. Respon yang dimediasi oleh saraf simpatis (suhu, dingin, perubahan
posisi tubuh)
l. Perubahan berat badan
Factor yang berhubungan
a. Kanker metastasis
b. Cedera
c. Neurologi
d. Arthritis
J. Intervensi
a. Diagnose: nyeri akut
NOC:
1. Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik
dan psikologis
2. Pengendalian nyeri : tindakan individu untuk mengendalikan nyeri
3. Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan

NIC:
1. Pemberian analgesic : menggunakan agens-agens farmakologi untuk
mengurangi atau menghilangkan nyeri
2. Manajemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat atau resep atau obat
bebas secara aman dan efektif
3. Manajemen nyeri : meringankan atau mengurangi rasa nyeri sampai pada
tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien

b. Diagnose: nyeri kronis


NOC:
1. Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik
dan psikologis
2. Tingkat depresi : keparahan alam perasaan melankolis dan kehilangan
minat dengan peristiwa hidup
3. Pengendalian diri terhadap depresi : tindakan individu untuk
meminimalkan melankolia dan mempertahankan minat dengan peristiwa
hidup
4. Nyeri : respon seimbang psikologis, keparahan respon seimbang kognitif
dan emosi yang dapat diamati atau dilaporkan terhadap nyeri fisik
5. Pengendalian nyeri : tindakan pribadi untuk mengendalikan nyeri
6. Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang tampak atau dilaporkan.

NIC:
1. Pemberian analgesic : penggunan agen farmakologis untuk meredakan
atau menghilangkan nyeri
2. Mobilitas perilaku : meningkatkan perubahan perilaku
3. Restrukturisasi kognitif : mendorong pasien untuk mengubah distrorsi
pola pikir dan memandang diri sendiri serta dunia secara lebih realistis
4. Peningkatan koping : membantu pasien untuk beradaptasi dengan presepsi
stressor, perubahan, atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan
peran hidup.
5. Manajemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat
bebas secara aman dan efektif
6. Manajemen alam perasaan : memberikan keamanan, stabilisasi,
pemulihan, dan pemeliharaan pada pasien yang mengalami disfungsi alam
perasaan baik depresi maupun peningkatan alam perasaan
7. Manajemen nyeri : menghilangkan nyeri atau menurunkan nyeri ketingkat
yang lebih nyaman yang dapat ditoleransi oleh pasien
8. Kontrak pasien : menegoisasi persetujuan dengan individu yang
menekankan perubahan perilaku bersama
9. Bantuan analgesia yang dikendalikan oleh pasien : memfasilitasi
pengendalian pemberian dan pengaturan analgesic oleh pasien
10. Fasilitasi tanggung jawab diri : mendorong pasien untuk lebih
bertanggung jawab terhadap perilakunya sendiri.

BAB III. STUDY KASUS


ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
PADA Ny. I UMUR 54TAHUN
DENGAN POST OPERASI APPENDICTOMYb
DI BANGSAL MAWAR RSUD. Dr SOEDIRAN, MS WONOGIRI

Tgl/Jam MRS : 02 Novem ber 2017 Jam 14.30 WIB


Tanggal/Jam Pengkajian : 03 November 2017 Jam 15.00 WIB
Metode Pengkajian : Auto anamnesa,Allo anamnesa, Berkas RM
Diagnosa Medis : Post op Appendictomy
No. Regiatrasi : 60 XX XX

A. PENGKAJIAN
I.BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien : Ny. I
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Saradan, Baturetno
Umur : 54 Tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 30 Tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Saradan, Baturetno
Hubungan Dengan Klien : Anak

II. RIWAYAT KESEHATAN


1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi, nyeri hilang –
timbul, skala nyeri 6, nyeri seperti di iris - iris

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien dengan Appendicitis post op appendictomy dengan luka
operasi di perut memanjang sepanjang 10 cm tertutup kassa

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan sering mengalami sakit perut kumat – kumatan
sudah sejak 3 bulan yang lalu

4. Riwayat KesehatanKeluarga
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit seperti DM, jantung, Asma, TBC, dll dan tidak ada
juga yang menderita sakit seperti pasien saat ini
GENOGRAM

Ny. I

Keterangan :

: pasien Ny. I

: Laki-laki
: Perempuan

------------ : Tinggal dalam satu rumah

: Garis perkawinan

: Garis keturunan

Pasien adalah Ny. I seorang perempuan berusia 56 th merupakan


seorang ibu dari 4 orang anaknya, pasien tinggal satu rumah dengan
istri dan dua orang anak dan ke dua anak yang lainya merantau

III. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR HENDERSON


1. Oksigenasi
Sesak napas : Tidak
Batuk : Tidak
Sputum : Tidak
Nyeri dada : Tidak
Riwayat penyakit : Asma Tidak
TB Tidak
Batuk darah Tidak
Chest Surgery/trauma dada Tidak
Paparan dengan penderita TB Tidak
Riwayat merokok Tidak
2. Nutrisi
Frekuensi makan : 3X / hari
BB/TB :
BB dalam 1 bl terakhir : tetap
Jenis makanan : Nasi
Makanan yang disukai : semua mau
Makanan yang dipantang : tidak ada
Alergi : tidak ada
Nafsu makan : Cukup
Masalah pencernaan : tidak ada
Riwayat operasi ?trauma GI : tidak ada
Diit RS : bubur, habis ¾ porsi
Kebutuhan pemenuhan ADL makan : dengan bantuan
3. Cairan , elektrolit dan asam basa
Frekuensi minum : semau pasien,
konsumsi air/hari : 1,5 lt/hari
Turgor kulit :keriput
Support IV line : Ya
Dosis : 20 TPM
4. Eliminasi Bowel
Frekuensi : 1X/ 2 hari,penggunaan pencahar : tidak
Waktu : tidak tentu
Warna :kekuningan, tidak ada darah,
konsistensi lembek
Gangguan eliminasi bowel : tidak ada
Kebutuhan pemenuhan ADL Bowel : dengan bantuan
5. Eliminasi Bladder
Frekuensi : 2-3 X sehari,
penggunaan pencahar : tidak ada
Warna :kuning,jernih
Gangguan eliminasi bowel : Tidak ada
Riwayat dahulu : pasien mengatakan tidakpernah menderita
penyakit ginjal, batu ginjal,injury/trauma
Penggunaan Kateter : Tidak
Kebutuhan pemenuhan ADL bladder: dengan bantuan

6. Aktivitas dan latihan


Pekerjaan : Pasien seorang ibu rumah tangga
Olah raga rutin :-
Alat Bantu : tidak ada
Terapi : tidak ada
Kemampuan melakukan ROM : keluarga pasien mengatakan
pasien masih merasa lemas karena baru selesai operasi
Indeks Katz :
NO FUNGSI MANDIRI DIBANTU
1 Mandiri √
2 Berpakaian √
3 Ke toilet √
4 Berpindah √
5 Kontinen BAK/BAB √
6 Makan √

Indeks Katz : semua aktivitas dibantu oleh keluarga

7. Tidur dan istirahat


Lama tidur : ± 5-7 jam, tidur siang ya, kadang-kadang
Kesulitan tidur di RS : kadang-kadang
Kesulitan Tidur : mudah/sering terbangun

8. Kenyamanan dan nyeri


Nyeri : pasien mengatakan nyeri, skala nyeri 7
Paliatif/provokatif : nyeri timbul karena ada bekas sayatan operasi
Quality :nyeri seperti diiris-iris
Region : nyeri terjadi di daerah perut kuadran 4 pada
luka bekas operasi
Severity : skala nyeri 7
Time : nyeri setiap 30 menit
Ambulasi di tempat tidur : dengan bantuan
9. Sensori, persepsi dan kognitif
Gangguan penglihatan : tidak
Gangguan pendengaran : tidak
Gangguan penciuman : tidak
Gangguan sensasi taktil : tidak
Gangguan pengecapan : tidak
Riwayat penyakit :tidak ada
Persepsi klien terhadap penyakitnya :
Klien dan keluarga klien berharap penyakitnya segera sembuh
Respon klien mencari solusi untuk masalah kesehatannya :
Setiap merasakan sakit, klien berobat ke petugas kesehatan (dokter,
perawat)

10. Komunikasi
Hubungan klien dengan keluarga dan sekitarnya : cukup baik
Cara klien menyatakan emosi, kebutuhan, dan pendapat :
Selalu terbuka
11. Aspek spiritual dan dukungan sosial :
Kepercayaan klien dan aspek ibadah :
Klien beragama Islam, tapi tidak menjalankan sholat tertib 5 waktu
Dukungan keluarga terhadap klien :
Keluarga member dukungan kepada klien agar cepat sembuh

12. Kebutuhan rekreasi


Klien mengatakan hiburan klien saat di rumah sakit saat para kerabat
kalau datang, dan keluarga yang menunggui klien.

IV.PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Cukup
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan Darah : 119/77 mmHg
2) Nadi
- Frekuensi : 92 X/mt
- Irama : teratur
- Kekuatan : kuat
3) Pernafasan
- Frekuensi : 20 X/mt
- Irama : teratur
4) Suhu : 37º
2. Pemeriksaan Head To Toe
a. Kepala
1) Bentuk dan ukuran kepala : mesocepal
2) Pertumbuhan rambut : rambut beruban, tampak agak
kotor, lepek dan berminyak
3) Kulit kepala : tidak ada luka, tidak ada
benjolan
b. Muka
1) Mata
- Kebersihan : cukup bersih
- Fungsi penglihatan : cukup baik
- Palpebra :
- Konjungtiva : an anemis
- Sklera : tidak ikterik
- Pupil : Isokor
- Diameter ki/ka : 2mm / 2mm
- Reflek terhadap cahaya : cukup baik
- Penggunaan alat bantu penglihatan : tidak ada
2) Hidung
- Fungsi penghidu : cukup baik
- Sekret : tidak ada
- Nyeri sinus : tidak ada
- Polip : tidak ada
- Napas cuping hidung : tidak ada
3) Mulut& gigi
- Kemampuan bicara `: baik
- Keadaan bibir : mukosa agak kering
- Selaput mukosa : tidak ada luka
- Warna lidah : pink keputihan
- Keadaan gigi : agak kotor, ada yang tanggal
- Bau nafas : berbau
- Dahak : tidak ada
4) Telinga
- Fungsi pendengaran : cukup baik
- Bentuk : simetris
- Kebersihan : agak kotor
- Serumen : tidak ada
- Nyeri telinga : tidak ada
5) Leher
- Bentuk : jenjang
- Pembesaran tyroid : tidak ada
- Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
- Nyeri waktu menelan : tidak ada
- JVP : 3 cm di atas sudut sternum
6) Dada (Thorax)
- Paru-paru
Inspeksi : Perkembangan dada kanan dan kiri simetris,
tidak ada luka/jejas
Palpasi : Hipersonor
Perkusi : Tidak ada krepitasi, tidak ada nyeri tekan dan
nyeri lepas
Auskultasi : Suara pekak tidak ada ronchi
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak, tidak ada jejas
Auskultasi : denyut jantung I dan II terdengar kuat
Perkusi : batas kiri pekak
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan dan
nyeri lepas
7) Abdomen
Inspeksi: terdapat luka operasi sepanjang 10 cm tertutup
kassa pada kuadran 4

Palpasi : Nyeri tekan kuadran 4

Perkusi : normal timpani

Auskultasi: bising usus normal 16x/ menit

8) Genetaliaaa
Bersih tidak terpasang DC
9) Rektum
Tidak ada massa atau benjolan
10) Akstremitas
Atas
Kanan Kiri
Kekuatan otot 5 5
Rentang gerak Bebas Bebas
Akral Hangat Hangat
Edema Tidak Tidak
CRT < 2’ < 2’
Keluhan Tidak ada Terpasang infus

Keterangan kekuatan otot :


0 ( tidak ada ) : tidak ada kontraktifitas
1 ( sedikit) : ada sedikit kontraktifitas tanpa adanya gerakan sendi
2 ( buruk) : rentang gerak komplit dengan batasan gravitasi
3 ( sedang ) : rentang gerak komplit terhadap gravitasi
4 ( baik ) : rentang gerak komplit terhadap gravitasi dengan beberapa
resistensi
5 (normal ) : rentang gerak komplit terhadapgravitasi dengan beberapa
resistensi penuh

Bawah
Kanan Kiri
Kekuatan otot 4 4
Rentang gerak Bebas Bebas
Akral Hangat hangat
Edema Tidak Tidak
CRT < 2’ < 2’
Keluhan Tidak ada Tidak ada

Keterangan kekuatan otot :

0 ( tidak ada ) : tidak ada kontraktifitas


1 ( sedikit) : ada sedikit kontraktifitas tanpa adanya gerakan sendi
2 ( buruk) : rentang gerak komplit dengan batasan gravitasi
3 ( sedang ) : rentang gerak komplit terhadap gravitasi
4 ( baik ) : rentang gerak komplit terhadap gravitasi dengan beberapa
resistensi
5 (normal ) : rentang gerak komplit terhadapgravitasi dengan beberapa
resistensi penuh
11) Integumen : warna kulit sawo matang, kulit kering

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hari/Tanggal Jenis Nilai Keterangan
Satuan Hasil
/Jam Pemeriksaan Normal hasil
Kamis 02 -11- Hb 12 – 18 g/dl 11,6
2017 Al 4,1 – 10,9 k/ul 16,9
15:00 Ct 9 – 15 menit 1’00”
Bt 1–3 menit 11’00”
Gds < 170 mg/dl 92
Ureum 10 – 50 mg/dl 26
Creatinin 0,6 – 1,1 mg/dl 1,33

USG Gambaran
appendicitis
akut

EKG Sinus ritem

II. TERAPI MEDIS


Hari/Tangga Golongan & Fungsi &
Jenis Terapi Dosis
/Jam kandungan Farmakologi
Jum’at 03- Ringer 500 ml Komposisi : (m fungsi :
mol/100 ml : Na
11- 2017 lactate Kandungan
= 130, K = 4-
11:00 5, Ca = 2-3, Cl = kaliumnya
109-110, Basa =
bermanfaat
28-30 mEq /L)
untuk konduksi
saraf dan otak,
mengganti
cairan hilang
karena
dehidrasi, syok
hipovolemik dan
kandungan
natriumnya
menentukan
tekanan osmotik
pada pasien
Golongan :
Ceftriaxone 1 gram
sefalosforin
Fungsi : infeksi –
Kandungan :
infeksi berat dan
tiap vial
yang disebabkan
mengandung
oleh bakteri
ceftriaxone
gram positif
sodium setara
maupun gram
ceftriaxone 1 g
negatif yang
resisten atau
kebal terhadap
antibiotik lain
Farmakologi :
ceftriaxone
mempunyai
spektrum luas
dan waktu
paruh eliminasi
8 jam.
Ceftriaxone
efektif terhadap
mikroorganisme
gram positif dan
gram negatif.
Juga sangat
stabil terhadap
enzim beta
laktamase yang
dihasilkan oleh
bakteri.
Ranitidine 50 mg Golongan : Fungsi :
histamin pengobatan
antagonis jangke pendek
Kandungan : tukak usus 12
tiap ml jari aktif, tukak
mengandung lambung aktif,
ranitidin hcl mengurangi
setara ranitidine gejala refluks
25 mg esofagitis
Farmakologi :
suatu histamin
antagonis
reseptor H2 yang
menghambat
kerja histamin
secara
kompetitif pada
reseptor H2 dan
mengurangi
sekresi asam
lambung.
Fungsi :
Norages 1 gram Golongan : mengatasi nyeri
analgetik berat akut dan
Kandungan : kronis.
metamizole Farmakologi :
zodium Suatu senyawa
yang memiliki
efek analgesik
.pengaruhnya
terhadap
susunan syaraf
pusat sentral
dan perifer.
Secara sentral
diduga bekerja
pada
hipotalamusdan
secara perifer
menghambat
pembentukan
prostalgladin di
tempat
inflamasi,
mencegah
sesilitas reseptor
rasa sakit
terhadap
rangsang
mekanik atau
kimiawi.
Fungsi :
Asam tranex 500 mg Golongan : anti fibrinolisis lokal,
fibrinolitik edema
Kandungan : angioneurotik
tranexamid acid herediter,
perdarahan
abnormal setelah
operasi.
Farmakologi :
aktivitas
antiplasmatik
menghambat
aktivitas dari
aktivator
plasminogen dan
plasmin.
Aktivitas
hemostatis
mencegah
degradasi fibrin,
pemecahan
trombosit,
peningkatan
kerapuhan
vaskular dan
pemecahan
faktor koagulasi.

ANALISA DATA

Nama : N. I No. CM : 60 XX XX

Umur : 54th Diagnosa Media : Appendicitis

Hari/Tanggal/
No Data Fokus Problem Etilogi Ttd
Jam
1 Sabtu, 04 – 11 DS : Klien Nyeri akut Agent injuri
– 2017 mengatakan fisik bekas
16 :00 nyeri pada luka sayatan
post operasi operasi
DO : pasien
melaporkan
nyeri pada luka
operasi,pasien
merintih
menahan nyeri,
ekspresi
tampak
menahan nyeri,
pasien tidak
bisa tidur
P : nyeri akibat
luka sayatan
operasi
Q: nyeri seperti
teriris
R: perut
kuadran 4
S: skala nyeri 7
T: nyeri setiap
30 menit

2 DS: Pasien Resiko infeksi kerusakan


mengatakan jaringan
ada luka sebagai efek
operasi di sekunder dari
perut prosedur
DO : terdapat pembedahan
luka post op
sepanjang 10
cm tertutup
kassa

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut ( 00132 )b.d agent injuri fisik luka sayatan operasi
2. Resiko infeksi ( 00004 )b.d kerusakan jaringan sebagai efek sekunder dari
prosedur pembedahan

RENCANA KEPERAWATAN

Nama : Ny.I No. CM : 60 XX XX

Umur : 54th Diagnosa Media : Appendicitis

Hari/ Tujuan dan Kriteria


No Dx Intervensi Ttd
Tgl Hasil
Sabtu DX I Tujuan : Setelah NIC: manajemen
04 – ( 00132 ) dilakukan tidakan nyeri ( 1400 )
11 – keperawatan Pain a. Kaji secara
2017 management selama komprehensif
proses keperawatan tentang nyeri
nyeri dapat (lokasi
berkurang/hilang karateristik,
KH : kontrol nyeri durasi, frekuensi,
( 1605 ) kualitas)
a. Mengenali faktor b. observasi
penyebab. isyarat non verbal
b. Menggunakan dari ketidak
metode pencegahan nyamanan.
non analgesik untuk c. kaji
mengurangi nyeri. pengalaman
c. Memberikan individu terhadap
analgesik sesuai nyeri.
terapi dokter. d. ajarkan
d. Melaporkan penggunaan
gejala pada tenaga teknik non
kesehatan. farmakologi (ex.
e. Mengenali gejala- Relaksasi, terapi
gejala nyeri. musik, masase,
f. Mencatat dan lain-lain).
pengalaman tentang e. berikan
nyeri sebelumnya. analgesik sesuai
anjuran.

DX II Tujuan : Setelah NIC: kontrol infeksi


( 00004 ) dilakukan tidakan ( 2101 )
keperawatan a. Monitor tanda
infection protection dan gejala infeksi
infeksi tidak terjadi sistemik dan lokal
Kriteria Hasil : b. Monitor
NOC : kontrol resiko kerentanan
proses infeksi (1924) terhadap penyakit
a. Klien bebas dari menular
tanda dan gejala c. Inspeksi
infeksi kondisi luka atau
b. Menunjukan insisi bedah
kemampuan untuk d. Ajarkan pasien
mencegah timbulnya dan keluarga
infeksi tanda dan gejala
c. Jumlah leukosit infeksi
dalam batas normal e. Ajarkan cara
d. Menunjukan menghindari
perilaku hidup sehat infeksi

TINDAKAN KEPERAWATAN / IMPLEMENTASI

Nama : Ny.I No. CM : 60 XX XX

Umur : 54th Diagnosa Media : Appendicitis

Hari/
No Dx Implementasi Respon Ttd
Tgl
Sabtu 04 DX I a. mengkaji secara S : pasien
– 11 – ( 00132) komprehensif tentang nyeri mengatakan
2017 (lokasi karateristik, durasi, nyeri diluka
16:00 / frekuensi, kualitas) op, nyeri
16:30 seperti
disayat –
sayat, nyeri
timbul setiap
30 menit,
skala nyeri 7
O: pasien
kooperatif
b. mengobservasi isyarat non S : pasien
verbal dari ketidak mengatakan
nyamanan. tidak bisa
tidur karena
nyeri
O : skala nyeri 7
\ pasien
tampak
menahan
sakit

c. mengkaji pengalaman S: pasien


individu terhadap nyeri mengatakan
tidak pernah
mengalami
nyeri seperti
ini
O: pasien
kooperatif
d. mengajarkan penggunaan S: pasien
teknik non farmakologi (ex. mengatakan
Relaksasi, terapi musik, mengerti
masase, dan lain-lain). cara
megatasi
nyeri secara
relaksasi
O: pasieen
e. memberikan analgesik kooperatif
sesuai anjuran dokter. S: pasien
mengatakan
nyeri
berkurang
setelah
disuntik
O: pasien
kooperatif
16:30 / DX II a. memonitor tanda dan S : Pasien ada
17:00 ( 00004 ) gejala infeksi sistemik dan luka operasi di
lokal perut
O : ada luka
operasi tertutup
perban, tidak
ada tanda –
tanda infeksi
rubor , color ,
b. memonitor kerentanan dolor
terhadap penyakit menular S : pasien
mengatakan luka
op basah
c. menginspeksi kondisi O: pasien
luka atau insisi bedah kooperatif
S : pasien
mengatak luka
d. mengajarkan pasien op belum kering
dan keluarga tanda dan O : pasien
gejala infeksi kooperatif
S: pasien dan
keluarga
mengatakan
mengerti tanda
dan gejala
infeksi
e. mengajarkan cara O: pasien dan
menghindari infeksi keluarga
kooperatif
S:pasien dan
keluarga
mengatakan
mengerti cara
menghindari
infeksi
O: pasien dan
keluarga
kooperatif
minggu DX I a. mengkaji secara S : pasien
05 – 11 ( 000132 ) komprehensif tentang nyeri mengatakan
– 2017 (lokasi karateristik, durasi, nyeri diluka
16:00 / frekuensi, kualitas) op, nyeri
16:30 seperti
disayat –
sayat, nyeri
timbul setiap
3 jam atau
lebih, skala
nyeri 4
O: pasien
kooperatif
b. mengobservasi isyarat non S : pasien
verbal dari ketidak mengatakan
nyamanan. tidak bisa
tidur karena
nyeri
O : skala nyeri 4
pasien
tampak
menahan
sakit

c. mengkaji pengalaman S: pasien


individu terhadap nyeri mengatakan
tidak pernah
mengalami
nyeri seperti
ini
O: pasien
kooperatif
d. mengajarkan penggunaan S: pasien
teknik non farmakologi (ex. mengatakan
Relaksasi, terapi musik, mengerti
masase, dan lain-lain). cara
megatasi
nyeri secara
relaksasi
O: pasieen
e. memberikan analgesik kooperatif
sesuai anjuran dokter. S: pasien
mengatakan
nyeri
berkurang
setelah
disuntik
O: pasien
kooperatif
16:30 / DX II a. memonitor tanda dan S : Pasien
17:00 ( 00004 ) gejala infeksi sistemik dan mengatakan
lokal ada luka
operasi
tertutup
perban
O :ada luka
operasi
tertutup
perban, tidak
ada tanda –
tanda infeksi
rubor ,
color , dolor

S : pasien
b. memonitor kerentanan mengatakan
terhadap penyakit menular luka
O: pasien
kooperatif
S : pasien
c. menginspeksi kondisi luka mengatak
atau insisi bedah luka op
belum kering
O : pasien
kooperatif
S: pasien dan
d. mengajarkan pasien dan keluarga
keluarga tanda dan gejala mengatakan
infeksi mengerti
tanda dan
gejala infeksi
O: pasien dan
keluarga
kooperatif
S:pasien dan
e. mengajarkan cara keluarga
menghindari infeksi mengatakan
mengerti
cara
menghindari
infeksi
O: pasien dan
keluarga
kooperatif

Senin,06 DX I a. mengkaji secara S : pasien


– 11 – ( 00132 ) komprehensif tentang nyeri mengatakan
2017 (lokasi karateristik, durasi, nyeri diluka
16:00 / frekuensi, kualitas) op, nyeri
16:30 seperti
disayat –
sayat, nyeri
timbul terus
menerus,
skala nyeri 2
O: pasien
kooperatif
b. mengobservasi isyarat non S : pasien
verbal dari ketidak mengatakan
nyamanan. nyeri
berkurang
O : skala nyeri 2
pasien
tampak rileks
tidak
kesakitan
c. mengkaji pengalaman S: pasien
individu terhadap nyeri mengatakan
nyeri sudah
tidak
dirasakan
O: pasien
kooperatif
d. mengajarkan penggunaan S: pasien
teknik non farmakologi (ex. mengatakan
Relaksasi, terapi musik, mengerti
masase, dan lain-lain). cara
megatasi
nyeri secara
relaksasi
e. memberikan analgesik O: pasieen
sesuai anjuran dokter. kooperatif
S: pasien
mengatakan
nyeri
berkurang
setelah
disuntik
O: pasien
kooperatif
16:30 / DX II a. memonitor tanda dan S : Pasien
17:00 ( 00004 ) gejala infeksi sistemik mengatkan
dan lokal ada luka
operasi di
perut
O :ada luka
operasi
tertutup
perban, tidak
ada tanda –
tanda infeksi
rubor ,
color , dolor
b. memonitor kerentanan S : pasien
terhadap penyakit menular mengatakan
luka op
basah
O: pasien
c. menginspeksi kondisi kooperatif
luka atau insisi bedah S : pasien
mengatak
luka op
belum kering
O : pasien
d. mengajarkan pasien dan kooperatif
keluarga tanda dan gejala S: pasien dan
infeksi keluarga
mengatakan
mengerti
tanda dan
gejala infeksi
O: pasien dan
keluarga
e. mengajarkan cara kooperatif
menghindari infeksi S:pasien dan
keluarga
mengatakan
mengerti
cara
menghindari
infeksi
O: pasien dan
keluarga
kooperatif

CATATAN KEPERAWATAN

Nama : Ny.I No. CM : 60 XX XX

Umur : 54th Diagnosa Media : Appendicitis

No Dx Hari/Tgl/ Evaluasi Ttd


Jam
1 Sabtu 04 – 11 S : Pasien mengatakan nyeri post op
-2017 O:
17:30 P:nyeri timbul akibat adanya luka
operasi
Q: nyeri seperti teriris
R: perut pada luka operasi
S: skala nyeri 5
T: nyeri setiap 30 menit
A : Nyeri belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri
(lokasi karateristik, durasi, frekuensi,
kualitas)
b. observasi isyarat non verbal dari
ketidak nyamanan.
c. kaji pengalaman individu terhadap
nyeri.
d. ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi (ex. Relaksasi, terapi
musik, masase, dan lain-lain).
e. berikan analgesik sesuai anjuran.

2 Sabtu 04– 11 S : Pasien mengatakan ada luka operasi di


– 2017 perut
18:00 O : Terdapat luka operasi sepanjang 10 cm
di perut kuadran 4, tidak ada tanda – tanda
infeksi ( rubor, color, dolor)
A : resiko infeksi belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
a. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
b. Monitor kerentanan terhadap
penyakit menular
c. Inspeksi kondisi luka atau insisi
bedah
d. Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
e. Ajarkan cara menghindari infeksi
1 Minggu 05 – S : Pasien mengatakan nyeri post op
11 -2017 O:
17:30 P : nyeri bila digunakan aktivitas
Q: nyeri seperti teriris
R: perut pada luka operasi
S: skala nyeri 4
T: nyeri bila digunakan aktivitas
A : Nyeri belum teratasi
ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi (ex. Relaksasi, terapi
musik, masase, dan lain-lain).

P : intervensi dilanjutkan
a. Kaji secara komprehensif tentang
nyeri (lokasi karateristik, durasi,
frekuensi, kualitas)
b. observasi isyarat non verbal dari
ketidak nyamanan.
c. kaji pengalaman individu terhadap
nyeri.
d. berikan analgesik sesuai anjuran.

2 Minggu 05 – S : Pasien mengatakan ada luka operasi di


11 -2017 perut
18:00 O : Terdapat luka operasi sepanjang 10 cm
di perut kuadran 4, tidak ada tanda – tanada
infeksi ( rubor, color, dolor)
A : resiko infeksi teratasi sebagian
. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi

P : intervensi dilanjutkan
a. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
b. Monitor kerentanan terhadap
penyakit menular
c. Inspeksi kondisi luka atau insisi
bedah
1 Senin 06 – 11 S : Pasien mengatakan nyeri post op
-2017 O:
11:00 P : nyeri akibat luka operasi
Q: nyeri seperti teriris
R: perut pada luka operasi kuadran 4
S: skala nyeri 2
T: nyeri tidak dirasa timbul
A : Nyeri belum teratasi
P : intervensi dihentikan
pasien di ijinkan pulang
2 Senin 06 – 11 S : Pasien mengatakan ada luka operasi di
-2017 perut
11:00 O : Terdapat luka operasi pada perut
kuadran 4 sepanjang 10 cm ,tidak ada tanda
– tanda infeksi ( rubor, dolor, color)
A : resiko infeksi teratasi
P : intervensi dihentikan
pasien di ijinkan pulang
BAB IV. PEMBAHASAN

Nyeri (Pain)adalah kondisi perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya


sangat subjektif karna perasaan nyeri berbeda pada setiap orang baik dalam hal skala
ataupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan dan
mengefakuasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2008). Pada kasus diatas Ny. I
mengalami Nyeri pada luka sayatan post operasi appendictomy.
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan di tandai adanya peningkatan tegangan
otot (Mubarak dan Chayatin, 2008).
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya
berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk dalam kategori nyeri
kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis (Mubarak
dan Chayatin, 2008).

Keterangan:
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan (pasien dapat berkomunikasi dengan baik).
4-6 : Nyeri sedang (pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik).
7-9 : Nyeri berat terkontrol (pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih respons terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan teknik relaksasi dan distraksi).
10 : Nyeri berat tidak terkontrol (Pasien tidak mampu lagi
berkomunikasi,
Nyeri yang dialami oleh Ny. I diatas adalah nyeri acut karena terjadi kurang
dari 6 bulan dan nyeri timbul setelah dilakukan tindakan pembedahan appendictomy.
Skala nyeri yang dirasakan oleh Ny. I adalah 7 karena operasi yang dilakukan hari ke
0 post operasi
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam
menangani masalah – masalah klien sehingga dapat menentukan tindakan
keperawatan yang tepat ( muttaqin, 2006 ). Dalam kasus diatas dari hasil
pengkajian masalah yang timbul adalah nyeri acut akibat proses pembedahan
appendictomy.
Hal yang perlu dikaji lainnya adalah karakteristik nyeri (PQRST)
P (provokatif) : factor yang mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri serta
hal yang meringankan nyeri.
Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau tersayat)
R (region) : daerah perjalanan nyeri
S (Skala nyeri) : keparahan/ intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan/ frekuensi nyeri.
Dalam hal ini karateristik nyeri yang dialami pada Ny. I adalah
P ( provokatif) : nyeri terjadi akibat adanya luka sayatan post operasi
Q ( Quality ) : nyeri yang dirasakan seperti disayat – sayat
R ( region ) : nyeri dirasakan pada luka operasi di perut kuadran 4
S ( Scale ) : skala nyeri 7
T (time ) : nyeri timbul setiap 30 menit
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon
aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat
mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya ( potter, 2008). Dalam
hal ini diagnosa keperawatan yang munsul dalam kasus keperawatan pada Ny.
I adalah nyeri acut berhubungan dengan agen cidera fisik akibat proses
pembedahan appendictomi.
3. Rencana keperawatan
Intervensi adalahrencana keperawatan yang akan direncanakan kepada
klien sesuai dengan diagnosayang ditegakkan sehiingga kebutuhan klien dapat
terpenuhi ( Judith M. Wilkinson, 2008). Dalam teori intervensi dituliskan
sesuai dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan Nursing Intervension
Clasification ( NIC ) dan Nursing Outcome Clasification ( NOC ).
Dalam hal ini rencana keperawatan yang diberikan kepada Ny. I
dengan kasus diatas adalah NIC manajemen nyeri . dalam hal ini rencana yang
dilakukan adalah 3x24 jam dikarenakan nyeri yang dialami tidak dapat diatasi
pada waktu yang singkat.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi yang merupakan dari proses keperawatan adalah kategori
dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tindakan dan hasil yang diperkirakan dari hasil keperawatan dilakukan dan
diselesaikan ( Potter & Perry, 2008 )
Dalam hal ini imlementasi yang dilakuan sesuai dengan rencana
keperawatan yang sudah direncakan.. implementasi di lakukan selama 3 x24
jam. Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi nyeri yang dialami Ny. I
adalah mengkaji secara komprehensif tentang nyeri (lokasi karateristik,
durasi, frekuensi, kualitas), mengobservasi isyarat non verbal dari ketidak
nyamanan, mengkaji pengalaman individu terhadap nyeri, mengajarkan
penggunaan teknik non farmakologi (ex. Relaksasi, terapi musik, masase, dan
lain-lain), memberikan analgesik sesuai anjuran dokter.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan ( Potter,
2008 )
Hasil evaluasi yang dilakukan terhadap Ny. I setelah dilakukan
intervensi keperawatan 3x24 jam adalah adanya penurunan skala nyeri namun
belum dapat teratasi sepenuhnya maka akan dilakukan intervensi lanjutan.
BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari kasus diatas dapat disimpulkan dalam kasus Ny.I nyeri yang
timbul akibat adanya proses pembedahan appendictomy. Skala nyeri 7 dan
implementasi yang dilakukan 3 x 24 jam yang telah dilakukan mengurangi
skala nyeri secara intensive namun belum menghilangkan nyeri secara
keseluruhan. Implementasi yang dilakuan oleh perawat dapat mengurangi
nyeri pada Ny. I dan dengan pemberian analgetik yang di kolaborasikan oleh
dokter dapat mengurangi intensitas nyeri pasien secara baik.
B. Saran
a. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Diharapkan dapat meningkatkan pelayan yang lebih baik kepada
pasien sesuai dengan Standar Operasional Prosedur ( SOP ) di
rumah sakit
b. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan menyadari pentingnya penerapan
asuhan keperawatan yang konsisten dan sesuai dengan teori dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai prosedur
c. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan agar dapat meningkatkan mutu pendidikan yang
berkualitas dan profesionl serta sesuai dengan kemajuan ilmu
keperawatan yang terbaru, guna terciptanya perawat yang
profesional .
DAFTAR PUSTAKA

1. Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
2. Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan
: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
3. Herlman, T. Heather, dkk. 2015. NANDA International Diagnosis
Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
4. Aziz, Alimul Hidayat. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC).
Solo: Mosby An Affiliate Of Elsefer.
5. Wartonah. 2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
6. Muhammad,Wahit Iqbal dkk. 2007.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : EGC
7. Mubarak W., Chayatin N. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia., Jakarta:
EGC
8. Purnomo, Basuki B. 2009. Dasar-dasar Urologi. Jakarta:Sagung Seto
9. Raylene MR. 2008; terj. D. Lyrawati, 2009. Penilaian Nyeri. Cited.
AHRQ Publication No. 02-E032. Rockville: Agency for Healthcare
Research and Quality, July 2002

Anda mungkin juga menyukai