Anda di halaman 1dari 16

SOP PENGAMBILAN DARAH UNTUK SAMPEL PEMERIKSAAN

 Pengambilan Darah Arteri


Pengambilan darah arteri dilakukan untuk memeriksa gas darah arteri (GDA), yaitu menilai
ada tidaknya gangguan keseimbangan asame basa yang disebabkan oleh gangguan respira
torik atau gangguan metabolik. Dalam menentukan adanya gangguan asam-basa karena
pernapasan, dilakukan pemeriksaan PCO₂ dan pH. Penilaian gangguan asam-basa karena
gang- guan metabolik dilakukan pemeriksaan BE (base excess) dan bikarbonat (HCO3).
Pengambilan darah arteri dapat diambil melalui arteri radialis (pada pergelangan tangan),
arteri brakhialis pada daerah siku, arteri femoralis pada lipatan paha, dan arteri dorsalis pedis
pada pergelang an kaki. Pemeriksaan darah arteri ini pada umumnya dilakukan pada pasien
dengan penyakit paru obstruksi menahun, sindrom Guillain Barré, diabetik ketoasidosis, diare
hebat, gagal ginjal, luka bakar, infark miokard akut. hipertiroid, emboli paru, dan
hipokalemia.

 Alat dan Bahan


1). Spuit sesuai dengan ukuran yang berisi heparin 0,1 cc
2). Kapas alkohol dalam tempatnya penutup jarum (dari karet)

 Persiapan Pasien

1). Ucapkan salam dan persilahkan pasien duduk


2). Mintalah form permintaan pemeriksaan laboratorium dan lakukan verifikasi ulang
terhadap data pasien (nama, tanggal lahir), data dokter pengirim, dan verifikasi ulang tentang
persiapan puasa untuk pemeriksaan darah yang membutuhkan persiapan puasa
3). Berikan informasi dan edukasi kepada pasien tentang tujuan dari tindakan yang akan kita
lakukan sesuai dengan prosedur pemberian edukasi dan informasi di laboratorium
4). Apabila pasien kelihatan takut dan gelisah, petugas harus berusaha menenangkan pasien
terlebih dahulu, bila pasien sudah tenang baru lakukan prosedur pengambilan darah yang
benar dan standar

 Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Ambil spuit sesuai dengan ukuran (5 ml) kemudian isi dengan heparin 0,1 cc. Basahi
bagian dalam spuit dengan heparin dengan cara mengguncangkannya.
4. Tentukan arteri yang akan diambil darahnya.
5. Pasang penopang/bantalan bila mengambil darah arteri pada pergelangan tangan.
6. Lakukan desinfeksi pada daerah yang diambil darah dengan kapas alkohol.
7. Raba arteri dengan jari tangan yang setelah dilokalisasi. Arteri ditusuk dengan jarum pada
posisi tegak lurus, ambil darah sebanyak 2,5-5 cc atau sesuai program.
8. Setelah darah terambil, tutup spuit dengan penutup kedap udara (penutup karet).
9. Berikan tekanan pada daerah yang ditusuk selama 2-5 menit.
10. Isi formulir permintaan pemeriksaan gas darah arteri dan kirim ke laboratorium dengan
segera.
11. Catat tanggal pengambilan dan respons pasien.
12. Cuci tangan.

 Pengambilan Darah Vena


Pengambilan darah vena merupakan bagian dari prosedur pengambilan sampel darah yang
digunakan untuk berbagai pemeriksaan di antaranya:

1. ALT (alanin aminotransferase) atau SGPT (serum glutamic piruvic transaminase).


Pemeriksaan ini untuk menilai kerusakan pada hepatoseluler yang dapat dijumpai pada
kerusakan hati yang dapat menunjukkan adanya peningkatan kadar ALT/SGPT.
2. Albumin. Digunakan untuk menilai kada albumin karena albumin disintesis oleh hepar
yang dapat meningkatkan tekana osmotik (onkotik) yang dibutuhkan dalam mempertahankan
cairan vaskuler.
3. Aldosteron. Digunakan untuk menilai atau memantau adanya keseimbangan natrium
kalium, dan air karena aldosteron dapa meningkatkan rebsorpsi natrium dari tu bulus distal
ginjal dan ekskresi kalium.
4. Alkalin fosfatase (ALP). Digunakan untuk menilai berbagai penyakit yang ada pada hati
dan tulang mengingat sebagian besar enzim ini diproduksi di hati dan tulang.
5. Asam folat. Merupakan salah satu vitamin B yang dibutuhkan untuk fungsi sel darah
Imerah atau sel darah putih yang normal sehingga dapat digunakan untuk menilai adanya
anemia atau defisiensi vitamin B atau malnutrisi.
6. SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase) atau AST (aspartat aminotransferase).
Enzim ini sebagian besar terdapat pada otot jantung dan hati, yang digunakan untuk mendiag
nosis berbagai penyakit hati dan jantung.
7. Bilirubin. Merupakan hasil pemecahan hemoglobin oleh sistem retikuloendotel dan dibawa
oleh plasma ke hepar dan diekskresi dalam empedu. Peningkatan kadar bilirubin dapat
menyebabkan ikterik obstruktif.
8. LDH (laktat dehidrogenase). Enzim intra- selular ini terdapat pada semua sel yang
mengalami metabolisme, khususnya pada jantung, otot rangka, hepar, ginjal, paru, dan sel
darah merah sehingga peningkatan LDH dapat dijumpai pada penyakit jantung, otot, hepar,
ginjal, paru, dan sel darah merah.
9. GGT (gamma glutamil transferase). Digunakan untuk mendeteksi berbagai penyakit pada
hati dan ginjal karena enzim ini ba- nyak ditemukan pada organ hati dan ginjal.
10. G6PD (glukosa-6 fosfat dehidrogenase). Enzim ini ada dalam sel darah merah yang dapat
digunakan untuk mendeteksi penyakit anemia hemolitik.
11. Hematokrit. Pemeriksaan hematokrit (Ht) dilakukan untuk mengukur konsentrasi sel
darah merah (eritrosit) dalam darah. Hematokrit merupakan volume sel darah merah dalam
100 ml (dL) darah. Penurunan kadar Ht dapat ditemukan pada anemia, leukemia, gagal ginjal
kronis, sirosis he- patis, malnutrisi, defisiensi vitamin B. dan C. Peningkatan kadar Ht dapat
ditemukan pada kasus dehidrasi, asidosis diabetikum, emfisema paru, trauma, pembedahan,
dan luka bakar.
12. Glukosa. Nilai laboratorium glukosa dapat digunakan untuk menilai adanya penyakit
diabetes melitus.
13. Hemoglobin darah. Nilai hemoglobin (Hb) darah yang meningkat menunjukkan ada- nya
hemokonsentrasi akibat dehidrasi, sedangkan penurunan Hb menunjukkan adanya anemia
14. CPK (kreatin fosfokinase). Pemeriksaan ter- hadap enzim ini digunakan untuk menilai
kadarnya yang terdapat pada otot rangka dan otot jantung. Peningkatan kadar enzim ini dapat
dijumpai pada infark miokard akut (IMA), penyakit otot rangka, cedera serebrovaskuler, dll.
15. Trombosit. Pemeriksaan terhadapnya digunakan untuk menilai kadarnya dalam darah.
Trombosit rendah dapat dijumpai pada kondisi adanya kanker, anemia aplasti, penyakit
hepar, penyakit ginjal, dll. Peningkatan kadar trombosit terjadi pada kehilangan darah akut,
infeksi, dll.
16. Laju endap eritrosit. Pengukuran terhadapnya untuk menilai kecepatan sel darah merah
mengendapkan darah yang tidak mem- beku dalam satuan mm/jam. Penurunan nilai laju
endap eritrosit dijumpai pada kasus gagal jantung kongestif, angina pektoris, dan lain-lain.
Peningkatan kadar ini dijumpai pada artritis reumatoid, demam, IMA, dan kanker lambung.
17. Masa protrombin plasma. Pemeriksaan ter- hadapnya untuk mengukur kemampuan faktor
pembekuan I (fibrinogen), II (pro- trombin), faktor V, VI, dan X. Nilai masa protrombin
menurun bila terjadi trombo- flebitis, IMA, emboli pulmonal. Nilai PT meningkat terjadi
pada penyakit hepar, defisiensi faktor II, V, VII dan X, dan leu- kemia.
 
 Alat dan bahan
1. Spuit ukuran 5-10 cc
2. Kapas alkohol dalam tempatnya
3. Antikoagulan (untuk mencegah hemolisis), seperti EDTA (ethylene diaminetetra acetate).
4. 4. Botol/tabung untuk menampung 5. Karet pembendung (opsional) darah.
 
 Prosedur kerja 
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Ambil spuit sesuai kebutuhan sampel yang akan diambil (5-10 cc).
4. Tentukan vena yang akan diambil darahnya.
5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol.
6. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung pada bagian atas vena yang akan dilakukan
pengambilan darah (bila pengambilan dilakukan oleh satu orang).
7. Lakukan penusukan pada vena dengan jarum spuit menghadap ke atas dengan sudut 30-
45° terhadap kulit. Lanjutkan pengambilan darah dan saat pengambilan karet pembendung
dilepaskan lebih dulu.
 8. Setelah didapatkan sampel yang diperlu- kan lakukan penekanan pada area penusukan
selama 2-5 menit dan masukkan darah ke dalam tabung yang telah diberi antikoagulan
(sesuaikan dengan jenis pemeriksaan).
9. Isi formulir permintaan pemeriksaan labo- ratorium dengan tepat dan kirimkan ke
laboratorium.
10. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
11. Catat tanggal prosedur, jumlah dan jenis sampel, serta respons pasien.

SOP PENGAMBILAN URIN

 Pengertian
Urinalis adalah suatu pemeriksaan untuk mendapatkan keterangan mengenai ada tidaknya
kelainan hasil pemeriksaan urine penderita yang digunakan sebagai penunjang diagnosis
suatu penyakit seperti kelainan di dalam ginjal yang ditandai dengan pendarahan (sel darah
merah), peradangan (sel darah putih), proteinuria yang menetap.  Kelainan sistemik ; diabetes
melitus (glukosuria, berat jenis tinggi, adanya benda keton), kehamilan (proteinuria), hepatitis
(bilirubin, urobilinogen). 

 Tujuan
Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan yang ditandai peningkatan kandungan bahan
organik dan anorganik di dalam urine untuk diagnosis suatu penyakit.

 Prosedur
- Alat :
Tabung urine bersih dan steril
- Bahan :
Urine segar
- Reagen :
Verify Urinalysis Reagent Strip
- Persiapan :
Pasien harus tenang dan pengambilan urine dilakukan dengan mid stream porsion (urine porsi
tengah) kecuali pasien dengan keadaan tertentu yang harus dilakukan pengambilan secara
khusus. Urine ditampung pada tempat khusus yang bersih dan steril.
- Cara Kerja :
1. Biarkan reagen atau control pada suhu ruangan (15-30°C) sebelum melakukan
pemeriksaan
2. Keluarkan strip pada tempatnya kemudian celupkan keseluruhan area uji pada strip ke
dalam sampel urine segar (tidak lebih dari 1 detik) dan keluarkan segera untuk menghindari
larutnya reagensia pada strip
3. Sewaktu mengangkat strip pada wadah sampel urine, seka strip pada tissue untuk
menghilangkan kelebihan urine pada strip
4. Pegang strip pada posisi horizontal
5. Bandingkan area ujia reagensia strip tadi dengan warna standar yang tersedia pada tempat
strip
6. Hasil uji dilakukan dalam 60 detik pasca pencelupan, perubahan warna yang terjadi pada
tepi area uji yang timbul setelah 2 menit tidak mempunyai arti diagnostic

SOP PEMERIKSAAN USG

 Pengertian
Pemeriksaan menggunakan USG merupakan cara yang dilakukan untuk memeriksa kondisi
kehamilan dan janin. Dilakukan dengan menggunakan alat USG yang menggunakan
gelombang suara yang ditransmisikan ke dalam bentuk gambar dua dimensi
 Tujuan
1. Untuk mengetahui kondisi kehamilan dan janin
2. Untuk mengetahui usia kehamilan melalui ukuran secara computerized
3. Untuk mengetahui adanya indikasi pada kehamilan
 Prosedur
- Persiapan Alat :
1. Alat USG
2. Alat print USG
3. Probe abdoen/OBGYN
4. Probe transvaginal
5. Selimut
6. Tissue halus dan tissue kasar
7. Jelly
8. CPU USG

- Cara Menyiapkan Alat USG :


1. Petugas menyiapkan alat USG. Nyalakan CPU, tekan tombol ON sampai berbunyi 2 kali
dan muncul warna hijau, serta menyalakan print USG tekan tombol ON dan nyalakan dengan
menekan tombol power
2. Petugas menyalakan TV yang tersambung dengan USG
3. Petugas memasukkan data pasien kelayar monitor USG, tekan tombol patient. Kemudian
input nama pasien, no RM, TTL, pilih jenis kelamin setelah itu tekan OK
4. Setelah muncul tampilan gambar screen OBGYN dan siap dilakukan USG
5. Petugas mencuci tangan
6. Menanjurkan kepada pasien untuk naik ketempat tidur
7. Mengatur posisi kepada pasien senyaman mungkin
8. Mulai melakukan USG abdomen
9. Dokter menghitung umur kehamilan, BB Janin, DJJ, Tapsiran persalinan dengan mengukur
lingkar kepala, lingkat perut, panjang tulang betis janin. Serta melihat jumlah ketuban dan
posisi plasenta
10. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada pasien
11. Menganjurkan pasien untuk bangun dan memberikan konseling sesuai keluhan pasien
12. Menganjurkan pasien Kembali control bulan depan atau jika ada keluhan

SOP INFUS PERIFER


 Pengertian
Tindakan keperawatan pada bayi yang memerlukan masukan cairan melalui intravena (infus)
diantaranya pada vena lengan, tungkal, atau vena yang ada di kepala seperti vena temporalis
 Tujuan
1. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
2. Infus pengibatan operasional keperawatan
 Prosedur
- Peralatan :
1). Standar Infus
2). Set Infus
3). Cairan sesuai program medik
4). Jarum infus dengan ukuran yang sesuai
5). Pengalas
6). Torniket
7). Kapas alkohol
8). Plester
9). Spalk
10). Gunting plester
11). Kasa gulung
12). Sarung tangan

- Prosedur Kerja
1. Baca instruksi dokter dan minta formulir persetujuan Tindakan medis (untuk perawat) di
ruang tindakan dan pelayanan 24 jam
2. Jelaskan pada keluarga pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
3. Isi form persetujuan tindakan medik dan keluarga pasien diminta untuk
menandatanganinnya
4. Siapkan alat dan bahan
5. Cuci tangan
6. Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukkan ke bagian karet atau akses selang ke
botol
7. Isi cairan ke dalam infus set dengan menekan ruang tetesan hingga terisi Sebagian dan
buka klem selang hingga cairan memenuhi selang dan udara selang keluar
8. Letakkan pengalas di bawah tempat (vena) yang akan dilakukan penginfusan
9. Lakukan pembendungan dengan torniket (karet pembendung) 10-12 cm diatas
pempatpenusukkan sambal menggenggam tangan bayi
10. Tentukan vena yang akan dilakukan penusukan
11. Gunakan sarung tangan
12. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol
13. Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena dan
posisi jarum (abocath) mengarah ke atas
14. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum infus. Apabila saat penusukan terjadi
pengeluaran darah melalui jarum infus maka tarik keluar bagian dalam jarum infus sambal
meneruskan tusukan ke dalam vena bayi
15. Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan/keluarkan, tahan bagian atas vena dengan
menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak kelua, kemudian bagian infus
dihubungkan/disambungkan dengan selang infus
16. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan tetesan sesuai dengan dosis yang diberikan
17. Lakukan fiksasi dengan plester dan spalk kemudian tutup/lindungi daerah penginfusan
dengan kasa gulung
18. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum
19. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
20. Catat jenis cairan, letak infus, kecepatan aliran, ukuran dan tipe jarum infus, dan nama
serta tanda tangan yang melakukan Tindakan

SOP PEMERIKSAAN FESES

 Pengertian
Cara pemeriksaan laboratorium yang menggunakan specimen feses untuk mengidentifikasi
adanya telur atau cacing pada sempel feses seseorang
 Tujuan
Melihat adanya kelainan-kelainan dalam tinja, baik secara makroskopis maupun mikroskopis
 Persiapan
1. Pasien
Pasien tidak dibenarkan makan obat pencahar sebelum pemeriksaan
2. Spesimen
a. Sebaiknya feses diambil pada pagi hari
b. Sebaiknya specimen segera diperiksa. Untuk pemriksaan amuba harus dilakukan maksimal
2 jam dari pasien defekasi
3. Alat untuk pemeriksaan feses
4. Reagensia untuk pemeriksaan feses
5. Tempat sampah/ember tertutup
 Prosedur
A. Cara Pemeriksaan Feses Secara Makroskopia
1. Amati feses ditempat yang terang, meliputi : warna, bau, konsistensi, adanya darah, lender,
cacing dan serat
B. Cara Pemeriksaan Feses Secara Mikroskopia
1. Spesimen feses diambil menggunakan ujung lidi dan diletakkan pada obyek glass yang
sudah ditetesi larutan eosis/lugol 2% NaCl 0,9%
2. Setelah ditutup dengan cover glass, segera periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran
10x dan 40x
C. Pembuangan Sisa Spesimen
Sisa specimen dituangi desinfektan. Kemudian dimasukkan ke dalam tempat sampah medis

SOP PEMERIKSAAN CAIRAN SEREBROSPINAL

 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pengambilan specimen
2. Untuk mengetahui macam-macam pemeriksaan
3. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan-pemeriksaan

Liquor Cerebro Spinalis (LCS) merupakan gangguan terhadap selaput otak/meningitis


Cairan LCS yaitu cairan otak (CSS) yang diambil melalui lumbal punksi
Pemeriksaan LCS dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Pemeriksaan Makroskopis
2. Pemeriksaan Mikroskopis
3. Pemeriksaan Kimiawi

 Prosedur Punksi Lumbal


Hasil punksi lumbal dimasukkan dalam 3 tabung atau 3 syringe yang berbeda, antara lain :
➢Tabung I berisi 1 mL
• Dibuang karena tidak dapat digunakan sebagai bahan pemeriksaan karena mungkin
mengandung darah pada saat penyedotan.

➢Tabung II berisi 7 mL
• Digunakan untuk pemeriksaan serologi, bakteriologi dan kimia klinik.

➢Tabung III berisi 2 mL


• Digunakan untuk pemeriksaan jumlah sel, Diff.count dan protein kualitatif/kuantitatif.

 Tata Cara
1. Pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi tubuh. Leher fleksi maksimal (lutut di tarik
ke arah dahi ).
2. Tentukan daerah pungsi lumbal di antara L4 dan L5 yaitu dengan menentukan garis potong
sumbu kraniospinal ( kolumna verterbralis ) dan garis antara kedua spina ishiadika anterior
superior ( SIAS ) kiri dan kanan. Pungsi dapat pula di lakukan anatara L4 dan L5 atau antara
L2 dan L3 namun tidak boleh pada bayi.
3. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm dengan
larutan Povidon iodin di ikuti larutan alkohol 70% dan tutup dengan duk steril di mana
daerah pungsi lumbal di biarkan terbuka.
4. Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang telah memakai
sarung tangan steril selama 15 – 30 detik yang akan menandai titik pungsi tersebut selama 1
menit.
5. Tasukan jarum spinal/stylet pada tempat yang telah di tentukan. Masukan jarum perlahan-
lahan menyusur tulang vertebra sebelah proksimal dengan mulut jarum terbuka ke atas
samapai menembus duramater. Jarak antara kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap
anak tergantung umur dan keadaan gizi. Umumnya 1,5 – 2,5 cm pada bayi dan meningkat
menjadi 5 cm pada umur 3 –5 tahun. Pada remaja jaraknya 6 – 8 cm.
6. Lepaskan stylet perlahan-lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan aliran cairan yang
lebih baik, jarum di putar hingga mulut jarum mengarah ke kranial. Ambil cairan untuk
pemeriksaan
7. Cabut jarum dan tutup lubang tusukan dengan plester.

 Pemeriksaan Makroskopis
- Metode : Visual
- Tujuan : Untuk mengetahui cairan LCS secara makroskopik meliputi ; warna, kejernihan,
bekuan, pH, dan berat jenis
- Alat :
Tabung Reaksi
Beaker Gelas
Kertas Indikator pH universal
Refraktometer abbe
- Bahan :
Spesimen : Cairan LCS
- Prinsip : Pada keadaan normal wujud LCS seperti air, dengan membandingkannya dapat
dinilai adanya perubahan pada LCS
- Cara Kerja
a. Tabung reaksi diisi aquadest secukupnya sebagai pembanding.
b. Contoh bahan diisikan pada tabung reaksi yang sama ukurannya dengan pembanding.
c. Kedua tabung diletakkan berdekatan dengan latar belakang kertas putih.
d. Bandingkan contoh bahan dengan aquadest.
- Tes Berat Jenis
Cairan LCS diteteskan 1-2 tetes pada refraktometer dan diperiksa pada eye piece berat jenis
 Pemeriksaan Mikroskopis
Syarat pemeriksaan :
1. Dilakukan dalam waktu < 30’, karena bila > 30’ jml sel akan berkurang yang disebabkan :
- Sel mengalami sitolisis
- Sel akan mengendap, shg sulit mendapat sampel yang homogen
- Sel terperangkap dalam bekuan Sel cepat mengalami perubahan morfologi

SOP PEMERIKSAAN RONTGEN

 Prosedur
1. Sebelum Foto
Memeriksa identifikasi pasien terdahulu, Jika pemeriksaan ini menggunakan zat kontras,
dianjurkan untuk berpuasa atau menghentikan konsumsi obat-obatan.
Selain itu, pasien juga diminta untuk melepaskan semua perhiasan atau aksesoris yang
berbahan logam karena bisa menghalangi gambar yang ditampilkan. Sebaiknya gunakan baju
yang nyaman dan mudah dibuka saat pemeriksaan, atau gunakan baju khusus yang
disediakan oleh pihak rumah sakit.

2. Prosedur Foto
Saat pelaksanaan pemeriksaan ini biasanya pasien diminta berbaring, duduk, atau berdiri.
Termasuk mengikuti instruksi dokter untuk melakukan posisi tertentu untuk memudahkan
pengambilan gambar.
Tahan napas dan jangan bergerak selama pemeriksaan agar gambar tidak blur, kecuali diminta
untuk berpindah posisi. Selama pemeriksaan, pasien tidak merasakan apa pun, kecuali pada
pengidap patah tulang yang merasa nyeri saat memindahkan posisi tubuh.
Pemeriksaan ini hanya berlangsung selama beberapa menit, kecuali untuk tindakan tertentu
(seperti penggunaan zat kontras) yang bisa memakan waktu hingga 1 jam.

3. Sesudah foto
Pasien bisa berganti baju kembali dan memakai perhiasan jika ada yg dilepas, beraktivitas
setelah pemeriksaan dilakukan.
Bila menggunakan zat kontras, sebaiknya minum air putih untuk membantu pembuangan zat
kontras dari dalam tubuh.
Hasil pemeriksaan dipelajari oleh dokter radiologi, tapi fotonya diberikan langsung setelah
dicetak.
Kecepatan hasil bervariasi tergantung pihak rumah sakit, tapi dalam keadaan darurat,
biasanya tersedia dalam hitung menit.

SOP PEMERIKSAAN SPUTUM BTA

 Pengertian
Suatu Tindakan untuk mengambil sampel sputum untuk pemeriksaan diagnostic, meliputi :
1. Pemeriksaan BTA (Basil Tahan Asam)
2. Perneriksaan Sitologi
3. Perneriksaan kultur dan sensitivitas
4. Perneriksaan Gram Stain : Bakteri gram negatif atau positif
 Tujuan
1. BTA ; Mengidentitikasi basil tahan asampada klien yang diduga menderita TBC,
pemeriksaan ini dilakukan 3 harisecara berturut-turut.
2. Sitologi : Mengidentitikasi adanya sel-sel ganas pada klien yang dicurigai kanker paru.
3. Kultur dan sensitivitas : Untuk menegakkan diagnosis, menentukan jenis mikroorganisme,
dan menentukan sensitifitas klien terhadap terapi antibiotik.
4. Gram Stain : Untuk mengidentitikasi gram negatif atau gram positif.

 Prosedur
- Persiapan alat.
1 Botol atau pot sputum yang sudah diberi label
2 Begkok
3 APD
4 Formulir pemeriksaan laboratorium.
5 Tissue
6 Handuk
7 Gelas
- Persiapan klien
Menjelaskan pada orangklien tentang tindakan yang akan dilakukan (lihatSPO informed
consent).
- Pelaksanaan
1 Menjelaskan cara-cara pelaksanaan yang akan dilakukan sehari sebelum pemeriksaan,
meliputi:
*) Sputum diambil pai hari sebelum makan dan minum
*) Atur posisi klien (fowler atau semifowler)
*) Mengajarkan klien nafas dalam dan batuk efektif, melakukan fisioterapi dada dan postural
drainase (kalau perlu)
*) Anjurkan klien untuk banyak minum pada malam hari sebelum tidur (bila tidak ada
kontraindikasi). *) SKhusus untuk pemeriksaan sputum BTA dilakukan 3 kali/ hari berturut-
turut
2 Cuci tangan
3 Memakai handscoone bersih
4 Letakkan handuk didada klien
5 Anjurkan klien untuk berkumur
6 Berikan bokal atau pot sputum steril dan memberitahukan agar klien tidak menyentuh
bagian dalam bokal atau pot sputum
7 Anjurkan klien untuk batuk efektif (lihat SOP batuk efktif)
8 Setelah sputum keluar langsung dimasukkan kedalam bokal atau pot sputum steril
9 Ulangi sampai sputum terkumpul ± 5ml
10 Anjurkan klien untuk berkumur dan berikan tissue
11 Lepaskan handscoone dan buang ke tempat yang sudah di tentukan
12 Atur posisi klien dengan senyaman mungkin
13 Rapihkan alat-alat
14 Cuci tangan
15Mengirimkan bahan pemeriksaan sputum bersama formuir pemeriksaan ke laboratorium
dengan segera
16 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.

SOP PENGAMBILAN KULTUR PUS

 Pengertian
suatu kegiatan tindakan pengambilan kultur push dengan teknik aseptik 

 Tujuan
untuk membantu menentukan diagnosa medis dan pengobatan selanjutnya
Prosedur 

 Persiapan 
- Alat :
1. Satu pasang sarung tangan disposible 
2. Satu pasang sarung tangan steril
3.  GV set luka steril
4.  NaCl dengan spuit irigasi
5.  Analgesik cream
6.  tabung kultur BHI
7. Label berisi informasi lengkap pada masing-masing tabung 
8. Slip permintaan lab yang dilampirkan bersama spesimen 
- Pasien
*) Cek permintaan medis untuk menentukan apakah spesimen dikumpulkan untuk kultur
aerob/anaerob. Berikan analgesik selama 30 menit sebelum prosedur bila pasien mengeluh
nyeri pada daerah luka 

 Langkah langkah
1. Jelaskan kepada pasien apa yang akan dilakukan, mengapa hal tersebut perlu
dilakukan dan bagaimana pasien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana hasilnya
akan digunakan untuk merencanakan perawatan atau terapi selanjutnya 
2. Cuci tangan sesuai prosedur
3.  berikan privasi pasien
4.  angkat setiap balutan yang lembab yang menutupi luka 
 Pasang sarung tangan disposible 
 Angkat balutan bagian luar dan observasi setiap drainage pada balutan.
Pegang balutan luka sehingga pasien tidak melihat drainage karena tampilan
drainage dapat membuat pasien terganggu.
 Tentukan jumlah drainage, contohnya 1 kasa ukuran 5x5 cm penuh dengan
drainage kering 
 Buang balutan ke kantong pembuangan infeksi.  pegang secara hati-hati
sehingga balutan luka tidak menyentuh kembali bagian luar kantong karena
menyentuh bagian luar kantong akan mengkontaminasinya.
  lepas sarung tangan anda dan buang ke kantong pembuangan infeksi 

5. Buka set balutan steril dengan cara teknik steril


6. Kaji luka:
a. Pasang sarung tangan steril
b.  kaji tampilan Jaringan yang luka dan sekitarnya serta drainage.  infeksi dapat
menyebabkan jaringan kemerahan dengan rabas yang tebal yang mungkin berbau
busuk, keputih-putihan.

7. Bersihkan luka
a. Irigasi luka dengan NaCL sehingga semua eksudat yang terlihat menjadi hilang 
b. Setelah irigasi Letakkan bantalan ke atas steril pada luka, kasa akan mengabsorpsi
NaCl yang berlebihan
c. Jika untuk mengobati luka digunakan krim atau salep anti mikroba topikal, Gunakan
swab untuk membersihkannya,  antiseptik sisa harus dibersihkan dahulu sebelum
kultur
d. Lepas dan buang sarung tangan steril 

8. Ambil bahan kultur 


a. Bersihkan daerah tersebut dengan alkohol 70% 
b.  angkat debris di atasnya
c.  kuret dasar ulkus
d.  bila ada eksudat di aspirasi dengan spuit atau diswap dengan kapas lidi steril secara
aseptik
e. Langsung kirim ke laboratorium

9.   Balut luka
a.  berikan tiap obat yang diprogram pada luka
b.  tutup luka dengan balutan luka yang lembab, transparan, dan steril
10.  atur spesimen untuk segera dibawa ke laboratorium,  pastikan permintaan laboratorium
yang lengkap telah terlampir

11.  Dokumentasikan semua informasi yang tersedia


a. Catat pada catatan pasien tentang pengambilan spesimen
b.  pendokumentasian meliputi tanggal dan waktu,  tampilan luka,  warna,  konsistensi, 
jumlah,  bau,  dan drainage yang ada.

Anda mungkin juga menyukai