INTERAKSI
OBAT
-ANNISA AR’BAIN
-ANNISA NUR MALASARI
-CIKAL NADHIFAH HAURA
-DWI RAMADHANTI
-TAMARA AZARIA NUR FITR
-NATASYA DEWANTI
FARMAKOLOGI KEL 2
MENGUNTUNGKAN FARMAKOTERAPI
FARMAKOLOGI KEL 2
Interaksi obat adalah perubahan aksi atau efek samping obat yang disebabkan oleh
pemberian bersamaan dengan makanan, minuman, suplemen, atau obat lain. Ada banyak
penyebab interaksi obat. Misalnya, satu obat dapat mengubah farmakokinetik obat lain.
Perubahan efek obat ketika dikonsumsi bersamaan dengan obat lain atau dengan makanan
dan minuman tertentu.
Interaksi obat yaitu efek suatu obat akibat adanya obat lain yang diberikan secara bersamaan
atau terpisah obat berinterak sehingga efektivitas atau toksisitas obat berubah.
FARMAKOLOGI KEL 2
Faktor risiko interaksi obat dapat menyebabkan obat menjadi kurang efektif, meningkatkan
reaksi kandungan obat, atau menyebabkan efek samping yang tidak terduga. Pada keadaan
tertentu, efek interaksi obat bahkan dapat membahayakan nyawa.
Efek dan tingkat keparahan interaksi obat dapat bervariasi antara pasien yang satu dengan
yang lain. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kerentanan pasien terhadap interaksi obat.
FARMAKOLOGI KEL 2
01 02 03
Interaksi secara
Interaksi secara Interaksi secara
farmasetik
farmakokinetik farmakodinamik
(inkompatibilitas)
FARMAKOLOGI KEL 2
Inkompatibilitas merupakan suatu kejadian bagaimana obat tidak tercampurkan baik secara
fisika maupun secara kimia yang mengakibatkan menurunya efek terapeutik bahkan dapat
meningkatkan terjadinya toksisitas atau efek samping yang lain (Newton 2009).
Misalnya ketidakcocokan antara dua obat yang dicampur dalam cairan infus. Interaksi ini dapat
bersifat fisik (misalnya dengan endapan yang terlihat) atau kimiawi tanpa tanda masalah yang
terlihat.
FARMAKOLOGI KEL 2
Terdapat 3 jenis inkompatibilitas obat atau reaksi obat yang tidak diinginkan:
1. Inkompatilibitas fisik, tampak Ketika ada perubahan yang dapat terlihat seperti pembentukan
endapan, perubahan warna, atau peningkatan kekeruhan.
2. Inkompatilibitas kimiawi, merupakan perubahan yang nonvisible pada struktur kimia obat.
3. Inkompatilibitas terapeutik, terjadi setelah penginfusan dua obat yang memiliki efek yang serupa.
Inkompatilibitas dapat berdampak pada sifat kimia obat, stabilitas produk, ketersediaan hayati,
efektivitas terapi, dan keamanan.
FARMAKOLOGI KEL 2
INTERAKSI FARMAKOKINETIK
Yaitu interaksi yang terjadi apabila satu obat mengubah absorpsi, distribusi, metabolisme,
atau ekskresi obat lain. Dengan demikian interaksi ini meningkatkan atau mengurangi
jumlah obat yang tersedia (dalam tubuh) untuk dapat menimbulkan efek farmakologinya.
Interaksi farmakokinetik yang terjadi pada satu obat belum tentu akan terjadi pula dengan
obat lain yang sejenis, kecuali jika memiliki sifat-sifat farmakokinetik yang sama.
PLASMA
Ikatan protein plasma merujuk pada sejauh mana sebuah obat terikat pada protein di dalam
darah. Semakin sedikit ikatan suatu obat, semakin efisien obat tersebut dapat melintasi
membran sel atau berdifusi. Protein di dalam darah yang mengikat obat antara lain albumin
serum, lipoprotein, glikoprotein, dan globulin alfa, beta, serta gamma.
Obat yang bersifat asam terikat pada albumin plasma Obat yang bersifat basa terikat pada
asam alfa1-glikoprotein. Jumlah protein plasma terbatas, terjadi kompetisi obat yang
bersifat basa maupun asam untuk berikatan dengan protein yang sama. Sehingga suatu obat
dapat digeser dari ikatannya dengan protein oleh obat lain, peningkatan kadar obat bebas.
Obat-obat yang mempunyai kemampuan tinggi untuk menggeser obat lain dari ikatan
dengan protein adalah asam salisilat, fenilbutazon, sulfonamid dan antiinflamasi nonsteroid.
FARMAKOLOGI KEL 2
LANJUTAN
1 2 3 4 5
Asam organik Afinitas terhadap arga Vd kecil Kadar terapi Kadar dalam
albumin sangat (mendekati dalam darah = plasma
kuat volume plasma) 150mg/ml, mendekati atau
BM:250 lebih besar dari
0.06 mM
FARMAKOLOGI KEL 2
INTERAKSI METABOLISME
Mekanisme interaksi dapat berupa :
(1) penghambatan (inhibisi) metabolisme,
(2) induksi metabolisme,
(3) perubahan aliran darah hepatik.
Hambatan ataupun induksi enzim pada proses metabolisme obat terutama berlaku terhadap
obat-obat atau zat-zat yang merupakan substrat enzim mikrosom hati sitokrom P450 (CYP).
Beberapa isoenzim CYP yang penting dalam metabolisme obat, antara lain: CYP2D6 yang
dikenal juga sebagai debrisoquin hidroksilase dan merupakan isoenzim CYP pertama yang
diketahui, aktivitasnya dihambat oleh obat-obat seperti kuinidin, paroxetine, terbinafine.
FARMAKOLOGI KEL 2
INTERAKSI FARMAKODINAMIK
Obat yang bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama
sehingga terjadi efek yang aditif, sinergistik, atau antagonistik, tanpa ada perubahan kadar
plasma atau pun profil farmakokinetik lainnya.
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi obat-obat yang mempunyai khasiat atau efek
samping yang berlawanan. Interaksi ini disebabkan oleh kompetisi pada reseptor yang sama,
atau terjadi antara obat-obat yang bekerja pada system fisiologik yang sama. Interaksi ini
biasanya dapat diperkirakan dari pengetahuan tentang farmakologi obat-obat yang
berinteraksi, Pada umumnya, interaksi yang terjadi dengan suatu obat akan terjadi juga
dengan obat-obat sejenisnya. Interaksi terjadi dengan instensitas yang berbeda, kebanyakkan
pasien yang mendapat obat-obat yang berinteraksi ( Anonim, 2000)
Efek interaksi obat sangat bervariasi antara pasien yang satu dengan yang lain. Berbagai
faktor dapat mempengaruhi kerentanan pasien terhadap interaksi obat.
Pasien yang rentan terhadap interaksi obat antara lain:
1. Pasien lanjut usia
2. Pasien yang minum lebih dari satu macam obat
3. Pasien dengan penyakit akut
4. Pasien dengan penyakit yang tidak stabil
5. Pasien yang mempunyai karakteristik genetic tertentu
6. Pasien yang dirawat lebih dari satu dokter.
FARMAKOLOGI KEL 2
Contoh : Efek depresi SSP aditif disebabkan karena pemberian sedative, hypnotic,
dan opioid, bersama dengan konsumsi ethanol.
Interaksi supra-aditif (sinergistik), yaitu hasil interaksi lebih besar daripada jumlah
kedua obat.
Perubahan biotransformasi dengan Jenis obat dan makanan yang dapat beriteraksi salah satu contoh
keasaman dari jus buah dapat menurunkan efektifitas antibiotik, susu dapat membentuk khelat
apabila diminum bersama tetrasiklin eliminasi.
Contoh:
• Antibiotik (Siprofloksasin, Tetrasiklin, Azitromisin) tidak boleh diminum bersama susu maupun
produk susu karena menyebabkan terbentuknya senyawa khealat yang membuat Antibiotik sulit
diserap dalam tubuh sehingga dapat terjadi gagal terapi.
• Reaksi antara zat besi (misalnya dalam daging / bayam) dengan Antibiotik golongan
Fluorokuinolon akan menurunkan kinerja Antibiotik.
• Konsumsi obat lambung Antasida bersamaan dengan makanan yang mengandung vitamin A
dan B akan menurunkan penyerapan vitamin.
• Jangan minum Alkohol bila sedang mengonsumsi obat penurun panas seperti Paracetamol
karena dapat mengakibatkan kerusakan hati dan perdarahan saluran cerna.
FARMAKOLOGI KEL 2
THANK YOU