PENDAHULUAN
Interaksiobatmerupakansuatufaktor yang
dapatmempengaruhirespontubuhterhadappengobatan.
Obatdapatberinteraksidenganmakananatauminuman, zatkimiaataudenganobat lain.
Dikatakanterjadiinteraksiapabilamakanan, minuman, zatkimia, danobat lain
tersebutmengubahefekdarisuatuobat yang diberikanbersamaanatauhampirbersamaan.
Beberapaobatseringdiberikansecarabersamaanpadapenulisanresep,
makamungkinterdapatobat yang
kerjanyaberlawanan.Obatpertamadapatmemperkuatataumemperlemah,
memperpanjangataumemperpendekkerjaobatkedua.Interaksiobatharuslebihdiperhatikan,
karenainteraksiobatpadaterapiobatdapatmenyebabkankasus yang parahdantingkatkerusakan-
kerusakanpadapasien,
dengandemikianjumlahdantingkatkeparahankasusterjadinyainteraksiobatdapatdikurangi
(Mutschler, 1991).
Interaksiobatmerupakankejadian di manasuatuzatmempengaruhiaktivitasobat.Efek-
efeknyabisameningkatkanataumengurangiaktivitas, ataumenghasilkanefekbaru yang
tidakdimilikisebelumnya.Interaksibisaterjadiantaraobatdenganobat, obat denganmakanan,
obatdengan herbal, obatdenganmikronutrien, danobatinjeksidengankandungan infuse.
Sebuahinteraksiobatterjadiketikafarmakokinetikaataufarmakodinamikaobatdalamtubuhdi
ubaholehkehadiransatuataulebihzat yang berinteraksi.Obat yang
diberikandapatbersaingsatudengan yang lainnya, atauapa yang
1
terjadiketikaobathadirbersamasatudengan yang
lainnyasehinggainteraksiobatmenjadipentinguntukdipertimbangkan.
1.2 TUJUAN
Untuk mengetahui interaksi obat pada proses metabolisme
Untuk mengetahui interaksi obat pada proses first pass effect
Untuk mengetahui pengaruh induksi enzim metabolisme pada interaksi obat
Untuk mengetahui pengaruh inhibisi enzim metabolisme pada interaksi obat
2
BAB II
ISI
1.1 PENGERTIAN INTERAKSI OBAT
Interaksiobatadalahperubahanefeksuatuobatakibatpemakaianobat lain (interaksiobat-obat)
atauolehmakanan, obattradisionaldansenyawakimia lain. Interaksiobat yang
signifikandapatterjadijikaduaataulebihobatdigunakanbersama-
sama.Interaksiobatsecaraklinispentingbilaberakibatpeningkatantoksisitasdan/ataupenguranganefe
ktivitasobat.Jadiperludiperhatikanterutamabilamenyangkutobatdenganbataskeamanan yang
sempit (indeksterapi yang rendah), misalnyaglikosidajantung, antikoagulandanobat-
obatsitostatik.Selainitujugaperludiperhatikanobat-obat yang biasadigunakanbersama-sama.
Kejadianinteraksiobatdalamklinissukardiperkirakankarena :
Dokumentasinyamasihsangatkurang.
Seringkalilolosdaripengamatan,
karenakurangnyapengetahuanakanmekanismedankemungkinanterjadiinteraksiobat. Hal
inimengakibatkaninteraksiobatberupapeningkatantoksisitasdianggapsebagaireaksiidiosink
rasiterhadapsalahsatuobat,
sedangkaninteraksiberupapenurunaknefektivitasdianggapdiakibatkanbertambahparahnyap
enyakitpasien.
Kejadianataukeparahaninteraksiobatdipengaruhiolehvariasi individual,
dimanapopulasitertentulebihpekamisalnyapasien geriatric atauberpenyakitparah,
danbisajugakarenaperbedaankapasitasmetabolismeantarindividu.
3
Selainitufaktorpenyakittertentuterutamagagalginjalataupenyakithati yang parahdanfaktor-
faktor lain (dosisbesar, obatditelanbersama-sama, pemberiankronik).
4
itu, umumnya kejadian interaksi farmakodinamik dapat diramalkan sehingga dapat dihindari
sebelumnya jika diketahui mekanisme kerja obat.
Contoh interaksi obat pada reseptor yang bersifat antagonistik misalnya: interaksi antara
Pbloker dengan agonis-p2 pada penderita asma; interaksi antara penghambat reseptor dopamin
(haloperidol, metoclo-pramid) dengan levodopa pada pasien parkinson. Beberapa contoh
interaksi obat secara fisiologik serta dampaknya antara lain sebagai berikut: interaksi antara
aminogliko-sida dengan furosemid akan meningkatkan risiko ototoksik dan nefrotoksik dari
aminoglikosida; Pbloker dengan verapamil menimbulkan gagal jantung, blok AV, dan bradikardi
berat; benzodiazepin dengan etanol meningkatkan depresi susunan saraf pusat (SSP); kombinasi
obat-obat trombolitik, antikoagulan dan anti platelet menyebabkan perdarahan. Penggunaan
diuretik kuat (misal furosemid) yang menyebabkan perubahan keseimbangan cairan dan
elektrolit seperti hipokalemia, dapat meningkatkan toksisitas digitalis jika diberikan bersama-
sama. Pemberian furosemid bersama relaksan otot (misal, d-tubokurarin) menyebabkan paralisis
berkepanjangan. Sebaliknya, penggunaan diuretik hemat kalium (spironolakton, amilorid)
bersama dengan penghambat ACE (kaptopril) menyebabkan hiperkalemia. Kombinasi anti
hipertensi dengan obat-obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID) yang menyebabkan retensi garam
dan air, terutama pada penggunaan jangka lama, dapat menurunkan efek antihipertensi.
5
Proses metabolismeterbagimenjadibeberapafase, fase I
merubahsenyawalipofilmenjadisenyawa yang mempunyaigugusfungsionalseperti OH, NH2, dan
COOH.Inibertujuan agar senyawalebihmudahmengalami proses perubahanselanjutnya.
Hasilmetabolismefase I mungkinmempengaruhiefekfarmakologinya.
Metabolismefase I kebanyakanmenggunakanenzimsitokrom P450 yang banyakterdapat di
selhepardan GI.Enziminijugaberperanpentingdalammemetabolismezat endogen seperti steroid,
lemakdandetoksifikasizateksogen.Namundemikian, adajugametabolismefase I yang
tidakmenggunakanenzimsitokrom P450, sepertipadaoksidasikatekolamin, histamine danetanol.
Reaksifase II ataureaksikonjugasiterjadijikazatbelumcukup polar
setelahmengalamimetabolismefase I, initerutamaterjadipadazat yang
sangatlipofil.Konjugasiialahreaksipenggabunganantaraobatdenganzat endogen
sepertiasamglukoronat, asamsulfat, asamasetatdanasam amino.Hasilreaksikonjugasiberupazat
yang sangat polar dantidakaktifsecarafarmakologi.Glukoronidasiadalahreaksikonjugasi yang
paling umumdan paling pentingdalamekskresidaninaktifasiobat.
Untukobat yang sudahmempunyaigugusseperti OH, NH2, SH dan COOH
mungkintidakperlumengalamireaksifase I untukdimetabolismefase
II.Dengandemikiantidaksemuazatmengalamireaksifase I terlebihdahulusebelumreaksifase
II.Bahkanzatdapatmengalamimetabolismefase II
terlebihdahulusebelummengalamimetabolismefase I. (Mycek,2001).
6
membuat senyawa yang tidak aktif. Mayoritas reaksi oksidasi fase I dilakukan dengan enzim
sitokrom P450 .
(2) Penghambatan (inhibisi) metabolisme
Inhibisi enzim menyebabkan berkurangnya metabolisme obat , sehingga obat
terakumulasi didalam tubuh . berbeda dengan nduksi enzim, yang mungkin memerlukan waktu
beberapa hari bahkan minggu untuk berkembang sepenuhnya, inhibisi enzim dapat terjadi dalam
2 sampai 3 hari , sehingga terjadi perkembangan toksisitas yang cepat . jalur metabolisme yang
paling sering dihambat adalah fase I oksidasi oleh isoenzim sitokroom P450 . Signifikansi klinik
dari banyak interaksi inhibisi enzim tergantung pada sejauh man atingkat kenaikan serum obat.
Jika serum tetap berada dalam kisaran terapeutik interaksi tidak penting secara klinik.
Obat penginhibisi enzim dapat meningkatkan kadar obat lain di dalam plasma dan
memperlama eliminasinya. Interaksi ini dapat meningkatkan kerja obat, tetapi juga dapat
menimbulkan toksisitas. Contohnya adalah obat antitukak lambung (simetidin) menurunkan
metabolisme teofilin (antiasma) dalam plasma. Dosis teofilin harus diturunkan untuk
menghindari toksisitas. Jika simetidin dihentikan, maka dosis teofilin perlu disesuaikan.
Hambatan ataupun induksi enzim pada proses metabolisme obat terutama berlaku
terhadap obat-obat atau zat-zat yang merupakan substrat enzim mikrosom hati sitokrom P450
(CYP). Beberapa isoenzim CYP yang penting dalam metabolisme obat, antara lain:
CYP2D6 yang dikenal juga sebagai debrisoquin hidroksilase dan merupakan isoenzim
CYP pertama yang diketahui, aktivitasnya dihambat oleh obat-obat seperti kuinidin, paroxetine,
terbinafine; CYP3A yang memetabolisme lebih dari 50% obat-obat yang banyak digunakan dan
terdapat selain di hati juga di usus halus dan ginjal, antara lain dihambat oleh ketokonazol,
itrakonazol, eritromisin, klaritromisin, diltiazem, nefazodon;
CYP1A2 merupakan ezim pemetabolis penting di hati untuk teofilin, kofein, klozapin
dan R-warfarin, dihambat oleh obat-obat seperti siprofloksasin,f luvoksamin.
TABEL 1 menunjukkan contoh isoenzim CYP serta beberapa contoh substrat, inhibitor dan
induktornya.
Daftar Isozim CYP, substrat, inhibitor dan induktor CYP13
7
Isozim CYP Substrat inhibitor induktor CYP13
CYP2D betabloker celecoxib Rifampisin
debrisokuin difenhidramin Karbamazepin
fenasetin flufenazin fenobarbi
haloperidol halofantrin
kodein klorpromazin
metoprolol kuinidin
metoklopramid metadon
prokainamid ranitidin
propranolol ritonavir
tramadol simetidin
diazepam Fluoksetin
flunitrazepam indometazin
CYP2C19 heksobarbital ketokonazol Prednison
imipramin omeprazol rifampisin
klomipramin probenesid
lansoprazol ritonavir
kontraseptik oral simetidin
CYP3A4/5 astemizol Ketokonazol Dexametazon
asetaminofen itrakonazol etanol
cisapride eritomisin rifampisin
terfenadin klarirromisin INK
triazolam grapefruit
midazolam juice
felodipin ritonavir
karbamazepin diltiazem
simva-Tlovastatin
CYP1A2 teofilin siprofloksasin rifampisin
kofein fluvoksamin karbamazepin
klozapin barbiturat asap
warfari rokok charcoal
8
grill-meat
Interaksi inhibitor CYP dengan substratnya akan menyebabkan peningkatan kadar plasma
atau peningkatan bioavailabilitas sehingga memungkinkan aktivitas substrat meningkat sampai
terjadinya efek samping yang tidak dikehendaki.
Berikut ini adalah contoh-contoh interaksi yang melibatkan inhibitor CYP dengan
substratnya:
(1) Interaksi terfenadin, astemizol, cisapride (substrat CYP3A4/5) dengan ketokonazol,
itrakonazol, etitromisin, atau klaritromisin (inhibitor poten CYP3A4/5) akan
meningkatkan kadar substrat, yang menyebabkan toksisitas berupa perpanjangan
interval QT yang berakibat terjadinya aritmia ventrikel (torsades de pointes) yang fatal
(cardiac infarct).
(2) Interaksi triazolam, midazolam (substrat) dengan ketokonazol, eritromisin (inhibitor)
akan meningkatkan kadar substrat, meningkatkan bioavailabilitas (AUC) sebesar 12
kali, yang berakibat efek sedasi obat-obat sedative di atas meningkat dengan jelas.
Phenytoin Chloramphenicol
9
Cimetidine Amiodarone, phenytoin, phethidine
Ciprofloxacin Theophylline
Corticosteroids Trycyclic antidepressants, cyclophosphamide
Disulfiram Warfarin
Erythromycin Ciclosporin, theophylline
Monoamine oxidase inhibitors Pethidine
Ritonavir Saquinavir
10
pemberian karbamazepin dihentikan sementara dosis teofilin tidak diubah, dapat terjadi
intoksikasi teofilin yang berat.
Ketika barbiturat secara luas digunkan sebagai hipnotik, perlu terus dilakukan
peningkatan dosis seiring waktu untuk mencapai efek hipnotik yang sama, alasannya bahwa
barbiturat meningkatkan aktivitas enzim mikrosom sehingga meningkatkan laju metabolisme dan
ekskresinya .
11
Daftar pustaka
Mycek, Mary J, 2001, FarmakologiUlasanBergambarEdisi 2, WidyaMedika, Jakarta.
Mutschler, E., 1991 , DinamikaObatFarmakologidanToksikologi, 88-93, Penerbit ITB,
Bandung
AznanLelo, D. S. Hidayat, FakultasKedokteranBagianFarmakologidanTerapeutik,
Universitas Sumatera Utara
Godman& Gilman’s, 2001, The Pharmacological Basis of Therapeitic, 10 thed.
HoanTjay, KiranaRahardja, 2007, Obat – ObatPenting, Jakarta, Elex Media Komputindo
JeanneEsvandiary, Maria FirminaSekarUtami, YosefWijoyo, FakultasFarmasi
UniversitasSanata Dharma Yogyakarta
12