Imunologi
Imunologi suatu bidang ilmu yang mempelajari respons tubuh
terhadap tantangan suatu antigen.
Imunologi mempelajari kekebalan khas terhadap infeksi
berikutnya oleh mikroorganisme atau produknya.
Terutama yang berhubungan dengan imunitas terhadap
penyakit,reaksi biologi yang hipersensitif, alergi, dan penolakan
jaringan asing
Imunogenitas suatu substansi menunjukkan kemampuan
substansi bersangkutan untuk merangsang respons imun, baik
respons seluler mauoun respons humoral atau keduanya, apabila
substansi itu dimasukkan ke dalam tubuh.
Subtansi yg mempunyai sifat demikian imunogen
Lanjutan
Antigen ( dahulu ) sebagai molekul yang dapat
merangsang pembentukkan antibodi
Antigen ( sekarang ) suatu substansi yang mampu
bereaksi dengan antibodi yang diproduksi atas
rangsangan imunogen, tanpa mempertimbangkan
apakah antigen itu sendiri bersifat imunogenik
Kekebalan yg dimiliki oleh host terhadap efek buruh
infeksi mikroba patogen imunitas
Imunitas Alamiah
Tidak Khas memiliki derajat kekebalan yg
sama
Khas menunjukkan kekebalan terhadap patogen
tertentu
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kekebalan alamiah pada suatu individu :
a. Umur
b. Hormon kadar steroid bumil meningkat ,
meningkatkan kepekaan
c. Gizi
Program Studi Keperawatan
04/10/23
Kekebalan
Alam/Natural Didapat/Acquired
Aktif Pasif
Alam
Alam Buatan
(kongenital) Buatan
FAKTOR SELULER
Fagositosis sel2 fagosit dapat berupa : Mikrofag & Makrofag ( Histiosit,
Sel2 retikuloendotial & monosit)
Peradangan
Demam
Program Studi Keperawatan
04/10/23
IMUNODEFISIENSI
Penyakit imunodefisiensi disebabkan menurunnya atau
gagalnyafungsi salah satu atasu lebih komponen sistem
imun
Imunodefisiensi spesisfik dapat melibatkan kelainan
pada sel T atau sel B yg merupakan komponen sistem
spesifik, sedangkan kelompok imunodefisiensi yang
lain adalah imunodefisiensi non-spesifik yg melibatkan
komponen2 sistem imun yg meliputi sistem fagosit dan
komplemen
Gejala klinik imunodefisiensi infeksi berulang atau
berkepanjangan atau infeksi oportunistik yang tidak
memberikan respons yang adekuat terhadap terapi
antimikroba
Imunodefisiensi lanjutan
Reaksi imunologik pada infeksi merupakan interaksi
antara berbagai komponen dalam sistem imun yang
sangat kompleks
Kelainan pada sistem fagosit, limfosit T dan limfosit B
maupun kelainan dalam sistem komplemen dapat
menampilkan gelaja klinik yang sama sulit
dipastikan komponen mana dari sistem imun yg
mengalami gangguan
Penderita dengan defisiensi limfosit T biasanya
menunjukkan kepekaan terhadap infeksi virus,
protozoa dan jamur yang biasanya dapat diatasi dengan
responsimun seluler
Imunodefisiensi lanjutan
Infeksi sistemik dengan mikroorganisme yang
tidak lazim yang biasanya tidak virulen
mengakibatkan gejala khas penyakit
granulomatosa kronik
Atas dasar hal2 tadi, dapat diperkirakan jenis
imunodefisiensi yang diderita
Namun demikian biasanya diperlukan suatu
diagnosis yang lebih spesifik supaya terapi dapat
diberikan secara lebih spesifik pula
Jenis Imunodefisiensi
Secaragaris besar imunodefisiensi dibagi
dalam 2 golongan yaitu :
1. Imunodefisiensi primer (kongenital) yg
merupakan defek genetik dan berakibat
kepekaan terhadap infeksi yang biasanya
mulai tampak sejak usia kanak-kanak.
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Imunitas spesifik merupakan mekanisme yang ampuh
untuk menyingkirkan patogen dan antigen asing.
Mekanisme efektor sistem imun, seperti komplemen,
fagosit, sitokin dan lain-lain tidak spesifik untuk
antigen asing.
Karena itu respon imun dan reaksi inflamasi yang
menyertai respons imun kadang2 disertai kerusakan
jaringan tubuh sendiri, baik lokal maupun sistemik.
Pada umumnya efek samping demikian dapat
dikendalikan dan membatasi diri (self-limited) dan
berhenti dengan hilangnya antigen asing. dalam
keadaan normal ada toleransi terhadap antigen self
sehingga tidak terjadi respon imun terhadap jaringan
tubuh sendiri.
R H ( continued )
Tipe II terjadi apabila antibodi yang berikatan dengan
antigen ( baik self maupun asing ) merangsang
terjadinya fagositosis, aktivitas killer cells atau lisis
oleh komplemen
Tipe III terjadi apabila kompleks antigen-antibodi
dibentuk dalam jumlah banyak atau tidak dapat
dibersihkan secara adekuat oleh sel retikuloendotel dan
menyebabkan reaksi serum sickness
Tipe IV dapat terjadi apabila antigen tertangkap oleh
makrofag tetapi tidak dapat dibersihkan atau
disingkirkan. Hal ini merangsang sel T untuk
memproduksi sitokin yang menyebabkan berbagai
reaksi inflamasi
Terimakasih