Anda di halaman 1dari 21

04/10/23

Program Studi Keperawatan


04/10/23

Imunologi
 Imunologi  suatu bidang ilmu yang mempelajari respons tubuh
terhadap tantangan suatu antigen.
 Imunologi mempelajari kekebalan khas terhadap infeksi
berikutnya oleh mikroorganisme atau produknya.
 Terutama yang berhubungan dengan imunitas terhadap
penyakit,reaksi biologi yang hipersensitif, alergi, dan penolakan
jaringan asing
 Imunogenitas suatu substansi menunjukkan kemampuan
substansi bersangkutan untuk merangsang respons imun, baik
respons seluler mauoun respons humoral atau keduanya, apabila
substansi itu dimasukkan ke dalam tubuh.
 Subtansi yg mempunyai sifat demikian  imunogen

Program Studi Keperawatan


04/10/23

Lanjutan
 Antigen ( dahulu )  sebagai molekul yang dapat
merangsang pembentukkan antibodi
 Antigen ( sekarang )  suatu substansi yang mampu
bereaksi dengan antibodi yang diproduksi atas
rangsangan imunogen, tanpa mempertimbangkan
apakah antigen itu sendiri bersifat imunogenik
 Kekebalan yg dimiliki oleh host terhadap efek buruh
infeksi mikroba patogen  imunitas

Program Studi Keperawatan


04/10/23

Imunitas dapat dibagi 2 golongan besar


 Imunitas alami  kekebalan yg tidak diperoleh melalui
kontak dengan suatu antigen  sudah ada sejak lahir
 Imunitas didapat  terjadi setelah pemaparan terhadap
suatu penyebab infeksi  didapat selama hidup
 Imunitas Alami meliputi :
a. Imunitas/kekebalan ras 
orang kulit berwarna lebih peka terhadap
penyakit tb dari pd orang kulit putih
b. Imunitas spesies
Penyakit lepra dan gonore  secara alam
terdapat pd manusia td pd binatang
c. Imunitas perorangan
Ditemukan perbedaan kepekaan terhadap satu
jenis penyakit pd beberapa orang dl satu spesies/ras

Program Studi Keperawatan


04/10/23

Imunitas Alamiah
 Tidak Khas  memiliki derajat kekebalan yg
sama
 Khas  menunjukkan kekebalan terhadap patogen
tertentu
 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kekebalan alamiah pada suatu individu :
a. Umur
b. Hormon  kadar steroid bumil meningkat ,
meningkatkan kepekaan
c. Gizi
Program Studi Keperawatan
04/10/23

Berbagai cara untuk mencapai kekebalan

Kekebalan

Alam/Natural Didapat/Acquired

Aktif Pasif

Alam
Alam Buatan
(kongenital) Buatan

Program Studi Keperawatan


Serum
Sakit Vaksin Transplasenta
Hiperimun
04/10/23

Mekanisme imunitas alami


 Permukaan Epitel
Kulit yg utuh dan selaput lendir  melindungi
tubuh terhadap serangan kuman ( barier mekanik)
 Pertahanan jaringan
Faktor jaringan :
1. Faktor Humoral
2. Faktor Seluler

Program Studi Keperawatan


04/10/23

Faktor Humoral & Seluler


FAKTOR HUMORAL
 Lisozim  enzim bakterisidal
 Properdin
 Beta lisin
 Polipeptida basa
 Protein c-reaktif
 Bakterisidin
 Komplemen
 Penghambat hialuronidase non spesifik

FAKTOR SELULER 
 Fagositosis  sel2 fagosit dapat berupa : Mikrofag & Makrofag ( Histiosit,
Sel2 retikuloendotial & monosit)
 Peradangan
 Demam
Program Studi Keperawatan
04/10/23

IMUNODEFISIENSI
 Penyakit imunodefisiensi disebabkan menurunnya atau
gagalnyafungsi salah satu atasu lebih komponen sistem
imun
 Imunodefisiensi spesisfik dapat melibatkan kelainan
pada sel T atau sel B yg merupakan komponen sistem
spesifik, sedangkan kelompok imunodefisiensi yang
lain adalah imunodefisiensi non-spesifik yg melibatkan
komponen2 sistem imun yg meliputi sistem fagosit dan
komplemen
 Gejala klinik imunodefisiensi  infeksi berulang atau
berkepanjangan atau infeksi oportunistik yang tidak
memberikan respons yang adekuat terhadap terapi
antimikroba

Program Studi Keperawatan


04/10/23

Imunodefisiensi lanjutan
 Reaksi imunologik pada infeksi merupakan interaksi
antara berbagai komponen dalam sistem imun yang
sangat kompleks
 Kelainan pada sistem fagosit, limfosit T dan limfosit B
maupun kelainan dalam sistem komplemen dapat
menampilkan gelaja klinik yang sama  sulit
dipastikan komponen mana dari sistem imun yg
mengalami gangguan
 Penderita dengan defisiensi limfosit T biasanya
menunjukkan kepekaan terhadap infeksi virus,
protozoa dan jamur yang biasanya dapat diatasi dengan
responsimun seluler

Program Studi Keperawatan


04/10/23

Imunodefisiensi lanjutan
 Infeksi sistemik dengan mikroorganisme yang
tidak lazim yang biasanya tidak virulen
mengakibatkan gejala khas penyakit
granulomatosa kronik
 Atas dasar hal2 tadi, dapat diperkirakan jenis
imunodefisiensi yang diderita
 Namun demikian biasanya diperlukan suatu
diagnosis yang lebih spesifik supaya terapi dapat
diberikan secara lebih spesifik pula

Program Studi Keperawatan


04/10/23

Jenis Imunodefisiensi
 Secaragaris besar imunodefisiensi dibagi
dalam 2 golongan yaitu :
1. Imunodefisiensi primer (kongenital) yg
merupakan defek genetik dan berakibat
kepekaan terhadap infeksi yang biasanya
mulai tampak sejak usia kanak-kanak.

2. Imunodefisiensi sekunder ( didapat ),


biasanya terjadi akibat malnutrisi, kanker,obat-
obat imunosupresif dan infeksi pada sel-sel
sistem imun, khususnya infeksi dengan HIV

Program Studi Keperawatan


04/10/23

Gambaran Umum Imunodefisiensi


1. Konsekuensi utama imunodefisiensi adalah peningkatan
kepekaan terhadap infeksi. Sifat infeksi pada individu
tetentu terutama bergantung pada komponen sistem imun
mana yg mengalami defek.
Contoh  defek pd komponen sistem imun humoral
biasanya menyebabkan seseorang peka terhadap infeksi
dengan mikroorganisme piogenik, sedangkan defek pada
imun seluler meningkatkan kepekaan terhadap infeksi
virus dan mikroorganisme intraseluler lain. Kombinasi
defek imunitas humoral dan seluler mengakibatkan
kepekaan terhadap infeksi dengan semua mikroorganisme

Program Studi Keperawatan


04/10/23

Gambaran umum ( lanjutan)


2. Pasien dengan imunodefisiensi biasanya juga mudah
terkena kanker, terutama kanker yg disebabkan oleh
virus. Hal ini sering terlihat pada imunodefisiensi sel T,
karena sel T merupakan komponen utama dlm
immunosurveillance terhadap kanker
3. Imunodefisiensi merupakan penyakit yang sangat
heterogen. Sebagian besar hal ini disebabkan defek
komponen sistem imun yang berbeda-beda, misalnya
defek dalam maturasi atau aktivasi limfosit, defek
dalam mekanisme efektor imunitas bawaan dan
didapat, masing2 menunjukkan manifestasi klinik
berbeda.

Program Studi Keperawatan


04/10/23

Uji Saring Pemeriksaan Laboratorium pada Imunodefisiensi

Yang diuji Jenis Test


Imunitas humoral Kadar IgG,IgA,IgM, dll

Imunitas seluler ∑ leukosit dan hitung jenis;


menghitung limfosit total, CD4 ,
CD8, dll
Fagositosis ∑ leukosit dan hitung jenis,
jumlah neutrofil; sel NK 
jumlah dan fungsi
Komplemen Total hemolytic complement
(CH50) Program Studi Keperawatan
04/10/23

REAKSI HIPERSENSITIVITAS
 Imunitas spesifik merupakan mekanisme yang ampuh
untuk menyingkirkan patogen dan antigen asing.
 Mekanisme efektor sistem imun, seperti komplemen,
fagosit, sitokin dan lain-lain tidak spesifik untuk
antigen asing.
 Karena itu respon imun dan reaksi inflamasi yang
menyertai respons imun kadang2 disertai kerusakan
jaringan tubuh sendiri, baik lokal maupun sistemik.
 Pada umumnya efek samping demikian dapat
dikendalikan dan membatasi diri (self-limited) dan
berhenti dengan hilangnya antigen asing.  dalam
keadaan normal ada toleransi terhadap antigen self
sehingga tidak terjadi respon imun terhadap jaringan
tubuh sendiri.

Program Studi Keperawatan


04/10/23

Reaksi Hipersensitivitas (continued)


 Namun ada kalanya respons atau reaksi imun itu
berlebihan atau tidak terkontrol dan reaksi
demikian disebut Reaksi Hipersensitivitas.
 Reaksi hipersensitivitas dapat terjadi bila jumlah
antigen yang masuk relatif banyak atau bila status
imunologik seseorang, baik seluler maupun
humoral, meningkat.
 Reaksi hipersensitivitas menimbulkan manifestasi
klinik dan patologik yang sangat heterogen,
heterogenitas itu ditentukan oleh:
1. jenis respons imun yang mengakibatkan
kerusakan jaringan
2. sifat dan lokasi antigen yang menginduksi

Program Studi Keperawatan


04/10/23

Klasifikasi Reaksi Hipersensitivitas


 Berdasarkan mekanisme reaksi imunologik yang
terjadi, secara umum reaksi hipersensitivitas dibagi
menjadi 4 golongan yaitu : R H tipe I, II, III, dan IV
 Reaksi tipe I, II & III terjadi karena interaksi antara
antigen dengan antibodi sehingga termasuk reaksi
humoral, sedang reaksi tipe IV terjadi karena interaksi
antara antigen dengan reseptor yg terdapat pada
permukaan limfosit T dan mengaktifkan limfosit T 
reaksi seluler
 Reaksi tipe I terjadi apabila antigen lingkungan dan
respons IgE menyebabkan penglepasan berbagai
mediator oleh sel mastosit yang berakibat reaksi
inflamasi

Program Studi Keperawatan


04/10/23

R H ( continued )
 Tipe II terjadi apabila antibodi yang berikatan dengan
antigen ( baik self maupun asing ) merangsang
terjadinya fagositosis, aktivitas killer cells atau lisis
oleh komplemen
 Tipe III terjadi apabila kompleks antigen-antibodi
dibentuk dalam jumlah banyak atau tidak dapat
dibersihkan secara adekuat oleh sel retikuloendotel dan
menyebabkan reaksi serum sickness
 Tipe IV dapat terjadi apabila antigen tertangkap oleh
makrofag tetapi tidak dapat dibersihkan atau
disingkirkan. Hal ini merangsang sel T untuk
memproduksi sitokin yang menyebabkan berbagai
reaksi inflamasi

Program Studi Keperawatan


04/10/23

 Sesuai dengan waktu yang diperlukan untuk timbulnya


reaksi, reaksi tipe I, II, III termasuk reaksi tipe segera
(immediate), walaupun reaksi yg satu timbul lebih
cepat dari yang lain  beberapa menit/detik pada tipe I
hingga beberapa jama pada tipe II & III.
 Sebaliknya tipe IV termasuk reaksi tipe lambat karena
reaksi berlangsung lebih lambat dibandingkan tipe lain
 umumnya lebih dari 12 jam
 Walaupun demikian dalam praktek, mekanisme RH
tidak selalu berdiri sendiri atau terpisah satu dari lain,
tetapi sering melibatkan lebih dari satu mekanisme
imunologik.

Program Studi Keperawatan


04/10/23

Terimakasih

Program Studi Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai